Pembimbing:
Destiana, S.SiT
Disusun oleh :
1
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN
Hari : Rabu
2
Rokhib Aryadi, S.ST. MTr.Kep Ika Kristiyana, S.Kep., Ners
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan asuhan keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ny. A dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman dan Nyaman”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik
Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia khususnya asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada:
1. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Ns. Maryana, S.Psi, S.Kep, M.Kep selaku Ka.Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. Rokhib Aryadi, S.ST. MTr.Kep selaku dosen pembimbing akademik dan
Cahyani Utami Putri, S.Kep.,Ners dan Ika Kristiyana, S.Kep.,Ners selaku
pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan demi terselesainya
laporan ini.
4. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan
penyusunan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien Ny. A dengan gangguan
kebutuhan rasa nyaman di Bangsal Camar RSPAU dr. S. Hardjolukito. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharap saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih
sempurna.
3
Yogyakarta, 11 November 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kebutuhan dasar manusia yaitu
penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, dan tahap perkembangan. Penyakit
merupakan keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh memerlukan
pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya. Hubungan keluarga yang baik
dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya.
Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang.
Konsep diri yang sehat memberikan perasaan yang positif terhadap diri . Orang
yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali
kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga lebih mudah
memenuhi kebutuhan dasarnya. Setiap tahap perkembangan, manusia
mempunyai kebutuhan dasar yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, maupun spiritual (Potter dan Perry, 2010)
Ada beberapa ahli yang menyebutkan tentang kebutuhan dasar manusia
diantaranya menurut A. Moslow dan Virginia Henderson. Menurut Moslow,
kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki, mulai dari yang
paling rendah (bersifat dasar / fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi
diri). Hierarki kebutuhan Moslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5
macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologi (physiological needs), kebutuhan
rasa aman (safety and security needs), kebutuhan akan rasa kasih saying rasa
4
memiliki (love and belonging needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs),
dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization). Sedangkan Virgina
Henderson mengungkapkan bahwa kesehatan berkaitan dengan kemampuan
pasien untuk memenuhi 14 komponen kebutuhan dasar hidup untuk
memandirikan pasien. Adapun 14 komponen kebutuhan dasar hidup tersebut
meliputi (Potter dan Perry, 2010):
1. Bernafas normal
2. Makan dan minum cukup
3. Pembuangan eliminasi tubuh
4. Bergerak dan mempertahankan posisi nyaman
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian pantas, berpakaian dan menanggalkan pakaian
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi normal
8. Menjaga kebersihan tubuh dan memelihara kesehatan dan melindungi
kulit
9. Meghindari bahaya di lingkungan
10. Komunikasi dengan orang lain dalam pernyataan emosi, kebutuhan,
ketakutan, dan pendapat
11. Beribadah menurut kepercayaan seseorang
12. Bekerja sedemikian rupa sehingga ada rasa pemenuhan akan kebutuhan
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
14. Belajar, menemukan atau mencukupi keingintahuan akan pertumbuhan
dan kesehatan yang normal dan dapat menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri.
Kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan dipandang secara holistic yang mencakup 4 aspek yaitu fisik, sosial,
psikospiritual, dan lingkungan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan
5
kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari nyeri, dan hipo/
hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia
merupakan kondisi yang memengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang
ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Potter dan Perry,
2010).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan
diagnosis keperawatan yang sesuai.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny. A diharapkan mahasiswa dapat:
a. Melakukan pengkajian data
b. Intervensi data dasar
c. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif
d. Melakukan asuhan keperawatan sesuai rencana
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
C. Manfaat
1. Bagi klien
Memberi informasi pada klien tentang pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
2. Bagi penulis
Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan apa yang di dapat dalam
perkuliahan.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan tentang asuhan keperawatan pada Ny. A dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
4. Bagi lahan praktik
Memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk mempertahankan
dan menguatkan serta meningkatkan asuhan keperawatam serta profesional
agar terhindar dari masalah yang mungkin timbul.
6
D. Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan tanya jawab langsung pada pasien dan keluarga
pasien.
2. Observasi
Pengambilan data dengan cara menilai dan memantau perkembangan klien
secara langsung.
3. Studi dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan cara melihat buku rekam medik klien dan
hasil pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang.
4. Studi pustaka
Teori asuhan keperawatan dari buku-buku yang membahas masalah-masalah
asuhan keperawatan.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Menurut sejarah, nyeri telah menjadi suatu komponen penting dalam
pengalaman manusia. Secara tradisional nyeri hanya merupakan gejala dari
suatu penyakit tertentu. Bagaimanapun, saat ini kita melihat nyeri sebagai suatu
penyakit yang terpisah. Pengalaman nyeri merupakan suatu hal yang komplek.
Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal. Stimulus terhadap
timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik dan / atau mental yang
terjadi secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang melelahkan dan
membutuhkan energi. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan
memengaruhi makna hidup. Nyeri hanya dapat di dapat dari apa yang klien
katakan. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri tersebut timbul dan
bagaimana perasaan klien ketika nyeri terjadi (Potter dan Perry, 2010).
Mengatakan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke
otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi dan emosional. (Hidayat Aziz, 2008,
hal. 124)
B. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan
reseptor. Nyeri yang dimaksud adalah nocieptor , merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki nyelin yang
terbesar pada kulit dan mukosa, khusunya pada persendian dinding arteri, ahti
dan kandung empedu. (Hidayat Aziz, 2008, hal. 121)
8
C. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi 2 yakni nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang yang tidak memiliki atau melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu yang lama. Yang lebih dari 6 bulan, yang termasuk
nyeri psikomatis. Dan ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam
beberapa kategori, diantaranya nyeri tersusun dan nyeri terbakar.
Perbedaan nyeri akut dan kronis
6. Gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi
dengan gejala yang dengan sedikit gejala
lebih terbatas (adaptasi) berlangsung terus
menerus
9
D. Etiologi
a. Trauma
Mekanik : (tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk)
Thermis : (panas dan dingin)
Chemis : (zat kimia bersifat asam dan baja serta iritasi dan korosif lainnya)
Elektris : (listrik)
Peradangan : (inflamasi)
Nyeri disebabkan oleh pembengkakan atau meregang syaraf dan pelepasan
mediator kimia.
b. Trauma Psikologis
Keluhan yang berhubungan dengan psikologis
Gangguan sirkulasi
Terjadi penyempitan / penyumbatan pada saluran tubuh
Neuplasma
Jinak atau nyeri tidak ada ujung reseptor
Misalnya : tumor
E. Manifestasi Klinis
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernapasan meningkat
F. Patofisiologi
a. Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) diubah
menjadi suatu aktifas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stumuli ini
dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri).
10
Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi
nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Kemudian
terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang
nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator dan penurunan pH jaringan.
Terjadi pengeluaran zat-zat mediator nyeri seperti histamine, serotonin yang
akan menimbulkan sensasi nyeri.
b. Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf
perifer melewati kornus dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi
sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron
presinaps ke pasca sinap melewati neuro transmiter.
c. Modulas
Merupakan proses pengendalian internal oleh system saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi
melalui system analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam
neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron
di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan
menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis.
Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau
supraspinalis.
d. Persepsi
Merupakan hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri
yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris,
informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan
amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.
(Potter&Perry, 2010)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
11
3. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik
lainnya
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.
H. Komplikasi
F. Pengukuran Nyeri
a. VAS (Visual Analog Scale)
Intensias nyeri yang diukur menggunakan VAS sudah terbukti
kehandalannya, valid, dan konsisten. VAS adalah suatu instrumen yang
digunakan untuk menilai intensitas nyeri dengan menggunkan sebuah tabel
garis 10 cm dengan pembacaan skala 0-100 mm dengan rentang makna:
b. Skala Angka
Ketika menggunakan skala angka, skala yang digunakan yaitu:
Skala 0-3 mengindikasikan nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, dan 7-10 nyeri hebat,
dianggap sebagai keadaan darurat pada nyeri (Potter and Perry, 2010).
12
G. Pathway
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Karakteristik Nyeri
P (Provocate) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri.
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien,
dalam hal ini perawat dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang
mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik
13
maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan
perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
Q (quality) : seperti apa tajam, tumpul, atau tersayat. Kualitas nyeri yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan
kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, perih,
tertusuk, dll.
R (region) : daerah perjalanan nyeri. Untuk mengkaji lokasi nyeri maka
perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian daerah yang
dirasakan tidak nyaman oleh klien.
S (severity/skala nyeri) : keparahan / intensitas nyeri. Tingkat keparahan
pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subyektif. Pada
pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan
sebagai nyeri ringan, sedang, berat.
T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri. Perawat
menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian
nyeri. Perawat dapat menanyakan : “Kapan nyeri mulai dirasakan?”
b. Respon Fisiologis
Stimulasi Simpatik (nyeri ringan, moderat, dan superficial) dilatasi
saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate:
1) Peningkatan tekanan darah
2) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
3) Peningkatan nilai gula darah
4) Diaphoresis
5) Peningkatan kekuatan otot
6) Dilatasi pupil
7) Penurunan motilitas GI
Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
1) Muka pucat
2) Otot mengeras
3) Penurunan HR dan BP
4) Nafas cepat dan irregular
14
5) Nausea dan vomitus
6) Kelelahan dan keletihan
c. Respon Perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
1) Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
2) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
3) Gerakan tubuh (gelisah, immobilisasi, ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari dan tangan)
4) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada
aktivitasmenghilangkan nyeri selama beberapa menit atau menjadi
kronis)
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien
hidronefrosis sebagai berikut :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2) Nyeri berhubungan dengan distensi kekakuan
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Tujuan Keperawatan
15
Sasaran umum pasien dapat meliputi rasa nyeri teratasi atau terkontrol, pola
nafas menjadi efektif, dan nutrisi pasien terpenuhi.
4. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, skala nyeri
berkurang, dan Pasien tampak rileks.
Intervensi :
1) Jelaskan tentang penyakit yang diderita pasien
2) Posisikan pasien senyaman mungkin
3) Observasi tanda-tanda vital dan tingkat nyeri pasien
4) Ajarkan pasien relaksasi nafas dalam
5) Edukasi pasien dan keluarga untuk membatasi pengunjung
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik
b. Nyeri berhubungan dengan distensi kekakuan
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan;
menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga
lutut.
2) Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri.
3) Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping analgesik; hindari
morfin.
4) Berikan periode istirahat terencana.
5) Kaji dan anjurkan melakukan latihan rentang gerak aktif atau pasif
setiap 4 jam.
6) Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan
perawatan kulit.
7) Auskultasi bising usus ; perhatikan peningkatan kekakuan atau nyeri;
berikan enema perlahan bila dipesankan.
16
8) Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan
atau kekakuan.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan
pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
1) Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan
cepat”.
2) Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
3) Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif.
4) Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan
napas dalam setiap jam.
5) Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
d. Nutrisi kurang berhubungan dengan perubahan selera makan
Kriteria hasil : pasien mampu menghabiskan makanan yang telah
diberikan.
Intervensi :
1) Monitor diit yang telah diberikan
2) Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukkan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya :
a. Hilangnya perasaan nyeri
b. Menurunnya intensitas nyeri adanya respon fisiologis yang baik
c. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-haritanpa keluhan nyeri
17
Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny. Y
2) Tempat Tgl Lahir : Bantul, 28 Desember 1958
3) Umur : 62 Thn
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : IRT
8) Suku / Bangsa : Jawa
9) Alamat : Batu Retno, Kecamatan Banguntapan, Bantul
10) Diagnosa Medis : HHS
11) No. RM : 2194XX
12) Tanggal Masuk RS : 22 Maret 2020
18
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS :
Pada saat masuk IGD RSPAU dr. S. Hardjolukito pasien mengeluh
nyeri pada perut bagian kanan, pada saat pemeriksaan diketahui
bahwa tensi pasien sangat tinggi. Nyeri yang dirasakan pasien
hilang-timbul. Pasien mengeluh sakit kepala seperti diputar-putar
dan merasakan mual. Pasien mengatakan punya penyakit gula atau
diabetes.
Tanda-tanda vital pasien :
TD : 120/70 mmHg SPO² : 98% Suhu : 36, 6ºC
Nadi : 88 x/menit RR : 26 x/menit
b) Riwayat Kesehatan Pasien :
Pasien memiliki beberapa riwayat penyakit yang dirasakan. Pasien
pernah melakukan beberapa kali operasi di RS yang berbeda. Pasien
mengatakan sudah 6 kali dirawat di 3 Rumah Sakit selama 3 bulan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan 3 bulan sebelumnya pernah melakukan operasi
Hernia di Rumah Sakit RSPAU dr. S. Hardjolukito. Setelah operasi
dokter mengatakan badan pasien berubah menjadi kuning, kemudian
pasien di rujuk untuk pemeriksaan CT-Scan di RSUP dr. Sardjito. Dalam
pemeriksaan didapatkan hasil adanya penyumbatan di bagian liver dan
limfa. Dokter mendiagnosis pasien mengalami Sirosis hati dan adanya
kista di ginjal. Pasien mengatakan juga memiliki penyakit gula (diabetes)
dan hipertensi. Pasien mengatakan kontrol di Puskesmas Kalasan dan
mengkonsumsi obat rutin seperti clonidine untuk hipertensi dan
19
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien
Perempuan
Meninggal
Pisah
20
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
Selama Sakit : pasien terpasang drain kateter dan tidak terkontrol. Pasien
mengatakan belum BAB karena masih terlalu banyak berbaring ditempat
tidur.
3) Aktivitas /latihan
a) Keadaan aktivitas sehari – hari
Sebelum Sakit : pasien mengatakan dapat melakukan aktifitas sehari-
hari secara mandiri
Selama Sakit : pasien tidak bisa melakukan aktivitas dan hanya
berbaring saja. Pasien mengeluh apabila duduk terlalu lama seperti
ada yang menusuk-nusuk didalam perut, dan pada saat pasien tidak
bisa terlalu lama untuk posisi miring kanan atau kiri karena pasien
merasakan sakit pada bagian pinggang.
b) Keadaan pernafasan
Sebelum Sakit : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris. Pasien
mengatakan tidak ada keluhan.
Selama Sakit : bentuk dada normal, dan pergerakan dada simetris.
Pasien mengatakan tidak ada keluhan pernafasan.
c) Keadaan Kardiovaskuler
Sebelum Sakit : pasien mengatakan tidak ada keluhan
Selama Sakit : letak jantung pasien normal
d) Skala Ketergantungan ( ADL ) Bartel Indeks
Usia : 36 Thn
21
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
2 = Mandiri
0 = Tergantung orang lain
2. Mandi
1 = Mandiri
0 = Membutuhkan bantuan orang lain
3. Perawatan diri
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
0 = Tergantung orang lain
4. Berpakaian
1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju)
2 = Mandiri
0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
5. Buang air kecil
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur)
0 = Tergantung bantuan orang lain
7. Penggunaan toilet
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
0 = Tidak mampu
8. Transfer
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
3 = Mandiri
0 = Immobile (tidak mampu)
9. Mobilitas (berjalan di
permukaan datar) 1 = Menggunakan kursi roda
22
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
2 = Mandiri
Hasil dari pemeriksaan Indeks Bartel di kategorikan menjadi 5 kategori dengan rentang nilai
berikut ini :
(Collin C., Wade D.T., Davies S., and Horne V., 1988)
4) Istirahat – tidur
Sebelum Sakit : pasien mengatakan bisa istirahat-tidur seperti biasa. Pasien
biasa tidur 6-8 jam setiap sehari, tidur siang 1-2 jam,
Selama Sakit : pasien mengeluh tidak bisa istirahat-tidur secara baik.
Pasien mengeluh baru bisa tidur pada siang hari namun hanya beberapa
jam dan tidak merasa nyaman. Pasien mengatakan tidak bisa tidur pada
malam hari (insomnia) dan pada saat pasien merasakan nyeri pasien tidak
bisa tidur sama-sekali.
5) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
S : Pasien mengatakan sehat itu sangat mahal harganya. Maka dari kita
harus menjaga kesehatan diri sendiri.
O : Pasien mengatakan nyeri dibagian perut.
6) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Pasien selalu berfikitr positif untuk menghindari stres. Dan dukungan dari
keluarga yang menemani sangat penting bagi kesehatan pasien.
23
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Metis
E = 4, V = 6, M = 5
2) Status Gizi :TB = 156 cm
BB = 58 Kg
IMT =58 = 23,8 kg/m²
(1,56)²
Kesimpulan : Pasien memiliki IMT Gizi yang Baik
3) Tanda Vital : TD = 160/91 mmHg Nadi = 81x/mnt
Suhu = 36,4 °C RR = 25 x/mnt
24
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
4) Skala Nyeri Numerik Pain Rating Scale ( NRS ) Usia > 36 tahun
25
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
6) Payudara
a) Inspeksi
Tampak simetris
b) Palpasi :
Tidak terdapat benjolan / massa, dan tidak terdapat nyeri tekan.
7) Punggung
Tampak Simetris, tidak ada lesi
8) Abdomen
a) Inspeksi
- Terdapat luka bekas post operasi hernia
- Perut sedikit cembung (konkaf),
- Kulit warna coklat
- Ada pembesaran perut kuadran 4
b) Auskultasi
Terdapat peristaltik usus dengan jelas 10x/menit
c) Perkusi
Suara perut timpani
d) Palpasi
Terdapat nyeri tekan
26
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis pada
luka tusukan infus :
Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan
Tempat suntikan tampak sehat 0 Tidak ada tanda flebitis
- Observasi kanula
27
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Asuhan Keperawatan
28
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan + Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
PENGKAJIAN RESIKO JATUH Nama : Ny. Y Jenis Kelamin :L/P
DEWASA (SKALA MORSE) Tanggal lahir : 01 Maret 1984 Ruang : Merak
TGL/JAM 23 Maret 2021
KRITERIA PARAMETER PENGKAJIAN PENGKAJIAN ULANG **
AWAL * Keterangan: Keterangan: Keterangan: Keterangan: Keterangan:
Riwayat Jatuh Kurang dari 3 bulan 25 -
Kondisi Kesehatan Lebih dari satu diagnosa penyakit 15 15
Di tempat tidur / butuh bantuan
0
perawat / memakai kursi roda
Bantuan Ambulasi
Kruk, tongkat, walker 15
Furniture: dinding, meja, kursi, almari 30
Terapi
Terapi intravena terus menerus 20 20
IV/antikoagulan
Normal/ di tempat tidur/ immobilisasi 0 0
Gaya berjalan /
Lemah 10
berpindah
Kerusakan 20
Orientasi dengan kemampuan sendiri 0 0
Staus Mental
Lupa keterbatasan 15
TOTAL SKOR 35
TR : Tidak Resiko (0-24), RR: Resiko Rendah (25-44), TR / RR / RT
TR / RR / RT TR / RR / RT TR / RR / RT TR / RR / RT TR / RR / RT
RT : Resiko Tinggi (≥ 45) lingkari
Nama perawat yang melakukan pengkajian Nawa
Paraf perawat yang melakukan pengkajian
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium Ny. A di Ruang Merak
Rumah Sakit AU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta Tanggal 22 November 2021
Index Eritrosit
- MCV 79 fL 80 ~ 100
- MCH 27 pg 26.0 ~ 34.0
- MCHC 34 g/dL 32.0 ~ 36.0
- Laju Endap Darah 35 mm/jam < 20
Kimia Klinik
Fungsi Hati
- AST (SGOT) 15 U/L < 31
- ALT (SGPT) 14 U/L < 34
Fungsi Ginjal
- Ureum 26,2 mg/dL 17 ~ 43
- Kreatin 4,25 mg/dL 0.6 ~ 1.1
Elektrolit
- Natrium (Na)
- Kalium (K) 114,96 mmol/L 135.0 ~ 147.0
- Klorida (Cl) 4,74 mmol/L 3.5 ~ 5.5
81,85 mmol/L 95.0 ~ 105.0
Karbohidrat
- Glukosa Darah Sewaktu 457 mg/dL < 200
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal
Pemeriksaan
Imunoserologi
- Anti HIV Rapid (Stik)
Rapid Test Covid 19 Non Reaktif
- Covid 19 IgG
Negatif Negatif
- Covid 19 IgM Negatif Negatif
Hepatitis Marker
- HBsAG Negatif Negatif
23 Maret 2021 Kimia Klinik
Karbohidrat
- Gula Darah Sewaktu 457 mg/dL < 200
23 Maret 2021 Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 457 mg /dL < 200
Karbohidrat
- Glukosa Darah Sewaktu 146 mg/dL < 200
24 Maret 2021 Kimia Klinik
Karbohidrat
- Gula Darah Sewaktu mg/dL < 200
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )
6. Terapi
Tabel 3.6 Pemberian Terapi
Pasien Ny. A di Ruang Camar Rumah Sakit AU dr. S. Hardjolukito
2. Ajarkan cuci tangan yang benar S : pasien mengatakan belum paham langkah-
Ds : pasien mengatakan belum paham langkah mencuci tangan yang benar
langkah-langkah mencuci tangan yang O : pasien kurang menjaga kebersihan tangan
benar A : risiko infeksi teratasi sebagian
Do : pasien kurang menjaga P : lanjutkan intervensi
kebersihan tangan
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien/No. RM : Ny. A/165517 Ruang : Camar
HR/ JAM
EVALUASI
TGL/ Dx.Kep (WIB) INTERVENSI TTD
(S O A P)
JAM
03 Nyeri akut 15.00 1. Observasi tingkat skala nyeri S : Pasien mengatakan Nawa
Nov Ds : pasien mengatakan nyeri nyeri berkurang, dari 7 ke
2020 sedikit berkurang dari 7 ke 4 4 (Maxwell)
(Maxwell) O : pasien sudah terlihat
Do : pasien sudah terlihat rileks, dan tidak begitu
rileks, dan tidak begitu menahan kesakitan
menahan kesakitan A : masalah nyeri teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi,
monitor ttv
DAFTAR PUSTAKA
Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta,
2011.
H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.
PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan :Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI.2016.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan :Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan :Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.