Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

insomnia
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gadar









Di susun oleh :
Anisa purba
Erna susilawati
Meli
Setia Nuryadi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
STIKes YPIB Majalengka
2013-201

KATA PENGANTAR
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul INSOMNIA
Terima kasih kami ucapkan pada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
II yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini . Tidak lupa juga kami ucapkan pada
teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini tidak lepas dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah makalah berikutnya.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.




Majalengka, September 2014


Penyusun









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .. ii
BAB I PENDAHULUAN .
A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Insomnia.................................................................................... 3
B. Etiologi Insomnia ..................................................................... ............ 4
C. Klasifikasi Insomnia............ ................................................................... 5
D. Manifestasi Insomnia.. ........................................................................... 5
E. Komplikasi Insomnia .............................................................................. 6
F. Penatalaksanaan Insomnia 6
BAB III PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan keperawatan Dengan Masalah gangguan Tidur................... .. 8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 11
B. Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan
nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda
untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosivtergantung pada kemampuan untuk memnuhi
kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yan cukup, kemampuan untuk
berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan
meningkatkan iritabilitas. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya insomnia.
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian
menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap
tahunnya. Gangguan tidur ini dapt mempengaruhi pekerjaan, aktifitas social dan status kesehatan
penderitanya. Bukti lain menunjukkan bahwa adanya korelasi yang bermakna antara kurang tidur
dan kecelakaan lalulintas.
Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada wanita,
sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari memiliki prevalensi yang
sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering didapat pada orang yang mudah
cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang rendah, bercerai , mereka dengan penyakit
kronis, dan pada peminum alkohol berat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran/ seminar diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan tidur; insomnia.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi insomnia
b. Menjelaskan etiologi insomnia
c. Menjelaskan klasifikasi insomnia
d. Menjelaskan manifestasi insomnia
e. Menjelaskan komplikasi insomnia
f. Menjelaskan penatalaksanaan insomnia
g. Menjelaskan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan insomnia




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur
atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki
kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau
setelah terbangun dari tidur .
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek ( short
sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka tetap merasa
bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh
tentang tidur mereka di malam hari.
Tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak, khususnya
serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang digunakan untuk
mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu.
Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi
sukarelawan untuk tidak tidur selama berhari-hari menunjukkan, setelah 4 - 8 hari, memang tidak
terjadi kemerosotan fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak tidur, gejala gangguan
mental serius sudah terlihat, seperti cepat marah, memori hilang, timbul halusinasi, ilusi, dll. Meski
begitu, dengan tidur kembali keesokan harinya semua gangguan itu hilang. Malah ada ahli
menyatakan, mendingan orang tidak makan dan minum daripada tidak tidur. Tes laboratorium
pada hewan menunjukkan, mereka bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum sampai 20 hari,
tapi tidak tidur hanya bertahan tidak lebih dari lima hari.
Sejumlah ahli yang memonitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan, saat tidur
pikiran dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegangan otot menyebabkan korteks terus aktif
sedangkan ketegangan otak menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan akan mengurangi irama kerja
otot, demikian juga di kala beristirahat, sehingga semua ini akan menurunkan kegiatan dalam
korteks.
Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin rileks.
Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu tertidur. Selagi tidur,
jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun, dan pembuluh-pembuluh darah
melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5
o
F (-17,5
o
C) tetapi perut dan usus tetap bekerja. Sementara
tidur, tubuh sekali-kali bergerak. Gerakan sebanyak 20 - 40 kali masih dianggap normal.
Terganggu insomnia berarti kerja pikiran dan otot tidak berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit
tertidur bila otot masih tegang. Sebaliknya, akan sulit bagi otot untuk tertidur jika pikiran masih
terjaga, tegang, dsb.
B. ETIOLOGI
Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :
a. Faktor Psikologi :
Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis
kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia
transient.
b. Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak diingininkan,
adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan gangguan psikologi lainnya
sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
c. Sakit Fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat
merupakan penyebab gangguan tidur.Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum
dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau
bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
e. Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat
menjadi faktor penyebab sulit tidur.





C. KLASIFIKASI INSOMNIA
Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :
a. Insomnia sementara (transient)
Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian
tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan
mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara retrospektif setelah
keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan
episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur
yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress
situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak
memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.
b. Insomnia jangka pendek
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu. Kedua jenis insomnia
ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai,
berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah dengan jadwal tidur-
bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping pengobatan.
c. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih. Salah satu penyebab
chronic insomnia yang paling umum adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan
ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun
demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein,
alkohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam
hari lainnya, dan stres kronis.
D. MANIFESTASI INSOMNIA
a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
b. Wajah kelihatan kusam
c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
d. Lemas, mudah mengantuk
e. Resah dan mudah cemas
f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.
E. KOMPLIKASI INSOMNIA
a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan
noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin.
b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit
yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high
arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang normal.
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan memberikan saran
juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi kualitas ataupun waktunya. Terapi
insomnia dapat dilakukan dengan menggunakan obat ataupun tanpa obat. Terapi tersebut dapat
berupa :
1. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien untuk santai dan
belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa menyembuhkan insomnia
kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama pada pasien usia tua.
2. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan irama
sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur laten, meningkatkan efisiensi tidur,
dan meningkatkan persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement), dan chamomile (untuk
mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.
3. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa mengantuk dan kegelapan
bisa menyebabkan mengantuk.
4. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan kualitas dan
durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada siang harinya dan untuk
menghilangkan hyperarousal state. Sayangnya, banyak dosis obat hipnotik yang dibutuhkan
untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam hari juga menyebabkan sedasi pada siang
harinya. Untuk menghindari komplikasi ini, short acting benzodiazepine dapat digunakan.
Obat hipnotik long acting bisa mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa menyebabkan
kecelakaan yang berhubungan dengan kendaraan bermotor Terapi dengan obat-obatan hipnotik
sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya menggunakan dosis efektif
yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan obat hipnotik, karena itu
penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound insomnia bisa terjadi jika
penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk menghindari efek ini, digunakan obat
dengan dosis kecil dantappering off.















BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN TIDUR : INSOMNIA
A. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat tidur klien
Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?
Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
2. Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
3. Kaji penyakit fisik, TTV
Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
4. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
5. Kaji status emosional dan mental
6. Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
7. Kaji lingkungan tidur
B. DIAGNOSA
1. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan (Potter & Perry,
2005)
2. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan yang buruk
tentang insomnia (Potter & Perry, 2005)
C. INTERVENSI
1. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan
a. Anjurkan agar kafein dan alcohol dihilangkan dari diet klien di malam hari
b. Minta klien mengikuti ritual tidur, naik ke tempat tidur pada jam yang sama setiap malam,
dan meminum segelas susu
c. Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang, dan mandi
d. Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa kamar tidur
sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik
2. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan yang buruk
tentang insomnia
a. Minta klien dan pasangan untuk menjelaskan sifat dari masalah tidur
b. Tanyakan pada klien dan pasangan apakah masalah tidur mempengaruhi hubungan mereka
c. Buat catatan tidur bangn selama seminggu
d. Berikan pendidikan kesehatan mengenai gangguan tidur
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi masalah tidur Pasien terdapat di rumah sakit,
tindakan yang dapat diberikan :
- Melibatkan pasien dalam membuat jadwal aktivitas
- Memberikan obat analgesic sesuai dengan program terapi
- Memberikan lingkungan yang suportif
- Menjelaskan dan memberikan dukungan kepada pasien agar tidak takut dan cemas
b. Factor insomnia, maka tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya :
- Menganjurkan pasien untuk makan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju
dan susu
- Menganjurkan pasien untuk tidur pada waktu yang lama dan hindari tidur siang dan sore
hari
- Menganjurkan pasien untuk tidur hanya saat mengantuk dan tidak pada waktu kesadaran
masih penuh
- Menganjurkan pasien untuk menghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
c. Mengurangi distraksi lingkungan :
- Menutup pintu kamar pasien
- Pasang kelambu
- Matikan pesawat telepon
- Bunyikan music yang lembut
- Redupkan lampu
- Kurangi jumlah stimulus
- Menempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok
d. Meningkatkan aktivitas pada siang hari
- Membuat jadwal aktivitas yang menolong pasien
- Mengusahakan pasien tidak banyak tidur pada siang hari
e. Membuat pasien untuk memicu tidur
- Menganjurkan pasien untuk mandi, minum susu hangat, mambaca buku, menonton televisi,
menggosok gigi sebelum tidur, membersihkan muka sebelum tidur, dan membersihkan tempat
tidur sebelum tidur.
f. Memberikan pendidikan kesehatan
- Mengajak rutinitas jadwal tidur dirumah dengan cara mengatur jadwal bekerja, istirahat,
tidur, dan bangun
- Mengajarkan pentingnya latihan regular jam tiap tiga kali seminggu untuk menurunkan
stress dan meningkatkan tidur
- Menjelaskan bahwa obat hipnotik tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama
karena beresiko terhadap terjadinya toleransi obat.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan tidur dan istirahat dapat dinilai dari adanya kemampuan
dalam memenuhi :
1. Jumlah tidur, apakah sesuai dengan kebutuhan
2. Factor-faktor yang mencegah gangguan tidur
3. Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan tidur
4. Mendemonstrasikan adanya keseimbangan istirahat dan tidur sesuai dengan status
kesehatan pasien







BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insomnia adalah suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau
merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan
tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah
terbangun dari tidur.
Etiologi insomnia dapat berupa faktor psikologi, problem psikiatri, sakit fisik, faktor
lingkungan, dan gaya hidup. Insomnia dapat diklasifikasian menjadi 3 macam, yaitu transient
insomnia, insomnia jangka pendek, dan insomnia kronis.
Gejala insomnia antara lain; perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal, wajah kelihatan
kusam, mata merah, lemas, mudah mengantuk, mudah cemas, sulit berkonsentrasi, dll.

B. SARAN
Untuk menjaga keadaan kita tetap sehat dan fit, kita harus menjaga kebutuhan istirahat dan tidur
kita sesuai kebutuhan agar kita dapat melakukan berbagai kegiatan dengan baik.













DAFTAR PUSTAKA
Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta.

Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika Jakarta.

Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta.

Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai