Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

INSOMNIA PADA MAHASISWA


Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metodologi Penelitian
Kualitatif
KELAS 5C/PSIKOLOGI

DISUSUN OLEH:

Fairuza Mutiarani (12060120567)


Muhammad Zikri
Stephanie ( 12060123473 )

Dosen Pengampu: Lisya Chairani, M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Setiap
orang tidak dapat terlepas dari tidur, dimana kondisi seseorang tergantung
pada kualitas tidurnya. Sementara yang dimaksud dengan kualitas tidur
adalah kemampuan individu untuk dapat tetap tidur, tidak hanya mencapai
jumlah atau lamanya tidur. Kualitas tidur menunjukkan adanya
kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat yang
sesuai dengan kebutuhannya. Kualitas tidur yang buruk mengakibatkan
kesehatan fisiologis dan psikologis menurun. Secara fisiologis, kualitas
tidur yang buruk dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
individu dan meningkatkan kelelahan atau mudah letih. Secara psikologis,
rendahnya kualitas tidur dapat mengakibatkan ketidakstabilan emosional,
kurang percaya diri, impulsif yang berlebihan dan kecerobohan
(Sulistiyani, 2012). Setiap tahun diperkirakan sekitar 20% sampai 50%
orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%
mengalami gangguan tidur yang serius (Sulistiyani, 2012)

Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan untuk


mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur (Kaplan dan Sadock, 1998:
315). Tyrer (1981: 1) mendefinisikan insomnia sebagai akibat kebiasaan
terjaga, kesulitan yang berlangsung dari malam ke malam, yang sering
terasa seolah-olah tidak akan berakhir. Sebagian besar insomnia terbagi
menjadi dua macam, yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder (DSM-
IV: 551). Manusia tiap hari tidur selama ± 6–8 jam. Namun
sebenarnya kebutuhan waktu untuk tidur bagi setiap orang adalah
berlainan. Kebiasaan tidur setiap orang bervariasi tergantung pada
kebiasaan yang dibawa semasa perkembangannya menjelang
dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan, dan lain
sebagainya (Lanywati, 2001). Manusia menggunakan sepertiga waktu
dalam hidup untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang tidur
hampir 3.000 jam per tahun. Tidur bersifat memberi energi, baik
secara mental maupun fisik (Durand & Barlow, 2007). Tidur dapat
memberikan kesempatan tubuh untuk beristirahat dan memulihkan
kondisi tubuh; baik secara fisiologis maupun psikis. Insomnia adalah
kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu dan gejala
tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun dan beraktivitas
pada siang hari. Sepertiga orang dewasa mengalami kesulitan memulai
tidur dan mempertahankan tidur dalam setahun, dengan 17% diantaranya
mengganggu kualitas hidup

Insomnia primer adalah insomnia persisten, yang terjadi selama


paling sedikit satu bulan dan tidak ada sebab yang jelas. Menurut DSM-
IV, insomnia primer yang dialami sebagian seseorang merupakan
kombinasi antara kesulitan memulai tidur dan sangat sering terbangun saat
tidur. Sedangkan sebagian orang lagi hanya mengeluhkan tidur yang tidak
memuaskan, dimana individu tersebut merasa tidurnya kurang berkualitas.
Insomnia primer sering diasosiasikan dengan bertambahnya kondisi fisik
dan psikologis pada malam hari yang berkombinasi dengan kondisi negatif
saat tidur. Insomnia sekunder ini merupakan suatu keadaan insomnia yang
berhubungan dengan gangguan mental atau faktor-faktor organik secara
bermakna. WHO (dalam Santoso, 2003:15) memasukan insomnia kedalam
golongan disoder of intiating and maintining sleeps (DIMS), dan membagi
insomnia kedalam tiga golongan besar sebagai berikut : (1) Long term
Insomnia. Dapat diartikan sebagai kesulitan tidur pada hampir tiap malam,
selama tiga minggu atau lebih (biasanya disebabkan karena gangguan
psikiatrik, alcohol atau penyalahgunaan obat-obatan). (2) Short term
insomnia. lnsomnia jangka pendek yang berlangsung sampai tiga minggu
yang disebabkan karena trauma atau penyakit. (3)Transient Insomnia.
Insomnia yang berlangsung selama dua atau tiga hari yang disebabkan
oleh faktor dari luar.
Seperti yang disebutkan dalam Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders-IV (DSM-IV), kriteria diagnosis pada penderita
insomnia antara lain: (1) Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur,
dan tidak dapat memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan
merupakan keluahan yang paling banyak terjadi. (2) Insomnia ini
menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat mengganggu fungsi
sosial, pekerjaan atau area fungsi penting yang lain. (3) Insomnia karena
faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi, gangguan tidur yang
berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritme sirkadian atau
parasomnia. (4) Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena
gangguan mental lain seperti gangguan depresi, delirium. (5) Insomnia
karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis yang langsung
dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis yang umum.
Insomnia umumnya dimulai dengan munculnya gejala-gejala
(Rafknowledge 2004 : 60): (a) Kesulitan jatuh tertidur atau tidak
tercapainya tidur nyenyak.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian masalah yang telah dikemukakan di atas dan
kasus yang terdapat dilapangan maka rumusan penelitian ini adalah
“Bagaimana insomnia pada mahasiswa?”

