Anda di halaman 1dari 22

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL WIEDENBACH PADA ASUHAN

KEPERAWATAN KLIEN NY.L G1P0000 USIA KEHAMILAN 39-40


MINGGU DENGAN ASMA DI RUANG BERSALIN RSD. dr. SOEBANDI
JEMBER

Diajukan sebagai salah satu tugas pada


Departemen Maternitas

Pembimbing:
Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.

Oleh:
Fuad Arif
1601031048

PRROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016
PERSETUJUAN

Aplikasi model konseptual Wiedenbach pada asuhan keperawatan klien Ny.L


G1P0000 usia kehamilan 39-40 minggu dengan asma
Telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2016 di Ruang Bersalin RSD.
dr.Soebandi Jember

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Ikawati Wulandari, S.ST Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat

Kepala Ruang Bersalin

Umi Istikomah, S.ST


APLIKASI MODEL KONSEPTUAL WIEDENBACH PADA ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN NY.L G1P0000 USIA KEHAMILAN 39-40
MINGGU DENGAN ASMA DI RUANG BERSALIN RSD. dr. SOEBANDI
JEMBER

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamian cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kealitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan
normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang
manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan.

B. PERUMUSAN MASALAH
Asuhan persalinan normal merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa
komplikasi baik bagi ibu maupun janin (sarwono, 2002). Ny.L dengan
G1P0000 kehamilan pertama fase aktif, merupakan kondisi kehamilan
yang masuk dalam kelompok asuhan persalinan normal. Sehingga hal ini
memerlukan suatu perhatian dan penatalaksanaan yang khusus pada
klien dalam melalui kehamilan dan kelahiran dengan aman.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mempelajari aplikasi model konsep Wiedenbach pada kasus Ny. L
riwayat obstetrik G1P0000 usia kehamilan 39-40 minggu dengan
Asma dalam bentuk asuhan keperawatan di ruang bersalin RSD
dr.Soebandi Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus
kehamilan dengan asma pada klien Ny.L
b. Melakukan penerapan model konsep keperawatan Wiedenbach
pada kasus kehamilan dengan asma pada klien Ny.L
c. Melakukan pengelolaan pada kasus kehamilan dengan asma pada
klien dengan menggunakan pendekatan model konsep keperawatan
tersebut
d. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola
e. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut
pada kehamilan dengan asma

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP DASAR PERSALINAN NORMAL
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks.
Tanda dan gejala inpartu:
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang
berasal dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa
servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai barier protektif
dan menutup servikal selama kehamilan. Bloody show adalah
pengeluaran dari mukus.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan
membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini
terjadi pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan
memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam.
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan
telah ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi
serviks antara nulipara dan multipara.
1) Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60%
dan pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya
persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan
serviks 50-100%, kemudian terjadi pembukaan.
2) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada
multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan
dengan penipisan.
e. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)

2. Pengertian Persalinan Normal


Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam
tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin (sarwono, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,
2006).

3. Kala Persalinan
a. Kala 1
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas 2 fase,
yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase Laten
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam.
2) Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pebukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2 cm (multipara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
3) Diagnosa yang mungkin muncul:
a) Ansietas
b) Kurang Informasi
c) Resiko Defisit Volume Cairan
d) Nyeri
b. Kala 2
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
1) Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
2) Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam
(obyektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3) Diagnosa yang mungkin muncul:
a) Ketidakefektifan jalan nafas
b) Ansietas
c) Nyeri
d) Ketidakefektifan koping
c. Kala 3 dan 4
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan
kelanjutan dari kala satu (pembukaan) dan kala dua (kala
pengeluaran bayi) persalinan. Dengan demikian, berbagai aspek
yang akan dihadapi pada kala tiga dan empat, sangat berkaitan
dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan plasenta dan selaput ketuban.
Sedangkan persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta
dan berakhir dua jam setelah itu.
1) Diagnosa yang mungkin muncul:
a) Defisit Volume Cairan
b) Retensi Urine
c) Nyeri
d) Resiko Cidera
e) Perubahan Peran Kenjadi Orang Tua
f) Perubahan Proses Keluarga
g) Ketidakefektifan Menyusui
d. Pathway Asuhan Persalinan Normal
Terlampir

