Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 PEKANBARU

Raudhatul Zahara1, Sofiana Nurchayati 2, Rismadefi Woferst 3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: raudhatulzaharaa05@gmail.com

Abstract
Insomnia became part of sleep disorder which happen mostly in adolescent. The aim of this research was to know the
description of insomnia in adolescent with descriptive design. The research used proportionate random sampling
involucing 94 students that were selected based on inclusion and exclusion criteria by Insomnia Severity Index (ISI)
questionaire. The univariat analysis was attached to determine the frequency distribution and it showed thet 42
(44,7%) were 17 years old and 70 (74,5%) people were male, the difficulty started to sleep component were 30 people
(31,9%), the difficulty to maintained sleep component were 34 people (36,2%), early wake up component were 27
people (28,7%). The satisfaction sleep component were 41 people (43,6%), the effect of sleep problem component were
43 people (45,7%), the anxiety about sleep problem component were 31 people (33,0%), the effect of sleep problem in
daily activity were 34 people (36,2%) and the description of insomnia was majority in minor insomnia for 43 people
(45,75%). It was recommended to adolescent to increased the sleep quality.

Keywords : Adolescent, Insomnia, Insomnia Severity Index (ISI)

PENDAHULUAN Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid Eye


Remaja adalah individu yang berada Movement). NREM merupakan fase awal yang
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak terdiri dari 4 tahap. Tahap pertama adalah
menuju dewasa. Masa remaja selalu disertai transisi antara bangun dan tidur berlangsung
dengan perubahan aspek seperti fisik, selama beberapa menit. Pada tahap kedua
psikologis, emosional, dan sosial (Ali & adalah periode suara tidur masih dan dapat
Ansori, 2012). Seluruh perubahan dari aspek dibangunkan berlangsung 10-15 menit. Tahap
tersebut akan berdampak pada perubahan ketiga tidur lebih lelap dan terakhir masuk
aktivitas yang semakin banyak dilakukan oleh dalam tahap keempat fase paling dalam
para remaja. Tenaga yang terbuang akibat sehingga sulit dibangunkan. Fase REM
banyaknya aktivitas harus diimbangi dengan berlangsung selama 5-30 menit dan muncul
makanan yang sehat, dan tidur yang cukup kembali setiap 90 menit, dan biasanya
(Colrain, 2011). sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini
Tidur dibutuhkan oleh setiap individu (Berman & Snyder, 2012).
untuk dapat menjaga status kesehatan pada Setiap individu memiliki kebutuhan
tingkat yang optimal. Tidur dapat memulihkan istirahat dan tidur yang berbeda-beda, sesuai
kondisi tubuh, meningkatkan memori dengan aktifitas yang dilakukan. Sebagian
seseorang, mengurangi stress, depresi, besar remaja memerlukan 7-8 jam waktu tidur
kecemasan serta menjaga keseimbangan malam. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kemampuan dan konsentrasi saat melakukan keletihan dan kerentanan terhadap infeksi
berbagai aktivitas (Kozier, Erb, Berman & (Saputra, 2013). Pola dan waktu tidur remaja
Snyder, 2010). Tidur terjadi dalam siklus yang memiliki ciri khas yaitu remaja mengalami
diselingi periode terjaga, siklus tidur atau perubahan hormonal serta pergeseran irama
terjaga umumnya mengikuti irama sirkadian sirkadian. Remaja mulai merasa mengantuk
atau 24 jam dalam siklus siang atau malam. pada tengah malam, sedangkan remaja harus
Kebanyakan orang terjaga dan sibuk di siang bangun pagi hari untuk berangkat ke sekolah.
hari dan tidur di malam hari (Vaughans, 2013). Hal ini mengakibatkan setiap harinya para
Mekanisme proses tidur pada manusia remaja mengalami kekurangan waktu tidur
terdiri dari dua fase yaitu fase NREM (Non (Natalita dkk, 2011).

JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 278


Jam normal yang seharusnya berkurangnya konsentrasi (Berman & Snyder,
digunakan untuk istirahat dan tidur bagi para 2012).
remaja, dialihfungsikan oleh remaja untuk Faktor penyebab insomnia pada
melakukan kegiatan lain. Kegiatan yang remaja disebabkan karena pola tidur yang
dilakukan oleh para remaja seperti buruk, penggunaan media elektronik
mengerjakan tugas sekolah, menonton (televisi, komputer, gadget dan lain
televisi ataupun waktu tidur malam remaja sebagainya), penyakit migren, nyeri,
banyak digunakan untuk bermain games gangguan psikologi, depresi, kafein, nikotin
online dan bermain gadget (Rimbawan, dan rokok (Owens, 2014). Hal ini diperkuat
2016). Aktivitas padat dan kompleks pada dengan penelitian Haryono (2009) penyebab
remaja mengakibatkan kelompok usia ini insomnia pada remaja disebabkan oleh gaya
yang rentan mengalami gejala gangguan hidup remaja dan pola aktifitas remaja di
tidur salah satunya adalah insomnia. luar jam sekolah.
Insomnia merupakan suatu kesukaran dalam Berdasarkan faktor-faktor penyebab
memulai dan mempertahankan tidur insomnia, insomnia dapat memberikan
sehingga seseorang tidak dapat memenuhi dampak negatif pada seseorang. Natalita dkk
kebutuhan tidur yang adekuat, baik secara (2011) menyatakan bahwa dampak
kualitas maupun kuantitas (Berman & kekurangan tidur pada remaja dapat
Snyder, 2012). Kualitas tidur merupakan menyebabkan menurunnya perstasi akademis
kemampuan individu untuk tetap tidur dan sekolah, meningkatkan angka ketidakhadiran
mendapatkan sejumlah tidur REM dan di sekolah, depresi, dan kecelakaan lalu
NREM. Kuantitas tidur merupakan total dari lintas pada remaja. Hal ini diperkuat dengan
waktu tidur individu. penelitian Gryglewska (2010) menyatakan
Cureresearch 2017 melaporkan bahwa bahwa dampak dari kurang tidur pada
30% penduduk di dunia umumnya seseorang dapat menyebabkan menurunnya
mengalami insomnia kronis. Terdapat 1/4 fungsi dari kekebalan tubuh, meningkatkan
dari laporan menyatakan bahwa penduduk di berat badan, meningkatkan tekanan darah,
Amerika Serikat (AS) sesekali mendapatkan menurunkan fungsi kognitif, serta adanya
tidur yang buruk dan hampir 10% gangguan emosi pada seseorang.
mengalami insomnia kronis (Medikal Dayli, Raimbwan (2016) mendapatkan
2017). Angka prevalensi insomnia di bahwa jumlah insomnia pada remaja di Panti
Indonesia adalah 10% dari jumlah penduduk Asuhan Widya Asih 1 Denpasar adalah
dan jumlah populasi atau sekitar 28 juta (100%), dimana (47,6%) mengalami
orang yang mengalami insomnia. Tingginya insomnia ringan, terdapat (47,6%)
angka insomnia tersebut, dikaitkan dengan mengalami insomnia sedang, dan (4,8%)
bertambahnya permasalahan yang terjadi yang mengalami insomnia berat. Sathivel
dalam kehidupan, seperti depresi dan (2017) mendapatkan bahwa dari hasil yang
diperoleh, 20 (40%) responden mengalami
kecemasan pada seseorang (Life & Style,
insomnia, 28 (56%) responden menderita
2017).
insomnia klinis dengan keparahan moderat
Insomnia biasanya terlihat saat
seseorang kesulitan dalam memulai tidur, dan 2 (4%) responden menderita klinis susah
kesulitan untuk mempertahankan tidur, sering tidur parah. Awwal (2015) mendapatkan
terbangun dalam waktu yang lama, dini hari prevalensi gangguan tidur pada remaja usia
atau sebelum waktunya, jadwal tidur dan 12-15 tahun di SMPN 5 Semarang adalah
bangun tidak beraturan, kesulitan untuk (81,1%), gangguan tidur yang paling banyak
kembali tidur, gelisah dan tidak nyaman saat ditemui pada remaja adalah transisi tidur-
tidur, mengantuk di pagi hari atau siang hari, bangun (43,4%), gangguan memulai dan
tidak merasa segar ketika bangun tidur, dan mempertahankan tidur (35,2%).

JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 279


Studi pendahuluan dilakukan oleh mempertahankan tidur, tebangun lebih cepat
peneliti di SMK Negeri 2 Pekanbaru, yang dari hari biasanya, kebiasaan tidur saat ini,
berlokasi di Jalan Patimura No.14 Pekanbaru, pengaruh masalah tidur pada kualitas hidup,
pada Selasa 20 Februari 2018. Peneliti khawatir dengan masalah tidur, pengaruh
melakukan wawancara dengan guru bimbingan masalah tidur pada kegiatan sehari-hari untuk
konseling (BK), mendapatkan informasi mengetahui gambaran insomnia pada remaja.
bahwa tidak sedikit para siswa yang kedapatan Analisis data yang digunakan pada
mengantuk ketika kegiatan jam pelajaran penelitian ini adalah analisis univariat dengan
sekolah. Guru BK menyatakan bahwa menggunakan program komputer. Analisis
penyebab siswa yang kedapatan mengantuk univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau
kegiatan jam pelajaran sekolah dikarenakan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
oleh kurang istirahat, sering bergadang, penelitian. Analisis univariat digunakan untuk
masalah keluarga, bermain games online, dan melihat karakteristik responden seperti jenis
sering bermain gadget hingga larut malam. kelamin, umur kelas dan memperoleh
Peneliti melakukan wawancara dengan 10 gambaran insomnia pada remaja.
orang siswa yang diambil secara acak,
didapatkan data bahwa 2 orang siswa tidak HASIL PENELITIAN
mengalami gejala insomnia, 3 orang siswa Hasil penelitian yang dilakukan pada
mengalami insomnia ringan dengan gejala 94 responden diperoleh karakteristik
(gelisah saat tidur dan sulit berkosentrasi), 3 responden, komponen insomnia dan gambaran
orang siswa mengalami insomnia sedang insomnia pada remaja dapat dilihat pada tabel
dengan gejala (tidur tidak nyenyak, sakit sebagai berikut:
kepala pada pagi hari, dan mengantuk di siang Tabel 1
hari), dan 2 orang siswa lain yang mengalami Karakteristik Responden
insomnia berat dengan gejala (sulit memulai Umur Jumlah (n) Presentase
tidur, terbangun pada malam hari, gelisah dan (%)
tidak nyaman saat tidur, dan sulit untuk tidur 15 15 16,0
kembali). 16 37 39,4
Tujuan penelitian ini adalah untuk 17 42 44,7
mengetahui bagaimana gambaran insomnia Total 94 100,0
Jenis Jumlah (n) Presentase
pada remaja di SMK Negeri 2 Pekanbaru.
Kelamin (%)
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
LK 70 74,5
memberikan informasi dalam pengembangan PR 24 25,5
ilmu pengetahuan tentang gambaran dan Total 94 100,0
penyebab insomnia pada remaja. Kelas Jumlah (n) Presentase
(%)
METODE PENELITIAN X 52 55,3
Penelitian ini dilaksanakan di SMK XI 42 44,7
Negeri 2 Pekabaru yang dimulai dari bulan Total 94 100,0
Februari sampai Juli 2018. Desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif dengan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hasil
pendekatan cross sectional dengan metode penelitian yang dilakukan pada 94 responden
Proportionate random sampling yang didapatkan hasil bahwa umur responden
melibatkan 94 orang dipilih berdasarkan terbanyak adalah 17 tahun sebanyak 42 orang
kriteria inklusi dan eksklusi dangan (44,7%). Jenis kelamin responden mayoritas
menggunakan kuesioner baku Insomnia adalah laki-laki yaitu sebanyak 70 orang
Severity Index (ISI) instrumen ini membahas (74,5%), dan sebagian besar responden adalah
tentang kesulitan memulai tidur, sulit kelas sepuluh sebanyak 52 orang (55,3%).
JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 280
Tabel 2 Tabel 5
Komponen Kesulitan Memulai Tidur Komponen Kepuasan Dalam Kebiasan Tidur
Kategori Jumlah (n) Presentase Kategori Jumlah Presentase
(%) (n) (%)
Tidak ada 15 16,0 Sangat puas 2 2,1
Puas 11 11,7
Sedikit 29 30,9
Cukup 41 43,6
Sedang 30 31,9 Sangat 35 37,2
Parah 18 19,1 Sangat tidak puas 5 5,3
Sangat parah 2 2,1 Total 94 100,0
Total 94 100,0 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa komponen dari kepuasan dalam
bahwa komponen dari kesulitan memulai tidur kebiasan tidur paling banyak termasuk dalam
terbanyak termasuk kategori sedang sebanyak kategori cukup sebanyak 41 orang (43,6%).
30 orang (31,9%).
Tabel 6
Tabel 3 Komponen Pengaruh Masalah Tidur terhadap
Komponen Sulit Mempertahankan Tidur Kualitas Hidup
Jumlah Presentase
Kategori Jumlah (n)
Kategori Presentase (%) (%)
(n)
Tidak terlihat 12 12,8
Tidak ada 17 18,1 Sedikit 16 17,0
Sedikit 34 36,2 Cukup 43 45,7
Sedang 25 26,6 Sangat 17 18,1
Parah 15 16,0 Luar biasa 6 6,4
berpengaruh
Sangat parah 3 3,2
Total 94 100,0
Total 94 100,0
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa komponen dari pengaruh masalah tidur
bahwa komponen dari sulit mempertahankan terhadap kualitas hidup paling banyak
tidur paling banyak termasuk dalam kategori termasuk dalam kategori cukup yaitu
sedikit sebanyak 34 orang (36,2%). sebanyak 43 orang (45,7%).
Tabel 4
Komponen Terbangun Lebih Cepat dari Hari Tabel 7
Biasanya Komponen Khawatir dengan Masalah Tidur
Kategori Jumlah (n) Presentase (%) Kategori Jumlah Presentase
Tidak ada 20 21,3 (n) (%)
Sedikit 22 23,4 Tidak khawatir 6 6,4
Sedang 27 28,7 Sedikit 27 28,7
Cukup 31 33,0
Parah 15 16,0
Sangat 22 23,4
Sangat parah 10 10,6 Luar biasa khawatir 8 8,5
Total 94 100,0 Total 94 100,0

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan Berdasarkan tabel 7 menunjukkan


bahwa komponen dari terbangun lebih cepat bahwa komponen khawatir dengan masalah
dari hari biasanya terbanyak termasuk dalam tidur terbanyak termasuk dalam kategori
kategori sedang sebanyak 27 orang (28,7%). cukup sebanyak 31 orang (33,0%).

JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 281


Tabel 8 Pekanbaru karena disebabkan oleh faktor-
Komponen Pengaruh Masalah Tidur pada faktor seperti faktor psikologis, faktor
Kegiatan Sehari-Hari lingkungan, adanya tekanan, handphone,
Kategori Jumlah (n) Presentase kebiasaan makan malam, dan merokok.
(%) b. Jenis Kelamin
Tidak 2 2,1 Hasil penelitian yang dilakukan pada
berpengaruh
Sedikit 18 19,1
94 responden didapatkan hasil bahwa jenis
Cukup 34 36,2 kelamin terbanyak yang mengalami
Sangat 28 29,8 insomnia adalah laki-laki berjumlah 70
Luar biasa 12 12,8 (74,5%). Hal ini disebabkan karena
berpengaruh mayoritas yang bersekolah di SMK Negeri
Total 94 100,0 2 Pekanbaru tersebut lebih banyak berjenis
kelamin laki-laki dari pada jenis kelamin
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan perempuan.
bahwa komponen dari pengaruh masalah tidur 2. Komponen-Komponen Insomnia
pada kegiataan sehari-hari paling banyak a. Kesulitan Memulai Tidur
termasuk dalam kategori cukup sebanyak 34 Komponen kesulitan memulai tidur
orang (36,2%) terbanyak adalah kategori sedang (individu
yang melakukan aktifitas selama 2 jam
Tabel 9 sebelum tidur, setelah itu dapat tertidur)
Gambaran Insomnia pada Remaja. sebanyak 30 orang (31,9%), katagori sedikit
JK Presen
Jlh (individu yang melakukan aktifitas sebelum
Kategori insomnia (n)
(%)
L P tidur lebih dari 1 jam, setelah itu dapat
Tidak insomnia 15 2 17 18,1
tertidur) sebanyak 29 orang (30,9%),
Ringan 31 12 43 45,7 kategori parah (individu yang melakukan
aktifitas lebih dari 3 jam sebelum tidur,
Sedang 15 7 22 23,4
setelah itu dapat tertidur) sebanyak 18
Berat 9 3 12 12,8 orang (19,1%) dan kategori sangat parah
(individu yang melakukan aktifitas lebih
Total 70 24 94 100,0
dari 5 jam sebelum tidur, setelah itu dapat
tertidur) sebanyak 2 orang (2,1%).
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan hasil
Responden penelitian ini yang mengalami
penelitian yang dilakukan pada 94 responden
kesulitan untuk memulai tidur disebabkan
didapatkan hasil bahwa insomnia yang terjadi
karena faktor psikologis seperti stress yang
pada responden terbanyak adalah insomnia
berlebihan, dan sering mengalami
ringan yaitu laki-laki 31 orang dan perempuan
kecemasan.
12 orang atau sebanyak 43 orang (45,7%).
b. Sulit Mempertahankan Tidur
Komponen sulit mempertahankan tidur
PEMBAHASAN paling banyak termasuk dalam kategori
1. Karakteristik Responden sedikit (terbangun di malam hari selama 5-
a. Umur 15 menit kemudian tidur kembali) sebanyak
Hasil penelitian didapatkan mayoritas
34 orang (36,2%), kategori sedang
umur responden berada pada rentang usia
(terbangun di malam hari selama 2 jam
15-17 tahun sebanyak 94 orang. Umur
kemudia tidur kembali) sebanyak 25 orang
responden terbanyak yang mengalami
(26,6%), katagori parah (terbangun di
insomnia adalah 17 tahun sebanyak 42
malam hari lebih dari 2 jam kemudia tidur
orang (44,7%). Hal ini kemungkinan dapat
kembali) sebanyak 15 orang (16,0%) dan
terjadi pada siswa di SMK Negeri 2
kategori sangat parah (terbangun di malam
JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 282
hari lebih dari 5 jam namun tidak dapat memberikan dampak negatif secara