C. Tujuan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperluas wawasan
dan menambah pengetahuan mengenai insomnia.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Insomnia
Menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder, 2000), Insomnia adalah kesulitan individu dalam memulai,
mempertahankan dan merasakan kualitas tidur yang buruk. Nevid (2003)
menyatakan insomnia sendiri berasal dari kata In artinya tidak, dan Somnus
yang berarti tidur. Selanjutnya Nevid menjelaskan insomnia mempunyai
karakteristik kesulitan berulang untuk tidur atau untuk tetap tidur, gangguan
tidur tersebut mengakibatkan rasa lelah di siang hari dan menyebabkan
timbulnya tingkat stress pribadi yang signifikan atau kesulitan untuk tertidur,
tetap tidur, atau mengalami tidur yang membuat orang merasa segar dan
berenergi.

Di dalam buku “Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III”


(2001) juga menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu kondisi tidur yang
tidak memuaskan secara kuantitas dan kualitas yang berlangsung untuk suatu
kurun waktu tertentu. Sedangkan Joewana (1988) mengatakan bahwa
insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat tidur seperti
yang diharapkan.

Insomnia merupakan suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya


gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu.
Gangguan tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional, kognitif,
dan sosial orang dewasa. Fakta tersebut menunjukkan besarnya kemungkinan
masalah akademis, emosional, kesehatan, dan perilaku pada orang dewasa
dapat dicegah atau diperbaiki secara signifikan melalui intervensi, yaitu
memperbaiki kualitas dan kuantitas tidur (Nurdin, dkk, 2008)

Menurut Alimul (2006), insomnia suatu keadaan ketidakmampuan


mendapat tidur yang baik, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan
tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Sedangkan menurut Pinel (2012),
insomnia adalah semua gangguan menginisiasi dan mempertahankan tidur.
Pada penelitian ini, peneliti menggukan kriteria untuk variabel insomnia yang
menggunakan kriteria-kriteria insomnia dari ICD-10 (1992), DSM-IV-TR
(2000), ICSD (2001) yang telah dimodifikasi oleh Saldatos (2003) yang
mngemukakan bahwa insomnia adalah terganggunya induksi tidur, terbangun
dimalam hari, bangun lebih awal dari yang diinginkan, berkurangnya total
durasi tidur, kualitas tidur yang buruk secara keseluruhan, rasa nyaman yang
menurun disiang hari, dan terganggunya fungsi fisik dan mental disiang hari.

Dari beberapa definisi di atas peneliti mengambil kesimpulan insomnia


adalah kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur, mendapatkan
kualitas tidur yang buruk dan terganggunya aktifitas sehari-hari penderitanya
karena tidur yang terganggu.

B. Kriteria Insomnia
Pada penelitian ini, kriteria-kriteria insomnia menggunakan
kriteriakriteria insomnia athens (Soldatos, 2003) yang dirancang untuk
mengukur kesulitan tidur berdasarkan kriteria sistem klasifikasi terbaru dari
ICD-10 (1992), DSM-IV-TR (2000), ICSD (2001) yang dimodifikasi dengan
insomnia pada mahasiswa yang terdiri dari delapan aitem, yaitu:

a. Induksi tidur
b. Terbangun dimalam hari
c. Bangun lebih awal dari yang diinginkan
d. Total durasi tidur
e. Kualitas tidur secara keseluruhan
f. Rasa nyaman disiang hari 14
g. Fungsi fisik dan mental disiang hari

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Insomnia


Menurut (Susanti, 2015) Beberapa faktor risiko kejadian insomnia
pernah diteliti. Diantara faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kejadian
insomnia adalah: jenis kelamin perempuan, usia, status perkawinan,
pendapatan, tingkat pendidikan. Sebuah studi metaanalisis dari 29 studi
mengenai insomnia mendapatkan wanita (41%) lebih berisiko mengalami
insomnia dibanding laki-laki. Pada studi lain yang dilakukan oleh National
Sleep Foundation mendapatkan 57% wanita mengalami insomnia paling tidak
beberapa malam dalam seminggu. Pada sebuah penelitian didapatkan
kejadian insomnia meningkat seiring pertambahan umur dan pada individu
dengan status sosioekonomi rendah.

Faktor – faktor yang menyebabkan kesulitan memulai tidur pada


mahasiswa dapat berupa stres kuliah, aktivitas kuliah yang padat, tugas kuliah
yang menumpuk dan aktivitas diluar kuliah seperti kegiatan organisasi.
Sedangkan faktor – faktor yang berasal dari ruang lingkup kuliah dapat
berupa faktor lingkungan seperti kebersihan kamar, kebersihan diri, suhu
kamar, suara disekitar lingkungan kamar dan pencahayaan (Gunes &
Arslantas, 2017). Lebih jauh faktor – faktor yang dapat menyebabkan
kesulitan memulai tidur dapat berupa penyakit kronis, penggunaan obat –
obatan, gangguan pencernaan, penyakit akut, makanan atau minuman yang
dikonsumsi sebelum tidur, masalah keluarga atau masalah pribadi dan pola
tidur yang tidak teratur (Gunes & Arslantas, 2017).