4. KONSEP DASAR MODEL WIEDENBACH


a. Tujuan Keperawatan
Untuk membantu individual dalam mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi tekanan atau
kebutuhan yang dihasilkan dari suatu kondisi, lingkungan, situasi
atau waktu (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: praktek
bantuan karena stimulasi perilaku. Keperawatan klinik memiliki
komponen seperti filosofi, tujuan, praktik, dan seni (Chinn dan
Jacobs, 1995).
b. Konsep Wiedenbach
1) The agent: Perawat
Empat elemen dalam Clinical Nursing yaitu, filosofi, tujuan,
praktik, dan seni. Selain itu juga dikemukakan tiga poin dasar
dalam filosofi keperawatan, yaitu:
1) Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
2) Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga,
otonomi dan individualisme pada setiap orang.
3) Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain.
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan
bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih
luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
2) Recipient
Meliputi: wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut
Widenbach adalah individu yang mampu menetukan
kebutuhannya akan bantuan. Penerima asuhan adalah wanita
dalam masa reproduksi, keluarganya dan masyarakat yang
karena suatu hal tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan muncul karena adanya kondiksi tertentu, misalnya:
kehamilan, persalinan, nifas dan sebagainya. Recipient
menurut Wiedenbach adalah individu yang mampu
menentukan kebutuhannya akan bantuan (a need for help).
Bidan perlu memerlukan tindakan/ intervensi hanya bila
terdapat kendala yang menyebabkan mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan secara memuaskan.
3) The Goal
Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu
dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau
fisiologikal. Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan
sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan dan diinginkan
seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang
kemampuan seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan.
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu
diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah diketahui
kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai
dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau
fisiologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan
memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau fisiologikal.
4) The Means
Dalam pencapaian tujuan ini merlukan pengetahuan, keadilan
dan keterampilan. Untuk mencapai tujuan dari asuhan
keperawatan Wiedenbach menentukan beberapa tahap yaitu:
a) Identifikasi kebutuhan klien
b) Ministrastion/memberikan dukungan dalam mencari
pertolongan yang dibutuhkan.
c) Validation bantuan yang diberikan sungguh merupakan
bantuan yang dibutuhkan.
d) Co-ordination dengan ketenangan yang direncanakan untuk
memberikan bantuan.

III. APLIKASI MODEL KONSEP WIEDENBACH PADA KASUS


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Pasien
a. Identitas
Ny.L usia 30 tahun, pendidikan terakhir SLTP, suku jawa,
pekerjaan ibu rumah tangga, agama Islam, alamat Sumberan
Ambulu, menikah dengan Tn.R usia 37 tahun, suku jawa, pekerjaan
swasta. No RM 142043, tanggal pengkajian 11 Oktober 2016 jam
18.53.
b. Keluhan Utama
Klien datang untuk memeriksakan kehamilannya dengan keluhan
kenceng-kenceng dan nyeri pada perut bagian bawah.
c. Riwayat Obstetrik
1) Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun, lamanya 7 hari dengan siklus teratur,
hari pertama haid terakhir pada tanggal 9 Januari 2016, Hari
pertama lahir pada tanggal 11 Oktober 2016.
2) Riwayat Perkawinan
Ny.L menikah dengan Tn.R pada usia 29 tahun.
3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
G1P0000 kehamilan anak pertama usia kehamilan 39-40
minggu. Lahir spontan di rumah sakit dengan jenis kelamin
laki-laki.
4) Riwayat Kelainan Obstetrik
Hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan obstetrik
5) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Klien tidak menggunakan alat kontrasepsi.
d. Riwayat Ginekologi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan yang berkaitan
dengan penyakit-penyakit gynekologi.
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan datang ke puskesmas Ambulu pukul 6 pagi
karena kenceng-kenceng dan datang lagi ke psukesmas pukul
12.00. Kemudian di rujuk ke RSD dr.Soebandi Jember karena
memiliki riwayat asma.
f. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan memiliki asma sejak kecil, pernah masuk rumah
sakit karena asma 4 kali dan selama hamil masuk rumah sakit
karena asma sebbanyak 3 kali.
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat asma, namun memilik riwayat penyakit gastritis.
h. Status Perkembangan
Merupakan keluarga inti, klien menikah saat berusia 29 tahun.
Ny.L belum pernah sebelumnya dan sekarang sedang hamil 39-40
minggu.
i. Riwayat Psikosoial
Ny.L beragama Islam dan bersuku jawa, sedangkan Tn.R beragama
Islam dan bersuku jawa pula. Ini adalah kehamilan anak pertama
mereka, dan mereka sangat mengharapkan kehadirannya.
Hubungan Ny.L dengan keluarga ataupun dengan mertuanya baik-
baik saja.
j. Status Sibling
Kehamilan pertama dan belum ada sibling.
k. Pola Seksualitas
Klien mengatakan berhubungan 2x dalam seminggu dengan
suaminya. Namun selama hamil tidak pernah berhubungan lagi.

