Pembimbing:
Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.
Oleh:
Fuad Arif
1601031048
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamian cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kealitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan
normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang
manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Asuhan persalinan normal merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa
komplikasi baik bagi ibu maupun janin (sarwono, 2002). Ny.L dengan
G1P0000 kehamilan pertama fase aktif, merupakan kondisi kehamilan
yang masuk dalam kelompok asuhan persalinan normal. Sehingga hal ini
memerlukan suatu perhatian dan penatalaksanaan yang khusus pada
klien dalam melalui kehamilan dan kelahiran dengan aman.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mempelajari aplikasi model konsep Wiedenbach pada kasus Ny. L
riwayat obstetrik G1P0000 usia kehamilan 39-40 minggu dengan
Asma dalam bentuk asuhan keperawatan di ruang bersalin RSD
dr.Soebandi Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus
kehamilan dengan asma pada klien Ny.L
b. Melakukan penerapan model konsep keperawatan Wiedenbach
pada kasus kehamilan dengan asma pada klien Ny.L
c. Melakukan pengelolaan pada kasus kehamilan dengan asma pada
klien dengan menggunakan pendekatan model konsep keperawatan
tersebut
d. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola
e. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut
pada kehamilan dengan asma
3. Kala Persalinan
a. Kala 1
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas 2 fase,
yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase Laten
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam.
2) Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pebukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2 cm (multipara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
3) Diagnosa yang mungkin muncul:
a) Ansietas
b) Kurang Informasi
c) Resiko Defisit Volume Cairan
d) Nyeri
b. Kala 2
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
1) Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
2) Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam
(obyektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3) Diagnosa yang mungkin muncul:
a) Ketidakefektifan jalan nafas
b) Ansietas
c) Nyeri
d) Ketidakefektifan koping
c. Kala 3 dan 4
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan
kelanjutan dari kala satu (pembukaan) dan kala dua (kala
pengeluaran bayi) persalinan. Dengan demikian, berbagai aspek
yang akan dihadapi pada kala tiga dan empat, sangat berkaitan
dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan plasenta dan selaput ketuban.
Sedangkan persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta
dan berakhir dua jam setelah itu.
1) Diagnosa yang mungkin muncul:
a) Defisit Volume Cairan
b) Retensi Urine
c) Nyeri
d) Resiko Cidera
e) Perubahan Peran Kenjadi Orang Tua
f) Perubahan Proses Keluarga
g) Ketidakefektifan Menyusui
d. Pathway Asuhan Persalinan Normal
Terlampir
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 78 kali/menit, suhu 36,5°C, pernapasan 22 kali/menit, BB 55 Kg,
TB 152 cm, kesadaran compos mentis, secara umum penampilan klien
bersih. Kepala: rambut bersih, mata konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, palpebra tidak edema, tidak ada keluhan pandangan,
wajah tidak sembab, tidak berjerawat. Telinga: bersih, tidak ada
peradangan, tidak ada keluhan, Hidung bersih, leher tidak ada
pembesaran tonsil, tenggorokan tidak meradang. Mulut bersih, gigi ada
karies, tidak ada kesulitan menelan. Dada: simetris, suara nafas normal
vesikuler, tidak ada ronkhi baik sebelah kiri atau kanan, tidak ada
wheezing, bunyi jantung I dan II normal. Payudara: membesar, areola
mammae hiperpigmentasi, putting susu menonjol, kolostrum ada.
Abdomen: perut membuncit, striae gravidarum ada, tidak ada jejas.
Leopold I bagian fundus teraba bokong, TFU 28 cm, Leopold II
punggung kiri, Leopold III presentasi kepala, sudah masuk PAP tapi
masih bias digoyang sedikit, Leopold IV kepala sudah masuk PAP 2/5,
auskultasi DJJ 142 x/menit, teratur, kuat. Vulva/Vagina: (tidak
dilakukan pemeriksaan), klien mengatakan tidak ada keputihan, tidak
ada darah yang keluar pervaginam. Rektum: klien mengatakan ada
haemorroid. Ektremitas: tidak ada edema, tdak ada varises,
pergerakan bebas tidak ada keluhan, refleks patella +/+.
