Anda di halaman 1dari 14

The 13th University Research Colloqium 2021

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KOPI


DENGAN GEJALA GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
DI DESA TEMPURAN DEMAK 2018
Umi Faridah, Rusnoto, Dewi Kusumawati, Sri Rahayu, Darto Wahab.
Universitas Muhammadiyah Kudus
*Email: umifaridah@umkudus.ac.id

Abstrak

Keywords: Latar belakang :Pada lansia, kebutuhan tidur akan mengalami perubahan.
Kopi, Lansia, Tidur Setiap tahun diperkirakan sekitar 20-50% orang dewasa melaporkan adanya
gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius.
Prevalensi gangguan tidur pada lansia di Indonesia cukup tinggi yaitu
sekitar 67%. Keluhan ini bisa jadi karena persoalan medik atau kondisi
psikologis, misalnya akibat stress dan depresi, sakit fisik atau pengaruh gaya
hidup seperti minum kopi, alkohol atau merokok. Pada sedikit studi empiris,
konsumsi kafein menyebabkan durasi tidur yang lebih pendek, jam bangun
yang lebih siang dan meningkatkan kebutuhan tidur di siang hari.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan
gejala gangguan tidur pada lansia di Desa Tempuran Demak 2018.
Metode : penelitian analitik dengan studi korelasional menggunakan
pendekatan waktu cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 85 orang
yang diambil dengan teknik proportionate simple random sampling.
Instrumen penelitian adalah kuesioner untuk kebiasaan minum kopi dan
kuesioner insomnia rating scale. Uji statistik yang digunakan adalah
Spearman Rho.
Hasil : Kebiasaan minum kopi responden sebagian besar adalah tidak
pernah (60%) dan Gejala gangguan tidur yang dialami oleh responden
sebagian besar pada kategori sedang (72,9%). Hipotesis menunjukkan Ha
diterima dan Ho ditolak menurut hasil uji Spearman Rho yaitu ( (Rho) =
0,267 dan p value = 0,013).
Kesimpulan : Ada hubungan kebiasaan konsumsi kopi dengan gejala
gangguan tidur pada lansia di Desa Tempuran Demak 2018.

1. PENDAHULUAN penyakit gangguan tidur atau insomnia. Tidur


Secara individu, pada usia di atas 55 tahun merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan
terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan
akan menimbulkan masalah fisik, mental, baik (Amir, 2010).
sosial, ekonomi, dan psikologi. Dengan Gangguan tidur merupakan suatu
bergesernya pola perekonomian dari pertanian keadaan ketika individu mengalami atau
ke industri maka pola penyakit juga bergeser mempunyai resiko perubahan jumlah, kualitas
dari penyakit menular menjadi penyakit dan waktu tidur yang menyebabkan
degeneratif (Nugroho, 2008).Penyakit umum ketidaknyamanan atau mengganggu gaya
yang sering dijumpai pada lansia adalah

228
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

hidup yang diinginkan (Hidayat, 2008). Pada disebabkan oleh faktor lingkungan, maka
lansia, kebutuhan tidur akan mengalami harus mengubah faktor tersebut dan
perubahan. Tidur dalam fase REM pada lansia memberikan perawatan yang responsive
akan mulai mengalami pemendekan. Pada terhadap gangguan tidur. Keluhan ini bisa jadi
tahap NREM 3 dan 4 terjadi penurunan karena persoalan medik atau kondisi
progresif dan hampir tidak memiliki tahap 4, psikologis, misalnya akibat stress dan depresi,
disebabkan karena adanya perubahan sistem sakit fisik atau pengaruh gaya hidup seperti
saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan minum kopi, alkohol atau merokok (Stanley
tidur (Widianti & Saryono, 2011). & Breare, 2008).
Laporan dari United Nation mencatat Gangguan tidur pada lansia
bahwa pada tahun 2015, satu dari delapan sebagaimana diungkapkan oleh Erwani (2017)
orang di dunia adalah lansia dengan usia 60 banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
tahun ke atas (Unites Nation, 2015). Dari salah satunya yaitu kebiasaan minum kopi
penelitian “The Gallup Organization” yang tidak bisa dilepaskan oleh para lansia.
didapatkan 50% penduduk Amerika pernah Seperti diketahui sudah menjadi kebiasaan
mengalami sulit tidur dan 12% mengatakan masyarakat, kebiasaan menikmati kopi
sulit tiur. Prevalensi sulit tidur (insomnia) biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum
pada usia lanjut di Amerika adalah 36% untuk memulai aktivitas sehari-hari, namun ada pula
laki-laki-laki dan 54% pada wanita dan di kebiasaan minum kopi terjadi karena adanya
Hongkong terdapat 10% pada usia lanjut. kebersamaan dengan orang yang memiliki
Insomnia merupakan gangguan tidur yang kebiasaan sama. Dari kebiasaan minum kopi
paling sering ditemukan.Setiap tahun ini tidak jarang akan muncul efek samping
diperkirakan sekitar 20-50% orang dewasa yang dapat merugikan para lansia, yaitu sulit
melaporkan adanya gangguan tidur dan tidur.
sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang Penelitian tentang kejadian insomnia di
serius.Prevalensi gangguan tidur pada lansia Panti Wredha Pucang Gading Semarang
di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. menunjukkan hasil adanya hubungan antara
Penyebab gangguan tidur bervariasi dan usia dengan kejadian insomnia pada lansia.
mencakup masalah medis kronis atau akut, (Rianjani, Nugroho, & Astuti, 2009 ). Selain
kebiasaan jam tidur atau rutinitas tidur yang karena faktor usia, gangguan tidur juga
buruk, stress dan lingkungan yang mengubah disebabkan oleh konsumsi minuman kopi
irama hidup. Apabila gangguan tidur diduga yang mengandung kafein. Penelitian yang
disebabkan oleh masalah mental atau fisik, dilakukan oleh Liveina dan Artini
maka harus diperlakukan sebagai gangguan menunjukkan hasil yang sangat signifikan,
mental atau fisik.Apabila gangguan tidur dimana efek samping yang sering ditimbulkan

229
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

oleh konsumsi kafein adalah responden Dari hasil studi pendahuluan yang
merasakan palpitasi dan kesulitan tidur dilakukan di Desa Tempuran Kecamatan
(Liveina & Artini, 2015).Rata-rata lansia laki- Demak, didapatan jumlah lansia 557
laki cenderung mengkonsumsi kopi setiap orang.Dari hasil wawancara dengan 10 lansia,
harinya. Berdasarkan penelitian pada 890 6 orang mempunyai kebiasaan minum kopi; 4
lansia laki-laki dan 638 lansia laki-laki diantaranya mengalami gejala gangguan tidur
menunjukkan bahwa 90% laki-laki dan 86% seperti sulit memulai tidur dan sering
perempuan konsumsi kopi setiap hari. Jumlah terbangun saat malam hari.Sedangkan 4 lansia
kopi yang dikonsumsi oleh lansia laki-laki yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi, 3
lebih banyak daripada yang dikonsumsi oleh diantaranya juga mengalami gejala gangguan
lansia perempuan.Semakin tahun, jumlah kopi tidur.
yang dikonsumsi oleh lansia semakin banyak Tujuan penelitian ini untuk meneliti
(Kozlow, Silverstein, Connor & Morton, tentang adanya hubungan antara kebiasaan
2008). minum kopi dengan gejala gangguan tidur
Kopi memiliki kandungan zat yang pada lansia di Desa Tempuran.
bernama kafein, kafein sendiri merupakan 2. METODE
salah satu stimulan yang paling banyak Jenis penelitian yang digunakan adalah

digunakan di dunia.Beberapa studi penelitian analitik korelasional, pendekatan

melaporkan bahwa kafein bermanfaat untuk waktu cross sectional.Sampel penelitian

memulihkan tingkat kewaspadaan/tingkat sebanyak 85 orang yang diambil dengan

terjaga seseorang dan mengimbangi teknik proportionate simple random sampling.

kemampuan kognitif yang berkurang sebagai Instrumen penelitian yang digunakan

akibat dari kurang tidur (Lorist & Snel, 2011). adalah kuesioner tentang konsumsi kopi dan

Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa kuesioner KSPBJ insomnia rating scale. Data

kafein memiliki efek negatif yang signifikan diaanalisa secara univariat dan bivariat,

terhadap suana hati dan performa kerja ketika menggunakan uji Spearman Rank/Rho untuk

digunakan terus menerus (James & Keane, menjawab hipotesis penelitian.

2017). Kafein memiliki dampak negatif


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap pola tidur dan mengakibatkan rasa
A. Karakteristik Penelitian
kantuk di siang hari (Glade, 2010). Pada
1. Umur responden
sedikit studi empiris, konsumsi kafein
Tabel 1. Karekteristik respondenj
menyebabkan durasi tidur yang lebih pendek,
berdasarkan umur
jam bangun yang lebih siang dan
Umur Umur Mean Modus Median
meningkatkan kebutuhan tidur di siang hari Termuda Tertua
70 tahun 60 66,9 70 67
(Purdiani, 2014).
tahun tahun tahun

230
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Tabel di atas menunjukkan umur


B. Analisis Univariat
responden rata-rata adalah 66,9, dengan
1. Kebiasaan minum kopi
umur yang sering muncul yaitu 70 tahun.
Tabel 5. Karakteristik responden
2. Jenis kelamin
berdasarkan kebiasaan minum kopi
Tabel 2. Karakteristik responden
Kebisaan Minum n %
berdasarkan jenis kelamin Kopi
Tidak Pernah 51 60,0
Jenis Kelamin n %
Perempuan 38 44,7 > 1 gelas/hari 4 4,7
Laki-laki 47 55,3 1 gelas/hari 9 10,6
Total 85 100% 4-6 gelas/minggu 7 8,2
1-3 gelas/minggu 14 16,5
Tabel di atas menunjukkan Total 85 100%
sebagian besar responden berjenis
Tabel di atas menunjukkan
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 47
sebagian besar responden tidak memiliki
orang (55,3%).
kebisaan minum kopi sebanyak 51 orang
3. Status bekerja
(60%).
Tabel 3. Karakterisrik responden
2. Gejala gangguan tidur
berdasarkan status pekerjaan
Tabel 6. Responden yang
Status bekerja n `% mengalami gangguan tidur
Tidak Bekerja 56 65,9
Bekerja 29 34,1 Gejala Gangguan n %
Total 85 100% Tidur
Tidak Ada 0 .0,0
Tabel di atas menunjukkan Ringan 0 0.0
Sedang 62 72.9
sebagian besar responden tidak bekerja Berat 23 27.1
yaitu sebanyak 56 orang (65,9%). Sangat Berat 0 0.0
4. Status kesehatan Total 85 100%

Tabel 4. Karakteristik responden Tabel di atas


berdasarkan status kesehatan menunjukkankepuasan pasien sebagian
Status kesehatan n % besar responden mengalami gejala
Tidak Sedang Sakit 35 41,2
gangguan tidur sedang yaitu 62 orang
Sedang Sakit 50 58,8
Total 85 100% (72,9%).

Tabel di atas menunjukkan


sebagian besar responden memiliki status
kesehatan sedang sakit sebanyak 50
orang (58,8%).

231
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

C. Analisis Bivariat golongan umur terutama bagi mereka


Tabel 7. Analisis yang sudah menginjak usia dewasa, tidak
Kebiasaan terkecuali para lanjutusia (Kadita,
Gejala Gangguan Tidur p 2017).
Minum Kopi Sedang Berat Total
Hasil penelusuran value peneliti,
n % n % n %
Tidak Pernah 43 84,3 8 15,7 menurut
51 kuesioner diketahui jika
100,0
> 1 gelas/hari 1 25,0 3 75,0 penikmat
4 100,0
kopi sebagian besar adalah
1 gelas/hari 4 44,4 5 55,6 9 100,0
4-6 gelas/minggu 6 85,7 1 14,3 responden
7 yang 0,267
100,0 berjenis 0,013
kelamin laki-
1-3 gelas/minggu 8 57,1 6 42,9 laki.
14 Kebiasaan
100,0 minum kopi para
Total 62 72,9 23 27,1 85 100%
responden ini ketika diwawancarai
Hasil uji Spearman rank diperoleh 
adalah ketika bagi hari dan menjelang
(Rho) = 0,267 yang artinya bahwa hubungan
petang, atau ketika ada waktu kumpul-
kebiasaan minum kopi dengan gejala
kumpul dengan sebayanya. Hal ini sesuai
gangguan tidur adalah lemah dengan arah
dengan yang dikemukakan oleh Juwaini
hubungan positif yang berarti semakin rutin
(2013) bahwa pengkonsumsi terbesar
kebiasaan minum kopi maka semakin berat
masyarakat Indonesia adalah laki-laki,
gejala gangguan tidur yang dialami oleh
dan kebiasaan mengkosumsi kopi ini
lansia. Hasil uji Spearman rank juga diperoleh
biasanya dilakukan pada pagi hari atau
p value = 0,013, yang artinya ada hubungan
pada saat tertentu seperti adanya kumpul-
kebiasaan minum kopi dengan gejala
kumpul dalam suatu komunitas.
gangguan tidur pada lansia di Desa Tempuran
Ditilik lebih lanjut berdasarkan
Demak 2018.
jumlah konsumsi kopi, adanya
masyarakat yang mengkonsumsi kopi > 1
PEMBAHASAN
gelas/hari, dari hasil wawancara
A. Analisis Univariat
1. Kebiasaan minum kopi diperoleh merupakan sudah kebiasaan

Hasil penelitian diperoleh sebagian karena memang tidak bisa meninggalkan

besar responden tidak pernah memiliki mengkonsumsi kopi, jika diharuskan

kebiasaan minum kopi (60%) dan memilih antara teh dan kopi mereka lebih

sebagian kecil responden memiliki memilih kopi. Adapun responden yang

kebiasaan minum kopi > 1 gelas/hari tidak pernah mengkonsumsi kopi, selain

(4,7%). Minum kopi saat ini sudah sebagian besar responmden berjenis

menjadi sebuah kelamin perempuan dan memang bukan


penikmat kopi, adapula responden
budaya, baik masyarakat desa maupun berjenis kelamin laki-laki yang bukan
kota menjadikan kopi sebagai bagian dari berarti tidak pernah sama sekali, ketika
gaya hidup, kopi digemari semua diwawancara responden menyatakan

232
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

sejak memasuki usia lanjut dan menderita dengan 94 orang sampel, diperoleh
penyakit (dalam penelitian ini ditemukan sebagian besar responden tidak memiliki
bahwa penyakit yang diderita responden kebiasaan minum kopi (72,3%),
adalah darah tinggi) mereka dianjurkan penikmat kopi terbesar adalah responden
untuk mengurangi atau bahkan tidak berjenis kelamin laki-laki (88,4%).
boleh mengkonsumsi kopi sama sekali, Adapun responden berjenis kelamin laki-
selain mengingat umur mereka yang laki yang tidak mengkonsumsi kopi lebih
sudah lanjut serta tidak adanya yang disebabkan karena sedang menderita
menyediakannya (biasanya istri tapi penyakit gagal ginjal dan hipertensi.
karena istri sudah meninggal maka Peneliti berasumsi bahwa
kebiasaan minum kopi berangsur kebiasaan mengkonsumsi kopi yang
berhenti). sudah menjadi budaya ini tidak bisa serta
Hal ini sebagaimana yang merta ditinggalkan oleh penikmatnya dan
dinyatakan oleh Juwaini (2013), ada hanya bisa ditinggalkan karena adanya
masyarakat Indonesia penikmat kopi faktor tertentu seperti menderita penyakit
yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan tertentu yang membuat penikmatnya
mengkonsumsinya, hal ini bisa jadi terpaksa berhenti mengkonsumsi.
karena kopi seperti candu bagi 2. Gejala gangguan tidur pada lansia
penikmatnya dan merasa kurang jika Hasil penelitian diperoleh sebagian
meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi besar responden mengalami gejala
kopi itu. Kemudian pada golongan usia gangguan tidur sedang (72,9%) dan
tertentu dan penyakit tertentu, kebiasaan sebagian kecil responden mengalami
minum kopi dapat berhenti secara gejala gangguan tidur berat (27,1%).
“paksa” oleh penikmatnya karena Gejala gangguan tidur dapat menyerang
kekhawatiran terhadap efek samping kopi siapapun, tidak terkecuali. Gejala
terhadap penyakitnya tersebut. Beberapa gangguan tidur akan meningkat sesuai
penyakit yang dapat menyebabkan dengan bertambahnya umur dan berbagai
penikmat kopi berhenti secara “paksa” penyebab lainnya (Puspitosari, 2011).
adalah gagal ginjal, penyakit hipertensi, Hasil telaah kuesiner gejala
jantung, asam lambung, maag akut, dan gangguan tidur dari segi lama waktu
diabetes mellitus. tidur, diperoleh 78,8% responden tidur
Sejalan dengan penelitian Martiani selama 5-30 menit sampai 6 jam 29 menit
(2012), faktor risiko hipertensi ditinjau dan 21,2% responden tidur selama 4 jam
dari kebiasaan minum kopi: studi kasus 30 menit sampai 5 jam 29 menit.
di wilayah kerja Puskesmas Ungaran Kemudian dari segi mimpi, diperoleh

233
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

41,2% responden menatakan tidak mimpi usia seseorang yang menyebabkan lama
sama sekali dan 56,6% responden waktu tidur semakin berkurang.
terkadang bermimpi dan mimpi yang Sebagaimana yang dinyatakan oleh Amir
menyenangkan. Segi kualitas tidur (2010), lamanya waktu tidur lansia
menunjukkan bahwa 65,3% responden berkurang (berkemih di malam hari
menyatakan tidur tidak nyenyak dan karena penurunan kemampuan saluran
sangat mudah terbangun. Segi masuk perkemihan) seiring bertambahnya usia
tidur diperoleh 70,6% responden dan berbagai faktor penyebabnya
memulai waktu tidur antara 16 menit (penyakit degeneratif).
sampai 29 menit. Dari segi terbangun di Jenis kelamin ketika ditelisik lebih
malam hari, diperoleh 62,4% responden lanjutpun dapat dikaitan dengan gejala
terbangun 1-2 kali dan 36,6% responden gangguan tidur, dimana gejala gangguan
terbangun 3-4 kali. Segi waktu untuk tidur baik itu sedang maupun berat dapat
tidur kembali diperoleh 63,5% responden dialami oleh responden dengan jenis
membutuhkan waktu antara 6-15 menit kelamin laki-laki maupun perempuan.
untuk tertidur kembali. Dari segi Darmojo (2011) pada usia dewasa, pria
terbangun diri hari diperoleh 22,4% mulai mengalami penurunan tidur REM
responden bangun 1 jam lebih awal dari (Rapid Eye Movement), mereka sering
waktu bangun tidur dan tidak dapat tidur terbangun akibat kongesti semen dalam
lagi. Segi perasaan waktu bangun, penis sehingga mengganggu siklus tidur
diperoleh 64,7% responden menyatakan selama tidur REM. Seperti diketahui
tidak terlalu baik dan 35,3% responden pada laki-laki meskipun berusia lanjut
menyatakan sangat buruk. Dan dari segi namun fungsi reproduksi masih berfungsi
mengantuk di siang hari, diperoleh 50,6% walaupun tidak sebaik ketika berusia
responden menyatakan mengantuk tapi ketika masih muda. Pada wanita menurut
sulit tertidur dan 49,4% responden Nugroho (2009) secara psikologis
menyatakan mengantuk dan mudah memiliki mekanisme koping yang lebih
tertidur. rendah dibandingkan dengan laki-laki
Jika ditelisik lebih lanjut gejala dalam mengatasi suatu masalah, dengan
gangguan tidur hasil telaah saling adanya gangguan secara fisik maupun
berkaitan, pada responden dengan gejala secara psikologis tersebut maka wanita
gangguan tidur baik sedang maupun berat akan mengalami suatu kecemasan, jika
memiliki ciri-ciri yang hampir sama. kecemasan itu berlanjut maka akan
Gejala gangguan tidur pada lansia tidak mengalami suatu kecemasan (munculnya
dapat dielakkan seiring bertambahnya kecemasan pada lansia ini dikarenakan

234
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

rasa kesendirian ditinggal oleh anggota kehilangan pasangan hidup,pekerjaan,


keluarga yang lain, belum melihat anak- keluarga dukungan sosial, respons
anaknya berhasil dan masih siap yangberlebihan terhadap kejadian hidup,
menghadapi kematian) jika kecemasan pemikiran akandatangnya kematian.
itu berlanjut maka akan mengakibatkan Masih adanya responden yang
seseorang lansia lebih sering mengalami menyatakan tidak mengalami mimpi atau
gangguan tidur dibandingkan dengan mimpi baik dan menyenangkan, dapat
laki-laki. dinyatakan bahwa mereka masih dapat
Lebih dari itu, ada banyak faktor mengurangi kecemasan mereka akibat
yang dapat menjadi pembeda gejala masih bekerja, seperti diketahui bahwa
gangguan tidur sedang dan berat, jika 34,1% responden memiliki status bekerja
ditelaah dari segi mimpi maka dapat (buruh, petani, pedagang, wiraswasta)
dikaitkan dengan kecemasan atau stress berbeda dengan para responden yang
yang dialami oleh para responden, ketika tidak bekerja dan cenderung menganggur
diwawancara seluruh responden di rumah maka pikiran-pikiran mengenai
menyatakan bahwa mereka nanti apa yang akan terjadi pada dirinya
mencemaskan dirinya karena semakin akan semakin menghantui. Stepanski
mendekati dengan kematian, responden (2009) menjelaskan para lansia mungkin
masih memikirkan apakah “bekal” yang akan mengalami kecemasan ketika
dibawa sudah cukup atau tidak dan mereka sedang terjaga (tidak tidur),
bagaimana kehidupan keturunannya namun pertahanan diri dari rasa cemas itu
ketika mereka mati. Kecemasan ini dapat teralihkan dengan masih aktifnya
berdampak pada munculnya mimpi dan lansia dalam kehidupan sosial sehingga
mengganggu mereka ketika sedang kecemasan ini tidak sampai berdampak
tertidur. terbawa dalam alam mimpi.
Menurut Hawari (2013) gangguan Status bekerja meskipun dapat
kecemasanmerupakan kondisi yang mengurangi kecemasan, namun juga
paling umum pada lansia.Lansia dapat berefek ketidakmampuan
menghadapi pikiran kematian dengan memperdapatkan tidur dalam waktu
rasaputus asa dan kecemasan menjadi cepat. Hal ini dapat terjadi lantaran
masalah psikologisyang pentng pada pekerjaan yang dilakukan oleh responden
lansia, khususnya lansia yangmengalami dapat memicu rasa lelah dan rasa lelah
penyakit kronis. Perilaku cemas tersebut akan terasa ketika responden
padalansia dapat disebabkan oleh akan tidur, seperti rasa ngilu pada
penyakit medis fisiologiyang sulit diatasi, anggota bagian tubuh yang digunakan

235
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

untuk bekerja. Ditambah pula pekerjaan ketidaknyamanan seperti hipertensi dapat


yang mereka lakukan membuat mereka menyebabkan lansia terbangun dini hari,
harus bangun lebih awal dari biasanya nokturia atau berkemih pada malam hari,
untuk menyiapkan diri (ini terjadi pada mengganggu tidur dan siklus tidur.
responden yang berdagang dan buruh). Lansia yang mempunyai sindrom kaki
Sebagaimana yang disampaikan oleh tak berdaya yang terjadi pada saat
Sumitra (2014) lansia yang masih aktif sebelum tidur mereka mengalami
bekerja akan cepat merasakan lelah dan berulang kali kambuh gerakan berirama
capeksehingga kebutuhan istirahat juga pada kaki dan tungkai. Dorongan isi
meningkat, namun karena rasa capek dan perut ke esophagus (sering disebut perut
letih tersebut juga dapat menyebabkan panas, karena nyeri atau mulas di tengah
lansia sulit untuk tidur karena tubuh yang dada) dapat membangunkan orang
merasa sakitakibat dari pekerjaannya. beberapa kali di malam hari. Menurut
Status kesehatan responden juga Hardiwinoto (2010) menyatakan dalam
dapat berdampak pada gejala gangguan sebuah penelitian, 15% orang Amerika
tidur, dimana responden yang mengalami dilaporkan menderita penyakit kronis dan
gangguan tidur ditunjang oleh adanya dua per tiganya dilaporkan mengalami
penyakit yang diderita seperti darah masalah tidur. Sakit punggung, sakit
tinggi, diabetes mellitus, gagal ginjal dan kepala dan sindrom sendi (masalah
kanker payudara. Selain dari penyakit dengan otot) merupakan penyebab utama
yang tersebut, wawancara juga kurangnya waktu tidur pada lansia.
menghasilkan bahwa sebagian besar Ada pencetus lain gejala gangguan
responden mengalami gangguan kaki tidur, namun pencetus ini disengaja yaitu
ketika tertidur yang bisa disebut dengan bangun dini hari untuk beribadah sholat
“mlikati” hal ini menyebabkan responden malam (seluruh responden beragama
terbangun tengah malam. Kemudian yang Islam). Kegiatan ibadah ini dipercaya
ditelaah dalam wawancara juga oleh para responden dapat mengurangi
didapatkan gangguan masalah perut, rasa kecemasan akibat memikirkan
dimana ketika malam hari sering kali kematian. Ibadah sholat malam mungkin
responden merasa tidak nyaman pada akan menyebabkan berkurangnya waktu
bagian perutnya, seperti ada dorongan tidur namun kegiatan ini dapat
dan terjadi kram. menyebabkan rasa nyaman yang
Sebagiamana yang disampaikan berdampak mendapatkan waktu tidur
oleh Perry dan Potter (2009) setiap yang lebih cepat baik di malam maupun
penyakit yang menyebabkan siang hari. Hal ini juga didukung oleh

236
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

penelitian Pangulu (2015) fatique dan rasa kantuk. Mekanisme aksi


mengungkapkan bahwa penghayatan kafein berhubungan dengan kemampuannya
keagamaan ternyata besar dalam menghambat pengeluaran adenosine.
pengaruhnyaterhadap hasil kesehatan Kafein menyebabkan peningkatan
fisik dan mental usia lanjut, usia lanjut pengeluaran norepinefrin, epinefrin, dopamine
yang religius lebih kuatdan tabah dan serotonin, sehingga dapat membuat orang
menghadapi stress dari pada yang kurang tetap waspada. Jika kafein dikonsumsi > 250
atau non religius, sehinggagangguan mg dapat menyebabkan terjadinya tegang,
mental emosional jauh lebih kecil diuresis, takikardia, agitasi dan insomnia. Dan
sehingga akan memperkecil yang sering muncul dari sindrom intoksikasi
peluangterjadinya insomnia. ketika dilakukan wawancara adalah insomnia,
Peneliti berasumsi gejala gangguan sering berkemih di malam hari dan rasa sesak.
tidur dapat terjadi karena berbagai Ditelisik lebih lanjut dari hasil
penyebab selain secara fisiologi terjadi penelitian diketahui meskipun tidak
pengurangan waktu tidur pada lansia, mengkonsumsi kopi tapi ada 84,3% responden
masalah-masalah seperti kecemasan, mengalami gejala gangguan tidur sedang dan
status bekerja yang mengharuskan 15,7% responden mengalami gejala gangguan
seseorang bangun lebih awal dari waktu tidur berat. Berdasarkan penelusuran
normal lainnya, status kesehatan yang karakateristik responden bahwa mereka
kurang baik, jenis kelamin dan mengalami gangguan kesehatan seperti
religiusitas yang semakin meningkat hipertensi, diabetes mellitus dan ada yang
seiring bertambahnya usia juga dapat mengalami kanker payudara, ketika tidur
berkaitan dengan gejala gangguan tidur mereka merasakan efek nyeri dada dari
pada lansia. tersebut atau berkemih pada pasien diabetes
mellitus. Sebagaimana disampaikan oleh
B. Analisa Bivariat
Silvanasari (2012) gangguan tidur pada lansia
Hasil uji Spearman rank juga diperoleh
dapat terjadi dikarenakan adanya penyakit
p value = 0,013, yang artinya ada hubungan
degeneratif yang diderita oleh para lansia
kebiasaan minum kopi dengan gejala
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan lain-
gangguan tidur pada lansia di Desa Tempuran
lain. Potter & Perry (2009) mengungkapkan
Demak 2018. Kopi mengandung zat yang
hipertensi seringkali menyebabkan lansia
bernama kafein, di dalam tubuh kafein yang
terbangun di pagi hari.Nokturia mengganggu
terkandung dalam kopi bisa diserap dengan
tidur dan siklus tidur. Kondisi ini umumnya
cepat dan hampir sempurna. Efek perilaku
terjadipada lansia dengan penurunan tonus
dari kafein meliputi perasaan meningkatnya
kandung kemih. Lansia yang berulang
energi, tetap waspada, menurunnya tingkat

237
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

kaliterbangun untuk berkemih akan penyebab gejala gangguan tidur pada lansia,
mengalami kesulitan dalam melanjutkan seperti umur lansia itu sendiri, kecemasan,
tidurkembali. status bekerja dan status kesehatan. Karena
Responden yang memiliki kebiasaan pada hasil penelusuran gejala gangguan tidur
minum kopi > 1 gelas/hari, ada 25% justru lebih besar disebabkan oleh faktor-
responden mengalami gejala gangguan tidur faktor tersebut dibandingkan oleh kebisaan
sedang dan 75% responden mengalami gejala minum kopi itu sendiri. Hal ini nampak dari
gangguan tidur berat. Responden memiliki responden yang tidak pernah mengkonsumsi
kebiasaan minum kopi 1 gelas/hari, diperoleh kopi namun masih mengalami gejala
44,4% responden mengalami gejala gangguan gangguan tidur sedang maupun berat. Lebih
tidur sedang dan 55,6% responden mengalami lanjut pula gejala gangguan tidur berat tidak
gejala gangguan tidur berat. Responden hanya terjadi karena kopi yang dikonsumsi
memiliki kebiasaan minum kopi 4-6 oleh responden namun berkaitan pula dengan
gelas/minggu, diperoleh 85,7% responden penyakit yang diderita responden. Diperkuat
mengalami gejala gangguan tidur sedang dan dengan hasil uji Spearman rank diperoleh 
14,3% responden mengalami gejala gangguan (Rho) = 0,267 yang artinya bahwa hubungan
tidur berat. Responden memiliki kebiasaan kebiasaan minum kopi dengan gejala
minum kopi 1-3 gelas/minggu, diperoleh gangguan tidur adalah lemah dengan arah
57,1% responden mengalami gejala gangguan hubungan positif, dimana semakin sering
tidur sedang dan 42,9% responden mengalami mengkonsumsi kopi maka semakin berat
gejala gangguan tidur berat. gejala gangguan tidur yang dialami lansia.
Hasil tersebut disimpulkan bahwa Sejalan dengan penelitian Purdiani
kebiasaan minum kopi memiliki dampak yang (2014) tentang hubungan penggunaan
tidak cukup besar dalam menyebabkan gejala minuman berkafein dengan kualitas tidur
gangguan tidur pada lansia, artinya kebiasaan lansia, dimana tidak ada hubungan konsumsi
minum obat hanya sebagai pemicu gejala kopi dengan kualitas tidur (p value = 0,043,
gangguan tidur. Bagi responden yang koefisien korelasi = 0,214). Demikian
memiliki gangguan kesehatan, minum kopi penelitian Kadita (2017) diperoleh ada
dapat memicu terjadinya masalah pada hubungan konsumsi kopi dengan lama tidur
kesehatannya ini dapat terjadi pada responden (koefisien korelasi = 0,2, p value = 0,03).
yang memiliki penyakit hipertensi, dimana Meskipun memiliki arah hubungan yang
kopi membawa dapat peningkatkan kerja positif namun lemahnya konsumsi kopi
jantung yang berlebihan yang tidak jarang (kafein) dalam mempengaruhi kualitas tidur
menyebabkan nyeri. Ada beberapa hal dari lansia dan lama tidur lansia lebih disebabkan
hasil penelitian yang dapat menggambarkan banyak faktor terkait dalam penelitian yang

238
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

ditemukan yaitu responden terhadap penyakit 4. SIMPULAN


yang diderita dan kecemasan. Kopi sendiri 1. Kebiasaan minum kopi responden

adalah salah satu pemicu dari gejala-gejala sebagian besar adalah tidak pernah

gangguan tidur itu, seperti kopi berefek buruk (60%) dan sebagian kecil > 1

bagi lansia yang menderita hipertensi. gelas/hari (4,7%).

Silvanasari (2012) menjelaskan lansia 2. Gejala gangguan tidur yang dialami

banyak mengalami perubahan salah satunya oleh responden sebagian besar pada

adalah perubahan neurologis. Akibat kategori sedang (72,9%) dan sebagian

penurunan jumlah neuron fungsi kecil pada kategori berat (27,1%).

neurotransmitter juga berkurang. Lansia 3. Ada hubungan kebiasaan konsumsi

sering mengeluh meliputi kesulitan untuk kopi dengan gejala gangguan tidur

tidur, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan pada lansia di Desa Tempuran Demak

untuk tidur kembali tidur setelah terbangun di 2018 ( (Rho) = 0,267 dan p value =
malam hari, terjaga terlalu cepat, dan tidur 0,013).
siang yang berlebihan.Masalah ini diakibatkan
REFERENSI
oleh perubahan terkait usia dalam siklus tidur-
[1] Alford, C., Cox, H., & Wescott, R.
terjaga. Selain terkait faktor usia itu sendiri, The effects of red bull energy drink
penambah derajat gangguan tidur pada lansia on human performance and mood.
Amino Acids. 2011; 21(2);139-50.
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
gangguan tidur pada lansia diantaranya [2] Amir, N. Gangguan tidur pada lansia.
Cermin Dunia Kedokteran. 2010;
kondisi lingkungan fisik, penggunaan obat- 34(4).
obatan, status kesehatan, diet/nutrisi,
[3] Burke, T., Markwald, R., McHill, A.,
kecemasan (psikologi) dan aktivitas fisik. Chinoy, E., Snider, J., Bessman, S., et
Peneliti berpendapat kebiasaan minum al. Effects of caffeine on the human
circadian clock in vivo and in vitro .
kopi tidak terlalu kuat dalam memberikan Sci Transl Med. 2015; 16; 7(305);
pengaruh pada munculnya gejala gangguan 305ra146.
tidur pada lansia, karena gejala itu sendiri
[4] Dreher, H. M. The effect of caffeine
dapat muncul seiring bertambahnya usia reduction on sleep quality and well-
lansia itu sendiri akibat perubahan secara being in persons with HIV. Journal
Psychosom Res. 2008; 54(3); 191-
fisiologis maupun psikologis serta ditunjang 198.
dengan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
[5] Erwani. Faktor-faktor yang
mendukung untuk mendapatkan tidur yang
Berhubungan dengan Insomnia pada
nyaman dan tenang. Lansia di Puskesmas Blimbing
Padang.Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK)
Oktober 2017 Volume 1 Nomor 1

239
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

[6] Hardiwinoto. Panduan Gerontologi [15] Lorist M M, Snel J. Caffeine,


Tinjauan dari BeberapaAspek. Sleep and Quality of Life. Sleep and
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Quality of Life in Clinical Medicine
2010. of Sumatera. (33):325-332.9. 2011.

[7] Hawari, D. Manajemen Stres Cemas [16] Martiani, Ayu. Faktor Risiko
dan Depresi, Jakarta : FKUI. 2013 Hipertensi Ditinjau dari Kebisaan
Minum Kopi (Studi Kasus di Wilayah
[8] Johanna, C., & Jachens. Sleep Kerja Puskesmas Ungaran pada
disturbances & healthy sleep. The Bulan Januari-Februari 2012).
association of Waldorf School of [Artikel Penelitian] Fakultas
North America. 2004; 25-40. Kedokteran Universitas Diponegori
Semarang. 2012).
[9] Juwaini. Hubungan Kebiasaan
Minum Kopi dengan Kejadian Stroke [17] Nugroho, W. Keperawatan
pada Pasien yang di Rawat di RSUD gerontik. Jakarta : EGC. 2009.
CUt Nyak Dien Meulaboh. {Skripsi]
Program Studi Ilmu Kesehatan [18] Oike, H., Kobori, M., Suzuki,
Masyarakat Fakultas Kesehatan T., & Ishida, N. Caffeine lengthens
Masyarakat Universitas Teuku Umar circadian rhythms in mice. Biochem
Aceh Barat. 2013. Biophys Res Commun. 2011; 410 (3);
654-8.
[10] Kadita, Febiandra.Hubungan
konsumsi kopi dan screen-time
Dengan lama tidur dan status gizi [19] Pangulu, Rachmawati.
pada dewasa. Jurnal Kesehatan Undip Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Semarang, VOl. 1 (2) Sept 2017. Kejadian Insomnia pada Usia Lanjut
di Panti Sosial Tresna Werdha
[11] Kementerian Kesehatan Yogyakarta Unit Budi Luhur
Republik Indonesia.. Riset Kesehatan Kasongan Bantul. [Artikel Penelitian]
Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Program Studi Ilmu Keperawatan
Jakarta. 2013. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
„Aisyiyah Yogyakarta. 2015.
[12] Kozlow, M. J., Silverstein, D.
K., Connor, E. B., & Morton, D. [20] Park, S., Lee, Y., & Lee, J.
Coffee consumption and cognitive Association between energy drink
function among older aduts. American intake, sleep, stress and suicidality in
Journal of Epideiology. 2008; 156 Korean adolescents: energy drink use
(9); 842-850. in isolation or in combination with
junk food consumption. Nutrition
[13] Lee, K. J., & Sang, H. J. Journal,13. 2016; 15 (1);87.
Extraction behavior of caffein and
ECG from green and black tea. [21] Potter, P. A., & Perry, A. G.
Biotechnology and bioprocess Buku ajar fundamental keperawatan:
engineering. 2008; 15-30. konsep, proses dan praktik. Jakarta:
EGC. 2009.
[14] Liveina, & Artini, I. G. Pola
konsumsi dan efek samping minuman [22] Purdiani, Monica. Hubungan
mengandung kafein pada mahasiswa Penggunaan Minuman Berkafein
program studi pendidikan dokter . e- dengan Kualitas Tidur Lansia. Jurnal
jurnal medika udayan. 2015; 3 (4). Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya, Vol. 3 No. 1 (2014).

240
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

[23] Puspitosari, Gangguan Pola VII Fakultas Kedokteran Universitas


Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut, Sumatera Utara.
Journal Kedokteran Trisakti, Januari- http://repository.usu.ac.id. 2012.
April, 2011, Vol.21, No 1.
[29] UNFPA and HelpAge
[24] Rianjani, E., Nugroho, H. A., International. Ageing in the twenty-
& Astuti, R. Kejadian insomnia first century: a celebration and a
berdasar karakteristik dan tingkat challenge. London: UNFPA and Help
kecemasan pada lansia di Panti Age International. 2012.
Wredha Pucang Gading Semarang.
FIKkes Jurnal Keperawatan. 2009; [30] United Nation.World
194-209. population ageing. New York:
Department of economic and social
[25] Richard, S. L., & Mary, P. L. affairs population division. 2015.
Caffeine and nicotine (drug abuse
prevention library). New York : [31] Wright, K. J., Myers, B.,
Rosen Publishing Group. 2008. Plenzler, S., Drake, C., & Badia, P.
Acute effects of bright light and
[26] Seidl, R., Peyrl, A., Nicham, caffeine on nighttime melatonin and
R., & Hauser, E. A taurin and temperature levels in women taking
caffeine-containing drink stimulates and not taking oral contraceptives.
cognitive performance and well- Brain Res. 2010; 11; 87 (2); 310-7.
being. Amino Acids. 2010; 19 (3-4);
635-42. [32] Zhangn, W. Y. A benefit-risk
assessment of caffeine as an analgesic
[27] Sumirta, I. N. Faktor yang adjuvant. an International Journal of
Menyebabkan Gangguan Tidur edical Toxicology and Drug
(Insomnia) pada Lansia. Experience. 2011; 24 (15); 1127-42.

[28] Swastika, K. D.Efek kopi


terhadap kadar gula darah post
prandial pada mahasiswa semester

241

Anda mungkin juga menyukai