Anda di halaman 1dari 6

KUALITAS TIDUR DAN TINGKAT DEMENSIA

PADA PASIEN LANSIA


Belatrix Rebeca Abislong1, Sisilia Indriasari W2, Ni Nyoman Wahyu Lestarina3
1,2,3
STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya
e-mail: belatrixrebeca@yahoo.com

Abstract: Lack of sleep could give a negative effect for physical health and mentaly, one of
them was dementia. Phenomenon found at Bakti Luhur Werda Social Nursing Home Tropodo
Sidoarjo showed that most of the elderly complained that they often have insomnia and woke up
in the middle of the night. The research aim was to examine correlation between sleep quality
and level of dementia at Bakti Luhur Werda Social Nursing Home Tropodo Sidoarjo. A design
used in this research was correlation study of cross sectional. Using 36 respondents chosen by
simple random sampling. Dependent variable was level of dementia and independent variable
was sleep quality. The data was collected by using PSQI questionnaire aiming to examine
elderly’s sleep quality and use MMSE questionnaire aiming to cognize elderly’s level of
dementia. The statistics results using Rank Spearman with SPSS 16 software presented value of
p = 0,000 with correlation coefficient 0,575 meaning medium correlation between sleep quality
and level of dementia, deterioration elderly’s sleep quality would increase the elderly’s level of
dementia. It was caused by illness and elderly’s consumption of tea/coffee before they go to
sleep.

Keyword: Elderly, sleep quality, level of dementia

Abstrak: Kekurangan dalam tidur dapat memberikan efek negatif pada kesehatan fisik dan
mental, salah satunya kepikunan (demensia). Fenomena di Panti Werda Bakti Luhur Tropodo
Sidoarjo menunjukkan bahwa kebanyakan lansia mengeluhkan mereka sering susah tidur dan
terbangun pada saat malam hari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
kualitas tidur dengan tingkat demensia di Panti Werda Bakti Luhur Tropodo Sidoarjo. Desain
penelitian yang digunakan adalah studi korelasi cross sectional. Jumlah sampel dipilih dengan
cara simple random sampling sebanyak 36 responden. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
tingkat demensia lansia dan variabel bebas adalah kualitas tidur lansia. Teknik pengumpulan
data menggunakan kuisioner PSQI untuk mengetahui kualitas tidur lansia dan menggunakan
kuisioner MMSE untuk mengetahui tingkat demensia lansia.. Hasil uji statistik menggunakan
rank spearman dengan piranti software SPSS 16 didapatkan nilai ρ= 0.000 dengan correlation
coefficient 0,575 yang berarti hubungan sedang antara kualitas tidur dengan tingkat demensia
yang memiliki arti semakin buruknya kualitas tidur lansia maka tingkat demensia lansia semakin
meningkat. Hal ini disebabkan karena faktor penyakit dan konsumsi lansia sebelum lansia tidur.

Kata kunci: Lansia, kualitas tidur, demensia

PENDAHULUAN fisik dan mental dan kadang dapat


menimbulkan permasalahan kognitif salah
Lansia sering kali melaporkan satunya adalah kepikunan (demensia)
mengalami kesulitan untuk dapat tertidur (Nelson, 2005,). Demensia dapat diartikan
saat berada di tempat tidur (Mass, 2011). sebagai gangguan kognitif dan memori
Perubahan pada lobus frontal seiring yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-
penuaan diduga dapat mengakibatkan hari (Azizah, 2011).
perubahan tidur dan terbangun (Mass, Fenomena yang terjadi di Panti Werda
2011). Pada saat inilah terjadi proses Bakti Luhur Tropodo Sidoarjo adalah
pemulihan bagi tubuh dan otak serta sangat kebanyakan lansia mengeluhkan bahwa
penting terhadap pencapaian kesehatan mereka sering susah tidur dan terbangun
yang optimal (Foreman, dikutip oleh Mass, pada saat malam hari malam hari, para
2011). Kekurangan tidur ditenggarai dapat lansia dengan gangguan tidur ini
memberikan efek negatif pada kesehatan menunjukkan susah mengingat dan

37
38 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 7, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 37-42

mengalami gangguan orientasi waktu dan dapat berpengaruh penting pada


tempat. Pada hasil observasi lansia kemampuan untuk tertidur dan tetap
menunjukkan mengantuk berlebihan di tertidur, berhubungan dengan tingkat
siang hari mengalami keletihan, kelemahan, cahaya, suhu, dan suara. Tingkat suara yang
dan disorientasi (lansia sering gelisah, tidak diperlukan untuk membangunkan orang
bersemangat, dan kadang terlihat bingung tergantung pada tahap tidur (Potter, 2005).
terhadap keadaan sekitar). Suara yang rendah lebih sering
Gangguan tidur menyerang 50% membangunkan seorang dari tahap tidur 1,
lansia yang tinggal di rumah dan 66% lansia sementara suara yang keras membangunkan
yang tinggal di fasilitas perawatan jangka orang pada tahap 3 atau 4 (Potter, 2005).
panjang (Panti) (Stanley, 2006). Hasil Tidur melibatkan dua fase (tidur
penelitian An et al. tahun 2013 di China nonrapid eye movement, NREM) dan
tentang hubungan kualitas tidur dengan pergerakan mata yang cepat (tidur rapid eye
penurunan fungsi kognitif pada lansia movement, REM). Tidur REM merupakan
didapatkan hasil dari 950 responden dengan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan (Potter, 2005). Pada lansia gangguan tidur
yang sama di ukur dalam penelitian ini, sudah tentu akan memengaruhi kualitas
ditemukan 110 (34,3%) kasus lansia yang memori yang optimal dari individu yang
mengalami penurunan fungsi kognitif bersangkutan, tidur yang memfasilitasi
menunjukkan adanya gangguan tidur. Dari peran konsolidasi informasi yaitu adalah
hasil survey awal yang dilakukan 26 saat tidur terlelap (tahap 4 REM) yang
November 2015 di Panti Werda Bakti Luhur berperan penting dalam proses transfer
Tropodo Sidoarjo dari 10 orang lansia informasi menuju memori jangka panjang
didapatkan hasil 7 orang lansia mengalami (Putra, 2010). Pada tahap 4 REM terjadi
gangguan orientasi waktu dan tempat dari perubahan dalam aliran darah serebral,
sedang sampai berat, yang dibuktikan peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan
dengan lansia tidak dapat menyebutkan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin
tahun, tanggal, hari, bulan, dan kota, yang berdampak penting untuk pemulihan
provinsi, negara di mana lansia tinggal, kognitif, dan ingatan, beberapa lansia
tidak dapat memperhatikan dan menghitung hampir tidak memiliki tahap 4 REM, karena
angka serta mengeja kata kebelakang, tidak mengalami gangguan-gangguan tidur
dapat mengingat kembali benda yang sudah (Potter, 2005). Secara fisiologis, jika
disebutkan, dan pada bahasa tidak dapat seseorang tidak mendapatkan tidur yang
mengulang kata dengan benar serta tidak cukup untuk mempertahankan kesehatan
dapat menggambar pentagon bertumpuk, tubuh akan mendapatkan efek-efek
dan berdasarkan hasil wawancara pada 7 merugikan seperti pelupa (Demensia)
orang lansia ini didapatkan hasil 4 orang (Stanley, 2006,) karena hubungan itulah
lansia memiliki gangguan tidur insomnia, 2 yang dapat membantu penyimpanan
orang lansia sulit memulai tidur, serta 1 memori dan pelajaran (Potter, 2005). Hal ini
orang lansia lainnya sering terbangun pada dapat terlihat bila dilakukan pengetesan
saat malam hari. terhadap komprehensi, kalkulasi,
Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan umum dan memori. Sifat
kuantitas dan kualitas tidur seperti faktor kepribadian dapat menjurus antisosial, dan
fisiologis contoh penyakit fisik, obat- kadang-kadang terdapat disinhibisi seksual
obatan, gaya hidup, dan konsumsi lansia (Lumbantobing, 2011).
dari faktor psikologis yaitu stress dan Tujuan dari penelitian ini adalah
depresi, dan juga lingkungan dapat untuk menganalisis hubungan antara
mengubah kualitas dan kuantitas tidur. kualitas tidur dengan tingkat demensia pada
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur
Abislong, Kualitas Tidur dan Tingkat Demensia pada Pasien Lansia 39

lansiadi Panti Werda Bakti Luhur Tropodo HASIL DAN PEMBAHASAN


Sidoarjo.
Hasil Penelitian
METODE
Tabel 1 Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan studi Frekuensi Presentase
Variabel
korelasi cross sectional, dengan (n) (%)
menggunakan dua variabel yaitu tingkat Usia lansia
demensia lansia dan tingkat kualitas tidur (tahun)
lansia. Populasi dalam penelitian ini adalah 60-74 (elderly) 36 100
98 lansia yang berada di Panti Werda Bakti Menderita
Luhur Tropodo Sidoarjo. Besar sampel Penyakit
dalam penelitian ini adalah 36 lansia dipilih Tidak ada 10 28
secara acak dengan cara simple random Asma 2 5
sampling dengan kriteria inklusi bersedia Hipertensi 13 36
menjadi responden dan Lansia berumur 60- Diabetes 7 20
75 tahun. Pengumpulan data dilaksanakan Asam urat 2 5
pada tanggal 6 Juni 2016 di Panti Werda Stroke 2 5
Bakti Luhur Tropodo Sidoarjo. Data Mengkonsum
dikumpulkan dengan menggunakan si Teh/Kopi
kuesioner PSQI untuk mengukur kualitas Ya 22 61
tidur pada bulan sebelumnya dan Tidak 14 39
membedakan individu dengan kualitas tidur Olahraga
yang baik dan kualitas tidur yang buruk dan <3x/mggu 19 53
kuisioner MMSE untuk menguji aspek >3x/mggu 17 47
kognitif dari fungsi mental yang dapat
digunakan untuk pasien dengan demensia. Berdasarkan tabel di atas didapatkan
Data yang diperoleh kemudian diolah sesuai data usia lansia 60-74 tahun sebanyak 36
batasan skor yang didapat yaitu jika kualitas responden (100%). Penyakit terbanyak
tidur seseorang itu baik akan mendapatkan yang diderita lansia adalah penyakit
skor < 5 jika kualitas tidur seseorang itu hipertensi yakni sebanyak 13 responden
buruk akan mendapat skor > 5 dan pada (36%). Sebanyak 22 responden (61%)
MMSE jika pertanyaan pada semua item mengkonsumsi teh/kopi. Sebanyak 19
semua betul terjawab akan menghasilkan responden (53%) lansia tidak melakukan
skor 30, skor di bawah 24 biasanya olahraga (<3x/mggu).
mengindikasikan gangguan kognitif.
Selanjutnya dilakukan dilakukan uji Berdasarkan tabel 2 didapatkan data
statistik dengan menggunakan perangkat bahwa dari 36 responden, sebanyak 24
lunak SPSS Windows 16 Rank Spearman. responden (67%) mempunyai kualitas tidur
yang buruk dan sebanyak 21 responden
(58%) mengalami demensia sedang.
Abislong, Kualitas Tidur dan Tingkat Demensia pada Pasien Lansia 41

Tabel 2 Gambaran Kualitas tidur dan Weinberg (2009) jika sejumlah besar kafein
Tingkat Demensia dikonsumsi selama beberapa hari,
Frekuensi Presentase perpanjangan aktivitas kafein akan
Variabel
(n) (%) meningkatkan kadarnya dalam darah, yang
Kualitas tidur berujung pada pemunculan efek samping
Kualitas tidur 12 33
yang tidak diinginkan, termasuk gangguan
baik
tidur. Peneliti berpendapat terdapat
Kualitas tidur 24 67
buruk kesesuaian antara fakta dengan teori,
Tingkat dimana mayoritas responden lansia di Panti
demensia lansia Werda Bakti Luhur Tropodo Sidoarjo
di panti sering mengkonsumsi teh/kopi sebelum
Demensia ringan 5 14 tidur, kandungan kafein yang terdapat
Demensia 21 58 dalam kopi dan teh jika terus menerus
sedang dikonsumsi dapat menganggu tidur lansia di
Demensia berat 10 28 malam hari, dan efek negatif lainnya dari
kandungan kafein dalam teh/kopi dapat
Pembahasan mengakibatkan orang terjaga saat malam
hari.
Berdasarkan hasil penelitian saat ini Berdasarkan hasil penelitian saat ini
dari 24 responden yang memiliki kualitas dari 13 responden yang menderita penyakit
tidur yang buruk didapatkan 23 responden hipertensi 7 responden (70%) menderita
(99%) menderita penyakit yang terdiri dari demensia berat dan 6 responden (28,5%)
13 responden (54%) menderita hipertensi, 5 menderita demensia sedang, sedangkan dari
responden (21%) menderita diabetes, 2 7 responden yang menderita diabetes 6
responden (8%) menderita stroke dan asma responden (28,5%) menderita demensia
dan 1 responden (4%) menderita asam urat. sedang. Menurut Berg (2012) tekanan darah
Menurut Stanley (2006) setiap penyakit tinggi adalah salah satu dari beberapa faktor
fisik yang menyebabkan nyeri, penting penyebab stroke, yang dapat
ketidaknyamanan fisik (mis.kesulitan menyebabkan demensia vaskular. Peneliti
bernapas) dapat menyebabkan masalah berpendapat terdapat kesesuaian antara
tidur. Penyakit pernapasan seringkali fakta dengan teori, dimana lansia-lansia
mempengaruhi tidur, mereka seringkali yang menderita penyakit hipertensi dan
tidak dapat tidur tanpa dua atau tiga bantal diabetes memiliki tingkat demensia dari
untuk meninggikan kepala mereka. sedang sampai berat dengan jumlah
Berdasarkan teori yang ada dan hasil terbanyak, salah satu komplikasi jangka
penelitian yang ditemukan, peneliti panjang dari diabetes adalah penyakit stroke
berpendapat ada kesesuaian antara fakta yang meningkatkan resiko demensia
dengan teori dimana lansia yang menderita vaskular
penyakit asam urat mereka sering
mengeluhkan nyeri pada saat tertidur dan
SIMPULAN DAN SARAN
sering terbangunnya lansia ini pada saat
malam hari. Keluhan-keluhan dari penyakit
Berdasarkan hasil penelitian dapat
lansia tersebut dapat menyebabkan
disimpulkan bahwa sebagian besar
gangguan tidur pada lansia yang akhirnya
responden memiliki kualitas tidur yang
menyebabkan kualitas tidur lansia menjadi
buruk. Lebih dari 50% responden memiliki
buruk.
tingkat demensia sedang. Peningkatan
Hasil penelitian saat ini menunjukkan
kualitas tidur yang buruk diikuti dengan
dari 24 responden dengan kualitas tidur
kenaikan tingkat demensia lansia dengan
yang buruk sebanyak 18 responden (75%)
kekuatan sedang.
yang mengkonsumsi teh/kopi. Menurut
42 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 7, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 37-42

Dari kesimpulan penelitian yang wisma untuk memperhatikan asupan


didapat, saran yang dapat diberikan peneliti makanan atau minuman yang diberikan
untuk ketua pengurus dan para karyawan di kepada lansia, peneliti menyarankan agar
Panti diharapkan tetap mempertahankan para lansia tersebut mengurangi asupan
program aktivitas fisik yang sudah kafein sebelum tidur, dan sebagai gantinya
dilakukan (seperti senam lansia yang rutin) disarankan petugas panti di setiap wisma
dan diharapkan bagi para petugas panti yang memberikan susu sebelum para lansia tidur
berjaga di setiap wisma untuk mengajak di malam hari.
para lansia yang masih belum melakukan
senam lansia. Para petugas panti di setiap

DAFTAR PUSTAKA Mass, Meridean. L, Buckwalter, Kathleen.


C, Hardy, Mary. D et al. (2011)
An, C. Yu, L. Wang, L. Jin, G. Song, M. Asuhan Keperawatan Geriatik:
Zhu, Q. Jia, H et al. (2013). diagnosis Nanda, kriteria hasil NOC,
Association between Sleep & intervensi NIC. Jakarta: EGC
Characteristics and Mild Cognitive Nelson, A. (2005). Mencegah Kepikunan
Impairment in Elderly People. Memperkuat Daya Ingat. Ahli bahasa:
Neurophysiology, Vol. 46, No 1.doi Dyah Y. 2005. Jakarta: PT. Bhuana
0090-2977/14/4601-0088. Ilmu Populer
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Potter, P. A. (2005). Fundamental
Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Keperawatan.Ed. 7. Alih bahasa:
Berg, Seriana van den. (2012). Policy brief Marina Albar. 2010. Jakarta: Salemba
Risk factors for dementia. Medika
Alzheimer’s Disease International Putra, Y. P, Issetyadi, B.(2010). Lejitkan
Buysee, D. J, Reynolds, C. F, Monk, T. H et Memori 100%. Jakarta: PT. Elex
al. (1989). The pittsburg sleep quality Media Komputindo
index (PSQI): A new instrument for Stanley, M. (2006). Buku Ajar
psychiatric research and practice. Keperawatan Gerontik.Ahli bahasa:
Psychiatric research, 28(2). 193-213 Nety Juniarti. 2006. Jakarta: EGC
Kelly, T. (2010). 50 Rahasia Alami Tidur Weinberg, B. A, Bealer, B. K. (2009). The
Yang Berkualitas. Jakarta: Erlangga miracle of caffeine: manfaat tak
Lumbantobing. (2011). Kecerdasan Pada terduga kaferin berdasarkan
Usia Lanjut Dan Demensia. Jakarta: penelitian paling mutakhir. Bandung:
FKUI PT Mizan Pustaka

Anda mungkin juga menyukai