tidur kembali) sebanyak 3 orang (3,2%). signifikan terhadap kesehatan remaja
Responden penelitian ini yang mengalami seperti remaja merasakan pusing atau sakit
kesulitan mempertahankan tidur karena kepala dan tidak dapat berkonsentrasi
pikiran siswa yang tidak tenang, gelisah ketika proses belajar. Apabila dibiarkan
atau tidak nyaman saat tidur, dan adanya dalam jangka pajang maka akan
stress situasional pada siswa. mengurangi produktivitas pada remaja,
c. Terbangun Lebih Cepat dari Hari menurunnya kualitas hidup, dan dapat
Biasanya mempengaruhi fungsi kognitif pada remaja.
Hal ini dapat di contohkan seperti adanya
Komponen terbangun lebih cepat dari
remaja telat bangun dan tidak masuk
hari biasanya terbanyak dalam kategori
sekolah, adanya remaja yang gagal dalam
sedang (tidur di jam normal (jam 9-10) dan
ujian atau mendapatkan nilai ujian yang
terbangun jam 1) yaitu 27 orang (28,7%)
buruk saat ujian, prestasi di sekolah dapat
dan katergori sangat parah (tidur di jam menurun dan lain sebagainya.
normal (jam 9-10) dan terbangun jam 12) f. Khawatir dengan Masalah Tidur
sebanyak 10 orang (10,6%). Terbangun Komponen khawatir dengan masalah
lebih cepat dari hari biasanya dapat tidur terbanyak termasuk dalam kategori
menyebabkan berkurangnya kualitas tidur cukup (cukup khawatir dengan masalah
pada diri seseorang yaitu berkurangnya tidur) sebanyak 31 orang (33,0%) dan
tidur REM dan NREM (Berman & Snyder, kategori luar biasa khawatir (luar biasa
2012). Responden penelitian ini mengalami khawatir dengan masalah tidur) sebanyak 8
hal tersebut karena disebabkan oleh faktor- orang (8,5%). Responden penelitian ini
faktor seperti adanya gangguan tidur, stress mengalami kekhwatiran pada masalah tidur
emosional, dan faktor lingkungan. akan terlihat saat remaja ketika sulit
d. Kepuasan Dalam Kebiasaan Tidur memulai tidur disebabkan karena (remaja
Komponen kepuasaan dalam kebiasaan mendapatkan nilai buruk atau gagal dalam
tidur paling banyak termasuk dalam ujian, adanya tekanan dari orang tua yang
kategori cukup (cukup puas dalam menuntut anaknya mendapatkan nilai yang
kebiasaan tidur) sebanyak 41 orang (43,6%) tinggi dan sebagainya), sering terbangun
dan kategori sangat tidak puas (sangat tidak malam hari disebabkan karena (mimpi
buruk dimana remaja tidak lulus dalam
puas dalam kebiasaan tidur) sebanyak 5
ujian atau gagal dalam ujian dan
orang (5,3%). Responen penelitian ini
sebagainya) dan tidak mampu untuk tidur
mengalami hal tersebut karena disebabkan
kembali setelah banggun disebabkan karena
oleh faktor-faktor seperti tidur tidak (adanya teman sekamar ribut dan bermain
nyenyak atau gelisah, pusing atau sakit gitar hingga larut malam, taman sekamar
kepala saat bangun tidur, terbangun di yang menonton televisi dengan menyetel
malam hari, dan mimpi buruk. volume yang keras dan sebagainya).
e. Pengaruh Masalah Tidur Terhadap g. Pengaruh Masalah Tidur pada Kegiatan
Kualitas Hidup Sehari-Hari
Komponen pengaruh masalah tidur Komponen pengaruh masalah tidur
terhadap kualitas hidup paling banyak
pada kegiataan sehari-hari paling banyak
termasuk dalam kategori cukup (masalah
termasuk dalam kategori cukup (masalah
tidur cukup berpengaruh terhadap kualitas
hidup) sebanyak 43 orang (45,7%) dan tidur cukup mempengaruhi kegiatan sehari-
kategori luar biasa terlihat (masalah tidur hari) sebanyak 34 orang (36,2%) dan
luar biasa berpengaruh terhadap kualitas katergori luar biasa berpengaruh (masalah
hidup) sebanyak 6 orang (6,4%). tidur luar biasa mempengaruhi kegiatan
