Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

“KONSEP KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR”

DOSEN : Ns. I Made Widastra,S.Kep.,M.Pd.

OLEH:

KELAS : 1.5

KELOMPOK 4 :

1. NI PUTU SINTYA DARMAYANTI (P07120018 163)


2. KADEK RIRI OKTA ARDIANI (P07120018 164)
3. NI WAYAN DEWI ANJANI (P07120018 165)
4. NI LUH NYM PUTRI AYU BINTANG (P07120018 182)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena atas asung
kertha wara nugraha Hyang Widhi paper ini disusun agar pembaca dapat memperluas
pengetahuan yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber.
Paper ini memuat tentang “Konsep kebutuhan istirahat dan tidur”yang sangat
berpengaruh bagi kehidupan masyarakat saat ini. Walaupun mungkin kurang sempurna
tapi memiliki pembahasan yang cukup jelas bagi pembaca. Penyusun juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun paper ini. Semoga paper
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun paper ini memiliki kelebihan dan kekurangan mohon untuk saran dan
kritiknya.

Om Santhi , Santhi , Santhi Om

Denpasar,10 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................……………i

DAFTAR ISI........................................................................................................……………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................……………1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................……………1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………….……2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur……………………………………………………….3


2.2 Fisiologi Tidur…………………………………………………………………….…4
2.3 Tahapan-tahapan Tidur………………………………………………………………5
2.4 Fungsi/ Peran Tidur………………………………………………………………….7
2.5 Pola dan Kebutuhan Tidur Normal………………………………………………….8
2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur…………………………………………..12
2.7 Gangguan Tidur……………………………………………………………………..15

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.................................................................................................…………..20

3.2 Saran ......................................................................................................…………..20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak yang harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal.
Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umun,
istirahatberarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari
perasaan gelisah. Sedangkan tiduradalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur di karakteristikkan dengan aktivitas fisik
yang minimal, tingkat. Kesadaran yang bervariasi, perubahan fisiologis tubuh, dan penurunan
respon stimulasi eksternal. Tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik, mengurangi
kecemasan stres, dan dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak
melakukan aktivitas sehari-hari.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat tidur yang berbeda. Pola istirahat
dan tidur yang baik dan teratur mamberikan efek yang bagus terhadap kesehatan (Tarwoto
dan Wartonah, 2010). Keadaan tidur yang normal dapat berubah dipengaruhi oleh faktor
fisiologis dan non fisiologis. Faktor fisiologis yaitu penyakit fisik. Faktor non fisiologis yaitu
obat-obatan dan substansi, gaya hidup, pola tidur yang biasa dan mengantuk berlebihan pada
siang hari, stres emosional, lingkungan, latihan fisik dan kelelahan serta asupan makanan dan
kalori (Potter & Perry, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Istirahat dan Tidur?
2. Bagaimana Fisiologi Tidur?
3. Apa saja Tahapan-tahapan Tidur?
4. Apa Fungsi/ Peran Tidur?
5. Bagaimana Pola dan Kebutuhan Tidur Normal?
6. Apa saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur?
7. Apa saja jenis-jenis Gangguan Tidur?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Istirahat dan Tidur
2. Untuk mengetahui Fisiologi Tidur
3. Untuk mengetahui Tahapan-tahapan Tidur
4. Untuk mengetahui Fungsi/ Peran Tidur
5. Untuk mengetahui Pola dan Kebutuhan Tidur Normal
6. Untuk mengetahui Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur
7. Untuk mengetahui jenis-jenis Gangguan Tidur
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Istirahat dan Tidur

Istirahat merupakan keadaan tenang rileks tanpa tekanan emosional dan bebas
dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berate tidak melakukan aktivitas sama sekali, terkadang
jalan-jalan ditaman dan lain-lain juga dapat dikatakan sebagai istirahat. Sedangkan tidur
merupakan suatu perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun (Barbara Koezer,1983).
Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan apabila waktu istirahat seseorang
berkurang, orang tersebut sering kali mudah marah, depresi dan lelah serta memiliki control
emosi yang buruk. Menyediakan lingkungan yang tenang untuk klien merupakan fungsi
penting perawat (koezier,2010).
Makna istirahat dan tidur bervariasi pada setiap individu, istirahat bermakna
ketenangan, reaksi tanpa stress emosional dan bebas dari ansietas. Oleh karena itu istirahat
tidak selalu bermakna tidak beraktivitas. Pada kenyataannya beberapa orng menemukan
ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu seperti berjalan diudara segar (Koezier,2010)
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia, tidur merupakan proses biologis yang
umum pada semua orang.ditinjau dari sejarahnya, tidur dianggap sebagai keadaan tidak
sadar. Tidur telah dianggap sebagai perubahan status kesadaran yang didalamnya persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungannya mengalami penurunan. Tidur dicirikan dengan
aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada proses biologis tubuh,
dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Beberapa stimulus linkan, seperti alarm
detector asap, biasanya akan membangunkan orang yang sedang tidur, sementara suara
bising lain tidak akan membangunkannya. Tampaknya bahwa individu berrespon terhadap
stimulus bermakna saat tidur dan mengelabui stimulus yang tidak bermakna secara selektif
(Koezier,2010).
2.2 Fisiologi Tidur
Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat yang terletak dibagian
bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan terjaga, sehingga menyebabkan
tidur. Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjangkauan. (Koezier,2010)
1. Irama Sirkadian
Bioritme (jam biologis yang ritmik) terdapat pada tanaman, hewan, dan manusia pada
manusia. Bioritme ini dikendalikan dari dalam tubuh dan disesuain dengan factor
lingkunga, seperti stimulus terang dan gelap, gravitasi, dan elektromagnetik. Bioritme
yang paling dikenal adalah irama sirkadian. Irama sirkadian diambil dari bahasa latin
circa dies yang artinya sekitar atau hari. Tidur merupakan irama biologis yang kompleks.
Apabila jam biologis seseorang bersamaan dengan pola terjaga dan tidur, orang tersebut
dikatakan berada dalam sinkronisasi sirkadia, yaitu seseorang terjaga saat irama fisiologis
dan psikologis paling aktif dan tertidur saat irama fisiologis dan psikologis tidak aktif
(Koezier,2010).
Keteraturan sirkadian dimulai pada minggu ketiga kehidupan dan dapat diwarisi. Bayi
paling sering bangun diawal pagi dan menjelang malam. Setelah berusia 4bulan, bayi
memasuki siklus 24 jam yang membuat mereka tidur dimalam hari. Pada akhir bulan
kelima atau keenam, pola bangun tidur bayi menyerupai pola bangun tidur orang dewasa.
(Koezier,2010).
Irama sirkadian, termasuk siklus tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh cahaya dan suhu
serta juga factor-faktor eksternal seperti aktivitas social dan rutinitas pekerjaan. Semua
orang mempunyai jam yang sinkron dengan siklus tidur mereka. Beberapa orang dapat
tertidur pada pukul 8 malam, sementara yang lain tidur pada tengah malam atau dini hari
(Koezier,2010).
2.3 Tahapan Tidur

Elektroensefalogram (EEG) memberikan gambaran jelas mengenai apa yang


terjadi selama tidur. Elektroda dipasang diberbagai bahan kulit kepala orang yang sedang
tidur. Elektroda menyalurkan energy listrik dari korteks serebral ke pena yang mencatat
gelombang otak pada kertas grafik. Ada dua tipe tidur yang telah diidentifikasi, tidur NREM
(non-REM) dan tidur REM (rapid eye movement(pergerakan mata cepat)). (Koezier,2010).

a. Tidur NREM

Tidur NREM juga disebut sebagai tidur gelombang lambat kerena gelombang
otak orang yang sedang tidur lebih lambat dibandingkan gelombang di alfa dan beta
orang yang sedang bangun dan terjaga. Kebanyakan tidur dimalam hari adalah tidur
NREM. Tidur NREM adalah tidur yang dalam dan tenang dan menurunkan beberapa
fungsi fisiologis. Pada dasarnya, semua proses metabolic yang meliputi tanda-tanda
vital,metabolism, dan kerja otot menjadi lambat. Bahkan menekan dan produksi saliva
juga berkurang (Orr,2000).

Tidur NREM dibagi menjadi empat tahap:

1. Tahap I adalah tahap tidur sangat ringan. Selama tahap ini, individu merasa
mengantuk dan relaks, bola mata bergerak dari satu sisi ke sisi lain, dan denyut
jantung serta frekuensi pernafasan sedikit menurun. Orang yang tidur dapat
dibangunkan degan cepat dan tahap ini hanya berlangsung selama beberapa menit
(Koezier,2010).
2. Tahap II adalah tahap tidur ringan dan selama tahap ini proses tubuh terus menerus
menurun. Mata secara umum tetap bergerak dari satu sisi ke sisi lain, denyut jangtung
dan frekuensi pernafasan sedikit menurun, dan suhu tubuh menurun. Tahap II hanya
berlangsung sekitar 10-15 menit tetapi merupakan 40%-45% bagian dari tidur total.
(Koezier,2010).
3. Tahap III, selama tahap III denyut jangtung dan frekuensi pernapasan serta proses
tubuh lain terus menurun karena dominasi sistem saraf parasimpatik. Orang yang
tidur menjadilebih sulit bangun. Individu tidak tergantung dengan stimulus sensorik,
otot rangka menjadi sangat relaks, reflex menghilang, dan dapat menjadi dengkuran
(Koezier,2010)
4. Tahap IV menandai tidur yang dalam disebut tidur delta. Denyut jantung dan
frekuensi pernafasan orang yang tidur menurum sebesar 20%-30% dibandingkan
denyut jantung dan frekuensi pernafasan selama jam terjaga. Orang yang tidur sangat
relaks, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan. Tahap IV diduga memulihkan tubuh
secara fisik. Selama tahap ini,mata biasanya berputar dan terjadi mimpi
(Koezier,2010)
b. Tidur REM
Tidur REM biasanya kembali terjadi sekitar setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5 menit sampai 30 menit. Tidur REM tidak setenang tidur NREM dan mimpi
paling sering terjadi selama tidur REM lebih jauh, mimpi ini biasanya diingat dan
dimasukkan ke dalam memori (Koezier,2010).
Selama tidur REM, otak sangat aktif dan metabolisme otak dapat meningkat
sebesar 20%. Tipe ini juga disebut tidur paradoksikal karena tampaknya bertentangan
(paradosk) bahwa tidur dapat terjadi secara stimultan dengan tipe aktivitas otak ini. Pada
fase ini, individu yang sedang tidur dapat sulit dibangunkan atau dapat dibangunkan
secara spontan, tonus otak ditekan, sekresi lambung ,meningkat, dan denyut jantung serta
frekuensi pernapasan sering kali tidak teratur. (Koezier,2010)

2.4 Fungsi/ Peran Tidur

Tidur memberi pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain,
tidur sedemikian rupa memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di
antara bagian saraf. Tidur juga penting untuk sintesis protein yang memungkinkan terjadinya
proses kerbaikan (Koezier,2010).

Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya


fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur yang tidak cukup cenderung
menjadi mudah marah secara emosional, memiliki konsentrasi, dan mengalami kesulitan
dalam membuat keputusan (Koezier,2010).
2.5 Pola dan Kebutuhan Tidur Normal
1. Bayi baru lahir

Bayi baru lahir tidur 16 sampai 18 jam sehari biasanya dibagi menjadi sekitar 7
periode tidur. Tidur NREM ditandai dengan pernafasan teratur, mata tertutup, dan tubuh
dan mata tidak bergerak. Tidur REM terlihat dari pergerakan mata cepat yang dapat
dipantau melalui kelopak, mata yang tertutup, pergerakan tubuh, dan pernapasan tidak
teratur. Sebagian besar waktu tidur dihabiskan dalam tahap 3 dan 4 dari NREM. Hampir
50% dari tidur REM.
2. Bayi

Beberapa bayi tidur selama 22 jam per hari, bayi lain tidur selama 12 – 14 jam per
hari. Sekitar 20% - 30% tidur adalah tidur REM. Pada bulan ke 4 sebagian besar bayi
tidur sepanjang malam dan menetapkan pola tidur siang bervariasi pada setiap individu.
Namun mereka umumnya terbangun lebih awal di pagi hari. Di akhir tahun pertama,
seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1-2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.
Sekitar setengah dari waktu tidur bayi dihabiskan dalam tahap tidur ringan. Selama tidur
ringan bayi melakukan sebagian besar aktivitas, seperti bergerak, berleguk, dan batuk.
Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia 5-9 bulan. Bagi orang
tua yang merasa bahwa hal tersebut adalah masalah, perawat pernah mengkaji pola tidur
total bayi dan membandingkannya dengan jadwal tidur orang tua. Orang tua perlu
ditenangkan bahwa tidak ada cara yang benar-benar tepat untuk mengatasi situasi ini.
Solusi yang terbaik adalah memberikan lingkungan sehat secara berkelanjutan bagi bayi
dan orang tua.
3. Batita (Todler)

Kebutuhan tidur batita menurun menjadi 10 – 12 jam sehari. Sekitar 20% - 30%
tidur berupa tidur REM. Siklus bangun tidur normal batita biasanya ajeg pada usia 2
sampai 3 tahun. Batita dapat memberikan penolakan besar untuk tidur. Orang tua perlu
ditenangkan bahwa jika anak mendapatkan cukup perhatian dari mereka selama siang
hari, mempertahankan pendekatan yang konsisten berkenaan dengan waktu tidur akan
meningkatkan kebiasaan tidur yang baik untuk seluruh keluarga. Anak yang terbangun di
malam hari mungkin takut gelap atau memiliki pengalaman buruk di malam hari atau
mimpi buruk.
4. Pra Sekolah

Anak pra sekolah biasanya memerlukan 11 – 12 jam tidur per malam, terutama
jika anak sudah masuk pra sekolah. Kebutuhan tidur berfluktuasi terkait dengan aktifitas
dan lonjakan pertumbuhan. Banyak anak-anak usia ini tidak menyukai waktu tidur dan
enggan tidur dengan meminta di bacakan cerita lain, permainan lain, atau menonton acara
televisi. Anak usia 4 – 5 tahun dapat menjadi gelisah dan mudah marah jika kebutuhan
tidur tidak terpenuhi. Anak-anak di usia ini tetap memerlukan ritual waktu tidur. Orang
tua dapat membantu anak-anak yang tidak mau tidur dengan mengingatkan mereka
bahwa waktu tidur sudah mendekat dan terus menggunakan ketegasan yang sama. Dan
pendekatan yang konsisten yang disarankan untuk batita. Anak pra sekolah lebih sering
terbangun di malam hari. Tidur REM tetap 20% - 30% lebih lama dibandingkan waktu
tidur orang dewasa namun waktu tidur tahap 1 lebih sedikit.
5. Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah tidur antara 8 – 12 jam per malam tanpa tidur siang. Anak usia
8 tahun minimal memerlukan 10 jam tidur setiap malam. Saat anak mendekati usia 11
atau 12 tahun, dibutuhkan tidur yang lebih sedikit dan waktu tidur dapat telat sampai jam
10 malam. Tidur REM pada anak usia ini walaupun beberapa anak tetap bangun dimalam
hari karena mimpi buruk, masalah ini terus menerus menurun seiring dengan
pertambahan usia.
6. Remaja
Sebagian besar remaja memerlukan 8-10 jam waktu tidur setiap malam untuk
mencegah keletihan yang tidak perlu dan kerentanan terhadap infeksi. Perubahan pola
tidur biasanya terjadi pada remaja. Anak-anak yang tadinya bangun tidur lebih awal kini
mulai tidur malam di pagi hari dan kadang-kadang tidur siang. Alasan tidur siang tidak
sepenuhnya di pahami, tetapi mungkin itu merupakan hasil kematangan fisik dan
pengurangan tidur di waktu malam. Sekitar 20% tidur pada usia ini berupa tidur REM.
Selama remaja, remaja putra mulai mengalami emisi nokturnal (orgasme emisi semen
selama tidur), dikenal dengan mimpi “basah”, beberapa kali setiap bulan remaja putra
perlu di beri informasi mengenai perkembangan normal ini untuk mencegah rasa malu
dan takut.
7. Dewasa Muda
Siklus bangun tidur sangat penting bagi orang dewasa muda. Mereka biasanya
memilih gaya hidup aktif dan diperkirakan memerlukan 7-8 jam setiap malam tetapi biasa
kurang dari waktu tersebut.
8. Dewasa Usia Pertengahan
Orang dewasa usia pertengahan biasanya mempertahankan pola tidur dibentuk
pada usia lebih muda. Mereka biasanya tidur 6-8 jam per malam. Sekitar 20% tidur
berupa tidur REM. Jumlah terbangun tidur meningkat dan jumlah tidur tahap 4 mulai
menurun.
9. Lansia

Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20%-25% tidur berupa tidur
REM. Tidur tahap 4 menurun dengan mencolok dan pada beberapa keadaan, tidak terjadi
tidur pada tahap 4. Periode tidur REM pertama berlangsung lebih lama. Banyak lansia
terbangun lebih sering di malam hari dan sering kali mereka memerlukan waktu yang
lama untuk dapat kembali tidur. Karena perubahan tidur dalam tahap 4, lansia mengalami
tidur pemulihan yang lebih sedikit. Beberapa lansia dapat dikatakan mengalami sindrom
sundowner. Walaupun bukan merupakan gangguan tidur secara langsung, sindrom
tersebut merujuk pada keadaan kebingungan yang cenderung muncul pada petang hari
(sesuai dengan namanya) dan dapat terjadi karena perubahan irama sirkadian (perubahan
siklus bangun tidur). Penurunan stimulasi sensorik di petang hari, kondisi mental seperti
penyakit alzheimer (Koizer, 2010).

2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur

1. Sakit
Sakit yang menyebabkan nyeri atau gangguan fisik dapat menyebabkan masalah
tidur. Orang yang sakit memerlukan tidur yang lebih banyak di bandingkan keadaan
normal dan irama tidur dan bangun yang normal sering kali terganggu. Orang yang
kurang mendapatkan waktu tidur REM pada akhirnya menghabiskan lebih banyak waktu
tidur dibandingkan orang normal pada tahap tidur ini. Kondisi pernapasan dapat
menggangu tidur individu. Napas pendek sering kali membuat sulit tidur dan orang yang
mengalami sumbatan hidung atau drainase sinus dapat mengalami masalah pernapasan
dan kemudian dapat membuatnya sulit tidur. Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan
pengurangan tahap 3 dan 4 tidur NREM dan tidur REM. Kebutuhan untuk berkemih di
malam hari juga menganggu tidur dan orang yang terbangun dimalam hari untuk
berkemih kadang kala mengalami kesulitan untuk dapat tidur kembali.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat mempercepat atau memperlambat tidur. Setiap perubahan
misalnya, suara bising dia lingkungan dapat menghambat tidur. Tidur tahap 1 adalah tidur
yang paling ringan dan tidur tahap 3 dan 4 adalah tidur yang paling dalam hasilnya, suara
yang lebih keras dibutuhkan untuk membangunkan orang yang berada dalam tidur tahap
3 dan 4. Namun, jika waktu telah berlebihan seseorang dapat menjadi terbiasa terhadap
suara bising sehingga tingkat suara tidak lagi berpengaruh. Ketidaknyamanan akibat suhu
lingkungan dan kurang ventilasi dapat mempengaruhi tidur. Kadar cahaya dapat menjadi
faktor lain yang berpengaruh. Seseorang yang terbiasa tidur dalam gelap mungkin sulit
tidur pada keadaan terang.
3. Letih
Diperkirakan bahwa orang yang letih sedang mengalami tidur yang tenang. Letih
juga mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin letih seseorang, semakin pendek
periode tidur REM (paradoksikal). Pertama, saat seseorang beristirahat, periode REM
menjadi lebih panjang.
4. Gaya Hidup
Seseorang yang jam kerjanya bergeser dan sering kali berganti jam kerja harus
mengatur aktifitas untuk siap tertidur di saat yang tepat. Olahraga sedang biasanya
kondusif untuk tidur, tetapi olahraga berlebihan dapat memeprlambt tidur. Kemampuan
seseorang untuk relaks sebelum istirahat adalah faktor terpenting yang memengaruhi
kemampuan untuk tidur.
5. Stress Emosional

Ansietas dan depresi seringkali menganggu tidur. Seseorang yang pikirannya


dipengaruhi dengan masalah pribadi mungkin tidak mampu relaks dengan cukup untuk
dapat tidur. Ansietas meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi
sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap 4
NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih
sering terbangun.
6. Stimulan dan Alkohol
Minuman yang mengandung kafein bekerja sebagai stimulan sistem saraf pusat,
sehingga mempengaruhi tidur. Orang yang minum alkohol dalam jumlah berlebihan
seringkali mengalami gangguan waktu tidur. Alkohol yang berlebihan menganggu tidur
REM, walaupun dapat mempercepat awitan tidur. Sementara mengganti kehilangan
waktu tidur REM setelah beberapa efek yang disebabkan oleh alkohol menghilang,
individu seringkali mengalami mimpi buruk. Orang yang toleran terhadap alkohol
mungkin tidak mampu tidur dengan baik dan akibatnya menjadi mudah marah.
7. Diet

Penurunan berat badan telah di hubungkan dengan pengurangan waktu tidur total
serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Disisi lain, pertambahahan berat
badan tampak berhubungan dengan peningkatan total waktu tidur, berkurangnya tidur
yang terputus, dan bangun tidur lebih lama. L-triptofan dalam makanan misalnya, dalam
keju dan susu dapat menginduksi tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat meninduksi
tidur, sebuah bukti mungkin dapat menjelaskan mengapa susu hangat membantu
seseorang untuk tidur
8. Merokok

Nikotin memiliki efek stimulum pada tubuh, dan perokok lebih sulit tertidur di
bandingkan bukan perokok. Perokok biasanya mudah terbangun sering kali
menggambarkan diri mereka sebagai orang tidur di waktu fajar. Dengan tidak merokok
setelah makan malam, seseorang biasanya dapat tidur denan lebih baik, terlebih lagi
banyak orang yang dahulunya perokok melaporkan bahwa pola tidur mereka membaik
setelah mereka berhenti merokok.
9. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga sering kali dapat mengatasi rasa seseorang
Misalnya, seseorang yang sudah lelah mungkin dapat tetap terjaga saat menghindari
konser yang menarik sebaliknya saat seseorang mengalami rasa bosan dan tidak
termotivasi untuk tetap terjaga, tidur sering kali terjag dengn cepat
10. 0bat-Obtan
Beberapa obat mempengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat mempengaruhi tahap
3 dan tahap 4 tidur NREM dan menekan tidur REM. Penyekat beta di ketahui
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Narkotik seperti demerodan morfin, diketahui
menekan tidur REM dan menyebabkan sering terbangun dan rasa ngantuk. Obat
penenang dapat mempengarhi tidur REM. Amvetamin dan anti depresan menurunkan
tidur REM secara tidak normal. Seorang klien yang putus obat dari setiap obat-obatan ini
mendapatkan lebih banyak tidur REM dibandingkan biasanya dan akibatnya dapat
mengalami mimpi buruk yang mengganggu (koizer,2010)
2.7 Gangguan Tidur
1. Gangguan Tidur Umum
 Parasomnia
Parasomnia adalah penyakit yang dapat mengganggu tidur atau terjadi selama tidur.
International classification of Sleep Disorder(American Sleep Disorder
Association,1997) membagi parasomnia menjadi gangguan terjaga ( missalnya
berjalan dalam tidur, teror tidur), gangguan transisi bangun tidur (misalnya
mengigau), parasomnia yang berhubungan dengan tidur REM (misalnya, mimpi
buruk), dan lainnya (misalya bruksisme).
2. Gangguan Tidur Primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan yang masalah utamanya berupa gagguan
masalah tidur seseorang. Gangguan ini meliputi insomnia, hypersomnia, narkolepsi,
apnea tidur,dan deprivasi tidur.
 Insomnia

Insomnia gangguan tidur yang paling sering terjadi, adalah ketidak mampuan untu
tidur dengan jumlah atau kuaitas yang tidak cukup. Individu yang menderita insomnia
tidak merasa segar pada saat bangun tidur. Terdapat tiga tipe insomnia :
Sulit tidur ( insomnia awal )
Sulit untuk tetap tertidur karena sering terbangun atau terbangun dalam waktu
lama ( insomnia intermiten berkala atau insomnia pemeliharaan)
Terbangun padadini hari atau terbangun sebelum waktunya (insomnia terminal)

