Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sosio Antropologi

ILMU KEDOKTERAN DAN ILMU KEDUKUNAN

Disusun
Oleh:

DEBI ABELLIA : 22181137


NATASYA AULIA PUTRI : 22181152

Dosen Pengampu:
Ambia Nurdin, SKM.,S.Pd.,M.Pd.,M.Kes

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lampoh Keude, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Ilmu kedokteran.........................................................................................2

B. Ilmu Kedukunan........................................................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Masyarakat merupakan bidang ilmu yang mempelajari
pencegahan dan pengobatan penyakit pada individu. Bidang ilmu ini juga
bertujuan menjaga dan mempromosikan kesehatan sosial dengan mempelajari
hubungan antara manusia dan lingkungan dan metode pencegahan penyakit,
kesehatan dalam suatu kawasan, maupun kesehatan di lingkungan kerja.
Ilmu Kedokteran yang ada pada jaman sekarang ini tidak muncul begitu
saja, pastinya. Ilmu ini sudah dicari, dipelajari, serta dikembangkan selama ribuan
tahun! Dalam masa-masa awalnya ilmu kedokteran ini masih menggunakan
tumbuh-tumbuhan herbal serta hewan dalam tindakan pengobatan, dan hal ini
berkembang pada suatu kebudayaan masyarakat di tiap-tiap tempat.
Hal ini juga masih erat kaitannya dengan berbagai kepercayaan dari setiap
tempat, karena pada jaman dulu masih banyak yang menganut kepercayaan magis
yaitu aminisme, sihir, serta dewa dan dewi. Yang memiliki kepercayaan
Aminisme meyakini bahwa benda mati pun mempunyai roh atau memiliki
hubungan dengan roh leluhur.
Ilmu Kedokteran sendiri semakin lama semakin berkembang pada
berbagai belahan dunia lainnya seperti di Tiongkok Kuno, India Kuno, Persia,
Yunani Kuno, serta Mesir kuno. Sekitar abad ke 14 lah Ilmu Kedokteran mulai
memasuki era baru, karena dilakukan pendekatan terhadap Sains. Hal ini tentu
saja menuai pro kontra, karena tidak semua ilmuwan bisa menerima berbagai
fakta tentang pendekatan Ilmu Kedokteran dengan Sains.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ilmu kedokteran
kedokteran adalah ilmu dan praktik dalam melakukan diagnosis, terapi,
dan pencegahan penyakit. Kedokteran meliputi berbagai praktik perawatan
kesehatan yang berkembang untuk mempertahankan dan memulihkan kesehatan
dengan pencegahan dan pengobatan penyakit. Kedokteran kontemporer
menggunakan ilmu biomedis, penelitian biomedis, genetika, dan teknologi medis
untuk mendiagnosis, mengobati, dan mencegah cedera dan penyakit, biasanya
melalui obat-obatan atau pembedahan, tetapi juga melalui terapi yang beragam,
antara lain, psikoterapi, belat dan traksi eksternal, peralatan medis, biofarmasi,
dan radioterapi.
Kedokteran telah ada selama ribuan tahun, yang sebagian besar dalam
masa ini dipraktikkan sebagai seni (area dari keterampilan dan pengetahuan) dan
sering memiliki hubungan dengan keyakinan agama dan filsafat budaya lokal.
Sebagai contoh, seorang dukun akan menggunakan tanaman obat dan berdoa
untuk kesembuhan atau filsuf dan dokter kuno akan mengeluarkan darah menurut
teori humoralisme. Pada beberapa abad terakhir, sejak munculnya ilmu
pengetahuan modern, sebagian besar praktik kedokteran merupakan kombinasi
dari seni dan ilmu pengetahuan (baik ilmu dasar dan terapan, di bawah payung
ilmu kedokteran). Sementara itu, teknik untuk melakukan jahitan adalah seni yang
dipelajari melalui praktik dan pengetahuan tentang apa yang terjadi pada tingkat
sel dan molekuler pada jaringan yang dijahit muncul melalui ilmu pengetahuan.
Bentuk pra-ilmiah kedokteran sekarang dikenal sebagai pengobatan
tradisional dan pengobatan rakyat. Mereka tetap umum digunakan dengan atau
sebagai pengganti pengobatan ilmiah sehingga disebut pengobatan alternatif.
Sementara itu, perawatan di luar batas-batas keamanan dan kemanjuran menurut
ilmu kedokteran disebut sebagai perdukunan.
1. Ikhtisar
Praktik kedokteran dilakukan oleh para profesional kedokteran,
lazimnya dokter, dan kelompok profesi kedokteran lainnya yang meliputi

2
perawat atau ahli farmasi. Berdasarkan sejarah, hanya dokterlah yang
dianggap mempraktikkan ilmu kedokteran secara harfiah, dibandingkan
dengan profesi-profesi perawatan kesehatan terkait. Profesi kedokteran
adalah struktur sosial, dan pekerjaan dari sekelompok orang yang dididik
secara formal, serta diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu
kedokteran. Di berbagai negara, dan wilayah hukum, terdapat batasan
hukum atas siapa yang berhak mempraktikkan ilmu kedokteran atau
bidang kesehatan terkait.
2. Relasi pasien–dokter
Relasi pasien, dan dokter adalah proses utama dari praktik
kedokteran. Terdapat banyak pandangan mengenai hubungan relasi ini.
Pandangan yang ideal, seperti yang diajarkan di fakultas kedokteran,
mengambil sisi dari proses seorang dokter mempelajari tanda-tanda,
masalah, dan nilai-nilai dari pasien; maka dari itu dokter memeriksa
pasien, menginterpretasi tanda-tanda klinis, dan membuat sebuah
diagnosis yang kemudian digunakan sebagai penjelasan kepada pasien,
dan merencanakan perawatan atau pengobatan. Pada dasarnya, tugas
seorang dokter adalah berperan sebagai ahli biologi manusia. Oleh karena
itu, seorang dokter harus paham benar bagaimana keadaan normal dari
manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi kesehatan
pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis.
Empat kata kunci dari diagnosis dalam dunia kedokteran adalah
anatomi (struktur: apa yang ada di sana), fisiologi atau faal (bagaimana
struktur tersebut bekerja), patologi (apa kelainan dari sisi anatomi dan
faalnya), sertapsikologi (pikiran dan perilaku). Seorang dokter juga harus
menyadari arti 'sehat' dari pandangan pasien. Artinya, konteks sosiopolitik
dari pasien (keluarga, pekerjaan, tingkat stres, kepercayaan) harus turut
dipertimbangkan, dan kadang-kadang dapat menjadi petunjuk dalam
kepentingan membangun diagnosis, dan perawatan berikutnya.
3. Kecakapan klinis
Sebuah evaluasi medis yang lengkap terdiri dari sebuah riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium atau pencitraan medis,

3
analisis data, dan penentuan diagnosis, dan perencanaan perawatan atau
pengobatan.
Hal-hal yang termasuk dalam riwayat kesehatan:
 Riwayat penyakit sekarang (RPS; history of present illness, HPI):
urutan kronologis dari tanda-tanda dan klasifikasi dari setiap tanda.
 Aktivitas kini: hal-hal yang berkaitan aktivitas pasien sekarang seperti
pekerjaan, hobi, dan lainnya.
 Riwayat pengobatan: obat apa yang digunakan pasien sebelum
menemui dokter, termasuk alergi.
 Riwayat penyakit dahulu (RPD; past medical history, PMH):
perawatan yang pernah dijalani pasien sebelumnya, cedera, penyakit
infeksi yang pernah diderita, vaksinasi, alergi yang pernah diderita.
 Riwayat sistemik (review of systems, ROS): menanyakan pasien
mengenai kondisi sistem organ utamanya seperti jantung, paru-paru,
sistem pencernaan, dan lainnya.
 Riwayat sosial ekonomi
 Keluhan utama (KU): alasan pasien datang kepada dokter. Hal ini
disebut tanda atau gejala. Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan
oleh pasien, dan riwayat sosial (social history, SH): tempat lahir,
tempat tinggal, status perkawinan, status sosial ekonomi, kebiasaan
(termasuk diet), penggunaan obat, tembakau, dan alkohol.
 Riwayat keluarga (family history, FH): membuat daftar penyakit apa
saja yang pernah diderita oleh keluarga pasien yang dapat diturunkan
(penyakit genetik). Biasanya dibuat dalam silsilah keluarga atau
pohon keluarga.

B. Ilmu Kedukunan
Dukun atau Orang Pintar adalah istilah yang secara umum dipahami dalam
pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan supranatural
yang menyebabkannya dapat memahami hal tidak kasat mata serta mampu
berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang dipergunakan untuk membantu

4
menyelesaikan masalah di masyarakat, seperti penyakit, gangguan sihir,
kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain.[1] Aktivitas yang dilakukan dukun
disebut perdukunan.
Istilah dukun biasanya digunakan di daerah pedesaan, sedangkan orang
pintar atau paranormal, untuk menyatakan hal yang sama, digunakan lebih umum
diantara populasi perkotaan. Penerimaan sosial terhadap istilah orang pintar pun
biasanya lebih positif dibandingkan penggunaan istilah dukun.
Sebab, meskipun memiliki persamaan karakteristik dengan dukun dalam
hal bantuan yang diberikan, merujuk pada penggunaan istilah orang pintar
biasanya tidak meminta imbalan atas jasa yang diberikan dan tak seperti tipikal
dukun dalam penggunaannya secara istilah, keberadaan orang pintar di dalam
masyarakat, tak berbeda dengan anggota komunitas lainnya.[1]
Selain menarik bayaran untuk keuntungan pribadi serta kurang berinteraksi
dan berbaur dengan komunitas masyarakat, konotasi negatif yang muncul apabila
istilah dukun yang digunakan, yaitu cenderung bersifat oportunistik dan menjalani
praktik-praktik tidak bermoral, dengan dalih sebagai bagian dari treatment.[2]
Dukun dalam pengertiannya yang asli dan tak dibedakan dari istilah orang
pintar, mempunyai peranan signifikan dalam masyarakat.[1] Adanya pengobatan
medis modern dan asuransi kesehatan, terutama di daerah pelosok, tidak dapat
menyingkirkan eksistensi pengobatan alternatif melalui dukun. Penyembuhan
penyakit secara non-medis tersebut masih dipraktikkan dan masih menjadi pilihan
utama masyarakat karena lebih murah dan lebih mudah.
Di Kediri, dukun yang membantu menyembuhkan penyakit sangat
dibutuhkan dan dihormati di masyarakat, sehingga mereka memegang peranan
sosial yang cukup penting. Para pasien yang datang untuk berobat ke sana tidak
hanya terbatas dari dalam Kediri saja, tetapi juga dari luar Kediri, hingga luar
provinsi, bahkan luar pulau Jawa.[3]
Di samping peran signifikannya, keberadaan aktivitas perdukunan sering
kali menjadi kontroversi.[1] Berdasarkan hasil penelitian tentang fenomena dukun
yang dilakukan di Madura, dapat diketahui bahwa melalui dukun adalah salah satu
strategi yang digunakan untuk mendapatkan kedudukan sosial, ekonomi, dan
politik di masyarakat.

5
Penggunaan kekuatan yang berasal dari sumber gaib sebagai cara
terpenting maupun sebagai cara alternatif untuk mencapai keinginan dan tujuan
pribadi secara seketika, yang mana agama tak menjanjikan keinstanan tersebut,
telah ada di Madura sejak bertahun-tahun lalu. Hal-hal pribadi yang diinginkan
melalui perantara kekuatan gaib itu meliputi keinginan meningkatkan kedudukan
sosial, mencapai kuota dan target bisnis, kemajuan karier, kesuksesan pendidikan,
kesehatan, hingga asmara.
Beberapa orang Madura mengidentifikasikan diri sebagai Muslim dan
mengamalkan ajaran serta kepercayaan agama, tetapi pada saat yang sama
melibatkan diri dengan aktivitas yang berhubungan dengan alam gaib yang tidak
diperbolehkan sekaligus dibenarkan dalam agama dan kepercayaan tersebut.
Dukun dan perdukunan merupakan suatu dilema. Pada satu sisi dipandang
sebagai profesi dan aktivitas yang kotor, tetapi pada sisi yang lain setidaknya
memainkan peran dinamis dalam sistem sosial, budaya, dan hubungan politik.
Dalam terminologi yang oleh sosiologis Prancis, Pierre Bourdieu, sebut sebagai
cultural capital, yang diakumulasikan untuk mendominasi masyarakat.
Istilah dukun yang populer di daerah pedesaan itu pada perkembangannya
menjadi jarang digunakan. Sebagai gantinya digunakan kata yang lebih halus atau
yang lebih mengindikasikan orientasi keagamaan seperti Ki atau Aki, Abah, Haji,
Kyai, atau Ustaz, agar secara konsensus sosial tak berbahaya, sehingga dapat
mengganggu aktivitas atau kebutuhan mereka.
Kemajuan peradaban yang salah satunya diukur dengan keikutsertaan
sebuah bangsa pada modernisasi yang berdasarkan rasionalitas, menyebabkan cara
hidup tradisional yang dipandang sebagai sebuah kemandegan, harus
ditinggalkan. Termasuk di dalam cara hidup tradisional adalah praktik dukun
dalam membantu proses melahirkan.
Tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan di Indonesia
memberikan kesadaran untuk lebih meningkatkan upaya kesehatan ibu, antara lain
dengan cara menempatkan tenaga bidan di setiap desa, yang sedikit demi sedikit
mulai menggeser peran dukun.[5]

6
1. Sumber Kemampuan Gaib
Sebagaimana dikatakan oleh para dukun, berdasar pada hasil penelitian,
kemampuan dukun merupakan sesuatu hal yang tidak semua orang dapat
memilikinya. Kemampuan dalam hal gaib dapat setidaknya berasal dari dua
macam sumber, yaitu:
a. Pemberian
Sumber yang pertama ini diperoleh secara alami tanpa melalui proses
belajar, dan menjadi kemampuan yang melekat dengan sendirinya dalam diri
dukun tersebut. Kemampuan meramal nasib di masa depan, kemampuan
menyembuhkan penyakit, kemampuan berkomunikasi dengan makhluk
astral/makhluk halus adalah beberapa dari kemampuan alami yang dukun itu
sendiri tidak dapat memastikan kapan permulaannya hingga ia secara tidak sadar
dapat mempergunakan kemampuan tersebut pada dirinya atau pada orang lain,
pada suatu waktu. Namun meskipun dikatakan kemampuan tersebut secara murni
merupakan pemberian, hal itu tidak serta merta dapat dibenarkan, karena
kemampuan itu sebenarnya merupakan bakat yang diwariskan atau diturunkan
dari leluhur. Hal ini pun dipercayai bahwa tanpa didahului oleh para pendahulu
mereka di masa lalu (kakek, kakek buyut, nenek dari kakek, kakek dari kakek
buyut, dst.) dengan kemampuan yang sama, tidak mungkin bagi seseorang
memilikinya. Oleh sebab itu, berdasarkan sumber yang pertama ini, kemampuan
gaib tidak dapat dimiliki oleh orang biasa dan hanya dimiliki oleh orang yang
terpilih.
b. Hasil Deduktif
Sumber kemampuan gaib yang kedua ialah yang diperoleh dari hasil
belajar dan proses deduksi ilmu dari orang yang layak disebut guru.[3][4] Hal ini
dipercayai beberapa orang dukun bahwa kemampuan gaib dapat dipelajari seperti
ilmu-ilmu lain, dan dalam proses mempelajari ilmu gaib, seperti halnya
mempelajari ilmu-ilmu yang lain, harus disertai dengan keinginan dan keteguhan
hati, serta kepercayaan diri untuk menjadikannya usaha yang profesional. Namun,
kemampuan gaib yang diperoleh dari hasil deduktif memiliki perbedaan kualitas
dibandingkan dengan kemampuan yang bersumber dari pemberian. Kemampuan
gaib hanya dapat ditransformasikan dengan cara yang terbatas dan hanya untuk

7
kepentingan/tujuan yang terbatas pula, tidak untuk segala kepentingan/tujuan. Hal
itu menjadikan tingkat kemampuan gaib dari hasil deduksi lebih rendah daripada
yang melalui bakat alami.
2. Cultural Capital
Secara keseluruhan, kemampuan gaib yang dimiliki di antara para dukun
sesuai dengan konsep Pierre Bourdieu tentang cultural capital, yaitu karena
kemampuan tersebut diturunkan atau dipelajari dalam rentang waktu tertentu.
Konsisten dengan konsep tersebut, kurang tersedianya lapangan pekerjaan,
kurangnya capital atau “modal” (seperti pendidikan, keahlian, atau jaringan),
kebutuhan akan sumber ekonomi, faktor budaya, serta tingkat kompetisi dalam
tatanan sosial dan politik, adalah apa yang merupakan ‘field’ dari dukun.
Sementara kemampuan menyediakan jasa gaib sehingga menjadikannya sebagai
pekerjaan utama merupakan ‘habitus’ dari kegiatan perdukunan. Habitus
dijelaskan sebagai suatu ingatan atau sejarah yang terlupakan, yang muncul
sebagai respon atas ketidakpastian keadaan dan kondisi kompetitif pada ‘field’
yang memaksa dilakukannya strategi bertahan meski dengan segala konsekuensi
dan konsensus yang ada, termasuk apabila strategi tersebut bertentangan dengan
norma, nilai, serta sistem kepercayaan yang dianut. Di Indonesia, pemahaman
mengenai ajaran agama diajarkan dari lingkung keluarga, sehingga pengetahuan
apapun yang ada hubungannya dengan agama telah tertanam sejak masa anak-
anak. Namun demikian, selain hal-hal agama, terdapat pula kebudayaan di
Nusantara yang berada di luar konteks ajaran agama, yang dapat diketahui anak-
anak, dan secara sadar atau tidak terselip ke dalam benak mereka. Selama waktu
kebersamaan mereka dengan orang tua, anak-anak mampu menyerap berbagai
perilaku dan dogma yang berlaku di masyarakat. Oleh sebab itu dalam mental
anak-anak, tidak hanya ajaran agama yang melekat, tetapi termasuk juga unsur-
unsur adat di luar ajaran agama. Berdasarkan hal itu, menurut hasil penelitian
Bourdie, terlepas dari apakah orang-orang di Nusantara ingat atau tidak, terkadang
masih tersimpan kepercayaan animisme, dinamisme, serta pada hal-hal mistis, dan
tetap menjaganya dalam perbuatan mereka, di samping menjalankan ajaran agama
yang telah dianut.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
kedokteran adalah ilmu dan praktik dalam melakukan diagnosis, terapi,
dan pencegahan penyakit. Kedokteran meliputi berbagai praktik perawatan
kesehatan yang berkembang untuk mempertahankan dan memulihkan kesehatan
dengan pencegahan dan pengobatan penyakit. Kedokteran kontemporer
menggunakan ilmu biomedis, penelitian biomedis, genetika, dan teknologi medis
untuk mendiagnosis, mengobati, dan mencegah cedera dan penyakit, biasanya
melalui obat-obatan atau pembedahan, tetapi juga melalui terapi yang beragam,
antara lain, psikoterapi, belat dan traksi eksternal, peralatan medis, biofarmasi,
dan radioterapi.
Dukun atau Orang Pintar adalah istilah yang secara umum dipahami dalam
pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan supranatural
yang menyebabkannya dapat memahami hal tidak kasat mata serta mampu
berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang dipergunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah di masyarakat, seperti penyakit, gangguan sihir,
kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain.[1] Aktivitas yang dilakukan dukun
disebut perdukunan.

9
DAFTAR PUSTAKA

"Medicine". Oxford Dictionaries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2015.
Diakses tanggal 16 Februari 2022.
"medicine (n.)". Online Etymological Dictionary. Diakses tanggal 16 Februari
2022. This is perhaps originally ars medicina "the medical art," from fem. of
medicinus (adj.) "of a doctor," from medicus "a physician
"Dictionary, medicine". Diakses tanggal 2 Des 2013.
AHIMA e-HIM Work Group on the Legal Health Record. (2005). "Update:
Guidelines for Defining the Legal Health Record for Disclosure Purposes".
Journal of AHIMA. 78 (8): 64A–G.
Sartini, Sartini; Ahimsa-Putra, Heddy Shri (2017-02-27). "Redefining The Term
of Dukun". Humaniora (dalam bahasa Inggris). 29 (1): 46–60. ISSN 2302-9269.
"Something Wicked This Way Comes - Indonesia Expat". Indonesia Expat
(dalam bahasa Inggris). 2012-10-23. Diakses tanggal 2017-11-02.
Arini, Ratih Tyas; Alimi, Moh Yasir; Gunawan, Gunawan (2016-08-22). "The
Role of Dukun Suwuk and Dukun Prewangan in Curing Diseases in Kediri
Community". KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF
INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE (dalam bahasa Inggris). 8 (2): 328–
338. doi:10.15294/komunitas.v8i2.4461. ISSN 2460-7320.
Haryanto, Bangun Sentosa D. (2015-12-31). "The Dukuns of Madura: Their
Types and Sources of Magical Ability in Perspective of Clifford Geertz and Pierre
Bourdieu". Hubs-Asia (dalam bahasa Inggris). 9 (1): 107–118. ISSN 2406-9183.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 2017-11-02.
Prabowo, Dhanu Priyo (2013-12-30). "Marginalisasi Profesi Dukun Bayi dalam
Puisi "NiniNini Dukun Bayi" Karya Iman Budhi Santosa". ATAVISME. 16 (2):
195–203. doi:10.24257/atavisme.v16i2.93.195-203. ISSN 2503-5215.[pranala
nonaktif permanen]

10

Anda mungkin juga menyukai