Berkurangnya tidur pada remaja dapat sehari-hari) sebanyak 12 orang (12,8%).
JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 283
Peneliti berpendapat bahwa faktor-faktor (44,7%). Jenis kelamin responden
seperti faktor psikologis, faktor mayoritas adalah laki-laki yaitu sebanyak
lingkungan, aktifitas yang padat pada 70 orang (74,5%), dan sebagian besar
remaja, adanya tekanan, kebiasaan merokok responden adalah kelas sepuluh sebanyak
pada remaja, penggunaan media elektronik 52 orang (55,3%).
dan kebiasaan makan malam dapat 2. Komponen-komponen dari insomnia
menyebabkan remaja mengalami gangguan didapatkan hasil sebagai berikut:
tidur Kurang tidur dapat mempengaruhi Komponen kesulitan memulai tidur
kesehatan pada remaja, dapat mengganggu sebanyak 30 orang (31,9%), komponen
sulit mempertahankan tidur sebanyak 34
kinerja memori otak pada remaja, dan dapat
orang (36,2%), komponen terbangun lebih
megganggu aktifitas remaja seperti di
cepat sebanyak 27 orang (28,7%),
sekolah contoh adanya remaja yang
komponen kepuasaan dalam kebiasaan
kedapatan tertidur di kelas, remaja sulit
tidur sebanyak 41 orang (43,6%),
untuk konsentrasi dan berpikir, serta daya
komponen pengaruh masalah tidur
ingat remaja yang berkurang. terhadap kualitas hidup sebanyak 43 orang
(45,7%), komponen khawatir dengan
3. Gambaran Insomnia pada Remaja masalah tidur sebanyak 31 orang (33,0%)
Hasil penelitian yang dilakukan pada dan komponen pengaruh masalah tidur
94 responden didapatkan hasil bahwa pada kegiataan sehari-hari sebanyak 34
insomnia yang terjadi pada responden orang (36,2%).
terbanyak banyak adalah insomnia ringan 3. Gambaran insomnia yang terjadi pada
pada laki-laki 31 orang dan perempuan 12 responden paling banyak adalah insomnia
orang atau sebanyak 43 orang (45,7%). ringan yaitu laki-laki 31 orang dan
Insomnia sedang pada laki-laki 15 orang perempuan 12 orang atau sebanyak 43
dan perempuan 7 orang atau sebanyak 22 orang (45,7%).
orang (23,4%) dan insomnia berat pada
laki-laki 9 orang dan perempuan 3 orang SARAN
atau sebanyak 12 orang (12,8%). 1. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Responden dalam penelitian ini mengalami Diharapkan dapat meningkatkan peran
insomnia disebabkan oleh faktor-faktor
perawat khususnya dalam memberikan
seperti faktor psikologis, faktor lingkungan,
promosi kesehatan tentang insomnia serta
adanya tekanan, internetan atau online,
pentingnya kebutuhan tidur khususnya
ruang tidur, merokok. Insomnia pada
pada remaja.
remaja akan memberikan efek yang buruk
2. Institusi yang menjadi tempat penelitian
pada siswa seperti kesehatan remaja yang
terganggu, terganggunya aktifitas sehari- Upaya sosialisasi pada remaja
hari pada remaja, remaja sulit mengenai masalah tidur yaitu insomnia
berkonsentrasi dalam belajar, gangguan pada remaja hendaknya dilakukan baik
imunitas, adanya kecemasan, mudah oleh pihak sekolah bagian guru BK
tersinggung, serta dapat menurunkan fungsi maupun intalasi lainnya yang terkait
kongnitif pada siswa. dengan penyuluhan maupun promosi
kesehatan. Hal ini dapat memudahkan
SIMPULAN remaja untuk mengungkapkan
1. Karakteristik responden berdasarkan permasalahan mereka salah satunya
umur, jenis kelamin dan kelas didapatkan masalah tidur dan dapat memberikan
hasil bahwa umur responden terbanyak saran terbaik untuk remaja dalam
adalah 17 tahun sebanyak 42 orang mengatasinya.
JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 284
3. Masyarakat Occupational Medicine and