2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 78 kali/menit, suhu 36,5°C, pernapasan 22 kali/menit, BB 55 Kg,
TB 152 cm, kesadaran compos mentis, secara umum penampilan klien
bersih. Kepala: rambut bersih, mata konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, palpebra tidak edema, tidak ada keluhan pandangan,
wajah tidak sembab, tidak berjerawat. Telinga: bersih, tidak ada
peradangan, tidak ada keluhan, Hidung bersih, leher tidak ada
pembesaran tonsil, tenggorokan tidak meradang. Mulut bersih, gigi ada
karies, tidak ada kesulitan menelan. Dada: simetris, suara nafas normal
vesikuler, tidak ada ronkhi baik sebelah kiri atau kanan, tidak ada
wheezing, bunyi jantung I dan II normal. Payudara: membesar, areola
mammae hiperpigmentasi, putting susu menonjol, kolostrum ada.
Abdomen: perut membuncit, striae gravidarum ada, tidak ada jejas.
Leopold I bagian fundus teraba bokong, TFU 28 cm, Leopold II
punggung kiri, Leopold III presentasi kepala, sudah masuk PAP tapi
masih bias digoyang sedikit, Leopold IV kepala sudah masuk PAP 2/5,
auskultasi DJJ 142 x/menit, teratur, kuat. Vulva/Vagina: (tidak
dilakukan pemeriksaan), klien mengatakan tidak ada keputihan, tidak
ada darah yang keluar pervaginam. Rektum: klien mengatakan ada
haemorroid. Ektremitas: tidak ada edema, tdak ada varises,
pergerakan bebas tidak ada keluhan, refleks patella +/+.

3. Analisa Data
a. Data Subyektif
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah hingga alat
kelaminnya serta merasakan kenceng-kenceng, punggung kadang
pegel-pegel, apakah itu tanda-tanda melahirkan. Klien belum
pernah melahirkan sebelumnya dan ini adalah anak yang pertama.
Rencana melahirkan di puskesmas, namun dirujuk ke rumah sakit
karena memiliki riwayat asma sebelumnya.
b. Data Obyektif
Nyeri dirasakan skala 5, dibuat gerak sakit, dirasakan di perut
bagian bawah hingga alat kelaminnya, nyeri seperti melilit, sering
terjadi, wajah nampak meringis kesakitan. G1P0000 usia
kandungan 39-40 minggu, kehamilan pertama, DJJ 142x/menit,
teratur dan kuat, TFU 28 cm, fundus teraba bokong, punggung kiri,
presentasi kepala, sudah masuk PAP.
c. Masalah
Nyeri persalinan
d. Kemungkinan Penyebab
Dilatasi serviks
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan yang berhubungan dengan dilatasi serviks.

C. TINDAKAN
1. Diagnosa Keperawatan (1)
a. Tujuan
Ny.L merasa nyaman dan dapat mengontrol nyerinya setelah
dilakukan tindakan selama 1x24 jam.
b. Kriteria Hasil
Ekspresi wajah rileks, klien dapat mengontrol nyerinya.
c. Rencana Tindakan
1) Memonitoring respon nyeri. Rasional: dapat mengetahui sejauh
mana dan perkembangan nyeri dirasakan.
2) Lakukan massage uterus. Rasional: untuk memberikan efek
nyaman pada daerah nyeri.
3) Pemberian edukasi nyeri persalinan. Rasional: agar klien dapat
mengetahui tentang nyeri persalinan yang dirasakan saat ini.
4) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi nafas dalam. Rasional:
karena relaksasi dafas dalam dapat membuat klien merasa rileks,
mengalihkan fokus terhadap nyerinya, dan dapat mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan.
5) Gunakan pendekatan secara psikospiritual. Rasional: untuk lebih
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan memohon untuk
diberikan perlindungan selama kehamilan dan proses persalinan.

D. IMPLEMENTASI
1. Diagnosa Keperawatan (1)
a. Memonitoring respon nyeri klien. Respon: nyeri dirasakan skala 6,
dibuat gerak sakit, dirasakan di perut bagian bawah hingga alat
kelaminnya, nyeri seperti melilit, sering terjadi, wajah nampak
meringis kesakitan.
b. Melakukan massage uterus. Respon: klien merasa nyaman dan
mengatakan nyaman ketika dilakukan massage, namun nyeri terus
bertambah.
c. Memberikan edukasi tentang nyeri persalinan. Respon: klien
kooperatif.
d. Mengajarkan menggunakan teknik relaksasi dafas dalam. Respon:
klien kooperatif, menerapkan dan melakukan sesuai instruksi..
e. Menggunakan pendekatan secara spiritual. Respon: klien
mengatakan merasa tenang ketika banyak mengingat Sang
Pencipta.

E. EVALUASI
1. Diagnosa Keperawatan (1)
a. Kala I
1) Subyektif
Klien mengatakan masih nyeri serta nyeri terus bertambah.
2) Obyektif
Nyeri skala 6, klien semakin kesaakitan, ekspresi wajah tidak
nyaman/kesakitan.
3) Analysa
Masalah teratasi sebagian, nyeri persalinan akut.
4) Planning
Lanjutkan intervensi memonitoring respon nyeri, lakukan
massage uterus, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, lakukan
pendekatan secara spiritual.
5) Intervensi
Memonitoring nyeri dan massage uterus.
6) Evaluasi
Klien mengatakan lebih rileks setelah melakukan relaksasi
nafas dalam, dimassage uterus, serta banyak mengingat Sang
Pencipta.
b. Kala II
1) Subyektif
Klien mengatakan nyeri berkurang ketika menarik nafas dalam
dan mengingat Sang Pencipta. Klien mengatakan haus dan
merasa kekeringan di mulut.
2) Obyektif
Wajah nampak lebih rileks dan tenang, nyeri skala 4, klien
nampak lemah dan berkeringat.
3) Analysa
Masalah nyeri teratasi. Timbul masalah baru kekurangan
volume cairan.
4) Planning
Hentikan intervensi nyeri. Berikan minum klien, peningkatan
infus RL.
5) Intervensi
Memberikan klien minum dan meningkatkan tekanan infus.
6) Evaluasi
Klien mengatakan lega dan tidak haus lagi.
c. Kala III
1) Subyektif
Klien mengatakan merasa kurang nyaman setelah persalinan
karena kotor dan ingin dirinya bersih agar bisa beristirahat
dengan nyaman.
2) Obyektif
Klien nampak berlumur darah, kotor, dan kuku tangan panjang.
3) Analysa
Resiko infeksi maternal.
4) Planning
Lakukan seka, edukasi personal hygiene mandi/seka saat sakit
serta potong kuku yang rutin.
5) Intervensi
Melakukan seka, mengedukasi personal hygiene mandi/seka
serta potong kuku rutin 1 minggu 1x.
6) Evaluasi
Klien mengatakan lebih nyaman dan nampak bersih.
d. Kala IV
1) Subyektif
Klien mengatakan tidak tau caranya menyusui bayi yang benar.
2) Obyektif
Klien nampak bingung dan bertanya bagaimana cara/posisi
yang benar saat menyusui bayi.
3) Analysa
Kesiapan meningkatkan peran keluarga
4) Planning
Ajarkan posisi menyusui dan perawatan payudara.
5) Intervensi
Mengajarkan posisi menyusui dengan demonstrasi dan
melakukan/edukasi cara perawatan payudara.
6) Evaluasi
Klien merasaa senang dan akan mempraktekkan nanti ketika
menyusui.

IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan teori dari Wiedenbach, maka model konsep keperawatan
maternitas/kebidanan dalam kasus kali ini teridentifikasi sebagai berikut:
(1) Sebagai agents adalah semua tenaga kesehatan (bidan dan perawat) yang
terkait di Ruang Bersalin RSD dr.Soebandi Jember yang memiliki empat
elemen dalam ”clinical nursing” yaitu: filosofi, tujuan, praktik dan seni.
(2) Sebagai recipients dalam kasus ini ada klien (Ny.L) beserta
keluarganya. (3) The goal/purpose dalam kasus ini adalah semua tujuan dan
kriteria hasil yang perlu untuk dicapai dalam rangka memecahkan persoalan
yang menjadi masalah klien dan keluarga. (4) The Means yang
merupakan tahapan – tahapan dalam memecahkan masalah klien mulai
dari pengkajian – diagnosa – intervensi – implementasi – evaluasi yang
dilakukan dengan berdasarkan tahapan proses kebidanan Wiedenbach
(identifikasi, ministration, validation, coordination). (5) Frame work yang
merupakan kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan rumah sakit saat ini,
struktur organisasi administrasi maupun klinik di rumah sakit, serta
profesionalisme dari seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam kasus ini.
Penerapan model konseptual Ernestine Wiedenbach dalam asuhan
keperawatan persalinan normal lebih menitikberatkan pada fase akut yang
terjadi selama proses persalinan itu sendiri. Berdasarkan filosofi tersebut
maka data fokus yang perlu diidentikasi dalam kasus ini antara lain meliputi
nama, umur, paritas, penolong persalinan, waktu terjadi pecah ketuban,
waktu kala dua dan kala tiga, TFU, kekuatan kontraksi, kondisi keluaran
per vaginal (warna, aliran, jumlah, bekuan darah), selain itu juga perlu
diobservasi TTV, tingkat kesadaran, konjungtiva, dan ekspresi wajah.
Berdasarkan hasil pengkajian pada recipient dalam kasus ini, didapatkan
sejumlah permasalahan yang menjadi kebutuhan mendasar yang perlu untuk
segera ditangani oleh perawat (here and now), di antaranya adalah masalah
nyeri persalinan, kekurngan volume caira, resiko infeksi maternal, dan
kesiapan meningkatkan peran keluarga. Hasil pengkajian tersebut tentunya
telah mengalami proses validasi dengan mengidentifikasi ulang kebutuhan
apa saja yang bersifat perlu segera ditangani.
Dalam tahapan ministrasi, setelah diketahui apa saja yang menjadi
permasalahan klien, perawat segera membantu klien dalam mencari sumber
daya pertolongan yang dibutuhkan. Dalam hal ini perawat bersama-sama
tenaga kesehatan lainnya segera melakukan perencanaan tindakan sesuai
dengan proritas masalah mana yang perlu ditangani lebih dulu. Respon nyeri
yang dialami klien merupakan masalah.
Faktual yang saat itu terjadi dan perlu untuk segera mendapat
pertolongan. Masalah lainnya yang terkait dengan kehamilan klien seperti
kekurangan volume cairan dan resiko tinggi infeksi maternal adalah
masalah berikutnya yang perlu untuk segera mendapat intervensi
keperawatan. Dalam upaya memecahkan masalah tersebut, perawat
mengerahkan segala sumber daya, baik peralatan maupun sumber daya
keilmuan, seni, dan filosofi keperawatan. Selanjutnya dari sumber daya yang
telah dikumpulkan tersebut, perawat mengkoordinasikan seluruh sumber daya
yang ada untuk memberikan pertolongan. Pengaturan mengenai tindakan
apa yang diperlukan, kapan diberikan, bagaimana tindakan dilaksanakan,
serta siapa yang melakukan perlu dilakukan untuk menjamin pertolongan
diberikan seefektif mungkin.

V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penerapan model konseptual Wiedenbach dalam asuhan
keperawatan persalinan normal lebih menitikberatkan pada fase akut yang
terjadi selama proses persalinan itu sendiri. Filosofi yang dikembangkan
adalah adanya 5 komponen dalam asuhan kebidanan yang meliputi:
agents, recipients, goal/purpose, the means, dan frame work.
Aplikasi model konseptual keperawatan Wiedenbach dalam asuhan
keperawatan Intranatal Care (INC) pada klien ibu melahirkan di Ruang
Bersalin RSD dr.Soebandi Jember dapat dilakukan melalui tahapan:
identifikasi, validasi, ministrasi, dan koordinasi.

B. SARAN
1. Instansi Layanan Kesehatan/Kebidanan
Model konseptual Wiedenbach dapat diterapkan dan menjadi
standar dalam asuhan kebidanan khususnya dalam menangani ibu
inpartu. Model konsep ini cukup sesuai untuk diterapkan terutama di
instansi seperti rumah sakit yang merupakan pusat rujukan ibu yang
mengalami masalah dalam proses persalinan.
2. Tenaga Keperawatan/Kebidanan
Model konseptual Wiedenbach sudah lama dikenal dalam dunia
kebidanan/keperawatan maternitas, namun belum banyak tenaga
kesehatan yang mengaplikasikannya. Hendaknya para tenaga
kesehatan dapat mempelajari dan benar-benar menjadikan model
konseptual asuhan kebidanan sebagai dasar dalam bertindak.
3. Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan
Hendaknya lebih banyak mengeksplorasi berbagai teori model
konseptual keperawatan khususnya dalam keperawatan maternitas.
DAFTAR PSUTAKA

Herdman, Heather. 2016. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Indriyani, Diyan. 2013. Aplikasi Konsep & Teori Keperawatan Maternitas


Pospartum Dengan Kematian Janin. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Indriyani, Diyan. 2013. Kepeawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial, Pencegahan, dan


Penaggulangan Segera Komplikasi Persalinandan Bayi Baru Lahir Revisi
5. Jakarta.
Lampiran 1

Pathway Asuhan Persalinan Normal

Anda mungkin juga menyukai