Insomnia dapat terjadi akibat ketidaknyamamanan fisik tetapi lebih sering terjadi
akibat stimulasi mentl yang berkebihan karena ansietas. Individu yang terbiasa
dengan menggunakan obat-obatan atau minum alkohol dalam jumlah besar cenderung
menderita insomnia. Penanganan insomnia sering kali mengharuskan klien untuk
membentuk pola perilaku yang menginduksi tidur. Kegunaan obat tidur masih
diragukan. Obat- obatan tersebut tidak mengatasi penyebab masalah dan penggunaan
yang berkepanjangan dapat menciptakan ketergantungan obat.

 Hipersomnia

Hipersomnia, kebalikan dari insomnia adalah tidur berkelebihan, terutama disiang


hari individu yang mengalami hypersomnia sering kalitidur sampai tengah hari dan
banyak tidur siang selama siang hari. Hipersomnia dapat disebabkan oleh kondisi
medis, misalnya, kerusakan system saraf pusat dan gangguan ginjal , hati atau
metabolic tertentu, seperti asidosis diabetakum dan hipotirodisme. Pada beberapa
kondisi, seseorang menggunakan hipersomnia sebagai sebuah mekanisme koping
untuk menghindari dari tanggung jawab selama siang hari
 Narkolepsi

Narkolepsi dari bahasa Yunani narco, artinya “mati rasa”, dan lepsis, artinya
“serangan “ adalah gelombang rasa ngantuk yang berlebihan secara mendadak yang
terjadi di siang hari, sehingga narkolepsi juga di sebut sebagai “serangan tidur”.
Penyebabnya tidak diketahui, walau diyakini bahwa narkolepsi terjadi karena
kurangnya hipokretin kimia dalam sistem saraf pusat yang mengatur tidur. Awitan
gejala cenderung terjadi antara usia 15 dan 30 tahun. Pada serangan narkoleptik, tidur
di mulai dengan fase REM. Walaupun individu yang menderita narkolepsi tidur
dengan baik di malam hari, mereka tidur beberapa kali selama siang hari bahkan saat
berbicara dengan orang lain atau saat mengendarai mobil. Narkolepsi menurut
riwayat telah dikendalikan oleh stimulan dan anti depresan sistem saraf pusat tetapi
sebuah obat yan telah diakui oleh Food and Drink administration America Serikat
tahun 1999, modafinil, meningkatkan kewaspadaan tanpa menstimulasi sistem tubuh
lain atau menggangu tidur di waktu malam.
 Apnea Tidur
Apnea tiur adalah henti nafas secara periodic selama tidur. Gangguan ini perlu dikaji
oleh seseorang ahli dibidang tidur tetapi apnea tidur sering kali dicurigai terjadi pada
orng yang berdengkur dengan keras, sering terjaga di waktu malam, mengalami rasa
ngantuk berlebihan di siang hari, insomnia, sakit kepala di pagi hari, kemunduran
intelektual, irabilitas atau perubahan kepribadian lain, serta perubahan fisologis
seperti hipertensi dan aritmia jantung. Apnea tidur paling sering terjadi pada pria
berusia lebih dari 50 tahun dan pada wanita pasca menopause.

Periode apnea yang berlangsung dari 10 detik – 2 menit, terjadi selama tidur REM
atau tidur NREM. Frekuensi periode apnea berkisar dari 50-600 kali per
malam.episode apnea ini menyebut energi seseorang dan dapat menyebabkan rasa
ngantuk berlebihan di siang hari

