Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

Tentang :

MENGANALIS ANALISIS JURNAL SEHAT DAN SAKIT

Disusun oleh :

AUDIA ROZINDRA

2010070170007

Dosen Pembimbing :

Ns.Anggra Trisna Anjani , M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM


SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGATAR

Dengan puji dan syukur atas kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia nya sehingga penulis dapat menyelesikan makalah Konsep dasar
keperawatan anestesiologi tentang menganalisis jurnal nasional atau internsional

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh sebab itu penulis harapkan kritik dan sarannya untuk
kesempurnaan makalah ini dimana yang akan datang ,semoga makalah ini
bermanfaat.

Tapan,oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang

Tujuan

Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A JURNAL 1

a. Tema jurna
b. Metode
c. Hasil/pembahasan
d. Kesimpulan
e. Saran
f. Kekurangan dan kelebihan

B. JURNAL 2

a. Tema jurnal
b. Metode
c. Hasil/pembahasan
d. Kesimpulan
e. Saran
f. Kekurangan dan kelebihan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu dapat


menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis,spritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik ,sosial
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatan nya.

Ciri ciri orang sehat ;

1. kesehatan fisik terhujut


2. kesehatan mental (jiwa);pikiran ,emosional dan spritual
3. kesehatan sosial terhujud
4. kesehatan dari ospek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif.

Sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan
sistematik ,yaitu bahwa sakit merupakan suatu keadaan atau satu hal yang di
sebab kan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.

Kriteria menentukan apakah mereka sakit

1. adanya gejala naiknya temperatur,nyeri


2. persepsi tentang bagaimana mereka merasakan baik ,buruk sakit
3. kemampuan untuk melaksamakan aktivitas sehari hari seperti bekerja dan
sekolah.

TUJUAN

Untuk memberitahu tentang kesehatan yang bersifat holistik,proaktif, antipasif,


dengan masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor
secara dinamis dan lintas sektoral,yang berorientasi kepada peningkatan
pemeliharaan dan perlindungan terhadap penyakit agar tetap sehat dan bukan
hanya prnyembuhan yang sakit.
Manfaat

1. dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan sesuai prosedur dan berjaga


jaga agar tidak sakit.

2. Agar mengetahui arti pentingnya usaha pencegahan dan pengawasan terhadap


penyakit dan melakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang
pentingnya mengetahui rentang sehat sakit.

3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian ilmiah.

4.Medapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan tentang rentang sehat sakit.


BAB II

PEMBAHASAN

JURNAL 1

KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA BUDAYA ETNIS DAYAK KEBAHAN


HEALTHY AND SICK CONCEPTS ON THE ETHNIC CULTURE OF
DAYAK KEBAHAN

Pendahuluan

Kebanyakan masyarakat menghubungkan kondisi sehat dan sakit hanya dengan


kondisi tubuhnya, namun nilai, kepercayaan dan budaya juga turut serta di dalam
pembahasan kondisi kesehatan seseorang.disini kebudayaan dapat menjadi
pedoman bagi manusia ,apakah tindakan mereka tersebut bisa mendatangkan
keselamatan atau pun sebaliknya mendatangkan malapetaka .disini pun dijelaskan
bahwa manusia dapat menderita atau pun sakit akibat perbuatan nya. karena itu
kebudayaan hadir sebagai perbandingan dengan gejala biologis.secara tradisional
kesehatan bisa di liat dari beradat atau tidak nya seseorang.

Sebagian besar masyarakat perkampungan masih menganggap datang nya


penyakit masih berhubungan dengan sesuatu yang bersifat supranatural.ini
berdampak kepada proses kesehatan yang bersifat perdukunan .salah satu contoh
yaitu masyarakat etnis dayak.

Etnis Dayak khususnya etnik Dayak Kebahan yang terdapat di kabupaten


Sintang di Kalimantan Barat. Suku Dayak Kebahan ini menjalani hidup secara
tradisional dengan budaya serta adat istiadat. Faktor geografis menyebabkan
Dayak Kebahan menggantungkan hidupnya terhadap hutan sekitar serta sungai.
Faktor alam turut membentuk budaya dan kepercayaan yang dipegang teguh oleh
Dayak Kebahan. ini yang mempengaruhi orang etnik Dayak Kebahan dalam
mengartikan konsep sakit, sehat, serta teknik pengobatan.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, instrumen utama dari


pengumpulan data adalah peneliti sendiri melalui proses observasi dan
wawancara. Proses ini dibantu dengan beberapa instrumen seperti: pedoman
observasi yang memandu dalam me-lakukan pengamatan terhadap subjek dan
objek penelitian yang memuat daftar apa saja yang dibutuhkan untuk
mendapatkan perhatian para peneliti. Kemudian wawancara bebas terpimpin yang
memberikan kebebasan kepada infomesan dalam memberikan informasi dan
keterangan yang diperlukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Dibantu dokumentasi selama berada di lapangan baik dalam bentuk foto, video
dan rekaman suara.sebagai mana mestinya metode kualitatif akan dilanjutkan
dengan proses pengumpulan data dan analisis data.

Proses analisis ini dilakukan dengan cara menata secara sistematis catatan-
catatan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang persoalan yang diteliti, kemudian menyajikannya
sebagai temuan. Melalui kegiatan observasi, wawancara, data hasil catatan
lapangan, fieldnote, dan hasil transkrip wawancara dengan informan yang telah
ditentukan, dilakukan pengkoreksian kembali dan memilah-milah data sehingga
mendapatkan data penting yang terkait di dalam penelitian, yaitu konsep sakit,
sehat dan obat secara emic pada etnik Dayak Kebahan, dilanjutkan dengan
mengidentifikasikan dan mengklasisfikasi data tersebut yang juga dibantu dari
literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian.

Hasil dan Pembahasan

 Konsep Sehat dalam falsafah budaya Dayak Kebahan

Sebagai konsep dalam falsafal budaya Dayak kebahan, yang konsep tersebut
merujuk pada ethno-medicine atau cara pengobatan tradisional. Ethnomedicine
sendiri membahas tentang pemahaman masyarakat setempat tentang cara dalam
mengatasi penyakit yang sudah sejak dahulu kala digunakan sebagai sarana
pengobatan.

Dayak Kebahan memiliki religi tradisi yang mencakup konsep tentang dunia,
manusia, leluhur, penggunaan simbol-simbol. Religi Dayak Kebahan merupakan
bagian penting untuk memahami konsep sehat, sakit dan pengobatan tradisional.
Religi Dayak Kebahan memiliki pandangan akan kekuatan yang tertinggi, sebagai
yang berkuasa atas kehidupan di alam semesta ini yang disebut Petara.

Bagi Dayak Kebahan, di dalam dunia itu ada dua hal, yaitu alam semesta dan
manusia itu sendiri. ”Alam Semesta” yang dipahami oleh Dayak ada beberapa hal
yang mereka anggap penting, yaitu: tanah, hutan, dan binatang. Ketiga hal ini
tampak dari tradisi-tradisi mereka dan cara mereka berinteraksi dengan dunia di
sekitarya. Keyakinan akan adanya jiwa dan raga ini memberi konsep tersendiri
tentang sehat dan sakit bagi orang Kebahan.
Bagi orang dayak kebahan konsep sehat dapat di simpulkan oleh pengobat
(batra).dari para batra ditemui ;

(1) Batra I, menyatakan bahwa sehat jika seseorang itu jiwa dan raganya kuat dan
terhindar dari segala penyakit.

(2) Batra 2, menyatakan sehat itu adalah orang yang dapat bergerak dan
beraktifitas, jalannya tidak lemas. Kalau orang berjalan saja sudah lemas, itu
artinya orang tersebut terkena penyakit.

(3) Batra 3, menyatakan orang yang sehat adalah orang yang tidak mengalami
atau mampu menjaga tubuhnya dari penyakit baik penyakit biasa maupun
penyakit jiwa.

(4) Batra 4, menyatakan yang dimaksud dengan sehat adalah sehat mentalnya dan
kuat serta tidak mengalami keluhan terhadap adanya penyakit dalam dirinya.

(5) Batra 5, menyatakan sehat itu orang yang memiliki tubuh yang kuat dan tidak
terserang penyakit sehingga dapat beraktivitas dengan lancar.

Dari kelima batra tersebut dapat disimpulkan bahwa sehat adalah seseorang yang
memiliki badan yang sehat, mental yang kuat dan mampu beraktivitas dengan
lancar tanpa mengalami gangguan. Keadaan sehat menurut falsafah Dayak
Kebahan, merupakan suatu “anugerah” atau pemberian dari batu (petara).karna
ada petara ini masyrakat dayak kebahan meliliki mental yang kuat dan mendapat
tenaga agar tidak sakit.

 Konsep Sakit dan Pengobatannya pada Budaya Dayak Kebahan

Pengobatan tradisional merupakan bagian dari kebudayaan yang dapat


digolongkan pada sistem pengetahuan. Pengobatan tradisional menjadi
terintegrasi dengan unsur-unsur kebudayaan yang lainnya terutama sistem
kepercayaan. Oleh karena itu, konsep sehat dan sakit umumnya dihubungkan
dengan kekuatan spritual yang berada di luar jangkauan kekuatan manusia.Sakit
dan penyakit dipahami sebagai gangguan dari mahluk gaib atau roh-roh jahat.
Oleh karena itu, pengobatan yang dilakukan juga umumnya dilakukan oleh
orangorang yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan mahluk gaib dan
rohroh. Pengobatan seperti ini disebut dukun, batra atau baliant.

Disisi lain jauh berbeda dengan dunia modren dimana diagnosa yang paling perlu
untuk menentukan suatu penyakit,pemeriksaan pun menurut kaidah kesehatan
agar mendapat keakuratan diagnosa pun juga dilakukan di laboratarium.namun
demikian pengobatan tradisional tidak pernah hilang karna sebagian masih
percaya pengobatan tradisional masih memiliki efek dalam penyembuhan
penyakit .
Pengobatan tradisional ini memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar
misalnya obatnya tidak boleh dilangkahi karna bisa menyebabkan obat tersebut
hilang khasiatnya berbeda dengan obat modren pantangan nya lebih mencakup
seperti makanan yang bisa membuat reaksi obat tidak mempan jika dimakan.

Dari segi penggunaan pun jauh berbeda obat tradisonal cenderung pemakaian nya
diolesi meski ada juga yang di makan dan di minum.sedangakan penggunaan
obat modren biasa nya diminum.

Masyarakat biasanya memiliki defenisi sakit karna ada gejala yang timbul
namun berbeda dengan masyarakat etnis memahami penyakit karna ada keluhan
yang dirasakan penyakit namun selalu di sangkut pautkan dengan pelanggaran
adat ,diganggu oleh roh roh jahat akibat pengaruh alam.

