Anda di halaman 1dari 11

Dampak Dari Kurang Tidur Pada Remaja Dapat Mempengaruhi Mental dan Spiritual

Nama Penulis
Nama : Willy Murzaqi
Nim : 12006043
Kelas : 6B keagamaan
Email : willy31711@gmail.com
Abstrak
Tidur merupakan kegiatan untuk mengistirahatkan tubuh setelah beraktivitas seharian. Pola
jam tidur ideal pada setiap orang tentunya juga berbeda-beda untuk mendapatkan tidur yang
nyaman. Waktu tidur pada orang dewasa pada umumnya memerlukan waktu tidur antara
tujuh sampai sembilan jam setiap malamnya, sedangkan untuk usia anak-anak memerlukan
waktu tidur yang lebih lama yaitu sepuluh sampai sebelas jam setiap malamnya. Tidur yang
baik tidak hanya bergantung pada jumlah jam tidur saja, tetapi juga bergantung pada
kualitasnya. Namun, tidak semua orang mampu mendapatkan waktu tidur yang ideal karena
berhubungan dengan pekerjaan, terkadang juga harus begadang untuk menyelesaikan tugas
yang belum selesai dan bahwakan sibuk bermain gadget. Seseorang yang kekurang tidur yang
dimana dapat mempengaruhi suasana hati dan tubunya. Sebagai contoh yang sering alami
seperti, menyebabkan efek psikologis yang negatif sehingga, membuat konsentrasi menjadi
buruk, mudah marah, mudah sedih atau setres secara lebih dari pada biasanya. Masalah tidur
dalam jangka Panjang yang mana, akan berdampak buruk bagi kesehatan mental dan spiritual
pada seseorang. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang di
timbulkan dari kurangnya tidur pada remaja dan faktor yang mengakibatkan remaja sering
mengabaikan waktu tidurnya. Penelitian ini mengunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif Adapun hasil penelitian ini, untuk pengumpulan data mengunakan observasi dan
wawancara.
Kata kunci : Tidur; Waktu; Begadang; Psikologis
Pendahuluan
Secara umumnya manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi secara
memuaskan dengan melalui proses homeostasis, baik secara fisiologis dan psikologis.
Kebutuhan adalah suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, dan diperlukan untuk menjaga
homeostasis serta kehidupan itu sendiri. kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang
tertinggi dalam hirarki Maslow. Ketika individu memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi
maka, akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya melainkan kebutuhan yang lainnya.
Kebutuhan fisiologis yang dimaksud salah satunya yaitu, istirahat dan tidur (Ulfiana, 2018).

Tidur merupakan kegiatan penting untuk manusia, Kebutuhan tidur setiap manusia
tentu berbeda-beda, yang mana rata-rata panjang tidur dari tujuh sampai delapan jam per
harinya. Kurangnya tidur pada manusia dapat menyebabkan banyak perubahan fisiologis,
yang mana dari kekurangan tidur dapat menyebabkan penyakit fatal-familial insomnia,
seperti namanya menyebabkan ketidak mampuan manusia untuk tidur dapat mengakibatkan
kematian. Perubahan pada fungsi fisiologis terjadinya hal ini belum dapat dijelaskan secara
jelas (Sulistiyani, 2012). Terdapat kasus kekurangan jam tidur, yang mana memberikan
dampak buruk bagi konsentrasi manusia akan terganggu, pikiran akan gampang teralihkan
dan kejadian Microsleep manusia akan menjadi lebih Panjang. Pada umumnya, ciri-ciri klinis
dari kekurangan tidur merupakan perpanjangan dari waktu reaksi, sulitnya untuk
berkonsentrasi, memberikan gangguan memori jangka panjang, sulitnya menyimpan memori
baru, dan seringnya membuat kesalahan. Kekurangan tidur yang akut maupun kronik dapat
menginduksi perubahan aksi dari sistem saraf dengan perilaku dalam tubuh manusia.
Walaupun, individu memiliki keinginan untuk tidak berubahnya perilaku yang diakibat
kekurangan tidur ini (Yogisultanti, Kusnanto, Setyawati, & Otsuka, 2013).

Pola jam tidur sangat berpengaruh pada Kesehatan dimana ketika memiliki tidur yang
cukup harus memenuhi syarat kuantitas dan kualitas yang baik, sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh P2PTM Kemenkes RI. Tidur yang cukup yaitu suatu kepentingan yang harus
dipenuhi oleh semua manusia dimana tidur yang cukup banyak sekali manfaatnya. Seperti
yang diketahui menjauhkan seseorang dari berbagai macam penyakit, meningkatkan daya
tahan pada tubuh, meningkatkan daya ingat. Maka dari itu, semua manusia memerlukan
waktu tidur yang cukup. Kebiasaan begadang sering kali terjadi di masyarakat. Padahal
begadang memiliki dampak yang sangat buruk. Secara umum dampak negatif yang diberikan
dari begadang yaitu, mengakibatkan tubuh mudah terserang penyakit serius. Bahkan 62%
peluang yang mengakibatkan wanita terkena kanker payudara jika seorang wanita tidur
kurang dari 6 jam. Pengaruh begadang sangat berdampak pada kesehatan. Kesehatan
merupakan suatu kondisi tubuh dan jiwa raga suatu manusia stabil. Begadang berbeda dengan
insomnia, insomnia merupakan suatu permasalahan kesehatan seseorang di mana ia kesulitan
untuk tidur (Zahrani, 2022).

Seseorang yang mengalami kurang tidur tidak menutup kemungkinan memiliki


masalah pada tidurnya seperti gangguan tidur. Gangguan tidur ini biasnya dikenal dengan
insomnia yang mana ketidak kemampuan untuk mengantuk dan mulai tidur. Insomnia ini
biasanya disebabkan oleh jet lag, stress yang berlebihan serta kecemasan, masalah pada
hormone dan pencernaan. Tidak hanya itu insomnia juga dapat mengganggu kesehatan dan
kualitas kehidupan, juga dapat menimbulkan depresi, kesulitan konsentrasi, mudahnya
marah, berat badan naik, yang dapat mengganggu kerja bahkan kinerja (Timotius, 2018, p.
114).
Sejalan dengan itu kekurang tidur, selama ini dikaitkan dengan peningkatan risiko
kondisi-kondisi kesehatan yang mana dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, serangan
jantung, obesitas, dan diabetes. namun, satu-satunya cara yang pasti bagi seseorang untuk
mengatasi kurang tidur adalah dengan meningkatkan waktu tidur di malam hari untuk
memenuhi kebutuhan tidurnya secara biologis, dan tidak ada cara lain yang bisa
menggantikan tidur yang cukup. Kurang tidur ini bisa diderita oleh siapa saja, dari berusia
muda maupun usia tua dan bisa terjadi akut maupun kronis yang dapat menimbulkan dampak
buruk bagi kesehatan manusia. Ketika, seseorang sudah mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan waktu tidur sehingga menyebabkan kurang tidur yang berkepanjangan
dan sudah muncul komplikasi, segera datang ke pelayanan kesehatan dan konsul tasikanlah
pada dokter ahlinya (A, 2015).

Tidur merupakan kegiatan yang penting bagi remaja dimana, membantu pertumbuhan
dan perkembangan dalam hal pertumbuhan fisik, kestabilan pada emosi, perilaku, dan
memelihara fungsi kognitif pada remaja itu sendiri. Terdapat studi fisiologis yang mana
menunjukkan bahwa, seseorang yang memiliki tidur yang cukup sangat penting untuk
konsolidasi memori yang secara besar memiliki implikasi serius dalam keberhasilan sekolah
pada remaja (Rosyidah, 2022). Pola waktu tidur juga berpengaruh pada aktivitas dan gaya
hidup seorang. Pola hidup juga berpengaruh pada pola tidur seseorang yaitu, mengonsumsi
kopi, rokok, dan alkohol, olahraga, pengaturan waktu tidur yang teratur dan pikiran. Semua
hal tersebut, jika tidak diperhatikan akan mempengaruhi kualitas tidur pada seseorang
(Prasetyo, 2019).

Apabila waktu tidur yang kurang dari kebutuhan yang mana dapat mempengaruhi
sintesis protein yang berperan dalam memperbaiki sel-sel yang rusak menjadi menurun dan
berdampak pada mental. Seperti tubuh menjadi lelah, meningkatnya stress, kecemasan secara
berlebihan, depresi, serta berkurangnya konsentrasi dalam aktivitas sehari-hari yang
disebabkan, apabila waktu tidur yang tidak tercukupi (Wicaksono, Yusuf, & Widyawati,
2012). Kualitas tidur yang dimiliki pada remaja yang dikatakan baik jika, durasi tidurnya
lebih dari 8 jam dan apabila dalam tidur remaja merasa lelap sampai pada saat remaja
terbangun dari tidurnya maka, akan merasakan segaran atau sensasi yang mana memberikan
semangat oleh karena itu, tidur diibaratkan sebagai proses istirahat sejenak dari kegiatan
sehari dan proses regenerasi sel pada tubuh (Pujiati, 2018).
Masalah kurang tidur sering dialami pada remaja yang mana mereka merasa bahwa,
kurang tidur merupakan hal yang biasa. Seringkali remaja mengalami kurang tidur karena
dihabiskan waktu hanya untuk bermain dibandingkan tidur yang cukup. Tidak hanya
bermain, ada sebagian dari remaja menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengerjakan
tugas hingga larut malam yang mana, aktivitas tersebut dapat menyebabkan terganggunya
pada pola tidur. Tindakan kebiasaan inilah, tanpa mereka sadari membuat pola jam tidur
menjadi tidak cukup pada watu yang semestinya (Pakan, 2021). Kurang tidur pada remaja,
dapat dimulai jauh sebelum remaja berusia 13 tahun. Kebiasaan tidur dan perubahan tubuh
remaja sudah berubah pada usia 10 sampai 12 tahun dengan kata lain, pola tidur ini tidak
mudah bagi mereka untuk mengubah pola tidurnya. Maka dari itu, masalah kurang tidur pada
remaja dapat terus berlanjut sampai usia dewasa (Purbasari, 2016).

Mengalami kesulitan tidur hingga larut malam yang mana mengakibatkan gangguan
tidur atau kurang tidur paling sering ditemukan. Penelitian yang dilakukan oleh Amir (2018)
dalam (Pratiwi, 2023) dimana, mengatakan bahwa hasil analisis kasus setiap tahunnya dapat
diperkirakan sekitar 20% samapai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan pada
tidurnya dan terdapat 17% mengalami gangguan tidur yang sangat serius. Namun, hanya satu
dari delapan kasus yang mana menyatakan gangguan tidur. Sebanyak 95% hamper
mengalami kurang tidur tidak terdiagonis dan ratusan gangguan tidur yang mana bisa
menyerang semua golongan usia terutama pada remaja. Sejalan dengan itu menurunya
kualitas tidur yang mana sering ditemukan dan selalu meningkat dalam setiap tahunnya di
seluruh dunia. Terdapat sebuah laporan Nasional Sleep Foundation pada tahun 2022, terdapat
40% dewasa muda pada 26 negara mengalami masalah tidur (Aulia, 2022).

Seseorang memiliki waktu tidur yang berbeda-beda ada yang lebih dari delapan jam
dan ada juga yang kurang dari lima jam. Banyaknya aktivitas yang membuat seseorang yang
tanpa sadari telah menyepelekan waktu untuk istirahatnya. Seperti pelajar atau mahasiswa
mengunakan waktu tidurnya untuk mengerjakan tugas begitu juga dengan dengan pekerja
yang mana mengahabiskan waktu tidurnya utuk lembur menyelesaikan pekerjaannya.
Bahkan, tidak hanya itu Sebagian besar mengunakan waktu istirahat atau tidurnya hanya
untuk kegiatan yang tidak bermanfaat seperti, bermain game, bermian sosial media,
nongkrong bersama teman dan lain-lain. Kurangnya tidur dapat berdampak pada Kesehatan
terutama pada mental seseorang yang mana seseorang akan mengalami depresi, mudahnya
marah, mudah sedih,membuat tubuh menjadi lemah, menurunya fungsi pada otak.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini mengangkat judul tentang “Dampak Dari Kurang
Tidur Pada Remaja Dapat Mempengaruhi Mental dan Spiritual”. Melihat remaja sangat
rentan memiliki terganggunya pola jam tidur dan mengakibatkan tidur menjadi kurang
dengan penelitian ini, dapat mengetahui dampak apa saja yang sering ditimbulkan dari
kurangnya tidur dan faktor apa saja yang membuat remaja sering mengabaikan waktu
tidurnya.

Metode

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang mana penelitian


kualitatif bertujuan untuk menyelidiki alasan perilaku manusia dan menemukan motif yang
mendasari perilaku pada manusia (Kusumastuti & Khoiron, 2019). Adapun penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu gejala , peristiwa dan kejadian yang
terjadi pada saaat dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi
pusat perhatian untuk digambarkan sebagaimana adanya.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneletian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan


mengambarkan suatu gejala dari dampak yang disebabkan dari kurangnya tidur pada remaja
sehingga dapat mempengaruhi mental dan spiritual mereka. Tidak hanya itu faktor apa saja
yang membuat remaja resing menyepelekan waktu tidur mereka. Melihat sekarang tidur
sudah menjadi hal yang biasa bagi para masyarakat apalagi para remaja saat ini. Oleh karena
itu, penelitian ini menetapkan lokasi penelitian yang akan menjadi penelitian dilakukan.
Penelitian ini dilakukan pada desa peniti luar, kampung baru, kecamatan jongkat.

Adapun penelitian ini mengunakan desain studi kasus dengan berfokus untuk
mengembarkan deskripsi dan analisis mendalam tentang dampak dari kurang tidur pada
remaja. Teknik untuk mengumpulkan data yaitu dengan mengunakan Teknik observasi dan
wawancara dengan sampel dilakukan pada 2 orang remaja. Dimana dilihat ke 2 remaja ini
sering melakukan aktivitas begadang dan sering menghabiskan waktu untuk keluar malam
hanya untuk menongkrong di sebuah cafe.

Diskusi dan Pembahasan

Remaja merupakan proses yang mana peralihan dari anak-anak menuju ke tahap
dewasa. Remaja seringkali memiliki tingkat emosi yang tidak stabil dan biasanya remaja ini
suka melakukan aktivitas-aktivitas yang diinginkanya sehingga tidak memikirkan dampak
buruk terhadap diri salah satunya yaitu begadang sehingga menyebabkan kurangnya tidur.

Selama ini ketika saya sudah memasuki usia dewasa atau remaja, pola tidur saya
sudah tidak beraturan. Dimana biasanya saya tidur hanya 4 sampai 5 jam. Saya habiskan
untuk bermain game dan nongkrong di café (Komuniksi Personal, KU, 25 Mei 2023).

Sebenarnya tidur itu bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. jika saya kurang tidur
saya bisa tidur di sekolah atau bolos sekolah. mengapa saya suka bergadang, karena
begadang mebuat saya menjadi diri saya sendiri. (Komunikasi Personal, AK, 25 Mei 2023).

Tidur dapat memberikan manfaat pada tubuh, akan tetapi remaja sekarang sudah
menganggap tidur menjadi hal yang membuang-buang waktu. Sejalan juga dengan National
Slepp Foundation (NSF) yang mana menyatakan bahwa, waktu tidur yang ideal bagi remaja
yaitu 8 sampai 10 jam permalamnya. Apabila jumlah waktu tidur tidak mencukupi maka,
dapat terjadi gangguan tidur (Baso, Langi, & Sekeon, 2018, p. 2). Banyaknya remaja
mengabaikan waktu tidurnya tidak menutup kemungkinan hanya dilakukan dengan sengaja
akan tetapi, terdapat remaja menyiakan waktu tidurnya dikarenakan banyak masalah yang
mereka alami.

Awalnya saya cuman iseng-iseng ikut teman keluar malam dan saya juga punya
masalah dirumah. Karenakan pada awalnya saya anak rumah dan bingung mau curahkan
masalah saya kepada siapa akhirnya, sedangkan orang tau saya jarang memperhatikan jadi
saya coba ikut teman saya keluar ke cafe. Pada awalnya saya merasa takut keluar malam dan
tidak betah tapi lama-kelamaan sekitar 1 tahun akhirnya aktivitas keluar malam menjadi
kebiasaan saya. Sekarang saya merasa malam itu lebih terasa tenang dari pada siang apalagi
masalah saya banyak tidak tau kepada siapa saya cerikan jadi, cuman keluar malam jalan
satu-satu saya untuk menenangkan diri pulangnya biasanya subuh kalau libur sekolah.
(Komunikasi Personal, KU, 25 Mei 2023).

Orang tua saya jarang dirumah karena sering kerumah ayah tiri saya. Biasanya orang
tua saya jarang pulang rumah dan tidak menutup kemungkinan saya dan adik saya jarang
diperhatikan. Biasanya saya mempunyai masalah saya cerita ke adik tetapi beban yang saya
pikirkan masih belum terkuarkan. Jadi, saya memberanikan diri keluar malam pada saat saya
menginjak kelas 11 SMA dan mulai mencoba merokok. (komunikasi Personal, AK, 25 Mei
2023).
Pengaruh keluarga sangat memberikan dampak bagi anak. Perlu ya perhatian orang
tua sehingga anak tidak menjadi orang asing di lingkungan rumahnya sendiri. Jika,
lingkungan yang positif akan berdampak baik pada anak sedangkan apabila lingkungan
rumah memberikan dampak buruk pada anak maka, akan menjadikan anak merasa tidak
tenang tidak menutup kemungkinan anak akan sering keluar malam demi mencari ketenanga.
Hal ini membuat remaja sering mengabiskan waktu malamnya untuk keluar agar pikirannya
tenang. Sejalan dengan itu pendapat Nur, 2017 dalam (Naim, 2021, p. 2) bahwa, orang tua
memiliki tanggung jawab untuk menyediakan lingkungan yang aman serta nyaman,
memantau aktivitas anak, membantu mengembangkan emosi social dan kognitifnya, bahkan
menyediakan arahan dan panduan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika saya kurang tidur, biasanya di sekolah dalam belajar jika saya mengantuk berat
saya akan tidur dikelas. Tidak hanya itu ketika guru menjelaskan materi pelajaran entah
kenapa saya susah sekali konsetrasi apalagi berbicara denagn teman biasanya pembicaraan
saya tidak nyambung dan kadang lambat merespon. (Komunikasi Personal, KU, 25 Mei
2023).

Saya memang merasa jika kurang tidur, saya merasa otak saya susah menangkap
pelajaran dan selalu gampang lupa. Apalagi ketika mau mengerjakan tugas terasa susah
karena pikiran saya kosong terlebih lagi tubuh saya terasa lemah untuk melakuka kegiatan.
(Komunikasi Personal, AK, 25 Mei 2023).

Kekurangan tidur yang berkualitas yang mana dapat menyebabkan dampak buruk
pada otak. Sehingga, kerja otak akan melemah hal ini akan membuat otak menjadi
konsentrasi menurun, mudahnya lupa, kesulitan menerima informasi baru, pemicu penyakit
mental, dan bahkan motivasi pada otak untuk melakukan tugas akan menurun. Sejalan
dengan itu penelitian yang dilakukan oleh (N, 2020, p. 1) yang mana menurunya kinerja pada
otak maka tidak menutup kemungkinan berpengaruh pada fisiologis seperti berkurangnya
aktivitas sehari-hari, merasa lelah, merasa lemah, bahkan daya tahan tubuh menurun, dan
tanda-tanda vital juga tidak stabil. Efek psikologis juga akan terganggua yang mana
mengalami depresi, kecemasan dan penurunan konsentrasi. Terdapat sebuah studi yang
menyatakan bahwa sebanyak 70% siswa mengalami tidur yang tidak akurat dalam hal ini
kualitas tidur terganggu akibatnya, dapat mempengaruhi kemampuan belajar, gangguan pada
suasana hati dan bahkan mengakibatkan kecelakaan kendaraan bermotor. Pada sisi lainnya,
kurang tidur juga dapat dikaitkan dengan ketidak stabilan emosi dan gangguan terhadap
konsentrasi (Hamida, 2021, pp. 16-17).

Dapak yang sering terjadi ketika saya kurang tidur, baiasanya mood saya turun naik.
Kadang mudah murah dan kadang diam atau stress sama kegiatan sehari-hari, ketika habis
bangun kepala merasa pusing dan tubh saya terasa mau tumbang. (Komunikasi Personal, KU,
25 Mei 2023).

Biasanya jika saya kurang tidur suasana hati sering berubah-rubah yang paling
berdampak seringnya emosi yang tidak karuan. Tetapi setelah tidur emosi marah itu hilang
dan juga biasanya saya sering depresi dan stress yang tidak karuan dan bahkan ketika saya
belum tidur kepala terasa pusing. ( Komunikasi Personal, AK, 25 Mei 2023).

Terlihat dari responden yang mana ketika kurang tidur, mereka sering merasa suasana
hati sering berubah-rubah yang paling menonjol yaitu marah. Dampak kurang tidur sangat
berpengaruh pada spikologis pada seseorang yang mana mudahnya marah, depresi, stress
lebih dari biasannya. Terdapat sebuah riset yang mana mengatakan kurangnya tidur dapat
mengakibatkan stress didapatkan keadaan yang diakibatkan pada situasi sosial, lingkungan
dan tuntunan fisik yang tidak terkontrol. Sejalan dengan itu, terdapat riset pada tahun 2020
yang mana mengatakan depresi diperkirakan menempati urutan yang kedua penyakit di
dunia. Depresi merupakan penyakit kedua yang terjadi pada pria dan wanita umur 15 sampai
44 tahun dengan demikian meningkatnya tekanan kehidupan semakin banyak orang-orang
yang menunjukkan gejala depresi seperti salah satunya yaitu, maraknya kasus-kasus bunuh
diri dimuat di media massa. Terdapat gejala-gejala depresi terdiri dari gangguan emosi
(perasaan sedih, murung, iritabilitas, preokupasi dan kematian), gangguan kognitif (rasa
bersalah, pemisi, putus asa, kurang konsentrasi), keluhan somatik (sakit kepala, keluhan
saluran perencanaan, keluhan haid), gangguan psikomotor (gerakan lambat, pembicaraan
lambat, malas, merasa tidak bertenaga), dan gangguan vegetatif (gangguan tidur, makan dan
fungsi seksual) (Radityo, 2020).

Jika saya begadang biasanya saya menghabiskan waktu untuk bermain game online
dan kadang-kadang mengerjakan tugas tetapi paling banyak menghabiskan bermain game.
Kadang hanya sekedar merokok dan ditemani kopi(Komunikasi Personal, KU, 25 Mei 2023).

Kegiatan jika saya begadang nongkrong dan bermian media sosial dan jika libur
sekolah saya bermain game sampai subuh dan biasaya susah tidur saya cuman melamun
sambil merokok. Kalau tugas saya jarang kerjakan paling di sekolah baru saya kerjakan
melihat jawaban teman saya. (Komunikasi Personal, AK, 25 Mei 2023).

Terdapat juga faktor yang menjadi remaja sering melakukan begadang sampai larut
malam yang mana banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game online dan media
sosial. Terlebih lagi terdapat juga jika kesulitan untuk tidur mereka menghabiskan waktu
begadang dengan rokok dan kopi.

Kesimpulan

Tidur merupakan kegiatan untuk mengistirahatkan tubuh setelah beraktivitas seharian.


Setiap orang memiliki pola waktu tidur yang berbeda-beda untuk mendapatkan waktu tidur
yang nyaman dimana waktu tidur yang normal bagi remaja diperkirakan 8 sampai 9 jam dan
untuk usia orang dewasa membutuhkan waktu tidur sebanyak 7 sampai 8 jam setiap harinya.
Tidur seringkali dianggap sebagai kegiatan yang tidak produktif yang mana dapat
membuang-buang waktu terlebih lagi bagi remaja. Padahal tidur memberikan banyak manfaat
bagi kesehatan tubuh seperti membantu pertumbuhan sel-sel sehingga menjauhkan dari
segala penyakit, membuat kinerja otak yang mana membantu daya ingat dan konsentrasi.
Maka, dari itu pentinya sangat penting untuk mengetahui waktu tidur yang cukup bagi
seseorang untuk mendapatkan pola tidur yang sehat. Tidur yang baik tidak hanya tergantung
pada jumlah tidrunya saja tetapi juga pada kualitas tidur. Kurangnya tidur yang berkualitas
pada remaja dapat memberikan pengaruh burruk pada tubuh seseorang yang mana bagi
kesehatan dan spiriyualnya. Dampak yang sering dialami remaja yaitu, memiliki konsentrasi
yang buruk, mudahnya marah, medah merasa sedih, atau stress dan depresi secara berlebihan,
tubuh merasa lemah, kepala terasa pusing. Tidak hanyak itu saja, jika sering mengalami
kurang tidur secara tidal sadar juga mengalami insomnia, diabetes, mudahnya terkena
serangan jantung dan berat badan naik. Dampak kurang tidur yang di alami remaja juga di
sebabkan beberapa faktor seperti, lingkungan dan keluarga yang mana jika lingkungan
membawa dampak yang negatif maka, remaja akan mudahnya mengikuti dampak tersebut
dan juga peran orang tua diman orang tua memberikan perhatian kepada anak sehingga anak
merasa aman dan Nyaman berada di dalam rumah. Terdapat juga anak sering begadang
menghabiskan waktunya untuk belajar tetapi sebagian besarnya nongkrong di café dan
bermain game serta media sosial. Tidak hanya itu saja pola hidup juga berpengaruh pada
remaja, karena remaja sering begadang yang mana sering mengomsumsi rokok, kopi, alkohol
dan jarangnya olahraga.
Daftar Pustaka

A, P. P. (2015). Durasi Tidur Singkat Dan Obesitas. Jurnal MAJORITY, Vol. 4, No. 6, Hlm. 7.

Aulia, Z. P. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta . Hlm. 2.

Baso, M. C., Langi, L. F., & Sekeon, A. S. (2018). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur
Pada Remaja Di Sma Negeri 9 Manado. Jurnal KESMAS, Vol. 7, No. 5, Hlm. 2.

Hamida, N. W. (2021). Gambaran Kualitas Tidur Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Hasanuddin Di Masa Pendemi Covid-19. Hlm. 16-17.

Kusumastuti, A., & Khoiron, M. A. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Lembaga
Pendidikan Sukarno Pressindo (LPSP) .

N, H. (2020). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Daya Konsentrasi Pada Mahasiswa Kedokteran. Hlm. 1.

Naim, M. A. (2021). Asuhan Keperawatan Keluaran Pada Anak Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas
Batu Ampar Balik Papan . Hlm. 2.

Pakan, L. S. (2021). Hubungan Gangguan Tidur Dengan Prestasi Belajar Murid Kelas X-XII SMA Katolik
Rajawali Makassar. Hlm. 2.

Prasetyo, A. A. (2019). Analisis Faktor Gangguan Tidur Pada Remaja Usia 16-18 Tahun. Hlm. 2.

Pratiwi, A. D. (2023). Hubungan Kecanduan Game Dengan Gangguan Tidur Pada Remaja Di MtsS Al-
Washliyah 27 Sei Rampah. Hlm.2.

Pujiati. (2018). Gambaran Kualitas Tidur Pada Remaja Dengan Obesitas Di Yayasan Manaratul Islam
Jakarta Selatan. Hlm. 2.

Purbasari, T. A. (2016). Gambaran Gangguan Tidur Remaja Awal Usia 12-15 Tahun Di Tangerang
Selatan. Hlm. 1.

Radityo, W. E. (2020). Depresi dan Gangguan Tidur. Hlm. 2.

Rosyidah, S. (2022). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS) Pada
Remaja Di Wilayah Jabodetabek. Hlm. 1.

Sulistiyani, C. (2012). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Halaman 280-292.

Timotius, P. D. (2018). Otak & Perilaku. Yogyakarta: Pencetakan : CV. Andi Offset.

Ulfiana, N. (2018). Hubungan Penggunaan Media Sosial Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa
Jurusan Keperawatan. Hlm. 1.

Wicaksono, D. W., Yusuf, A., & Widyawati, Y. I. (2012). Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan
Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Hlm. 93.

Yogisultanti, G., Kusnanto, H., Setyawati, L., & Otsuka, Y. (2013). Kebiasaan Makan Pagi, Lama Tidur
Dan Kelelahan Kerja (FATIGUE) Pada Dosen. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 53-57.
Zahrani, D. A. (2022). Bahaya Begadang Terhadap Kesehatan Masyarakat Dangers of Staying Up Late
on Public Health. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berlaka (JIKeMB), Vol. 4, No. 1, Hlm. 8.

Anda mungkin juga menyukai