BAB 1
PENDAHULUAN
terpenuhi, baik dalam kuantitas atau kualitas, akibat yang tidak diharapkan
cenderung terjadi. Lansia sangat rentan terhadap gangguan pola tidur. Keluhan
tidur yang biasa terjadi pada lansia adalah kesulitan untuk tertidur, kesulitan untuk
tetap tertidur, terbangun lebih awal, dan mengantuk yang berlebihan. Tidur
penting bagi kesehatan dan kualitas kehidupan. Tidur yang kurang merupakan
karakteristik kondisi medis yang terjadi pada lansia, termasuk penyakit somatik
dan psikiatrik. Juga, kebiasaan dan gaya hidup yang tidak baik adalah faktor yang
al, 2011).
dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang (Lanywati, 2001). Sehingga pada
lansia episode tidur REM cenderung memendek dan terdapat penurunan yang
progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, beberapa lansia hampir tidak memiliki
tahap 4, atau tidur yang dalam (Perry & Potter, 2005). Pada usia lanjut tersebut
tentunya ingin tidur enak dan nyaman setiap hari, yang merupakan indikator
kebahagiaan dan derajat kualitas hidup. Sedangkan insomnia dan gangguan tidur
yang lain dapat dianggap sebagai bentuk paling ringan dari gangguan mental
(Prayitno, 2002).
1
2
Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang
wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 23,9 juta jiwa (Fatmah, 2010) tetapi persentase
insomnia yang khusus untuk usia lanjut belum pernah dilakukan di Indonesia.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Januari 2014 dengan
insomnia dari 140 lansia penghuni UPT PSLU Jember Tahun 2014.
untuk klien usia lanjut, yang memerlukan lebih banyak waktu untuk
Gangguan tidur banyak dialami oleh klien usia lanjut. Lansia yang waktu
tidurnya terganggu menjadi cepat lupa, disorientasi, atau konfusi; orang yang
perilaku terganggu selama sore menjelang senja dan jam awal malam)
(Stockslager & Schaeffer, 2007). Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan
kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya. Perawat harus mendekatkan diri
dengan klien usia lanjut membimbing dengan sabar dan ramah, sentuhan
kreasi klien usia lanjut dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa
rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan
masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien usia
Tidak sedikit klien usia lanjut tidak dapat tidur karena stres memikirkan
menikmati keadaan diluar, agar merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Para usia lanjut perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar seperti menonton
televisi, mendengarkan radio, atau mebaca surat kabar dan majalah, jalan pagi.
Dapat disadari bahwa pendekatan sosial dalam perawatan tidak kalah pentingnya
dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para
ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama
yang dianutnya. Perawat bisa memberikan kesempatan pada klien usia lanjut
atau membantu usia lanjut dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang
Mengingat insomnia yang terjadi pada kelompok usia lanjut cukup tinggi
serta pentingnya peran perawat, penulis tertarik untuk mengangkat judul studi
kasus ”Asuhan Keperawatan pada Klien Usia Lanjut dengan Insomnia di UPT
1.3 Tujuan
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada Ny. J dengan Insomnia di UPT PSLU Jember
Tahun 2015.
5
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa pada Ny. J dengan Insomnia di UPT PSLU Jember
Tahun 2015.
1.3.2.3 Menyusun intervensi pada Ny. J dengan Insomnia di UPT PSLU Jember
Tahun 2015.
1.4 Manfaat
pada usia lanjut dengan Insomnia di UPT PSLU Jember tahun 2015 dan dapat
keperawatan pada usia lanjut dengan Insomnia yang sesuai dengan kearifan lokal.
Insomnia.
Lansia dapat berperan aktif dalam mencapai derajat hidup yang sehat dan
dengan tipe pendekatan studi kasus. Untuk mendapat gambaran secara jelas dan
1.5.1 Wawancara
Metode ini dilakukan dengan menanyakan atau tanya jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Wawancara dapat dilakukan pada klien,
keluarga, atau tenaga kesehatan lain. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan
1.5.2 Observasi
Metode ini dilakukan dengan mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui
pengamatan dan perawatan langsung pada klien yang berguna untuk mengetahui
keadaan dan perkembangan klien selama dirawat di rumah sakit serta pemeriksaan
fisk dari kepala sampai kaki (head to toe) dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
1.5.3 Dokumenter
kesehatan lain, laboratorium, konsultasi dan pemeriksaan lain yang penting yang
Pemerikasaan fisik secara langsung dan menyeluruh mulai dari ujung rambut