Berdasarkan wawancara penyakit yang diderita oleh masyarakat dayak kebahan


tidak jauh bedanya dengan penyakit masyarakat modren biasanya seperti flu,
batuk, sakit kepala, sakit perut, dan lain sebagainya.tapi cara penggolongan nya
yang berbeda.

Di jurnal ini di jelaskan Dalam konsep masyarakat lokal, sakit secara umum
bisa berbentuk nyata dan tidak .Dayak Kebahan menyebut sakit yang tidak nyata
bisa berbentuk sakit ingatan atau garing panas (sakit jiwa), garing pulasit
(kemasukan roh jahat), sakit kuning dan kapidaraan yang sering menimpa
anakanak dan dianggap lebih berbahaya. Pada kelompok penyakit yang nyata,
sakit disebut sebagai kagaringan dan dianggap tidak terlalu berbahaya. Sakit
dikategorikan berbahaya atau tidak berbahaya, dikaitkan dengan kemampuan
batra dalam pengobatan. Umumnya sakit yang berbahaya, membutuhkan
kekuatankekuatan khusus dari batra dalam mengobati penyakit tersebut, namun
penyakit yang tidak berbahaya dapat disembuhkan sendiri oleh si sakit, misalnya
dengan beristirahat atau minum ramuan.

 Dampak Perubahan Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Lingkungan terhadap


Pandangan atas Sakit dan Sehat serta Pengobatannya

Perubahan suku Dayak Kebahan dan kebudayaannya dipengaruhi oleh beberapa


aspek dalam kehidupannya, diantaranya, perubahan ekologis, sosial ekonomi dan
pengetahuan. Aspek-aspek ini mengubah masyarakat Dayak Kebahan sehingga
seringkali ditemui istilah “Dayak dulu” dan “Dayak sekarang”.

Perubahan mulai terjadi saat masyrakat dayak tidak manganggap alam sebagai
alam semata tetapi mereka menganggap alam sebagai tempat hidup dan alam
dianggap seperti pasar sebagai tempat terpenuhi kehidupan termasuk
apotik,mereka mulai menemukan tanaman dan hewan yang bisa bermanfaat untuk
kesehatan dan kesembuhan. Ketika terjadi kerusakan ekologis mulai lah punah
flora dan fauna berakibat hilanglah tanaman yang dianggap bisa mengobati
masyarakat dayak kebahan.

Pada saat ini kelangkaan tanaman obat menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan masyarakat Dayak kebahan beralih pada penggunaan obat-obat
medis. Dayak Kebahan turut mengalami perubahan pada bidang sosial ekonomi.
Keadaan sosial ekonomi terutama tingkat kemakmuran sangat besar pengaruhnya
terhadap pola hidup juga terhadap kebudayaan. Kondisi perekonomian Dayak
Kebahan saat ini telah dipengaruhi oleh pembangunan sumber daya manusia.
Peranan berbagai usaha mandiri di luar bertani telah banyak dikembangkan.
Berbagai profesi di luar petani telah banyak disandang Dayak Kebahan. Berbagai
pemberdayaan sosial ekonomi seperti sistem perkreditan rakyat, sistem dagang,
sistem produksi dan distribusi, kini bukanlah hal asing lagi sebagian besar Dayak
Kebahan. Oleh karna itu sebagian besar Dayak Kebahan mengalami perubahan
dalam merespon gejala sehat maupun sakit mereka. Saat ini, konsep kehidupan
sehat sering kali dikaitkan dengan nutrisi dan gizi makanan dan minuman yang
dikonsumsi.

Selain perubahan pada ekologis dan sosial ekonomi, pengaruh pengetahuan juga
menjadi faktor yang mendorong perubahan masyarakat dalam merespon kondisi
sehat dan sakit pada Dayak Kebahan, hal tersebut bedasarkan sistem pengetahuan
yang mencakup segala pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang
digunakan dalam kehidupannya .oleh karna itu merka sadar akan pentingnya
kesehatan.seiring sejalan nya waktu pun pengobatan tradisional pun hilangkarena
batra kesulitan memcari bahan yang tidak ada lagi itu yang membuat masyarakat
dayak kebahan mulai mengomsumsi obat obatan modren ,dan juga ada nya
perkembangan pembangunan nasional seperti didirikan puskesmas dan disana
sudah tersedia obat obatan yang bisa dikonsumsi, masyarakat dayak pun dapat
banyak pengetahuan yang diberikan oleh pihak yang memiliki pengetahuan yang
lebih .

Perubahan-perubahan tersebut, tidak semata-mata terjadi begitu saja di antara


Dayak Kebahan, melainkan karena banyaknya pengaruh dari “orang luar”.
Tranformasi informasi dan komunikasi yang dengan mudah dilakukan menjadi
faktor perubahan-perubahan tersebut. Setelah semua sudah berkembang tradisi
pengobatan tradisional ini belim hilang sepnuh nya .pengobatan tradisional ini
menjadi pilihan kedua saat pengobatan modren tidak dapat meneyembuhan
sepenuhnya ,solusi pergi ke batera untuk meminta disembukan ini masih banyak
di jumpai sampai saat ini.
Kesimpulan