3. Analisa Data
a. Data Subyektif
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah hingga alat
kelaminnya serta merasakan kenceng-kenceng, punggung kadang
pegel-pegel, apakah itu tanda-tanda melahirkan. Klien belum
pernah melahirkan sebelumnya dan ini adalah anak yang pertama.
Rencana melahirkan di puskesmas, namun dirujuk ke rumah sakit
karena memiliki riwayat asma sebelumnya.
b. Data Obyektif
Nyeri dirasakan skala 5, dibuat gerak sakit, dirasakan di perut
bagian bawah hingga alat kelaminnya, nyeri seperti melilit, sering
terjadi, wajah nampak meringis kesakitan. G1P0000 usia
kandungan 39-40 minggu, kehamilan pertama, DJJ 142x/menit,
teratur dan kuat, TFU 28 cm, fundus teraba bokong, punggung kiri,
presentasi kepala, sudah masuk PAP.
c. Masalah
Nyeri persalinan
d. Kemungkinan Penyebab
Dilatasi serviks
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan yang berhubungan dengan dilatasi serviks.
C. TINDAKAN
1. Diagnosa Keperawatan (1)
a. Tujuan
Ny.L merasa nyaman dan dapat mengontrol nyerinya setelah
dilakukan tindakan selama 1x24 jam.
b. Kriteria Hasil
Ekspresi wajah rileks, klien dapat mengontrol nyerinya.
c. Rencana Tindakan
1) Memonitoring respon nyeri. Rasional: dapat mengetahui sejauh
mana dan perkembangan nyeri dirasakan.
2) Lakukan massage uterus. Rasional: untuk memberikan efek
nyaman pada daerah nyeri.
3) Pemberian edukasi nyeri persalinan. Rasional: agar klien dapat
mengetahui tentang nyeri persalinan yang dirasakan saat ini.
4) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi nafas dalam. Rasional:
karena relaksasi dafas dalam dapat membuat klien merasa rileks,
mengalihkan fokus terhadap nyerinya, dan dapat mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan.
5) Gunakan pendekatan secara psikospiritual. Rasional: untuk lebih
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan memohon untuk
diberikan perlindungan selama kehamilan dan proses persalinan.
D. IMPLEMENTASI
1. Diagnosa Keperawatan (1)
a. Memonitoring respon nyeri klien. Respon: nyeri dirasakan skala 6,
dibuat gerak sakit, dirasakan di perut bagian bawah hingga alat
kelaminnya, nyeri seperti melilit, sering terjadi, wajah nampak
meringis kesakitan.
b. Melakukan massage uterus. Respon: klien merasa nyaman dan
mengatakan nyaman ketika dilakukan massage, namun nyeri terus
bertambah.
c. Memberikan edukasi tentang nyeri persalinan. Respon: klien
kooperatif.
d. Mengajarkan menggunakan teknik relaksasi dafas dalam. Respon:
klien kooperatif, menerapkan dan melakukan sesuai instruksi..
e. Menggunakan pendekatan secara spiritual. Respon: klien
mengatakan merasa tenang ketika banyak mengingat Sang
Pencipta.
E. EVALUASI
1. Diagnosa Keperawatan (1)
a. Kala I
1) Subyektif
Klien mengatakan masih nyeri serta nyeri terus bertambah.
2) Obyektif
Nyeri skala 6, klien semakin kesaakitan, ekspresi wajah tidak
nyaman/kesakitan.
3) Analysa
Masalah teratasi sebagian, nyeri persalinan akut.
4) Planning
Lanjutkan intervensi memonitoring respon nyeri, lakukan
massage uterus, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, lakukan
pendekatan secara spiritual.
5) Intervensi
Memonitoring nyeri dan massage uterus.
6) Evaluasi
Klien mengatakan lebih rileks setelah melakukan relaksasi
nafas dalam, dimassage uterus, serta banyak mengingat Sang
Pencipta.
b. Kala II
1) Subyektif
Klien mengatakan nyeri berkurang ketika menarik nafas dalam
dan mengingat Sang Pencipta. Klien mengatakan haus dan
merasa kekeringan di mulut.
2) Obyektif
Wajah nampak lebih rileks dan tenang, nyeri skala 4, klien
nampak lemah dan berkeringat.
3) Analysa
Masalah nyeri teratasi. Timbul masalah baru kekurangan
volume cairan.
4) Planning
Hentikan intervensi nyeri. Berikan minum klien, peningkatan
infus RL.
5) Intervensi
Memberikan klien minum dan meningkatkan tekanan infus.
6) Evaluasi
Klien mengatakan lega dan tidak haus lagi.
c. Kala III
1) Subyektif
Klien mengatakan merasa kurang nyaman setelah persalinan
karena kotor dan ingin dirinya bersih agar bisa beristirahat
dengan nyaman.
2) Obyektif
Klien nampak berlumur darah, kotor, dan kuku tangan panjang.
3) Analysa
Resiko infeksi maternal.
4) Planning
Lakukan seka, edukasi personal hygiene mandi/seka saat sakit
serta potong kuku yang rutin.
5) Intervensi
Melakukan seka, mengedukasi personal hygiene mandi/seka
serta potong kuku rutin 1 minggu 1x.
6) Evaluasi
Klien mengatakan lebih nyaman dan nampak bersih.
d. Kala IV
1) Subyektif
Klien mengatakan tidak tau caranya menyusui bayi yang benar.
2) Obyektif
Klien nampak bingung dan bertanya bagaimana cara/posisi
yang benar saat menyusui bayi.
3) Analysa
Kesiapan meningkatkan peran keluarga
4) Planning
Ajarkan posisi menyusui dan perawatan payudara.
5) Intervensi
Mengajarkan posisi menyusui dengan demonstrasi dan
melakukan/edukasi cara perawatan payudara.
6) Evaluasi
Klien merasaa senang dan akan mempraktekkan nanti ketika
menyusui.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan teori dari Wiedenbach, maka model konsep keperawatan
maternitas/kebidanan dalam kasus kali ini teridentifikasi sebagai berikut:
(1) Sebagai agents adalah semua tenaga kesehatan (bidan dan perawat) yang
terkait di Ruang Bersalin RSD dr.Soebandi Jember yang memiliki empat
elemen dalam ”clinical nursing” yaitu: filosofi, tujuan, praktik dan seni.
(2) Sebagai recipients dalam kasus ini ada klien (Ny.L) beserta
keluarganya. (3) The goal/purpose dalam kasus ini adalah semua tujuan dan
kriteria hasil yang perlu untuk dicapai dalam rangka memecahkan persoalan
yang menjadi masalah klien dan keluarga. (4) The Means yang
merupakan tahapan – tahapan dalam memecahkan masalah klien mulai
dari pengkajian – diagnosa – intervensi – implementasi – evaluasi yang
dilakukan dengan berdasarkan tahapan proses kebidanan Wiedenbach
(identifikasi, ministration, validation, coordination). (5) Frame work yang
merupakan kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan rumah sakit saat ini,
struktur organisasi administrasi maupun klinik di rumah sakit, serta
profesionalisme dari seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam kasus ini.
Penerapan model konseptual Ernestine Wiedenbach dalam asuhan
keperawatan persalinan normal lebih menitikberatkan pada fase akut yang
terjadi selama proses persalinan itu sendiri. Berdasarkan filosofi tersebut
maka data fokus yang perlu diidentikasi dalam kasus ini antara lain meliputi
nama, umur, paritas, penolong persalinan, waktu terjadi pecah ketuban,
waktu kala dua dan kala tiga, TFU, kekuatan kontraksi, kondisi keluaran
per vaginal (warna, aliran, jumlah, bekuan darah), selain itu juga perlu
diobservasi TTV, tingkat kesadaran, konjungtiva, dan ekspresi wajah.