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai Environmental Health, 23(1), 95–114.
sumber informasi bagi orang tua dan anak https://doi.org/10.2478/v10001-010-
tentang dampak negatif dari masalah tidur 0004-9
dan insomnia pada remaja. Haryono, A., Rindiarti, A., Arianti, A.,
4. Penelitian berikutnya Pawitri, A., Ushuluddin, A., Setiawati,
Penelitian ini merupakan jenis A.,& Sekartini, R. (2009). The
penelitian deskriptif mengenai insomnia prevalence of sleep disorder among
pada remaja. Diharapkan penelitian teen2 - 15 years old in junior high
selanjutnya dapat menggali lebih dalam school. sari pediatri, 11(3), 149–154.
lagi pembahasan tentang insomnia Jurnal Keperawatan, 4(1), 2–8.
khususnya pada remaja, serta penanganan Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Buku
insomnia khusus pada remaja dalam jenis ajar fundamental keperawatan :
penelitian eksperimen. konsep, proses & praktik (7 ed., vol.
2). Jakarta: EGC.
UCAPAN TERIMAKASIH Mawaddha, R. (4 Desember 2017). Penderita
Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan insomnia di indonesia mencapai 28
dan bimbingan dari berbagai pihak dalam juta orang. life & style. Di poroleh 15
penyelesaian laporan penelitian ini. Junuari 2018 dari
1
Raudhatul Zahara: Mahasiswa Fakultas http://lifestyle.bisnis.com/read/201712
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia 04/106/714937/penderita-insomnia-di-
2
Sofiana Nurchayati: Dosen Departemen indonesia-mencapai-28-juta-orang-
Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Jenissa Delzo. (23 Februari 2017). Insomnia
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Cure Research 2017 : Placebo treats
3
Rismadefi Woferst: Dosen Departemen sleep problems as well as
Keperawatan Medikal Bedah Fakultas neurofeedback. Diperoleh 5 Maret
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia 2018.
Natalita, C., Sekartini, R., & Poesponegoro,
DAFTAR PUSTAKA H. (2011). Skala gangguan tidur untuk
Ali, M & Asrori, M. (2012). Psikologi anak (sdsc) sebagai instrumen skrining
remaja: perkembangan peserta didik. gangguan tidur pada anak sekolah
Jakarta: PT. Bumi Aksara lanjutan tingkat pertama. Sari
Awwal, H., Hartono, F., & Hendrianingtyas, Pediatri, 12(6), 365–372.
M. (2015). Prevalensi gangguan tidur Owens, J. (2014). Insufficient sleep in
pada remaja usia 12-15 tahun. Media adolescents and young adults: An
Medika Muda, 4(4), 8–32. Update on Causes and Consequences.
Berman, A & Snyder, S, J. (2012). Pediatrics, 134(3), e921–e932.
Fundamentals of nursing : concepts, https://doi.org/10.1542/peds.2014-
process and practice (9th.ed). Boston : 1696
Pearson. Rimbawan, P & Ratep, N. (2016). Pravalensi
Colrain, I. M., & Baker, F. C. (2011). dan korelasi insomnia terhadap
Changes in sleep as a function of kemampuan kognitif remaja usia 15-
adonlesent development. 18 tahun di panti asuhan widhya asih 1
neuropsychology review, 21(1), 5–21. denpasar. Jurnal Medika, 5(5), 1–8.
https://doi.org/10.1007/s11065-010- Saputra, L. 2013. Pengantar kebutuhan dasar
9155-5 manusia. Jakarta : Binarupa Aksara
Gryglewska, J. (2010). Consequences of sleep Sathivel, D., & Setyawati, L. (2017).
deprivation. International Journal of Prevalensi insomnia pada mahasiswa
JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 285
fakultas kedokteran universitas Vaughans, W. B. (2013). Keperawatan
Udayana, 8(2), 87–92. Dasar. Yogyakarta : Rapha
https://doi.org/10.1556/ism .v8i2. 119 Publishing.

JOM FKp,Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 286

Anda mungkin juga menyukai