Bagi masyarakat modren sakit biasanya di pengaruhi proses biologis pasti bersifat
fisik ,namun berbeda dengan pandangan masyarakat dayak kebahan menurut
mereka sakit itu di pengaruhi dari faktor dari luar fisik. Pada etnis Dayak Kebahan
sehat dimaknai sebagai keadaan seseorang yang memiliki badan yang sehat,
mental yang kuat dan mampu beraktivitas dengan lancar tanpa mengalami
gangguan. Etnis Kebahan mengkonsepkan sakit dalam bentuk sakit yang nyata
dan sakit yang tidak nyata terutama ditinjau dari kemampuan mereka untuk
mengobatinya. Menurut mereka Sakit yang tidak nyata bisa berbentuk sakit
ingatan atau garing panas (sakit jiwa), garing pulasit (kemasukan roh jahat), sakit
kuning dan kapidaraan yang sering menimpa anak-anak. kata sakit hanya
digunakan pada kondisi sakit yang diakibatkan faktor eksternal yang bersifat
accidental misalnya terjatuh, terkena benda tajam atau benda keras. Sedangkan
“garing” merupakan sakit yang datang dari dalam atau natural tanpa banyak
dipengaruhi oleh harus terkena faktor eksternal, misalnya; badan lemah, atau
demam. Kekecewaan ataupun penderitaan secara batin pun dianggap sebagai
kondisi sakit oleh etnis. Sedangkan sakit dalam tubuh itu berupa sakit tulang, serta
urat sampai organ hati.Pengobatan biasanya dilakukan dengan memakan atau
meminum ramuan tanaman. Pengobatan lain yang digunakan ialah dengan melalui
tanaman yang diberi mantra. Terdapat juga teknik pengobatan dengan berdukun
atau yang dalam bahasa Dayak Kebahan disebut dibaliani (ritual pengobatan). ini
didasarkan pada pandnagan sumber dari sakit, yakni sakit disebabkan oleh nasib,
sakit disebabkan oleh manusia dan sakit yang disebabkan oleh hantu atau roh-roh
jahat.

Kelebihan dan kekurangan

 Kelebihan
- jurnal ini menjelaskan dengan jelas tentang bagaimana konsep sehat sakit
di kalangan masyarakat etnis dayak kebahan.
- penulisan didalam jurnal ditulis dengan bahasa yang mudah di mengerti
dan penyusunan nya teratur.
- merode yang digunkan pun jelas dan penjelasan dari metode di jelaskan
dengan rinci.

 Kekurangan

-satu yang tidak ada di jurnal ini yaitu tidak ada terdapat saran
JURNAL 2

PERSEPSI SEHAT - SAKlT DAN POLA PENCARIAN PENGOBATAN


MASYARAKAT DAERAH PELABUHAN
(Kajian Kualitatif di daerah Pelabuhan Tanjung Perak)

Pendahuluan

Permasalahan yang sering timbul di daerah perkotaan adalah pembangunan


pemukiman sudah direncankan dari 30 tahun lalu.termasuk program perbaikan
kampung sudah menjangkau lebih dari 300 di kota di indonesia .Pentingnya
masalah kesehatan perkotaan di lndonesia dapat dilihat dari pertambahan
penduduk sekitar daerah-daerah perdagangan, perkantoran. Industri. Sayang nya
sebagian besar dari mereka yang berdatangan tanpa bekal keterampilan,
pendidikan memadai, sehingga banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan yang
layak dengan penghasilan cukup, yang berakibat mereka tetap miskin. Akibat
Mereka menempati daerah pemukiman liar dan kumuh, berada pada sekitar daerah
pelabuhan. Dengan keadaan yang 'pas- pasan' tersebut sangat memungkinkan
berpengaruh pada persepsi dan pola pencarian pengobatan jika mereka sakit.

tidak seimbangnya penyediaan sarana,lingkungan hidup, perumahan.


pengolahan sampah, saluran air dan kondisi sosial masyarakat merupakan masaiah
tersendiri yang dapat muncul menyertai keberadaan kelompok ini, khususnya
bidang kesehatan.

Kota indonesia yang saat ini meliputi 30,9% total penduduk. Tingkat pertambahan
penduduk perkotaan selama dasawarsa terakhir ini besarnya lebih dari 53% per
tahun. Jika pertumbuhan penduduk perkotaan tetap saat ini maka diperkirakan
pada tahun 2020 akan mencapai 52,2% dari total penduduk (Ananta dan Arifin,
1999). Pertambahan penduduk yang sangat pesat ini salah satu
penyebabnyaadalah terkonsentrasinya bidang perdagangan, petbelanjaan, industri
dan lain-lain di daerah perkotaan. Hal ini mengakibatkan pemadatan penduduk
khususnya di kawasan perkarnpungan dan pemukiman liar.

Metode

Penelitian ini menggunakan studi kualitatif. Sedangkan sampel dipilih secara


purposive sampling dengan responden pada masyarakat kurang mampu di daerah
pelabuhan (Kumuh Perkotaan). Pemilihan responden dilakukan oleh ketua RT
atau ketua RW setempat yang menurut pendapatnya di kawasan tersebut mereka
dianggap kurang mampu. Respondennya adalah: Wanita Usia Subur (WUS) dan
Angkatan Kerja Laki-laki (AKL).
Lokasl studi di daerah Pelabuhan Tanjung Perak RW 9, RW 6 Kelurahan Perak
Utara dan RW 2 Kelurahan PerakTimur Kecamatan Pabean Cantikan.
Pengumpulan datadilakukan dengan FGD (Focus Group Discussion) pada 3
kelompok WUS dan 3 kelompok AKL. Jumiah tiap kelompok antara 8-10 orang.
Uji validasi data dilakukan dengan Triangulasi Sumber yaitu Cross Check hasil
dengan hasii studi riset pada aspek yang sama dari penelitilsumber lain (Sudarti,
1998 dan Solita, 1999).

