Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KELOMPOK KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“Konsep Istirahat dan Aktivitas”

Dosen Pembimbing : Siti Alfiah, S.Kep., Ns., M.Keb

Disusun Oleh :
1. A.Argia Eda Ariane H
2. Anisa Olivia Azhara
3. Annisa Rahmalya
4. Anoi Hagita Sari
5. Frevita Amalia Istiqomah
6. Heni Susilowati
7. Nur Amirah Sufinah
8. Putri Wahyuning Tyas
9. Reza Amelia
10. Rika Happy Octavia

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Istirahat dan Aktivitas” sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia jurusan D3 Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Surabaya. Penulis
berharap makalah ini bisa memberikan wawasan kepada pembaca. Untuk itu penulis
menyajikan makalah ini secara sistematis agar mudah di pahami oleh pembaca.

Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan pihak lain. Oleh karenanya, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu, diantaranya :

1. Ibu Siti Alfiah, S.Kep.,Ns.M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah kebutuhan
dasar manusia
2. Seluruh teman teman D3 kebidanan yang yang turut membantu dalam menyelesaikan
makalah ini,

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis menerima segala kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.

Surabaya, 20 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………. 1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………...... 3
1.1 Pengertian konsep Istirahat dan Tidur...............................................................3
1.2 Fisiologi Tidur ……………………………………………………………….. 3
1.3 Jenis dan Tahapan-Tahapan Tidur.....................................................................4
1.4 Kebutuhan dan Pola Istirahat Tidur...................................................................6
1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur dan Istirahat …………………...… 7
1.6 Gangguan-Gangguan Istirahat dan Tidur ……………………………………. 7
1.7 Definisi Konsep Aktivitas …………………………………………………… 8
1.8 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas ………………….. 9
1.9 Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas ………………………………………… 10
2.10 Postur Tubuh ……………………………………………………………….. 14
2.11 Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulansi ……………………………… 16
BAB III : PENUTUP...........................................................................................................19
3.1 Kesimpulan........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status
kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat memperbaiki berbagai
sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi
orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila
kebutuhan istirahat dan tidur tersebut tercukupi, maka jumlah energy yang diharapkan
untuk memulikan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari  terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga membutukan
istirahat dan tidur lebih dari biassanya. (hidayat dan uliya, 2015)

Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot
tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman.
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan
tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi
fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada
kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain
membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan
nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan
kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system
saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. apa pengertian istirahat dan tidur
2. bagaimana fisiologi tidur
3. apa saja jenis-jenis tidur
4. apa fungsi tidur
5. Kebutuhan dan pola istirahat tidur
6. faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
7. masalah kebutuhan tidur
8. Definisi kebutuhan aktivitas
9. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
10. Kebutuhan mobilitas dan imobilitas

1
11. Postur tubuh
12. Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
1.3 Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui pengertian istirahat dan tidur
 Untuk mengetahui fisiologi tidur
 Untuk mengetahuhi faktor yang mempengaruhi tidur
 Untuk mengetahui jenis jenis tidur
 Untuk mengetahui fungsi tidur
 Untuk mengetahui kebutuhan dan pola istirahat tidur
 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
 Untuk mengetahui masalah kebutuhan tidur
 Untuk mengetahui definisi kebutuhan aktivitas
 Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
 Untuk mengetahui kebutuhan mobilitas dan imobilitas
 Untuk mengetahui Postur tubuh
 Untuk mengetahui kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konsep Istirahat dan Tidur


Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanyadalam
keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.Kata istirahat
berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untukmenyegarkan diri atau
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,menyulitkan bahkan menjengkelkan
(Hidayat, 2008).Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individuterhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
denganindra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik
minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008).
2.2 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanismeserebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat
tidurdan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularisyang
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusattermasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008).Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan
dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Reticular Activating System
(RAS) berlokasi pada batang otakteratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus yang
mempertahankan kewaspadaan dantidur. Selain itu, RAS dapat memberikan rangsangan
visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsanganemosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan.katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
kemungkinandisebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan
banguntergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem
limbic.Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan
dalamtidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008)

3
2.3 Jenis dan Tahapan-Tahapan Tidur
 Pola Tidur Biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement =Gerakan mata
tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dandalam tidur gelombang
pendek karena gelombang otak selama NREM lebihlambat daripada gelombang alpha dan
beta pada orang yang sadar atau tidakdalam keadaan tidur (lihat gambar).
Tanda-tanda tidur NREM adalah:
 Mimpi berkurang
 Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
 Tekanan darah turun
 Kecepatan pernafasan turun
 Metabolisme turun Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya
orangmasih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan
mudahterbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang
masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
a.Tahap 1 Tidur ringan,mudah dibangunkan (light sleep)
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang manaseseorang
beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks,mata bergerak ke
kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha
sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat.
Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkandengan mudah. Ketika bangun
seseorang merasa seperti telah melamun.
b.Tahap 2 Tidur ringan,mudah dibangunkan (light sleep)
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Matamasih
bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhutubuh dan
metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleepspindles” dan gelombang
K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhirdalam waktu 10 sampai dengan 15
menit. Pada tahap ini merupakan periodetidur bersuara, kemajuan relaksasi, untuk bangun
relatif mudah.
c.Tahap 3 Tidur dalam,tidur sangat lelap (deep sleep/delta sleep)
Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam.Otot – otot dalam keadaan santai penuh,
kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat
dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebihsulit dibangunkan dan