Faktor – faktor penyebab terjadinya insomnia pada mahasiswa


adalah keadaan lingkungan tempat tinggal mahasiswa, seperti tingkat
kebisingan, kebersihan dan suhu sekitar tempat tinggal. Kemudian pola hidup
seperti perokok aktif, makan tidak teratur, konsumsi kopi dan pola tidur yang
tidak sehat. Mahasiswa cenderung untuk tidur lebih larut dikarenakan
beberapa sebab seperti tugas kuliah, tugas organisasi atau hanya sekedar
bersantai dengan teman – teman. Selain faktor – faktor diatas, ada faktor lain
yang mana disebabkan oleh kemajuan teknologi seperti penggunaan internet
yang berlebihan dalam bentuk sosial media ataupun game online. Faktor lain
penyebab insomnia pada mahasiswa adalah penggunaan obat – obatan dan
narkoba atau psikotropika serta mahasiswa yang mengalami kondisi
kesehatan tertentu seperti penyakit kronis dan kehamilan. (Gunes & Arlantas.
2017).
D. Aspek aspek Insomnia
Menurut PPDGJ III (1993) (dalam Nasution, 2017), terdapat beberapa
aspek mengenai insomnia, yaitu:

1. Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur atau kualitas tidur


yang buruk.
2. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama
minimal sebulan.
3. Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran
berlebihan perihal akibatnya pada malam dan sepanjang hari.
4. Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yang
keduanya menyebabkan berbagai gangguan dalam fungsi sosial atau
pekerjaan

Aspek-aspek insomnia berdasarkan uraian Williams dan Karacan


(2015) (dalam Andira, 2019) bahwa insomnia biasanya diklasifikasikan
dengan kondisi sulit untuk tertidur, sering terbangun lama setelah tertidur,
terbangun lebih awal di pagi hari dan keadaan terjaga yang menyusahkan
karena badan tidak segar ketika bangun.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk menggambarkan rasa bersalah pada wanita yang hamil di
luar nikah. Untuk itu penelitian ini menggunakan metode kualtitatif
deskriptif. Menurut (Moleong dalam Arikunto, 2010) bahwa penelitian
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang
dicermati oleh peneliti, dan benda-bemda yang diamati sampai detailnya
agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya.
Sejalan dengan pendapat dari (Azwar, 2015) bahwa penelitian
kualititaf menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan
induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena
yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.

B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan yang dapat diamati (Winarno, 2013). Dalam penelitian
ini, defnisi opearisonal dari variable dalam penelitian ini, yaitu.
1. Insomnia

Insomnia adalah kondisi kurang tidur (insomnia) berulang dan


berkepanjangan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan
mental/psikologis/jiwa. Secara fisik, kurang tidur menyebabkan mata
pucat dan bengkak, tubuh lemah dan kekebalan tubuh melemah, yang
mengarah pada kecenderungan penyakit dan gejala alergi seperti pilek,
gatal-gatal, dll. Secara mental atau psikologis, insomnia memengaruhi
sistem saraf, yang menyebabkan perubahan suasana psikologis.
menyebabkan kelesuan, stimulasi lambat dan sulit berkonsentrasi.
insomnia yaitu ICD-10 (1992), DSM-IV-TR (2000), ICSD (2001) yang
telah dimodifikasi oleh Saldatos (2003) yang mngemukakan bahwa
insomnia adalah terganggunya induksi tidur, terbangun dimalam hari,
bangun lebih awal dari yang diinginkan, berkurangnya total durasi tidur,
kualitas tidur yang buruk secara keseluruhan, rasa nyaman yang menurun
disiang hari, dan terganggunya fungsi fisik dan mental disiang hari.

C. Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa. Secara umum,
partisipan yang akan diturutsertakan dalam penelitian ini memiliki kriteria
sebagai berikut.
1. Berstatus mahasisawa aktif
2. Pernah mengalami insomnia

D. Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel (Sugiyono, 2017). Adapun teknik sampling pada penelitian ini
yaitu Sampling purposive. Teknik purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017).

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan wawancara dan observasi. (Moleong dalam Arikunto, 2010)
mengatakan bahwa peneliti berkedudukan sebagai instrument penelitian
yang utama. Oleh sebab itu itu keterlibatan peneliti dan penghayatan
terhadap permasalahan dan subjek penelitian, dapat dikatakan bahwa
peneliti melekat erat dengan subjek penelitian. Sejalan dengan pendapat
(Arikunto, 2010) bahwa pada penelitian kualtitatif dituntut adanya
pengamatan mendalam (in-depth observation) dan wawancara mendalam
(in-depth interview). Data yang dikumpulkan dari hasil peneletian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan cara menggunakan wawancara mendalam menggunakan
pedoman wawancara. Sedangkan pengumpulan data sekunder akan
dilakukan dengan observasi.
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah salah satu kaedah
mengumpulkan data yang paling bisa digunakan dalam
Pengertian.Berg(2001) mengemukakan bahwa dalam bahasa yang
sederhana,wawancara adalah proses tanya-jawrab yang mengarah pada
tujuan tertentu.Tujuan tertentu itu adalah tujuan penelitian untuk
menggali informasi yang relevan dengan fokus penelitian.
Wawancara adalah metode pengumpul data atau alat pengumpul data
yang menunjukkan peneliti sebagai pewawancara mengajukan
sejumlah pertanyaan pada partisipan sebagai subjek yang
diwawancarai(Johnson & Christensen,2004).Wawancara dalam
penelitian kualitatif umumnya memiliki karakteristik mendalam (in-
depth) karena memiliki tujuan memperoleh informasi yang mendalam
tentang makna subjektif pemikiran, perasaan, perilaku, sikap,
keyakinan, persepsi, niat perilaku, motivasi, dan kepribadian partisipan
tentang suatu objek fenomena psikologi.
Wawancara dalam penelitian kualitatif memungkinkan
eksplorasi yang bersifat fleksibel tentang suatu fenomena yang
menjadi interes dan menemukan aspek-aspek yang tidak terantisipasi
oleh peneliti pada awal penelitian. Dalam wawancara kualitatif,
peneliti akan memperoleh deskripsi yang kaya dari partisipan atau
subjek penelitian terkait suatu objek fenomena yang menjadi interes
dalam penelitian.Melalui wawancara yang bersifat kualitatif,hasil
wawancara memungkinkan penelii melakukan refleksi dan
mempertimbangkan kembali prakonseps! yang ada dalam dirinya
sebelum penelitian dan memberi pemahaman kepada peneliti
pemahaman kontekstual tentang latar belakang budaya yang hadir
selama prosespengumpulan data (Dalton dkk., 2007).
2. Observasi kualitatif
Observasi kualitatif adalah observasi (pengamatan) yang
dilakukan oleh peneliti dalam setting alamiah dengan tujuan
mengeksplorasi atau menggali suatu makna suatu fenomena yang ada
dalam diri partisipan. Berdasarkan definisi observasi kualitatif tersebut
maka tidak mengherankan apabila observasi kualitatif sering disebut
dengan istilah observasi naturalistik atau observasi dalam situasi yang
apa adanya (alamiah/bukan buatan) Johnson &Christensen,2004).