Hasil

 Karakteristik Responden

Peserta FGD sebanyak 54 orang yang terdiri dari 28 (51,85%) orang laki-laki dan
26 (48,15%) orang wanita. Masing-masing terbagi dalam 3 kelompok. Pada
kelompok laki-laki masing-masing 7 (25%) orang berpendidikan lulus SD dan
lulus SLTP serta 14 (50%) orang minimal SLTA. Sebanyak22 (78,5870) orang
bekerja wiraswasta/swasta, 3 (10,71%) orang PNS dan 3 (1 0,71%) orang
pengangguran. Pada kelompok wanita 14 (53,85%) orang berpendidikan lulus SD,
2 (789%) orang lulus SLTP dan 10 (38,46%) orang minimal lulus SLTA.
Sebanyak 22 (84,62%) orang sebagai lbu Rumah Tangga, masing-masing 2
(7,69%) orang bekerja swasta dan sebagai guru TK.

 Persepsi Sehat – sakit

Disini yang di uji oleh kelompok diskusi ada dua (WUS & AKL) bisa dilihat di
matrik di bawah ;

Kelornpok Persepsi sehat - sakit masyarakat

Pada diri sendin Pada snak

AKL(angkatan laki- laki ) - pilek belum tentu sakit - anak sehat itu tidak lesu

-masih bisa kerja itu - banyak gerak tidak rewel

belum tentu sakit

WUS(Wanita-Usia Subur) -sakit itu tubuh ada -makan sehat banyak bermain

Perubahan dan kelainan anak sakit itu badan panas

-sehat itu tidak nyeri tidurnya menangis

Makan sehat tidur nyenyak


"Kalau masih bisa bekerja itu ...... ya ...... masih belum sakit .... belum apa-apa
(sehat) .... tapiperlu dijaga kondisinya ........" "Kalau masih pilek itu ...... belurn
fermasuk sakit namanya ...." (Kelompok AKL) "Sehat itu .... ya ..... yang nafsu
makannya enak, tidak terasa nyeri/pusing ...." "Orang sehat itu ..... ya ng tidak
terasa nyeri .... pikiran fenang .... makan ferasa enak ...... " "Keadaan sakit itu ......
j ika keadaan tubuh ada kelainan .... biasanya beg& .... sekarang begini ..... yang
tadinya enak ...... sekarang tidak enak ....." (Kelp. WUS)

Sedangkan jika persepsi tersebut diarahkan kepada anak mereka.

"Anak sehat itu tidak lesu tidak rewel banyakgerak .... tidak minat gendong ...."
'anak sehat ifu .... ya .... makannya lahap ..... yang biasanya bermain dengan
temannya .... ya ..... bermain .... lincah ...." "Kalauanakitu .... tiduran fetus .....
menangis terus tanpa sebab ..... badannya panas ..... itu sakit ..... namanya”

Dari segi pendapat banyak yang mengatakan penyakit seperti seperti kanker,
jantung, hepatitis termasuk jenis penyakit yang berat.namun sebagian dari mereka
mengatakan beratnya suatu penyakit tergantung dari pekerjaan dan apa yang
dimakan.

 Kebiasaan Berobat Jlka Sakit

Disini di jelaskan bahwa kebiasaan mengobati sendiri sering dilakukan jika


tidak sembuh baru pergi ke pelayanan kesehatan.. Pelayanan terdekat
umumnya rnenjadi pilihan, baik dokter swasta, puskesmas atau rumah sakit.
Sakit yang ringan seperti pusing, batuk ringan mereka umumnya mengobati
sendiri dengan obat- obat yang seperti bodrex ,antalgin ,paramex dll.Dan
rnereka beli di warung-warung, toko obat terdekat.

Meskipun demikian merekapun juga masih memanfaatkan pengobatan


tradisional di antaranya shinshe, pijat urat dan jamu-jamu tradisional. Namun
pemanfaatan pengobatan tradisional dilakukan setelah pengobatan modern
dirasa kurang membawa hasil atau hanya untuk pencegahan yang dilakukan
denqan jamu-jamu tradisional.

 Tanggapan terhadap pelayanan kesehatan

Disini dijelaskan kelompok AKL lebih memilih berobat di RS PHC (rort Health
Centre) jarak nya lebih deka meskipun biaya nya mahal.sedangkan kelompok
WUS lebih memilih di puskesmas biaya nya tergolong murah .namun ada juga
yang berpendapat berobat di puskesmas kurang puas karena tidak diperiksa oleh
dokter secara langsung dan obat nya terkadang tidak manjur.
Pembahasan

Ada 2 faktor utama yang menentukan perilaku sakit:

(1) persepsi atau definisi individu tentang suatu penyakit,

(2) kernampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut

Disini juga dikatakan bahwa adanya perbedaan konsep antara disease dan illness
akan memunculkan 4 area kombinasi alternatif antara penyakit dan sakit.

 Area I menggambarkan bahwa seseorang tidak menderita penyakit dan


juga tidak merasa sakit (no disease and no illness).
 Area II menggambarkan seorang mendapat serangan penyakit (secara
klinis), tetapi orang itu sendiri tidak merasa sakit atau rnungkin tidak
dirasakan sebagai sakit (disease but no illness). Dalam kenyataannya area
ini adaiah yang paling luas wilayahnya. Artinya masyarakat yang secara
klinis atau laboratoris menunjukkan gejala klinis bahwa mereka diserang
penyakit tetapi mereka tidak merasakan sebagai sakit
 Area Ill menggambarkan penyakit yang tidak hadir pada seseorang tetapi
orang tersebut merasa sakit (illness but no disease).
 Area IV menggambarkan adanya seseorang memang menderita penyakit
dan juga ia rasakan sebagai rasa sakit (illness with disease.