4
jarang bergerak.Gelombang otak menjadi lebih teratur danterdapat penambahan
gelombang delta yang lambat. Tahap ini berlangsung 15-30menit.
d.Tahap 4
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasigelombang
delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun.Seseorang dalam keadaan
rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. (mengenaigambar grafik gelombang dapat
dilihat dalam gambar). Siklus tidur sebagian besarmerupakan tidur NREM dan berakhir
dengan tidur REM. Tahap ini berlangsung15-30 menit.
 Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan
matacepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”
,yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Tidur REM
/Paradoks merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif.
Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap
penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun.Pola/tipe tidur ini,ditandai
dengan perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan
tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat
diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya. tak dapat
diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
Tanda-tanda tidur REM adalah:
 Mengigau atau bahkan mendengkur
 Otot-otot kendor (relaksasi total)
 Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
 Perubahan tekanan darah
 Gerakan otot tidak teratur
 Gerakan mata cepat
 Pembebasan steroid
 Sekresi lambung meningkat
 Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM
diperkirakanterjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai
pelajaran,adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase
tidurnyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang
berlangsungselama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi
secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.
5
2.4 Kebutuhan dan Pola Istirahat Tidur

 Bayi baru lahir(0 – 1 bulan)


Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuhsedikit, 50% tidur NREM, banyak
waktu tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60menit.Bayi(1 – 18 bulan)Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
 Toddler(18 bulan – 3 tahun)
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur pada malam hari, terbangun dini
hari berkurang, siklus banguntidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
 Pra Sekolah(3 – 6 tahun)
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode terbangun kedua hilang pada umur 3
tahun. Pada umur 5tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Usia Sekolah(6 – 12 tahun)
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan.Remaja(12 –
18 tahun)Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
 Dewasa Muda(18 – 40 tahun)
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidurtahap I, 59% tidur tahap II, dan
10-20% tidur tahap III-IV.
 Dewasa Pertengahan(40 – 60 tahun)
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkinmengalami insomnia dan sulit untuk
dapat tidur.

6
 Dewasa Tua(> 60 tahun)
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IVnyata berkurang kadang-kadang
tidak ada. Mungkinmengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidurmalam hari
2.5 Fungsi Tidur

 Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis


 Melepaskan stress dan ketegangan
 Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron
 Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan menyiapkandiri pada
waktu periode bangun.
 Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
 Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
 Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari
 Menghasilkn hormon pertumbuhan untuk memperbaiki serta memperbaharui epiteldan sel
otak.
 Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
 Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur dan Istirahat


 Umur.Semakin bertambah usia,semakin berkurang kebutuhan tidur.Hal ini dipengaruhi
oleh perubahan fisiologis dari sel-sel tubuh.
 Penyakit.Pasien membutuhkan waktu tidur lebih banyak untuk regenerasi sel-sel yang
rusak,namun sering bangun karena kesakitan.
 Motivasi.Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas.Kegiatan menonton TV,main
game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu tidur.
 Emosi.Suasana hati,marah,cemas dan stress dapat menyebabkan seseorang tidak bisa tidur
dengan nyenyak.
 Lingkungan.Lingkungan di dekat bandara/tepi jalan umum,Kebisingan.
 Obat-obatan.Obat diuretic dapat menyebabkan insomnia.obat-obat seperti golongan
sedative,hipnotika dan steroid dapat mempermudah kantuk.
 Makan dan minuman.pola dan konsumsi makanan yang cukup protein akan mempercepat
proses tidur.Sebaliknya orang dengan gizi kurang akan terganggu proses tidurnya.
 Aktivitas.Kurang beraktivitas dana tau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan
menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.

7
2.7 Definisi Konsep Aktivitas

Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada seseorang
termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat
tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga
diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat
mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut
pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus
diprioritaskan.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup.
 Fisiologi pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan
system persarafan.
Sistem skelet berfungsi:
a. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tubuh tetentu seperti paru, hati, ginjal, otak paru-paru
c. Tempat melektnya otot tendon
d. Sumber mineral seperti garam dan fosfat
e. Tempat produksi sel darah
Sistem persarafan berfungsi:
a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskn ke susunan saraf
pusat
b. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan bagian tubuh satu ke lainnya
c. Saraf pusat memproses impuls dan kemudian memeberikan respon melalui saraf
afferent
d. Saraf afferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka

8
2.8 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas

1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat
sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang
kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis tersiri
atas epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung
tulang yang terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa
dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai
dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan
tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada
tempat insersinya di tulang. Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak
dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang bersangkutan, sehingga
diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen
pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan sistem saraf
tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian somatis dan
otonom. Bagian somatis memiliki fungsi seensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan
pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diintervensi, dan kerusakan pada saraf radikal akan
mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.

9
5. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti sindesmosis, sinkondrosis, dan
simfisis.
2.9 Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas
1.Mobilitas
 Pengertian Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
 Jenis Mobilitas
a) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas
penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
b) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada
ekstremitas bawah karena kehilangan control motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada
system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang
reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
 Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
10
1.Gaya Hidup. Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2.Proses Penyakit/Cedera. Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena
dapat memengaruhi fungsi system tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur
akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstermitas bagian bawah.
3.Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.
Sebagai contoh, orang yang memiiki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobilitas yang kuat; sebaliknya ada dua orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit)
karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4.Tingkat Energi. Energy adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat
melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energy yang cukup.
5.Usia dan Status Perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia
yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan perkembangan usia.
2.Imobiilitas
 Pengertian Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
 Jenis Imobilitas
a) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia
yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralis sehingga tidak dapat mengubah
posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya
pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c) Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang megalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan
stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan
sosial.

11
 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan
pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan
nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan, perubahan
kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan kulit, perubahaneliminasi
(buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku.
a) Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat menggangu metabolisme secara normal, mengingat imobilitas
dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat
dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya
energy untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat memengaruhi gangguan oksigenasi sel.
Perubahan metabolism imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan
katabolisme meningkat. Eadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme.
Proses imobilitas juga dapatmenyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen.
Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan
keenam. Beberapa dampak perubahan metabolisme, diantaranya adalah pengurangan jumlah
metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan
gastrointestinal.
b) Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang
sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping itu, berkurangnya
perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat menyebabkan
demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatnya
demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi kalium.
c) Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan
kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana
sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup
untuk melaksanakan aktivitas metabolism.
d)Gang guan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini disebabkan karena
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah
12
masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri
lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e) Perubahan Sistem Pernafasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar
haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat
menyebabkan proses metabolism terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat
menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan
anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh
permukaan paru.
f) Perubahan Kardiovaskular
Perubahan system kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan thrombus. Terjadinya
hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi
yang tetap dan lama, reflex neurovascular akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi,
kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke system sirkulasi
pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan
posisi horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah
bergerak dan meningkatkan kerjanya. Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh
meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular sehingga
meningkatkan arus balik vena.
g) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam system musculoskeletal sebagai dampak dari imobilitas adalah
sebagai berikut:
1.Gangguan Muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot
ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan
atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam
mingu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda lemah dan lesu.
2.Gangguan Skeletal. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,
misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan oesteoporosis. Kontraktur merupakan
kondisi yang abnormal dengan criteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan
memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang
tidak berfungsi. Oesteoporosis terjadi karena reabsorpsi tulang semakin besar, sehingga yang
menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan
melalui urine semakin besar.
13
h) Perubahan Sistem Integumen
Perubahnan system integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan
superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi
yang menurun ke jaringan.
i) Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan oleh
kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urine
berkurang.
j)Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan menurunnya koping
mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak imobilitas karena
selama proses imobilitas seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasa,
dan lain-lain.
2.10 Postur Tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang
berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah
persendian, tendon, ligamen dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan dengan
benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti
dalam posisi duduk, berdiri, dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi jumlah
energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi, baik renal maupun gastrointestinal.
Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, diantaranya
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer
vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan garis
tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang tubuh.
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar.
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak digunakan
untuk mempertahankan keseimbangan.
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat
energi dan mencegah kelelahan otot..
14
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot.
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligament.
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta mencegah
kelelahan.
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan.
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban
belakang.
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot,
dan kontraktur.

 Pembentukan postur tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:


1. Status Kesehatan.Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak
optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga
dapat memengaruhi pembentukan postur. Hal ini dapat dijumpai pada orang sakit yang
banyak mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi.Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam
membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen, dan persendian.
Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan berkurang sehingga
dapat memengaruhi proses keseimbangan.
3. Emosi.Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh.
Hal tersebut dapat memengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi, dan tulang.
4. Gaya Hidup.Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan
sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat, misalnya selalu
menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami
ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
5. Perilaku dan Nilai.Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat memengaruhi
pembentukan postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang
tempat dapat memengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk
selalu bersih dri sampah.

15
2.11 Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulansi
Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara
efesien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.
 Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh:
keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih
mudah stabil disbandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan
dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada
posisi kaki.
b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.contoh : posisi orang duduk
akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk.
Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam
menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang perlu
diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam menarik, sodorkan
telapak tangan dana lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada
permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan
penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar dari tumit, paha
bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah
tubuh bagian belakang.
e. Memutar (Pivoting)
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.
Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar tidak berpengaruh
buruk pada postur tubuh.
 Prinsip Mekanika Tubuh
Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut:
16
1. Gravitasi. Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika
tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakkan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
•Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh.
•Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi.
•Dasar tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat
untuk menopang/menahan tubuh.
2. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
3. Berat.Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat/bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan memengaruhi mekanika tubuh.
Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan, seperti:
a. Posisi Fowler. Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan.Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler (15°-45°). Dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk pasien pasca
bedah.
b. Posisi Sim.Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi kenyamanan dan
untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian huknah atau obat-obatan
lain melalui anus.
c. Posisi Trendelenburg.Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak, dan pada
pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada kakinya.
d. Posisi Dorsal Recumbent. Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi(ditarik atau
direnggangkan). Dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.
e. Posisi Litotomi. Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
f. Posisi Genu Pektoral. Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid dan
untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi yang sungsang.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi Mekanika tubuh
a. Status kesehatan.Terjadi penurunan kondisi yang disebabkan oleh penyakit berupa
berkurangnya aktifitas sehari-hari.

17
b. Nutrisi.Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahakan
terjadinya penyakit. Contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan mudah fraktur.
c. Emosi.Kondisi psikologi seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh yang baik.
d. Situasi dan Kebiasaan. Situasi atau kebiasaan yang dilakukan seseoarang Misalnya sering
mengangkat benda-benda yang berat.
e. Gaya Hidup. Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan
besar akan menyebabkan kecerobohan dalam aktifitas. Begitu juga gaya hidup yang tidak
sehat juga akan mempengaruhi mekanika tubuh seseorang.
f. Pengetahuan. Pengetahuan yang baik dalam penggunaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengeluarkan tenaga yang
dikeluarkan.
 Prinsip Ambulasi Untuk Pasien
Mekanika tubuh itu penting untuk perawat dan pasien. Hal ini mempengaruhi kondisi
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk kesehatan dan mencegah
kecacatan. Gaya berat dan fisik dapat mempengaruhi gerak tubuh. Jika digunakan dengan
benar kekuatan ini dapat meningaktkan efisiensi kerja perawat. Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan perawat dalam pasien ambulasi adalah sebagai berikut:
a. Ketika merencanakan untuk memeindahkan pasien, atur unruk bantuan yang kuat. Gunakan
alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi
b. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
c. Jaga punggung , leher , pelvis dan kaki lurus. Cegah tergelincir
d. Fleksikan lutut buat kaki tetap lebar
e. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
f. Gunakan lengan atau tangan (bukan punggung)
g. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei
h. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
i.Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin dengan
seseorang dengan menghitung satu sampai tiga.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusiadimana
istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan dankecemasan (ansietas)
sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar sebagaifungsi protektif tubuh untuk
melakukan perbaikan dan pemulihan jaringansetelah beraktivitas yang dapat dibangunkan
kembali.Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan tidur
yangdalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam kondisi aktifatau
tidur paradoksial yang bersifat nyenyak sekali.Kebutuhan istirahat tidur dan pola tidur
setiap individu berbeda-beda yangsangat dipengaruhi oleh umur individu atau orang
tersebut.Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan
menyeimbangkankondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun psikologis
sehinggakembali optimal.Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur meliputi
status kesehatan,lingkungan, stress psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup, obat-obatan,
danmotivasi.Gangguan istirahat dan tidur meliputi insomnia, parasomnia,
hipersomnia,narkolepsi, apnea saat tidur, deprivasi tidur, enuresis, night terror, dan
mendengkur.
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan
gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar,
duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan
gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Danu Saputra Raharja.http://danumanyut.blogspot.com/2012/04/konsep-kebutuhan-tidur-dan-


istirahat.html.
Eka Kharisma Putri.http://kharismaputrii.blogspot.com/2013/07/kebutuhan-dasaristirahat-
dan-tidur.html..
Ifptasya.http://ifptasya.wordpress.com/2011/01/11/pemenuhan-kebutuhan-istirahat-dan-
tidur4ns/.
Ramadhan.http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/.
Suparyanto. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-istirahat-tidur.html.
http://dianhusadayeny.blogspot.com/p/pemenuhan-kebutuhan-istirahat-dan-tidur.html.
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html.
http://beequinn.wordpress.com/nursing/kebutuhan-dasar-manusia-i-kdm-i/kebutuhanistirahat-
dan-tidur/
Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html

21

Anda mungkin juga menyukai