ANALISA KEPUSTAKAAN
26
27
kecil dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil jika kelompok sasaran
terdiri antara 6 – 15 orang, sedangkan kelompok besar bila sasaran diatas
15 sampai dengan 50 orang.
5. Tahap-Tahap Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Menurut Hanlon dalam Nursalam (2005), Mengubah perilaku seseorang
tidak mudah, maka dalam kegiatan pendidikan kesehatan harus melalui
tahap-tahap yang hati-hati secara ilmiah, tahap-tahap kegiatan tersebut
adalah tahap sentisasi, tahap publisitas, tahap edukasi, tahap motivasi.
Kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara berurutan, tahap demi tahap. Oleh
karena itu pelaksanaan harus menguasai benar ilmu komunikasi untuk
tahap sensitisasi dan publisitas serta edukasi atau ilmu belajar-mengajar
yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pada
tahap edukasi dan motivasi.
6. Peran perawat dalam pendidikan kesehatan
Menurut Swanson dan Nies, 1997 dalam Nursalam (2008), peran perawat
dalam pendidikan kesehatan disebutkan antara lain: Advokat, pemberi
perawatan (caregiver), manager kasus, konsultan, culture broker, pendidik,
perantara informasi, inovator, mediator, negosiator, analisis kebijakan
(change agnet), promotor atau collaborative partnership, tokoh panutan
(role model), sensitizer, aktivis social. Peran perawat sebagai pendidik
digambarkan antara lain yaitu : mengenali dimensi dari pilihan-pilihan
kesehatan, mempromosikan perawatan kesehatan, mengetahui sumber
daya yang tersedia, dan memfasilitasi perilaku sehat.
Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan desidua uterus. Lokia
berisi serum dan darah serta lanugo, verniks kaseosa juga berbagai debris
dari hasil produksi konsepsi. Secara Mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit,
serpihan desidua, sel-sel epitel dan bakteri. Mikroorganime ditemukan pada
lokia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga
ditemukan bahkan jika keluaran /dischargediambil pada pada rongga
uterus. Jumlah total pengeluaran seluruh periode lokia rata-rata 240-270ml.
Lokia bagi menjadi 4 klasifikasi karena terus terjadi perubahan hingga
minggu ke 4-8 pasca persalinan yaitu:
Kondisi ini paling mungkin terjadi pada ibu dengan grandemultipara atau
pada ibu dengan kehamilan ganda atau polihidramnion, bayi makrosomia,
kelemahan abdomen dan postur yang salah. Peregangan yang berlebihan dan
berlangsung lama ini menyebabkan serat-serat elastis kulit yang putus
sehingga pada masa nifas dinding abdomen cenderung lunak dan kendur.
Senam nifas dapat membantu memulihkan ligament, dasar panggung, otot-
otot dinding perut dan jaringan penunjang lainnya.
Selain senam nifas atau berbagai latihan dan tindakan fisioterapi yang
diberikan untuk mengoreksi DRA. Michalsa et al (2018) menginformaskan
Teknik seperti a cruch exercise pada posis supine, tranversus abdominis
training dan Nobel techniquedilaporkan dapat memperbaiki kondisi DRA.
Sesuai dengan budaya di Indonesia, ibu dapat dianjurkan menggunakan
stagen, namun demikian exercise lebih signifikan pengaruhnya terhadap
pemulihan DRA.
Dampak dari diaktasis rekti ini dapat menyebabkan hernia epigastric dan
umbilikalis. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap rektus abdominal perlu
dilakukan pada ibu nifas, sehingga dapat diberikan penanganan secara cepat
dan tepat.
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan
kadar hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami
perubahan pada ibu nifas adalah hormone estrogen dan progesterone,
hormone oksitosin dan prolactin. Hormon estrogen dan progesterone
menurun secara drastis, sehingga terjadi peningkatan kadar hormone
prolactin dan oksitosin.
Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum, akan terjadi
diuresis secara cepat karena pengaruh rendahnya estrogen (estrogen
bersifat resistensi cairan) yang menyebabkan volume plasma
mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali normal pada minggu
kedua postpartum.
40
Ibu nifas dapat juga mengalami udem pada kaki dan pergelangan
kaki/ankle, meskipun tidak mengalami udem pada masa hamil.
Pembengkakan ini harus terjadi secara bilateral dan tidak menimbulkan
rasa nyeri. Jika pembengkakan terjadi hanya pada salah satu kaki
disertai nyeri, dapat dicurigai adanya thrombosis. Ibu nifas harus
menghindari berdiri terlalu lama atau menggantungkan kaki pada
posisi duduk yang lama saat menyusui untuk menghindari udem pada
kaki.
demikian perlu diobservai dan dilihat juga tanda dan gejala lainnya
yang mengarah ke infensi karena infeksi mudah terjadia pada masa
nifas.
1. Adaptasi Fisiologis
a) Sistem Reproduksi Dan Struktur Terkait
1. Uterus
Terjadi proses involusi
Ialah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, 2005)
3) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler ( edema fisiologis). Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun sampai mencapai volume sebelum hamil (Bobak, 2005).
Sehingga penting untuk menganjurkan ibu untuk melakukan
mobilisasi dini. Tingkat aktivitas akan meningkat bersamaan dengan
meningkatnya kondisi klien. Namun penting juga untuk mengkaji
tanda-tanda vital sebelum ibu melakukan mobilisasi. Tanda-tanda
vital yang tidak normal menjadi kontraindikasi ibu melakukan
mobilisasi (Perry & Potter, 2005).
4) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sandi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi
sendi lengkap pada mingggu keenam sampai ke-8 setelah wanita
melahirkan.
yang perlu di ketahui dengan baik oleh ibu dalam masa nifas yang
normal, yaitu :
1. Mobilisasi dini
Persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu
disarankan tak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena
dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum
berjalan baik. Namun setelah istirahat 6-8 jam, mobilisasi dini
sangatlah perlu agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya
pembuluh darah ( kasdu, 2003; Mochtar, 1998; dalam Rohmah,
2010).
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Jika tidak ada
kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah
persalinan normal. Menurut Kasdu (2003), mobilisasi dini pada ibu
postpartum sectio caesaria :
a) Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu paska operasi sectio
caesaria harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa
dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b) Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan
ke kanan mencegah trombosis dan tromboemboli.
c) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk
duduk.
d) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan
Manfaat mobilisasi dini, (Rohma; 2010, Sulistyawati; 2009), yaitu
sebagai berikut:
(1)Penderita merasa lebih sehat dan kuat.
(2)Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
(3)Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali
normal.
(4)Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk
ibu merawat anaknya.
48
(e)Handuk bersihKapas
b) Lakukan langkah-langkah pengurutan payudara
1. Pengurutan pertama
Terdiri dari 4 gerakan, yang dilakukan pada kedua
payudara selama 5 menit. Berikut tahap-tahap yang
dilakukan pada pengurutan pertama:
1) Licinkan kedua tangan dengan minyak
2) Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua
payudara
3) Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas lalu
telapak tangan kiri kearah sisi kiri dan telapak
kanan kearah sisi kanan
4) Lakukan terus pengurutan kebawah atau
kesamping. Selanjutnya, pengurutan melintang.
Telapak tangan mengurut ke depan, lalu kedua
tangan dilepas dari payudara
5) Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara
i. Pengurutan ke 2
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian
dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan
memutar sambil menekan ulai dari pangkal payudara
dan berakhir pada pusing susu.lakukan tahap yang
sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan
pada setiap payudara
ii. Pengurutan ke 3
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan
tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking
dari arah tepi ke arah puting susu. Lakukan gerakan
sekitar 30 kali
iii. Pengompresan
53
(5) Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian
luar lutut kiri.
(6) Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki
diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat
kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali
ke lantai.
(8) Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke
dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah
menit.
57
(9) Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke
bawah seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah
menit.