Berdasarkan hasil pengkajian pada recipient dalam kasus ini, didapatkan
sejumlah permasalahan yang menjadi kebutuhan mendasar yang perlu untuk
segera ditangani oleh perawat (here and now), di antaranya adalah masalah
nyeri persalinan, kekurngan volume caira, resiko infeksi maternal, dan
kesiapan meningkatkan peran keluarga. Hasil pengkajian tersebut tentunya
telah mengalami proses validasi dengan mengidentifikasi ulang kebutuhan
apa saja yang bersifat perlu segera ditangani.
Dalam tahapan ministrasi, setelah diketahui apa saja yang menjadi
permasalahan klien, perawat segera membantu klien dalam mencari sumber
daya pertolongan yang dibutuhkan. Dalam hal ini perawat bersama-sama
tenaga kesehatan lainnya segera melakukan perencanaan tindakan sesuai
dengan proritas masalah mana yang perlu ditangani lebih dulu. Respon nyeri
yang dialami klien merupakan masalah.
Faktual yang saat itu terjadi dan perlu untuk segera mendapat
pertolongan. Masalah lainnya yang terkait dengan kehamilan klien seperti
kekurangan volume cairan dan resiko tinggi infeksi maternal adalah
masalah berikutnya yang perlu untuk segera mendapat intervensi
keperawatan. Dalam upaya memecahkan masalah tersebut, perawat
mengerahkan segala sumber daya, baik peralatan maupun sumber daya
keilmuan, seni, dan filosofi keperawatan. Selanjutnya dari sumber daya yang
telah dikumpulkan tersebut, perawat mengkoordinasikan seluruh sumber daya
yang ada untuk memberikan pertolongan. Pengaturan mengenai tindakan
apa yang diperlukan, kapan diberikan, bagaimana tindakan dilaksanakan,
serta siapa yang melakukan perlu dilakukan untuk menjamin pertolongan
diberikan seefektif mungkin.
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penerapan model konseptual Wiedenbach dalam asuhan
keperawatan persalinan normal lebih menitikberatkan pada fase akut yang
terjadi selama proses persalinan itu sendiri. Filosofi yang dikembangkan
adalah adanya 5 komponen dalam asuhan kebidanan yang meliputi:
agents, recipients, goal/purpose, the means, dan frame work.
Aplikasi model konseptual keperawatan Wiedenbach dalam asuhan
keperawatan Intranatal Care (INC) pada klien ibu melahirkan di Ruang
Bersalin RSD dr.Soebandi Jember dapat dilakukan melalui tahapan:
identifikasi, validasi, ministrasi, dan koordinasi.
B. SARAN
1. Instansi Layanan Kesehatan/Kebidanan
Model konseptual Wiedenbach dapat diterapkan dan menjadi
standar dalam asuhan kebidanan khususnya dalam menangani ibu
inpartu. Model konsep ini cukup sesuai untuk diterapkan terutama di
instansi seperti rumah sakit yang merupakan pusat rujukan ibu yang
mengalami masalah dalam proses persalinan.
2. Tenaga Keperawatan/Kebidanan
Model konseptual Wiedenbach sudah lama dikenal dalam dunia
kebidanan/keperawatan maternitas, namun belum banyak tenaga
kesehatan yang mengaplikasikannya. Hendaknya para tenaga
kesehatan dapat mempelajari dan benar-benar menjadikan model
konseptual asuhan kebidanan sebagai dasar dalam bertindak.
3. Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan
Hendaknya lebih banyak mengeksplorasi berbagai teori model
konseptual keperawatan khususnya dalam keperawatan maternitas.
DAFTAR PSUTAKA