F. Validitas dan Reliabilitas


Validitas merupakan deraja ketetapan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data
yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek penelitian (Sugiyono, 2012). Untuk melihat validitas pada
penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode triangulasi. Triangulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan nernahai waktu (Sugiyono,
2017). Dalam hal ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik sebagai alat
uji kreadibilitas yang cocok pada penelitian ini. Triangulasi teknik untuk
menguji kreadbilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2017).

G. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistem
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2017). Adapun teknik
analisis data menurut (Miles & Hurberman dalam Sugiyono, 2017) ialah
terdiri atas empat tahapan yaitu.

(Johnson & Christensen, 2004). Tiga metode tersebut adalah


validitas deskriptif,validitas interpretif,dan validitas teoreria.

1. Validitas Deskriptif
metode yang dapat digunakan adalah melalui triangulasi peneliti
terkait pengumpulan data, analisis data,dan interpretasi data. Secara
operasional, triangulasi adalah cek silang informasi dan kesimpulan
melalui bervariasi prosedur atau sumber.
2. Validitas Prediktif
Dalam validitas prediktif, aplikasi triangulasi memanfaatkan beberapa
observer (pengamat) atau pengumpul data untuk merekam dan
mendeskripsikan perilaku partisipan dan konteks tempat partisipan
berada serta tempat perilaku tersebut terjadi.
3. Validitas Interpretif
Validitas interpretif adalah keabsahan deskripsi secara subjektif
terdalam (inner subjective meaning) Salah satu metode atau teknik
untuk mencapai validitas interpretif adalah melalui umpan balik (feed
back) partisipan atau cek balik (check back) pada partisipan tentang
kesimpulan hasil penelitian. Metode ini dilakukan dengan berbagi atau
memberi informasi hasil interpretasi peneliti kepada partisipan. Pada
proses ini berarti hasil interpretasi (kesimpulan hasil penelitian) oleh
peneliti dapat diverifikasi (diuji keterterimaannya atau memeroleh
penolakan). Perolehan umpan balik dilakukan segera setelah analisis
data, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan awal (preliminary
conclusion).
BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap awal penelitian dilakukan penyusunan synopsis
penelitian yang mencakup BAB 1. Kemudian penelitian ini dilakukan di
lakukan di tiga tempat berbeda namun berada di kota Pekanbaru dengan
mahasiswa yang insomnia. Penelitian ini dapat dilakukan setelah adanya
persetujuan antara subjek dan peneliti. Adapun jumlah subjek pada
penelitian ini sebanyak tiga orang dengan umur subjek yang berbeda-beda.
Penelitian ini melakukan pendekatan dan wawancara.

             Subjek diminta persetujuan untuk diwawancara mengenai


insomnia yang subjek alami, subjek diberikan informed consent untuk
persetujuan wawancara . Peneliti meyakinkan subjek bahwa data yang
diberikan akan dirahasiakan identitasnya, dengan menggunakan lembar
persetujuan (Informen Concern) yang berisikan kesepakatan antara
penelitian dengan subjek secara formal dalam suatu rangkaian penelitian
yang disertai dengan hak dan kewajiban selama penelitian berlangsung
atau selama periode waktu yang ditentukan. Tujuan dari informen consent
mendapat informasi yang cukup untuk mengambil keputusan atas tindakan
yang dilaksanakan (Diah dalam Haryani dan Wen, 2016). Subjek yang
lainnya bersedia untuk melakukan wawancara dengan peneliti.

           Setelah semua data terkumpul yaitu data dari wawancara, peneliti
mendiskusikan kembali hasilnya bersama dengan rekan sekelompok
peneliti. Tahap selanjutnya setelah data terkumpul maka penelitian mulai
merapikan hasil transkip wawancara dari masing-masing subjek. Setelah
itu peneliti mulai melakukan proses analisis data.

B. Profil Subjek
Adapun profil subjek yang diwawancarai pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
No. Inisial JK Pendidikan Terakhir Umur
1 HAP P SMA 20
.
2 NL P SMA 18
.
3 CDOK P SMA 20

a. Subjek HAP
HAP merupakan seorang mahasiswa di Uin suska riau semester 5.
HAP merupakan anak pertama dari 2 orang bersaudara. HAP
memenuhi kriteria insomnia dan sudah mengalami insomnia sejak
sekolah di bangu SMA. HAP berumur 20 tahun tinggal di Pekanbaru
(kos). HAP melaksanakan proses wawancara berlokasi kan di Chinos
coffe jalan HR. Soebrantas Kota Pekanbaru. HAP menyetujui
wawancara dengan mentanda tangani informed consent yang
diberikan. Selama proses wawancara, HAP memberikan detail
informasi dan menjawab semua pertanyaan dengan baik, HAP
menyatakan bahwa insomnia yang dialami semakin meningkat
semenjak menjadi mahasiswa.
b. Subjek NL
NL merupakan salah satu mahasiswi di Universitas INegri Riau
semester 1. NL merupakan anak tunggal, NL memenuhi kriteria
insomnia sesuai dengan DSM V. NL mengalami insomnia sejak
berada di SMA kelas XII, NL berumur 18 tahun, bertempat tinggal
di Pekanbaru bersama orang tua, namun sedang melakukan
perjalanan keluar kota sehingga tidak dapat diwawancarai dengan
tatap muka. NL menyetujui wawancara dan bersedia di wawancara.
NL menjawab pertanyaan dengan baik dan jelas walapun tidak
dilakukan secara tatap muka.
c. Subjek CDOK
CDOK merupakan seorang mahasiswa di Uin suska riau semester
5. CDOK merupakan anak pertama dari 2 orang bersaudara.
CDOK memenuhi kriteria insomnia dan sudah mengalami
insomnia sejak usia remaja. CDOK berumur 20 tahun tinggal
bersama orang tuanya di Jalan Damai Purwodadi Indah kota
pkanbaru. CDOK melaksanakan proses wawancara berlokasi kan
di SLU Madani UIN Suaska Kota Pekanbaru. HAP menyetujui
wawancara dengan mentanda tangani informed consent yang
diberikan. Selama proses wawancara, CDOK memberikan detail
informasi dan menjawab semua pertanyaan dengan baik, CDOK
menyatakan bahwa insomnia yang dialami semakin meningkat
semenjak menjadi mahasiswa.

C. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa hal mengenai
insomnia pada mahasiswa, yaitu berdasarkan aspek aspek insomnia yaitu
sebagai berikut:

Menurut PPDGJ III (1993) (dalam Nasution, 2017), terdapat beberapa


aspek mengenai insomnia, yaitu: 1) Keluhan sulit masuk tidur,
mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk, 2) Gangguan tidur
terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal sebulan, 3) Adanya
preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran berlebihan
perihal akibatnya pada malam dan sepanjang hari, 4) Tidak puas secara
kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yang keduanya menyebabkan
berbagai gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaan

1. Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur atau kualitas


tidur yang buruk
Informan menceritakan pengalaman yang ia rasakan menjadi
seseorang yang megalami insomnia, memiliki keluhan yang disertai
sakit ketika tidak dapat tidur.

Eee kalau di saya sih, biasa kalo ga bisa tidur tu pusing,


tapi tetap ga bisa tidur udah pusing banget tu, aduh mau
dipaksa tidur pun tetap ga bisa gitu ha.. jadi ya paling
overthingking atau segala macam gitu sih kak (B33-37 HAP W)

“Eee, biasanya itu ee apaya, pusing sih kak biasanya,


susah tidur, eee terus udah cari cara biar bisa tidur, ga
juga bisa tidur” (B43-44NLW)

“Hmm, o, pada saat insomnia tu kan pas malam sangkin


susah tuk tidurnya nggak ada capeknya malah ini beres-
beres kamar bersih-bersih gitu sampai shubuh, gerasak
gerusuk" (B277- 283CODKw)

Informan mengatasi insomnia yang dialami dengan berbagai cara


hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan sebagai berikut:

“Karena saya sulit tidur ini gaada penyebab dulu pertama


saya cuma kek maksa maksa biasa aja kaya tidur pejam
mata,paling 3 jam 2 jam tidur, tapi keknya ga efektif gitu
bisa jadi akhir akhir ini saya minum obat tidur gitu kak”
(B47-51HAP W)

” Misalnya, misalnya saya ada ee minum obat juga , gitu


kak” (B97-98NLW)
“Awal - awal nya saya cuman berusaha mengatasi dengan
baca-baca buku aja , main hpkan , buka sosmed.” (B117-
119NLW)
“capek banget ya Jalan Minum obat kalau dari temen sih
temen-temen lumayan ini juga kadang mereka bantuin
bantuin nyariin Apa sih yang bisa dilakuin supaya bisa
ngantuk gitu kadang mereka masih solusi-solusi juga
cuman ya gitu Nggak semuanya membantu” (B329-
338CODK w)

Berbagai macam kegiatan yang dilakukan informan ketika


malam hari saat tidak dapat tertidur, hal ini dapat dilihat dari
jawaban yang informan berikan:

“Eee kalau di waktu sebelum kos, ya paling main HP atau


foto foto kek bisa menghilangkan suntuk gitu karena ga
bisa tidur, tapi kalau selama di kos ini paling beres beres
kamar” (B59-62HAP W)

“Ohh itu kak, biasanya saya nonton konten Youtube kayak


konten ASMR seperti itu” (B69-70NLW)

“Yang sering di lakukan kalau susah tidur tu..ya biasanya


main handphone sih, main handphone.. Nengok youtube”
(B153-157CODKw)

2. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama


minimal sebulan

Informan mengalami insomnia sejak beberapa tahun sebelum


menjadi seorang mahasiswa, hal ini sesuai dengan ungkapan informan
ketika diwawancarai:

“Ee udah lumayan sering kak kalau yang seingat saya sih
mulai dari kelas dua belas sih baru semakin kuliah ini
makin parah insom nya, gitu kak” (B76-78HAP W)
“Udah dari kelas 12 sih kak”(B36NLW)

“Seringlahh soalnya uda dari kecil, emang uda sering


banget kayak menjadi kebiasaan malah” (B117-120CODKw)

Gangguan insomnia yang dialami informan sudah lama, insomnia


yang dialami minimal 3 kali dalam semiggu selama minimal satu bulan
hal ini dapat dilihat dari jawaban informan sebagai berikut:

“Kalau dulu pas masa masa masih SMA tu keknya mungin


seminggu tu 3 atau 4 hari. tapi semenjak kuliah ni
seminggu tu berturut turut gitu kek dari senin sampe
minggu tu emang ga bisa tidu gtiu kak” (B86-89HAP W)

“5 Kali kak” (B93NLW)

“Hampir setiap hari, Hampir setiap hari bang” (B126-


127CODKw)
Informan mengusahakan dapat tertidur dengan bantuan
mengkonsumsi obat tidur, hal ini berdasarkan dari jawaban saat
informan diwawancarai:

Kalau SMA dulu gak terlalu sering sih, paling ya kayak pas
ga bisa tidur aja, kalau sekarang ni ga bisa tidur tapi
pengen tidur gitu loh, jadi emang harus konsumsi terus gitu
kalau ga pusing takut sakit gitu (B95-98HAP W)

“Misalnya, misalnya saya ada ee minum obat juga , gitu


kak” (B97-98NLW)

“Udah ga lagi sih kalau dulu emang sering. Sekarang udah


enggak lagi sih karena dulu nggak bisa tidur sama sekali
Kalau bisa nggak minum obat tapi sampai dua hari bisa
enggak tidur” (B142-148CODKw)
Informan mengurangi gejala insomnia yang dialami dengan
berbagai cara seperti ungkapan informan berikut:

“Kek mikirkan negatifnya aja sih kak, misalkan kek saya


bilang tadi, karena saya insomnia saya sakit kepala jadi
besoknya tu saya mikir, kalau saya ga tidur lagi saya bakal
sakit kepala lagu atau kaya banyak peyakit yang timbul di
tubuh saya. Jadi kek ya gimana caranya eee harus paksa
tidur salah satunya dengan konsumsi obat gitu kak” (B107-
111HAP W)

“Ee mulai itu sih kak, olahraga ee, ya mengurangi bermain


sosial media, screen time , hp”(B249-250NLW)

(B142-148CODKw)

“Biasanya saya ini menghitung menghitung dari 1 sampai


100 sampai bosan kalau misalnya belum juga bikin tidur
belum bikin ngantuk pulang lagi yang terus atau dengar
dengar dengerin musik musik yang lembut yang music
instrumental” (B71-79CODKw)

SUBJEK 3

3. Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan


kekhawatiran berlebihan perihal akibatnya pada malam dan
sepanjang hari
Insomnia yang dialami informan menimbulkan kekhawatiran serta
kegelisahan pada informan hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh infroman:

Mmmm, gelisah paling mikirkan tugas kalau ga bisa tidur


ni, mikiri tugas mikirkan keluarga, teman kekasih. (B190-
192HAP W)

“Eee jadinya kepikiran kak, kalau ga bisa tidur jadi


kepikiran semuanya , misalnya eemmm mikirin ekonomi”
(B153-155NLW)

“Kegelisahanyaa.. Banyak eee karana biasanya nya


pikiran tuh ribut kepala tuh berisik banget kayak ada yang
dipikirkan nggak ada ujungnya” (B240-244CODKw)

SUBJEK 3

Kegiatan sehari hari informan menjadi terganggu akibat insomnia


yang dialami oleh informan, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
sebagai berikut:

“Lumayan berdampak, paling berdampak ke produktivitas


saya di kuliah. Kaya ngerjain tugas malas, eee nilai nurun
gitu gitu aja sih kak” (B212-214HAP W)

“Adasih kak beberapa , misalnya ,paling ee kalau kurang ,


kurang ee berkonstresi kalau misalnya ada kelas kuliah”
(B134-136NLW)

“Iyaa itu overthinking jadi jadi kayak bikin panik khawatir


gitu Apa sih yang bakal terjadi selanjutnya kayak bikin
sekenario sendirilah dalam kepala bikin gelisah kalii
pokoknya” (B250-257CODKw)

SUBJEK 3

4. Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya


Informan merasa tidak segar ketika bangun dari tidur karena durasi tidur
yang sedikit, hal ini sesuai dengan yang diugkapkan informan sebagai
berikut:

“Iya pasti gak segar sih kak, karena tidurnya jam 4 abis tu
jam 7 harus masuk kampus lagi. Sedangkan tidur baru 3
jam 2 jam gitu kan, eee jadi gimana mau segar” (B231-235HAP
W)

“Iya kak, ga segar kak” (B221NLW)

”Lebih apa yah… hmmm Bikin apa ya.Bikin lemas bikin


gak semangat gitulah” (B269-272CODKw)

SUBJEK 3

Insomnia yang dialami informan membuat tidur informan tidak


nyenyak, jauh dari durasi yang seharusnya. Informan tidak merasa puas
dengan pola tidur nya, memiliki kekhawatiran akan penyakit yang akan
timbul disebabkan insomnia yang dialami:

“Kurang puas sih kak, karena saya pola tidur saya kurang
sehat gitu yaa pas hari ini saya tidur 3 jam kemudian yang
hari itu saya tidur yang sampe magrib, itukan saya gak
makan gak minum” (B257-260HAP W)

“Kurang puas kak” (B240NLW)


“Sangat sangat sangat tidak puas dengan saya lumayan
berantakan ya karena kemarin sempat ini sempat udah mau
pulih jam tidurnya” (B374-277CODKw)

SUBJEK 3

Berdasarkan hasil wawancara, informan memiliki keinginan untuk


terlepas dari insomnia yang dialaminya, hal ini dapat terlihat dari
ungkapan informan:

“Pengen banget banget banget kak, saya kan pengen pola


hidup sehat ya kak. Menurut saya pola tidur saya ini kacau
balau gitu ha ditambah lagi tugas yang menumpuk, jadi
banyak hal yang membuat saya sakit gitu. Ya pengen kek
orang orang yang tidurnya 7 jam 8 jam sesuai pola tidur
yang seharusnya lah kak” (B263-269HAP W)

“Ada saya ingin memeperbaiki pola tidur saya” (B246NLW)

“Ee mulai itu sih kak, olahraga ee, ya mengurangi bermain


sosill media, screen time , hp” (B249-250NLW)

“Tentu saja sangat sangat ingin jam tidur ini pulih karena
udah capek banget serius banget ada di fase yang kayak
gini pengen bisa tidur tepat waktu pada ngiri lihat temen-
temen tuh kadang tidur cepat kalau saya mah bangun tidur
subuh Bangun pagi gitu kalau bisa sih pengen ada gitu
sesuatu sesuatu metode yang bikin berhasil untuk
mengurangi insomnia ini selain dari obat-obatan” (B456-
470CODK w)
SUBJEK 3

D. Pembahasan
Insomnia adalah kondisi kurang tidur (insomnia) berulang dan
berkepanjangan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan
mental/psikologis/jiwa. Secara fisik, kurang tidur menyebabkan mata
pucat dan bengkak, tubuh lemah dan kekebalan tubuh melemah, yang
mengarah pada kecenderungan penyakit dan gejala alergi seperti pilek,
gatal-gatal, dll. Secara mental atau psikologis, insomnia memengaruhi
sistem saraf, yang menyebabkan perubahan suasana psikologis.
menyebabkan kelesuan, stimulasi lambat dan sulit berkonsentrasi.

Berdasarkan aspek aspek insomnia yang ada pada informan dapat dilihat
sebagai berikut:

1. Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur atau kualitas tidur


yang buruk.
Informan memiliki keluhan sulit untuk tertidur, memiliki
kualitas tidur yang buruk serta rasa sakit kepala akibat tidak dapat
tertidur. Informan mencoba memaksakan diri agar tadap tertidur
dengan berbagai cara misalnya menyingkirkan barang yang dapat
mengganggu seperti handphone namun tetap saja membuat informan
tetap tidak dapat tertidur. Informan mengalami insomnia sudah dari
sebelum menjadi seorang mahasiswa. Insomnia yang dialami informan
membuat ketidaknyamanan bagi informan sendiri.
Informan sudah mengeluhkan insomnia sejak berada di bangku
SMA, Informan sudah mencoba banyak cara agar dapat tertidur.
Banyak hal yang terganggu akibat insomnia yang di alami oleh
informan sehingga hal tersebut merugikan informan. Informan telah
mencoba banyak cara agar terlepas dari insomnia yang dia alami,
namun hal tersebut belum berhasil sehingga informan mencoba
konsultasi kepada dokter.
Informan memiliki gejala sulit untuk tertidur, memiliki kualitas
tidur yang buruk serta sering terbangun di tengah malam saat tertidur.
Informan sudah mncobah berbagai metode alternatif diri agar dapat
memperbaiki tertidur dengan berbagai cara seperti pijat refleksi
namun tetap saja membuat informan tetap tidak dapat tertidur.
Informan mengalami insomnia sudah dari sebelum menjadi seorang
mahasiswa.
2. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama
minimal sebulan.
Informan mengalami insomnia dalam satu minggu minimal 3
kali dalam waktu satu bulan. Informan bahkan pernah satu minggu
beturut turut tidak dapat tertidur, informan tidak merasa ngantuk baik
di malam hari ataupun pada siang hari. Untuk dapat tertidur informan
perlu mengkonsumsi obat tidur terlebih dahulu agar tadapat tertidur di
malam hari. Insomnia yang dialami membuat buruknya pola tidur
informan sehingga menimnbulkan perilaku yang berdampak seperti
rasa malas dalam membuat tugas dan aktvitas yang terganggu
Informan biasanya mengalami insomnia 5 kali dalam seminggu,
Informan tidak dapat tertidur di siang mapun dimalam hari, namun
insomnia yang dialami informan menganggu aktivitas informan dan
berpengaruh pada aktivitas kesehariannya, seperti menjadi mudah
lelah, tidak fokus dan merasa lemas.
Informan tidak pernah menghitung saat mengalami insomnia
dalam seminggu, namun Informan tidak dapat tertidur di siang mapun
dimalam hari, bahkan sampai 2 hari tanpa tidur dan insomnia yang
dialami informan menganggu kebugran jasmani dan aktivitas informan
dan berpengaruh pada aktivitas kesehariannya, seperti mengantu,
kurang bersemangat sehingga memilih membatalkan kegiatan yang
seharusnya dapat di ikuti informan.
3. Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran
berlebihan perihal akibatnya pada malam dan sepanjang hari.
Kegelisahan muncul akibat insomnia yang dialami informan,
membuat munculnya overthingking bagi informan, kegelisahan akan
masa depan, keluarga dan orang di sekitar yang paling sering
informan rasakan. Kekhawatiran akan kondisi kesehatan juga menjadi
kegelisahan bagi informan akibat dari insomnia yang dialaminya.

Informan merasa cemas serta mengalami kegelisahan ketika


mengalami insomnia, banyak hal yang dipikirkan oleh informan
sehingga hal tersebut memunculkan rasa cemas dan khawatir pada
banyak hal

Informan merasakan kegelisahn serta overtingking ketika


mengalami insomnia, banyak perasan aneh yang tidak dapat di pahami
olh informan hal yang dipikirkan oleh informan sehingga hal tersebut
memunculkan rasa cemas dan khawatir pada banyak hal apa yang
akan terjadi kedepanya

1 paragraf subjek 3
4. Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yang
keduanya menyebabkan berbagai gangguan dalam fungsi sosial atau
pekerjaan

Insomnia yang dialami membuat berbagai gangguan yang


dialami informan seperti penurunan nilai kuliah akibat rasa malas
yang tidur karena tidak bersemangat dalam menjalankan kegiatan di
kampus dan kegiatan sehari hari. Durasi tidur yang hanya 2-3 jam
membuat ketidakpuasaan informan akan kualitas tidurnya. Informan
memiliki keinginan untuk terlepas dari insomnia yang dialaminya

Informan sangat terpengaruh oleh insomnia dikarenakan dampak


insomnia sangat berpengaruh dikehidupan sehari-hari informan,
mejadi lemas, tidak bersemangat, mudah kehilangan fokus dan mudah
lelah. sehingga informan berusaha agak dapat memperbaiki pola hidup
dan pola tidurnya agak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
dengan maksimal.

Insomnia yang dialami sudah di rasakan saat remaja


bahakan seblum memasuki bangku perkulihan dampak gangguan
yang dialami informan seperti penurunan motivasi belajar akibat tidak
bersemangat dalam perkuliahan di kampus dan kegiatan sehari hari.
Dari durasi tidur yang hanya 2-3 jam atau tidak tidur selama 2 hari
membuat ketidakpuasaan informan akan kualitas tidurnya. Informan
memiliki keinginan yang sangat kuat untuk terlepas dari insomnia
yang dialaminya dari remaja terkhususnya mengurangi pengunan obat
tidur
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Insomnia adalah kondisi kurang tidur (insomnia) berulang dan
berkepanjangan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan
mental/psikologis/jiwa. Secara fisik, kurang tidur menyebabkan mata
pucat dan bengkak, tubuh lemah dan kekebalan tubuh melemah, yang
mengarah pada kecenderungan penyakit dan gejala alergi seperti pilek,
gatal-gatal, dll. Secara mental atau psikologis, insomnia memengaruhi
sistem saraf, yang menyebabkan perubahan suasana psikologis.
menyebabkan kelesuan, stimulasi lambat dan sulit berkonsentrasi

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh, maka penulis dapat
memberikan saran-saran yang relevan bagi semua pihak, antar lain sebagai
berikut:
1. Bagi Subjek
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peniliti selanjutnya yang memiliki minat untuk meneliti
terkait insomnia pada mahasiswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi dalam melakukan penelitian terkait kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Angkawidjaja, K. M. A. Soetjipto. Sleep Disorders In Late-Life


Depression. Jurnal Psikiatri Surabaya, 9(1).
Nasution, I. N. (2017). Hubungan kontrol diri dengan perilaku sulit tidur
(insomnia). Psychopolytan: Jurnal Psikologi, 1(1), 39-48.
Nurdin, M. A., Arsin, A. A., & Thaha, R. M. (2018). Kualitas Hidup Penderita
Insomnia pada Mahasiswa Quality of Life of Patients with Insomnia
to Students. Jurnal MKMI, 14(2), 128-138.
Nuriyah, A., & Sumaryanti, I. U. (2017). Studi Deskriptif Mengenai Gambaran
Stres Akademik Pada Mahasiswa Penderita Primary Insomnia di
UPM Olahraga Fakultas Psikologi Unisba. Prosiding Psikologi, 461-
467.
Sulistiyani, C. (2012). Beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur
pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro, 1(2), 18762.
Susanti, L. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian insomnia di
poliklinik saraf RS Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(3).

Anda mungkin juga menyukai