Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATKUL MENJELANG AJAL

TINJAUAN DAN PENGKAJIAN SOCIAL BUDAYA PADA PASIEN PALIATIF

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

1. Ela Vinka Risma (202101013)


2. Nathannael Agung Setya Pratama (202101033)
3. Novita Kristiya Ayu (202101035)
4. Sania Septarani (202101041)
5. Rofi’ah (202101047)
6. Sela Novalina (202101048)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ITEKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta anugerah-
Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan dalam bentuk
yang sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca mengenai pengetahuan dasar mengenai kesehatan.

Harapan kami semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, walaupun kami akui masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini karena
ilmu yang kami miliki masih sangat kurang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir hingga menjadi sebuah makalah. Kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk pembuatan makalah berikutnya,
terima kasih.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………
KataPengantar…………………………………………………………………
DaftarIsi……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...
A. .Definisi………………………………………………………………..
B. Social dan budaya ……………………………………………………..
C. Aspek Budaya yang mempengaruhi Kesehatan……. ………………..
D. Aspek sosial yang berpengaruh terhadap kesehata…………………...
E. Tinjauan social dan budaya dalam perawatan paliatif ………………
F. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif…….
BAB III PENUTUP…………………………………………………………...
A. Kesimpulan……………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat paliatif adalah perawat yang dilakukan secara aktif pada penderita yang sedang
sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadapterapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis.
Perawatanini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,Witjaksono, &
Rasjidi, 2008)
.Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalammenghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yangsempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO)2016).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan
budinya dalam kehidupan bermasyarakat.Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau
kebudayaan adalahsegala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat
yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett,
kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adatistiadat, hukum,
pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikirdalam bentuk lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakatdan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua
pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada
kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan
kebiasaanmasyarakat itu sendiri.
Perawatan Paliatif merupakan semua tindakan aktifguna meringankan beban pasien
terutama yang tidakdapat disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud ialahantara lain
menghilangkan nyeri dan keluhan lain,serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial
dan spiritual.Perawatan ini tidak saja diberikan kepada pasien yangtidak dapat
disembuhkan tetapi juga pasien yang mempunyai harapan untuk sembuh bersama-sama
dengan tindakan kuratif (Departemen Kesehatan[Depkes] RI, 1997).
Keluarga adalah unit perawatan. Ketika menilai pasien dengan penyakit yang membatasi
hidup,penting untuk mengeksplorasi kekhawatiran mereka sehubungan dengan rumah,
keluarga dan komunitas mereka, dan untuk mengidentifikasi risiko dalam kaitannya
dengan otonomi dan fungsi sosial mereka

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu perawatan paliatif ?
b. Bagaimana Pengertian social dan budaya?
c. Bagiamana perkembangan Aspek Budaya yang mempengaruhi Kesehatan?
d. Bagaimana perkembangan Aspek sosial yang berpengaruh terhadap Kesehatan?
e. Bagaimana sebuah Tinjauan social dan budaya dalam perawatan paliatif?
f. Bagaimana perkembangan Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada
Penyakit Paliatif?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi perawatan paliatif !
b. Untuk mengetahui pengertian social dan budaya paliatif !
c. Untuk mengetahui aspek budaya yang mempengarui Kesehatan !
d. Untuk mengetahui aspek social yang berpengaruh terhadap Kesehatan !
e. Untuk mengetahui sebuah pengetahuan social dan budaya dalam perawatan
paliatif!
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perawatan Paliatif


Penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan
oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan
keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008). Perawatan paliatif adalah pendekatan
yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual.
(World Health Organization (WHO) 2016)
B. Pengertian social dan budaya
Social dan buadaya adalah sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan. Sedangkan kebudayaan atau kultur yang dapat membentuk kebiasaan
dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala
sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari
masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa
kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah
pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan
keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa
social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada
aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran
dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itulah penting bagi tenaga
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan
atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.. Tanpa disadari kebudayaan
telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individuindividu masyarakat. Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan
bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu
faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause).
Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, air bersih dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

C. Aspek Budaya yang mempengaruhi Kesehatan


Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Persepsi masyarakat
terhadap sehat dan sakit. Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda
dengan konsep sehat dan sakit versi sistem medis modern (penyakit disebabkan oleh
makhluk halus, guna-guna, dan dosa) Kepercayaan. Kepercayaan dalam masyarakat
sangat dipengaruhi tingkah laku kesehatan, beberapa pandangan yang berasal dari agama
tertentu kadang-kadang memberi pengaruh negatif terhadap program kesehatan. Sifat
fatalistik atau fatalism adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib.
Seperti contoh, orang-orang Islam di pedesaan menganggap bahwa penyakit adalah
cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi, sulit menyadarkan
masyarakat untuk melakukan pengobatan saat sakit. Pendidikan. Masih banyaknya
penduduk yang berpendidikan rendah, petunjuk-petunjuk kesehatan sering sulit ditangkap
apabila cara menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat pendidikan
khayalaknya. Nilai Kebudayaan Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku
bangsa yang mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu.
Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup, persepsi masyarakat
terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak. Contoh : Wanita sehabis
melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI akan menjadi amis Di New Guinea,
pernah terjadi wabah penyakit kuru. Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan
penyebabnya adalah virus. Penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah
dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme
Sifat Etnosentris merupakan sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik
jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Etnosentrisme merupakan sikap atau
pandangan yg berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai
dengan sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Seperti
contoh, Seorang perawat/dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan,
sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak. Selain
itu, budaya yang diajarkan sejak awal seperti budaya hidup bersih sebaiknya mulai
diajarkan sejak awal atau anak-anak karena nantinya akan menjadi nilai dan norma dalam
masyarakat. Norma aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan
diterima oleh masyarakat. Terjadi perbedaan norma (sebagai standar untuk menilai
perilaku) antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat menetapkan
perilaku yang normal (normatif) serta perilaku yang tidak normatif. Contohnya, Bila
wanita sedang sakit, harus diperiksa oleh dokter wanita dan masyarakat memandang lebih
bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin
B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih. Inovasi Kesehatan Tidak ada
kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu dinamis.
artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. Seorang
petugas kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu
menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan
merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku
kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.

D. Aspek sosial yang berpengaruh terhadap kesehatan


Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Penghasilan (income).
Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan angka kesakitan yang lebih tinggi,
angka kematian bayi dan kekurangan gizi. Jenis kelamin (sex). Wanita cenderung lebih
sering memeriksakan kesehatan ke dokter dari pada laki-laki. Jenis pekerjaan yang
berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang diderita pekerja. Self Concept, menurut
Merriam-Webster adalah : “the mental image one has of oneself” yaitu gambaran mental
yang dipunyai seseorang tentang dirinya. Self concept ditentukan oleh tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri. Self concept adalah faktor
yang penting dalam kesehatan, karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan perilaku
petugas kesehatan. Image Kelompok. Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh
image kelompok. Perilaku anak cenderung merefleksikan dari kondisi keluarganya.
Identitas Individu pada Kelompok. Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya
sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan
mereka. Inovasi akan berhasil bila kebutuhan sosial masyarakat diperhatikan Contoh lain,
sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat terhadap
tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat
dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang
memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita
demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu
maupun kelompok. Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam
dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali
berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah
kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan
kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.

E. Tinjauan social dan budaya dalam perawatan paliatif


Tinjauan Sosial dan Budaya Pada Perawatan Paliatif Indonesia yang terdiri dari
beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya
suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya
yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah
mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya. Sosial
budaya sering kali dijadikan petunjuk dan tata cara berperilaku dalam bermasyarakat, hal
ini dapat berdampak positif namun juga dapat berdampak negative. Disinilah kaitannya
dengan kesehatan, ketika suatu tradisi yang telah menjadi warisan turun temurun dalam
sebuah masyarakat namun ternyata tradisi tersebut memiliki dampak yang negatif bagi
derajat kesehatan masyarakatnya. Misalnya, cara masyarakat memandang tentang konsep
sehat dan sakit dan persepsi masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit disuatu
masyarakat akan berbeda-beda tergantung dari kebudayaan yang ada dalam masyarakat
tersebut. Sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu
masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini
akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh
dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang
memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita
demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu
maupun kelompok Dalam kajian sosial budaya, perawatan paliatif bertujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam kehidupan. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011). Menurut
Kepmenkes RI No 812 (2007), jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi tatalaksana
nyeri, tatalaksana keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, sosial,
kultural dan spiritual serta dukungan persiapan dan selama masa dukacita. Kualitas
perawatan paliatif menurut National Consensus Project (2009) merupakan sebuah
pendekatan umum untuk perawatan pasien yang harus secara rutin terintegrasi dengan
penyakit, modifikasi terapi dan berkembangnya praktek spesialis untuk dokter, perawat,
pekerja sosial, ulama dan memiliki keahlian yang diperlukan untuk mengoptimalkan
kualitas hidup bagi mereka yang memiliki penyakit kronis yang mengancam atau
melemahkan hidup, meliputi struktur dan proses perawatan, aspek: fisik, psikologis dan
psikiatris, sosial, spiritual dan agama, budaya, perawatan menjelang ajal dan etika dan
hukum. Fitzpatrick (1993) menyampaikan bahwa prinsip penerapan aspek budaya dalam
pelayanan perawatan dapat membantu, menfasilitasi, mengadaptasi serta mengubah pola
gaya hidup atau kesehatan pasien yang bermakna atau menguntungkan, sedangkan
Bastable (2002) mengemukakan bahwa perawat yang kompeten harus peka terhadap
budaya. Menurut Dein (2006) perawatan paliatif harus sensitif terhadap budaya, sehingga
dapat menyadari dan memenuhi kebutuhan pasien. Demikian juga Owens (2004),
mengemukakan tantangan yang dihadapi dalam perawatan paliatif yaitu mengembangkan
praktek penerapan budaya yang kompeten bagi pasien dengan penyakit kanker, penyakit
kronis dan penyakit terminal. Pemahaman budaya penting untuk perawatan holistik dan
individual (Oliviere, 1999). Jika pengkajian Social Budaya tentang Keperawatan Paliatif
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan.masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk
dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah.
Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam kehidupan.

F. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif


Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun
tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke dukun alias pengobatan
alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru berobat
ke dokter setelah menderita kanker payudara stadium tinggi. Selain itu, fenomena dukun
Ponari sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita
kemunculan dukun Ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan
cara di celupkan ke air. Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga
menyebabkan jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin
meningkat. Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak terlepas dari
peran budaya yang ada di masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya
terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah budaya yang
mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal. Pemahaman
masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turun-temurun merupakan bagian
dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional
terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat.
Peranan budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif peduli adalah penedekatan yang bertujuan meperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang saling menghadapi masalah menjadi hubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan,melihat tindakan yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik
fisik,psikososial dan rohani. Perilaku manusia dalam menghadapi masalah Kesehatan
merupakan suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalamsuatu sistem
kesehatan yang merupakan bagian dari budaya masyarakatyang bersangkutan. Perilaku
tersebut terpola dalam kehidupan nilaisosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat
tersebut. Perilakumerupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang
dansekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhantertentu berdasarkan
pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan normakelompok yang bersangkutan. Kebudayaan
kesehatan masyarakatmembentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau
kegiatanindividu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagaikebutuhan
kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakitmaupun menyembuhkan diri dari
penyakit. Oleh karena itu dalammemahami suatu masalah perilaku kesehatan harus
dilihat dalamhubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan
kepribadianindividu-individunya terutama dalam paliatif care.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswadalam mengikuti
proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan pasien paliatif dalam
tinjauan sosial budaya.Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan
masyarakattentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka
petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan,diubah dan
pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalammemperbaiki status kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/428069388/Tinjauan-sosial-budaya-keperawatan-paliatif

https://pdfcoffee.com/tinjauan-sosial-dan-budaya-pada-perawatan-paliatif-makalah-2-pdf-
free.html

https://id.scribd.com/presentation/426379911/Tinjauan-Sosial-dan-Budaya-Tentang-
Perawatan-Paliatif-ppt

Anda mungkin juga menyukai