Tiga tipe apnea tidur yang umum adalah apnea

 Apnea obstruktif terjadi saat struktur faring atau rongga mulut menyumbat aliran
udara individu udara. Individu terus berupaya untuk bernapas yaitu, otot dada dan
abdomen bergerak. Pergerakan diafragrama menjadi lebih kuat sampai obstruksi
disingkirkan. Pebesaran tongsil, deviasi sektum masal, polip hidung, dan
kegeukan dapat menjadi penyebab apnea obstruktif pada klien.
 Apnea pusat diduga melibatkan defek di pusat pernapasan di otak. Setiap upaya
pernapasan, seperti pergerakan dada dan aliran udara menurun. Klien yang
mengalami cedera batang otak dan distrofi otot, misalnya seringkali mengalami
apnea tidur pusat pada saat ini, tidak ada obatnya.
 Apnea campuran merupakan kombinasi dari apnea pusat dan apnea obstruktif.
Eoisode apnea tidur biasanya dimulai dengan dengusan. Setelah itu pernapasan
berhenti, diikuti dengan dengusan yang jelas saat pernapasan menjelang akhir
setiap episode apnea. Peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah
menyebabkan klien terbangun

Penangan untuk apnea tidur dapat ditunjukan pada penyebab apnea misalnya,
pengangkatan pembesaran tonsil. Prosedur bedah lain, termasuk pengangkatan
jaringan berlebih didalam faring dengan menggunakan laser, mengurangi atau
menghilangkan dengkuran dan dapat efektif dalam merdeakan apnea.

 Deprivasi Tidur
Gangguan berkepanjangan dalam jumlah, kualitas dan konsistensi tidur dapat memicu
sebuah sindrom yang disebut deprivisi(kurang) tidur. Ini bukan merupakan gangguan
tidur tetapi merupakan akibat gangguan tidur. Deprivasi tidur menimbulkan beragama
gejala fisologis dan perilaku, kepengaruhannya tergantung pada tingkat deprivasi.
Dua tipe utama deprivasi tidur adalah REM dan deprivasi NREM. Kombinasi kedua
deprivasi tersebut dapat meningkatkan keparahan gejala.
3. Gangguan Tidur Sekunder
Gangguan tidur sekunder adalah gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi
klinis lain. Gangguan ini mungkin dikaitkan dengan kondisi mental, neurologi atau
kondisi lain. Contoh dari kondisi yang menyebabkan gangguan tidur sekunder adalah
depresi, alcoholisme,demensia ,parkinsonisme,disfungsi dan penyakit tukak lambung.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Istirahat merupakan keadaan tenang rileks tanpa tekanan emosional dan bebas
dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berate tidak melakukan aktivitas sama sekali, terkadang
jalan-jalan ditaman dan lain-lain juga dapat dikatakan sebagai istirahat. Sedangkan tidur
merupakan suatu perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun (Barbara Koezer,1983).
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia, tidur merupakan proses biologis yang
umum pada semua orang.ditinjau dari sejarahnya, tidur dianggap sebagai keadaan tidak
sadar. Tidur telah dianggap sebagai perubahan status kesadaran yang didalamnya persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungannya mengalami penurunan. Tidur dicirikan dengan
aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada proses biologis tubuh,
dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya
fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur yang tidak cukup cenderung
menjadi mudah marah secara emosional, memiliki konsentrasi, dan mengalami kesulitan
dalam membuat keputusan (Koezier,2010).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur

1. Sakit 6. Stimulan dan Alkohol


2. Lingkungan 7. Diet
3. Letih 8. Merokok
4. Gaya Hidup 9. Motivasi
5. Stress Emosional 10. 0bat-Obtan

3.2 Saran
Istirahat dan tidur tidak lepas dari kebutuhan setiap manusia. Namun setiap
manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam istirahat dan tidur. Kebutuhan
tersebut dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan pada masing-masing orang.

DAFTAR PUSTAKA

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3.


Salemba Medika. Jakarta. Diakses pada tangal 26 maret 2019

Koezier B.,Erb G., Berman A., & Snyder S.J.2010. Fundamentals of Nursing :
konsep, proses dan praktis, edisi 7, volume 2, Jakarta: EGC. Diakses pada tanggal 26
maret 2019

Orr,W.C.(2000).Editorial: sleep and functional bowel disorders bowels cause bad


dream journalof Gastroneterology,95,1118-1121. Diakses pada tanggal 26 maret 2019

Wilkinson dan Ahern.2009.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:


EGC.

Diakses pada tanggal 26 maret 2019

Anda mungkin juga menyukai