Dengan demikian dari hasil yang di dapatkan Di dalam pencarian pengobatan


apabila mereka sakit, mereka umumnya mencoba untuk mengobatinya terlebih
dahulu (terutama untuk penyakit yang ringan) dengan membeli obat-obat seperti
yang diiklankan TV, Radio dan koran, kemudian setelah tidak sembuh baru
berobat ke tenaga kesehatan. Dan pemikiran yang berbeda ada pula pergi ke
pengobatan modern dahulu baru kemudian ke alternatif tradisional jika tak
sembuh- sembuh.

Dijelaskan juga respons seseorang apabila sakit adalah melalui 5 tahapan yaitu:
tidak bertindak (no action), tindakan mengobati sendiri (self treatment), mencari
pengobatan tradisional (traditional remedy) khususnya untuk masyarakat
perdesaan. membeli obat ke warung (chemist shop), ke pengobatan modern
(puskesmas. US) dan dokter praktik.

Dan responden juga kurang tertarik berobat di puskesmas karna tidak dokter
langsung yang memeriksa meski pun biaya yang terbilang murah.
Kesimpulan

1. Persepsi sehat - sakit pada AKL (Angkatan Kerja Laki-iaki) mempunyai


intensitas 'lebih lebar' dibandingkan pada WUS (Wanita Usia Subur) karna adanya
perbedaan pola pikir .

2. kebanyakan masyarakat mengatakan mereka lebih baik mengobati sendiri lebih


dahulu apabila mereka sakit, tetapi bila anak mereka sakit sering langsung dibawa
ke tenaga kesehatan.

3. Warung, penjual obati jamu menjadi tujuan utama untuk pencarian pengobatan
sebelum ke pengobatan tenaga kesehatan.

4. Pemanfaatan pengobatan tradisional biasanya dilakukan bila penyakit tidak


kunjung sembuh dengan pengobatan modern.

5. Pelayanan Puskesmas kurang dirninati karena kualitas dan jenis obat


diragukan, jam buka terbatas ,cara pelayanan tidak berkenan dan tidak dokter
langsung yang memeriksa

Kelebihan dan kekurangan

 Kelebihan
- Jurnal ini sudah menjelaskan bentuk dari konsep sehat sakit di kalangan
masyarakat pelabuhan dengan jelas
- Metode yang di gunakan sudah bagus dan mudah dipahami
- Hasil nya pun sudah bagus
- Di pembahasan pun sudah di paparkan penjelasan dari hasil secara
menyeluruh.
 Kekurangan
- Tidak terdapat saran
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Jurnal 1

Bagi masyarakat modren sakit biasanya di pengaruhi proses biologis pasti bersifat
fisik ,namun berbeda dengan pandangan masyarakat dayak kebahan menurut
mereka sakit itu di pengaruhi dari faktor dari luar fisik. Pada etnis Dayak Kebahan
sehat dimaknai sebagai keadaan seseorang yang memiliki badan yang sehat,
mental yang kuat dan mampu beraktivitas dengan lancar tanpa mengalami
gangguan. Etnis Kebahan mengkonsepkan sakit dalam bentuk sakit yang nyata
dan sakit yang tidak nyata terutama ditinjau dari kemampuan mereka untuk
mengobatinya. Menurut mereka Sakit yang tidak nyata bisa berbentuk sakit
ingatan atau garing panas (sakit jiwa), garing pulasit (kemasukan roh jahat), sakit
kuning dan kapidaraan yang sering menimpa anak-anak. kata sakit hanya
digunakan pada kondisi sakit yang diakibatkan faktor eksternal yang bersifat
accidental misalnya terjatuh, terkena benda tajam atau benda keras. Sedangkan
“garing” merupakan sakit yang datang dari dalam atau natural tanpa banyak
dipengaruhi oleh harus terkena faktor eksternal, misalnya; badan lemah, atau
demam. Kekecewaan ataupun penderitaan secara batin pun dianggap sebagai
kondisi sakit oleh etnis. Sedangkan sakit dalam tubuh itu berupa sakit tulang, serta
urat sampai organ hati.Pengobatan biasanya dilakukan dengan memakan atau
meminum ramuan tanaman. Pengobatan lain yang digunakan ialah dengan melalui
tanaman yang diberi mantra. Terdapat juga teknik pengobatan dengan berdukun
atau yang dalam bahasa Dayak Kebahan disebut dibaliani (ritual pengobatan). ini
didasarkan pada pandnagan sumber dari sakit, yakni sakit disebabkan oleh nasib,
sakit disebabkan oleh manusia dan sakit yang disebabkan oleh hantu atau roh-roh
jahat.

 Jurnal 2

1. Persepsi sehat - sakit pada AKL (Angkatan Kerja Laki-iaki) mempunyai


intensitas 'lebih lebar' dibandingkan pada WUS (Wanita Usia Subur) karna adanya
perbedaan pola pikir .
2. kebanyakan masyarakat mengatakan mereka lebih baik mengobati sendiri lebih
dahulu apabila mereka sakit, tetapi bila anak mereka sakit sering langsung dibawa
ke tenaga kesehatan.

3. Warung, penjual obati jamu menjadi tujuan utama untuk pencarian pengobatan
sebelum ke pengobatan tenaga kesehatan.

4. Pemanfaatan pengobatan tradisional biasanya dilakukan bila penyakit tidak


kunjung sembuh dengan pengobatan modern.

5. Pelayanan Puskesmas kurang dirninati karena kualitas dan jenis obat


diragukan, jam buka terbatas ,cara pelayanan tidak berkenan dan tidak dokter
langsung yang memeriksa

Jadi kesimpulan nya menurut saya Konsep sehat sakit ini ditanggapi dengan
cara yang berbeda sesuai keadaan di suatu wilayah tertentu dari kedua jurnal yang
saya bahas kedua nya memiliki cara pandang yang berbeda misalnya pada jirnal
yang pertama karna keadaan yang tidak memadai pada awal nya membuat
masyarakat etnis dayak kebahan belum mempercayai atau mengetahui tentang apa
itu sakit dan apa itu sehat ,yang mereka tahu hanya sebagian kecil sebelum datang
nya perubahan yang ada di wilayah itu .oleh sebab itu mereka pada saat itu hanya
tau penyebab datang nya penyakit karena adanya faktor dari alam yang berbau
mistis dan percaya akan hal tersebut dan proses pengobatan nya pun
menggunakan bantuan dukun agar di bacai mantra yang mantra tersrbut di percai
bisa mrnyembukan dan bentuk dari obat nya pun jauh berbeda pada awalanya
mereka menggunakan ramuan dari tanaman maupun hewan yang di percayai
mengandung khasiat .butuh waktu lama untuk semua itu berkembang . di jurnal
kedua berbanding terbalik dengan jurnal pertama karna disni posisinya semua
sudah modren dan hampir berpengetahuan dengan informasi yang masuk ,masalah
pada jurnal kedua ini adalah di perekonomian yang minim yang menyebabkan
kurang nya pengetahuan tentang apa itu sehat dan sakit ,karna keadaan yang
menyebab kan mereka terpaksa tuli ,kehidupan yang kumuh yang dijalani
masyarakat di jurnal kedua dan ketidakbisaan untuk membayar pengobatan yang
mahal dan cenderung lebih memilih jalur pengbatan yang murah meski belum
tentu sembuh .namun ada juga dikalangan masyarakat yang masih bisa berpikir
bahwa hidup sehat itu perlu dan jika berobat pun tidak apa apa mahal asalkan
memberikan efek sembuh dengan cepat .semua yang dijelaskan di jurnal kedua
masyarakat menanggapi apa itu sehat sakit tergantung keadaan perekonomian
masyarakat.
Saran

Karna tidak ada dipapar kan saran pada kedua jurnal tersebut saya akan mencoba
menuliskan saran saya sesuai apa yang saya baca di kedua jurnal tersebut;

- Mungkin pemerintah bisa lebih memperhatikan keadaan yang terjadi baik


di wilayah etnis dayak maupun di wilayah pelabuhan ,dan lebih bisa
memberikan kenyamanan dan lingkungan yang pantas.tidak hanya itu
pemerintah harus membangun klinik pelayanan kesehatan yang memadai
agar terhujutnya hidup sehat dan terhndar dari penyakit.peran pemerintah
sangat penting sini.

Baiklah meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini akan tetepi pada kenyataan nya masih banyak kekurangan yang
penulis perlu perbaiki.hal ini dikarnakan masih minimnya pengetahuan penulis
oleh karna itu kritik dan saran yang membangun bagi para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepan nya.
DAFTAR PUSTAKA

 Jurnal 1

Daftar pustaka

Aggarwal, H., & Kotwal, N. (2009). Foods used as ethno-medicine in Jammu.


Studies on Ethno-Medicine, 3(1), 65–68. https://doi.org/10.1080/
09735070.2009.11886340

Anggerainy, S. W., Wanda, D., & Hayati, H. (2017). Combining Natural


Ingredients and Beliefs: The Dayak Tribe’s Experience Caring for Sick Children
with Traditional Medicine. Comprehensive Child and Adolescent Nursing, 40(1),
29–36. https://doi.org/10.1080/24694193.20 17.1386968

Atolagbe, A. M. O. (2017). Security consciousness in Indigenous Nigerian


Houses: A preliminary survey of Yoruba ethno-medical devices. Studies on
Ethno-Medicine, 5(1), 57–62. https://doi.org/10.1080/097 35070.2011.11886392

Babis, D. (2018). Exploring the emergence of traditional healer organizations: the


case of an ethno-medical association in Bolivia. Health Sociology Review, 27(2),
136–152. https://doi.org/10.1080/14461242.20 18.1452624

Balbach, S. (2010). The Dayak Project. Visual Anthropology, 1(3), 235–238.


https://doi.org/10.1080/08949468.19 88.9966476

Chongji, J. (2013). On the fate of traditional culture in modern China. Social


Sciences in China, 34(2), 152–164. https://doi.org/10.1080/02529203.20
13.787225

Condelli, L. (1986). Social and attitudinal determinants of contraceptive choice:


Using the health belief model. The Journal of Sex Research, 22(4), 478–491.
https://doi.org/ 10.1080/00224498609551328

Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed


Methods Approaches (Third Edit). London: SAGE Publications, Inc.

Dewantara, J. A., & Budimasyah, D. (2018). Mutual Cooperation Based Go


Green: New Concept of Defense Country. 251(Acec), 38–45. https://
doi.org/10.2991/acec-18.2018.10

Dewantara, J. A., Efriani, Sulistyarini, & Prasetiyo, W. H. (2020). Optimization of


Character Education Through Community Participation Around The School
Environment (Case Study in Lab School Junior High School Bandung ). Jurnal
Etika Demokrasi, 5(1), 53–66.
Dumatubun, A. E. (2002). Kebudayaan , Kesehatan Orang Papua dalam
Perspektif Antropologi Kesehatan. Antropologi Papua, 1(1).

Effendi, M. (2013). Pemanfaatan sistem pengobatan tradisonal (battra) di


Puskesmas. Journal Unair, 2(1).

Efriani, Gunawan, B., & Judistira, K. G. (2019). Kosmologi dan Konservasi Alam
pada Komunitas Dayak Tamambaloh di Kalimantan Barat. Studi Desain, 2(2),
66–74.

Forster, A. (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta: Grafiti.

Gabriel, J. (1955). Normal- abnormal, healthy -sick. Australian Journal of


Psychology, 7(2).

Grodner, M. (2010). Using the health belief model for bulimia prevention.
Journal of American College Health, 40(3), 107–112. https://
doi.org/10.1080/07448481.1991.993 6265

Herniti, E. (2012). Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Wangsit, dan


Roh Menurut EdwardPritchard. Thaqafiyyat, 13(2), 384– 400.

Lafreniere, P., Masataka, N., Butovskaya, M., Dessen, M. A., Atwanger, K.,
Montirosso, R., … Chen, Q. (2010). Early Education & Development Cross-
Cultural Analysis of Social Competence and Behavior Problems in Preschoolers.
9289(December 2013), 37–41. https://doi.org/10. 1207/s15566935eed1302

Lev, E. (2006). Ethno-diversity within current ethno-pharmacology as part of


Israeli traditional medicine - A review. Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine, 2, 1–12. https://doi. org/10.1186/1746-4269-2-4

Mahanta, K. C. (2017). A Study of Ethno-Medicines in Assam: A General


Perspective. Journal of Human Ecology, 6(2).

Miles, M., & Huberman, M. (1994). Qualitative data analysis : an expanded


sourcebook / Matthew B. Miles, A. Michael Huberman. (Second Edi). London:
Sage Publications, Inc.

Mudiyono. (1991). Pengobatan tradisional pada masyarakat pedesaan di


Kalimantan Barat. Pontianak: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kalimantan Barat.

Neff, J. A., Crawford, S. L., Macmaster, S. A., Neff, J. A., & Macmaster, S. A.
(2016). Ethnicity and Multiple Sex Partners Ethnicity and Multiple Sex Partners :
An Application of the Health Belief Model. 1501(December), 37–41.
https://doi.org/10.1300/ J187v01n03
Pranskuniene, Z., Dauliute, R., Pranskunas, A., & Bernatoniene, J. (2018).
Ethnopharmaceutical knowledge in Samogitia region of Lithuania: Where old
traditions overlap with modern medicine. Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine, 14(1), 1–26. https://doi.org/10.1186/ s13002-018-0268-x Rahayu,
M., Sunarti, S., Sulistiarini, D., & Prawiroatmadjo, S. (2006). Pemanfaatan
Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii ,
Sulawesi Tenggara. Jurnal Biodiversitas, 7(3), 245–250.

Rodrigues, E., Cassas, F., Conde, B. E., Da Cruz, C., Barretto, E. H. P., Dos
Santos, G., … Ticktin, T. (2020). Participatory ethnobotany and conservation: A
methodological case study conducted with quilombola communities in Brazil’s
Atlantic Forest. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 16(1), 1–12. https://
doi.org/10.1186/s13002-019-0352-x

Safitri, I. (2013). KEPERCAYAAN GAIB DAN KEJAWEN: Studi Kasus pada


Masyarakat Pesisir Kabupaten Rembang. Jurnal Sabda, 8, 19.

Soekatno, R. A. G. (2006). A King Who Tames His Enemies and not who is
Obedient to the Law. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 8(1), 96.
https://doi.org/ 10.17510/wjhi.v8i1.249

Supardi, S., & Notosiswoyo, M. (2005). Pengobatan Sendiri Sakit Kepala,


Demam, Batuk dan Pilek Pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabu paten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian,
2(3), 134–144. https://doi.org/10.7454/psr.v2i3.339 0

Vidyarthi, S., Samant, S. S., & Sharma, P. (2013). Traditional and indigenous
uses of medicinal plants by local residents in Himachal Pradesh, North Western
Himalaya, India. International Journal of Biodiversity Science, Ecosystem
Services and Management, 9(3), 185–200. https://
doi.org/10.1080/21513732.2013.823 113
 Jurnal 2

Daftar pustaka

Ananta Aris dan Arifin, 1991. Projection of Indonesian Population 199&2020.

Budijanto. Didik, 1995. Studi tentang Pelayanan AkupunMur di lndonesia.


Majalah Akupunktur Indonesia. Persatuan Akupunkturis Seluruh lndonesia No. 7.

Budijanto. Didik dan Suharmiati, 2005. Analisis FaMor-fahr yang mempengaruhi


tingkat kepuasan penderita rawat jalan dan rawat lnap di lndonesia. Jakarta. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Demographic Institute. Population Projection Series No. 2. 1991.

Notoatmojo, Soekidjo. dan Solita Sanvono, 1996. Pengantar //mu Perilaku


Kesehatan. Jakarta. Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Notoatrnojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehafan. Jakarta. Badan


Penerbit Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Sarwono Solita, 1999. Sosiologi Kesehatan. Beberapa Konsep besena eplikasinya.


Jogjakarta: Gajahrnada University Press.

Sudibyo S, 1999. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Rumah tangga terhadap
Obet Tradisional di desa Tapos - Bogor dan Faktor yang Mempengeruhlnya.
Jakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai