Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIK HIGIENE PERORANGAN DAN SANITASI WARUNG PECEL TUMPANG DI

KOTA KEDIRI

Personal Hygiene PracticeandFood Stalls SanitationofPecel TumpanginKediri City

1Gading Giovani Putri, 2Yoanita Indra Kumala Dewi

1Staff Pengajar S1 Kesehatan Masyarakat, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri,
2Staff Pengajar D3 Analis Kesehatan, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri,
email: gadinggiovani@gmail.com

Abstract

To realize food safety is applying good personal hygiene and sanitation.This study aims to
describe personal hygiene and foodstalls sanitation of pecel tumpang in Kediri.An
observational study with cross sectional design done on 20 sampels. Data performed in table
with descriptive analyzed. Most of respondents had quite personal hygiene (80%), good
location and building (50%), poor waste disposal (50%), poor sanitation facilities(50%),
good sanitation of equipments (100%), and good clean water (90%).Somevariables indicate
poor sanitation i.e. waste disposal and sanitation facilities.

Keywords: personal hygiene, food stalls sanitation, pecel tumpang

Abstrak

Upaya mewujudkan keamanan pangan dilakukan dengan menerapkan higiene perorangan


dan sanitasi lingkungan yang baik.Tujuan penelitian yaitu menggambarkan praktik
higiene perorangan dan sanitasi warung pecel tumpang di Kediri.Penelitianobservasional
dengan desain cross sectionaldilakukan pada 20 sampel. Data disajikan pada tabel dan
dianalisis secara deskriptif. Praktik higiene perorangan cukup (80%), kondisi lokasi dan
bangunan baik (50%), tempat pembuangan sampah buruk (50%), fasilitas sanitasi buruk
(50%), sanitasi peralatan baik (100%), dan sumber air cukup (90%). Beberapa variabel
penelitian menunjukkan sanitasi warung yang buruk yaitu tempat pembuangan sampah
dan fasilitas sanitasi.

Kata Kunci: higiene perorangan, sanitasi warung, pecel tumpang

PENDAHULUAN jaringan tubuh, serta menghasilkan


energi untuk aktifitas tubuh.2 Makanan
Makanan merupakan salah satu yang dibutuhkan manusia tidak hanya
bagian yang penting untuk kesehatan dilihat dari segi kuantitas atau
manusia,1 dimana makanan digunakan jumlahnya melainkan juga dari segi
untuk memenuhi kebutuhan tubuh, kualitas. Salah satu contoh makanan
1seperti
Gading memulihkan
Giovani Putri dan memperbaiki
adalah Bagian Staff Pengajaryang berkualitas
S1 Kesehatan adalah makanan
Masyarakat, yang
Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
2 Yoanita Indra Kumala Dewi adalah Bagian Staff Pengajar d3 Analisis Kesehatan, Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
155
156 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

memenuhi standar keamanan umumnya memiliki kelemahan dalam


pangan.Oleh sebab itu, masyarakat hal keamanannya terhadap bahaya
sangat perlu memperhatikan keamanan mikrobiologi karena rendahnya mutu
pangan yang dikonsumsinya. bahan baku dan belum diterapkannya
Makanan yang dikonsumsi oleh higiene perorangan penjamah makanan
masyarakat dapat terkontaminasi serta sanitasi lingkungan yang kurang
mikroorganisme patogen yaitu memenuhi syarat.6
mikroorganisme yang dapat Berdasarkan latar belakang yang
menimbulkan penyakit dan juga bahan telah dipaparkan diatas, maka peneliti
kimia berbahaya. Kontaminasi tertarik untuk melakukan penelitian
mikroorganisme dalam makanan dapat tentang higiene perorangan dan sanitasi
disebabkan oleh pengelolaan dan warung pecel tumpang di Kota
penyajian makanan yang tidak higienis Kediri.Penelitian ini bertujuan untuk
serta sanitasi lingkungan yang memberikan gambaran tentang praktik
buruk.Penyakit atau gangguan higiene perorangan penjual dan kondisi
kesehatan yang timbul akibat adanya sanitasi warung pecel tumpang di Kota
kontaminasi dalam makanan biasa Kediri.
disebut penyakit bawaan makanan (food
borne disease). Penyakit ini mengganggu
saluran pencernaan manusia dengan METODE PENELITIAN
gejala yang ditimbulkan seperti mual,
muntah dan diare.3 Angka kejadian Penelitian ini merupakan
diare di masyarakat masih cukup tinggi. penelitian observasional dengan desain
Berdasarkan data profil kesehatan Jawa cross sectional karena penelitian ini
Timur diketahui bahwa pada Tahun mengamati dan mengukur variabel
2013 kejadian diare di Jawa Timur penelitian tanpa memberikan perlakuan
mencapai 118,39%, kemudian pada atau intervensi.
tahun 2014 menurun menjadi 106%.4 Populasi dalam penelitianini
Penurunan angka diare tersebut tidak adalah seluruh penjual pecel tumpang
dapat diremehkan mengingat penyakit yang berjualan di Kecamatan Mojoroto
diare merupakan penyakit yang cukup Kota Kediri.Penelitian ini mengambil
berbahaya terutama bagi anak-anak. seluruh populasi untuk dijadikan
Pecel tumpang merupakan salah responden penelitian yaitu sebanyak 20
satu makanan khas kota Kediri yang orang penjual pecel tumpang.
terbuat dari campuran tempe segar dan Pengumpulan data penelitian
tempe busuk serta penambahan bumbu- melalui kegiatan observasi lapangan dan
bumbu lainnya.5Berdasarkan studi wawancara kepada responden
pendahuluan yang dilakukan oleh penelitian. Instrumen pengumpulan
peneliti diperoleh informasi bahwa data yang digunakan yaitu lembar
bahan baku utama pembuatan pecel observasi berupa check list. Variabel
tumpang adalah tempe busuk karena penelitian ini yaitu karakteristik
mempunyai rasa yang khas. Hasil individu, praktik higiene perorangan,
pengamatan awal juga menunjukkan dan sanitasi warung pecel tumpang
sebagian besar lokasi penjualan pecel yang terdiri dari kondisi lokasi dan
tumpang banyak yang tidak dilengkapi bangunan, kondisi tempat pembuangan
dengan sarana sanitasi.Makanan sampah dan limbah cair, kondisi fasilitas
tradisional seperti pecel tumpang pada sanitasi, kondisi sanitasi peralatan, dan
Gading Giovani Putri : Praktik Higiene Perorangan ...... 157

kondisi sumber air bersih.Data disajikan menambah penghasilan keluarga.Semua


dalam bentuk tabel dan dianalisis secara responden merupakan pemilik warung
deskriptif. sehingga semua pelaksanaan
persyaratan pengelolaan makanan yang
berkaitan dengan higiene sanitasi
HASIL DAN PEMBAHASAN makanan sesuai dengan tingkat
1. Karakteristik Responden pengetahuan responden itu sendiri.
Berdasarkan Tabel 1.diketahui
bahwa penjual pecel tumpang semuanya 2. Praktik Higiene Perorangan
berjenis kelamin perempuan (100%), Berdasarkan hasil penelitian
berumur 41-60 tahun (65%), sebagai pada Tabel 2.diketahui bahwa sebagian
pemilik warung (100%), dan telah besar praktik higiene perorangan pada
bekerja sebagai penjual pecel tumpang penjual pecel tumpang adalah cukup
selama 1-5 tahun (60%). (80%). Hasil penelitian terhadap 20
Pada umumnya responden responden menunjukkan bahwa
selain bekerja sebagai penjual pecel sebanyak 16 responden (80%) penjual
tumpang juga merupakan pengolah atau pecel tumpang memiliki higiene
sebagai juru masak pecel perorangan yang cukup dan sebanyak 4
tumpang.Pekerjaan sebagai penjual responden (20%) memiliki higiene
pecel tumpang dilakukan untuk perorangan yang buruk.

Tabel 1. Karakteristik Responden


No. Karakteristik Penjual n %
1. Umur
<20 tahun 0 0
21-40 tahun 7 35
41-60 tahun 13 65
>60 tahun 0 0
2. Jenis kelamin
Laki-laki 0 0
Perempuan 20 100
3. Status kepemilikan warung
Pemilik 20 100
Pegawai 0 0
4. Lama kerja
<1 tahun 0 0
1-5 tahun 12 60
> 5 tahun 8 40
Sumber: Data Primer Tahun 2017
158 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

Praktik higiene perorangan makanan dan setelah dari toilet juga


dilakukan responden sesuai dengan mempengaruhi kontaminasi virus atau
pengetahuan sendiri, pada umumnya bakteri pada makanan yang dapat
responden banyak yang tidak terlalu menularkan penyakit. Kuman penyakit
memperhatikan karena mereka lebih yang tidak terlihat tanpa sadar membuat
mengutamakan rasa makanan. masyarakat sering meremehkan
Praktikhigiene perorangan yang buruk keberadaannya . 9

akan meningkatkan risiko kontaminasi


bakteri patogen seperti Eschericia coli 3. Sanitasi Warung Pecel Tumpang
pada makanan. Salah satu komponen Tabel 2.menunjukkan kondisi
higiene perorangan adalah status sanitasi warung pecel tumpang yang
kesehatan pengelola makanan.Setiap meliputi kondisi lokasi dan bangunan,
pengelola makanan harus bebas penyakit kondisi tempat pembuangan sampah dan
menular. Ada tiga kelompok penderita limbah cair, kondisi fasilitas sanitasi,
penyakit yang tidak boleh dilibatkan kondisi sanitasi peralatan, dan kondisi
dalam penanganan makanan seperti sumber air bersih. Berikut adalah
ISPA, pencernaan dan penyakit kulit, pembahasan dari masing-masing
karena penyakit ini dapat menular variable penelitian:
kepada orang lain melalui makanan yang a. Lokasi dan bangunan
diolah ataupun yang disajikan oleh Hasil penelitian terhadap 20
penderita7. Oleh sebab itu sebaiknya para responden menunjukkan bahwa
pengelola makanan melakukan sebanyak 10 responden (50%) memiliki
pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali. lokasi dan bangunan yang baik, sebanyak
Hasil wawancara menunjukkan bahwa 5 responden (25%) memiliki lokasi dan
semua responden tidak pernah bangunan yang cukup, dan sebanyak 5
melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 responden (25%) memiliki lokasi dan
bulan sekali, responden penelitian akan bangunan yang buruk. Hasil observasi
melakukan pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar
apabila tubuh mereka sudah penjual pecel tumpang menempati
menunjukkan gejala sakit. bangunan tidak permanen seperti kaki
Hasil observasi menunjukkan lima dan lesehan. Fasilitas bangunan
bahwa banyak penjual pecel tumpang berperan penting dalam menunjang
yang tidak menggunakan sarung tangan proses sanitasi. Lokasi dan bangunan
ketika menyajikan makanan.Penggunaan harus dirancang berdasarkan prinsip
sarung tangan dianggap menghambat sanitasi untuk mencegah agar binatang
kerja para penjual dan juga mengganggu pembawa pes tidak bersarang. Bangunan
kenyamanan saat bekerja.Penelitian sebaiknya tidak terbuat dari kayu karena
serupa yang dilakukan Tahun 2003 di dapat menjadi media pembiakan
Depok menyatakan bahwa tangan mikroba. Sistem ventilasi dan
merupakan sumber kontaminan yang pencahayaan yang baik akan mengurangi
cukup berpengaruh terhadap kebersihan terjadinya pencemaran udara dalam
bahan makanan. Sentuhan tangan ruangan10.
merupakan penyebab yang paling umum
terjadinya pencemaran pada makanan8. b. Tempat pembuangan sampah dan
Kebiasaan mencuci limbah cair
tanganmenggunakan sabun dan air Kondisi tempat pembuangan
mengalir terutama sebelum mengelola sampah dan limbah cair yang diamati
Gading Giovani Putri : Praktik Higiene Perorangan ...... 159

pada 20 warung pecel tumpang (30,0%). Hasil pengamatan menemukan


menunjukkan sebanyak 12 warung bahwa sebagian besar sampah berasal
mempunyai kondisi tempat pembuangan dari sisa-sisa makanan.Tempat sampah
sampah dan limbah cair yang buruk yang dimiliki penjual tidak memiliki
(60,0%), sebanyak 2 warung memiliki tutup, tidak ada pemisahan jenis sampah,
kondisi yang cukup (10%), dan sebanyak serta ada juga yang menggunakan
6 warung memiliki kondisi yang baik kantong plastik untuk tempat sampah.

Tabel 2. Higiene Perorangan dan Sanitasi Warung Pecel Tumpang


No. Variabel n %
1. Higiene Perorangan
Buruk 4 20
Cukup 16 80
Baik 0 0
2. Lokasi dan Bangunan
Buruk 5 25
Cukup 5 25
Baik 10 50
3. Tempat Pembuangan Sampah dan Limbah Cair
Buruk 12 60
Cukup 2 10
Baik 6 30
4. Fasilitas Sanitasi
Buruk 10 10
Cukup 3 15
Baik 7 35
5. Sanitasi Peralatan
Buruk 0 0
Cukup 0 0
Baik 20 100
6. Sumber Air Bersih
Buruk 0 0
Cukup 18 90
Baik 2 10
Sumber: Data Primer Tahun 2017

Kantong plastik dipilih responden karena c. Fasilitas sanitasi


dianggap paling praktis dan tidak Kondisi fasilitas sanitasi dari hasil
memakan tempat serta pengeluaran pengamatan pada 20 warung pecel
biaya untuk membeli tempat sampah. tumpang menunjukkan sebagian besar
Tempat sampah yang terbuka akan lebih warung memiliki fasilitas sanitasi yang
mudah dihinggapi lalat maupun serangga buruk yaitu sebanyak 10 warung
lainnya, selain itu juga akan (50%),sebanyak 3 warung dengan
menimbulkan bau yang mengganggu kondisi yang cukup (15%), dan sebanyak
manusia di sekitarnya. 7 warung dengan kondisi yang baik
160 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

(35%).Hasilpengamatan peneliti sambal tumpang dan lain sebagainya.


sebagian besar pedagang tidak Sendok untuk mencicipi juga harus
mempunyai fasilitas cuci tangan dengan dipisah dengan sendok untuk mengolah
air yang mengalir.Tempat cuci tangan makanan, untuk menghindari terjadinya
yang dimiliki responden berupa air yang kontaminasi makanan dari pengolah
ditampung di ember dan tidak tertutup. makanan.
Sebelum menyediakan makanan para Peralatan yang digunakan dalam
penjual mencelupkan tangan ke ember pengelolaan makanan harus dibersihkan
terlebih dahulu kemudian dikeringkan untuk mencegah kontaminasi silang pada
dengan lap kain bahkan ada juga yang makanan, dimana peralatan dapur untuk
tidak mencuci tangan sama sekali. Air pengolahan dan untuk penyajian
mengalir merupakan sarana mencuci merupakan sumber kontaminan
tangan yang baik, karena kuman yang potensial bagi makanan .Hasil temuan
7

menempel akan ikut terbuang bersama penelitian di Depok menunjukkan


aliran air, berbeda dengan air yang ada kandungan E.coli piring yang digunakan
diember, kuman akan tetap ada didalam oleh penjual gado-gado adalah sangat
air yang ada diember8. tinggi yaitu >100 koloni/ ml8.Hal
tersebut menginformasikan kepada
d. Sanitasi peralatan masyarakat bahwa sumber kontaminasi
Berdasarkan Tabel 2.diketahui bakteri pada makanan tidak hanya
bahwa kondisi sanitasi peralatan dari 20 berasal dari makanan itu sendiri
warung pecel tumpang adalah baik melainkan juga dari peralatan makan
(100%). Peralatan yang digunakan yang digunakan.
responden terbuat dari bahan yang
kedap air, memiliki tutup dan terpisah e. Sumber air bersih
antara jenis makanan yang berbeda Kondisi sumber air bersih dari 20
seperti nasi, sayuran, lauk pauk, dan warung pecel tumpang yang diamati
sambal. Proses pencucian alat makan adalah bervariasi, sebagian besar warung
sebagian besar dilakukan menggunakan memiliki kondisi sumber air bersih yang
sabun cuci khusus piring, namun tidak cukup yaitu sebanyak 18 warung
dibilas dengan air mengalir. Air untuk (90,0%), sebanyak 2 warung memiliki
mencuci peralatan makan pada kondisi sumber air bersih yang baik
umumnya diletakkan di dalam ember (10,0%), dan tidak ada warung yang
atau baskom8. Peralatan yang dicuci akan memiliki sumber air yang tidak bersih.
dimasukkan ke dalam ember tersebut Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
kemudian di keringkan menggunakan bahwa air bersih yang digunakan untuk
lap. pengelolaan makanan pada warung pecel
Pencucian peralatan makan akan tumpang di Kota Kediri memenuhi syarat
lebih baik jika dilakukan segera untuk kualitas fisik seperti tidak berwarna,
mencegah pertumbuhan tidak berbau, dan tidak berasa, namun
bakteri12.Pemisahan penggunaan untuk kualitas fisik maupun kualitas
peralatan dalam pengelolaan makanan kimia dari air bersih yang digunakan
harus diperhatikan, seperti pisau yang masih belum dapat diketahui karena
digunakan untuk bahan makanan harus penelitian ini tidak melakukan
dipisah dengan yang digunakan untuk pemeriksaan tersebut. Penggunaan air
makanan jadi, centong untuk nasi harus dalam pengelolaan makanan perlu
dipisah dengan yang untuk centong mendapatkan perhatian khusus karena
Gading Giovani Putri : Praktik Higiene Perorangan ...... 161

berperan besar dalam semua tahapan menggunakan sarung tangan dan


mulai dari proses persiapan pengolahan, mencuci tangan sebelum menjamah
pemasakan makanan hingga penyajian makanan.
makanan. Air yang dapat digunakan 2. Penjual pecel tumpang perlu
dalam proses pengelolaan makanan memperbaiki kondisi sanitasi
harus memenuhi syarat untuk dapat warung yang buruk seperti tempat
diminum, yaitu bebas dari bakteri, bersih pembuangan sampah limbah cair
dan jernih, tidak berwarna dan tidak dan fasilitas sanitasi.
berbau10.Air yang terkontaminasi 3. Petugas kesehatan perlu melakukan
berperan untuk menularkan bakteri pembinaan kepada para penjual
pathogen pada makanan yang diolah8. pecel tumpang seperti mengadakan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kursus tentang higiene sanitasi
air bersih yang digunakan para makanan untuk mewujudkan
responden mencukupi kegiatan keamanan pangan di masyarakat.
pengelolaan makanan pada warung pecel 4. Penelitian selanjutnya diharapkan
tumpang di Kediri. dapat menganalisis hubungan
higiene perorangan dan sanitasi
warung pecel tumpang dengan
SIMPULAN DAN SARAN keberadaan mikroorganisme
Berdasarkan hasil analisis pathogen atau bahan kimia dalam
statistik, maka kesimpulan dari pecel tumpang.
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar penjual pecel
tumpang adalah perempuan DAFTAR RUJUKAN
(100%), berumur 41-60 tahun
(65%), sebagai pemilik warung [1] Chandra B. Pengantar Kesehatan
(100%), lama kerja 1-5 tahun Lingkungan. Jakarta: EGC; 2006.
(60%). [2] Sukamto dan Supardi. Mikrobiologi
2. Praktik hygiene perorangan pada Dalam Pengolahan dan Keamanan
penjual pecel tumpang adalah cukup Pangan. Bandung: Alumni; 1999.
(80%). [3] Supraptini. Kejadian Keracunan
3. Kondisi lokasi dan bangunan (50%) Makanan dan Penyebabnya di
dan kondisi sanitasi peralatan Indonesia 1995-2000. Ekologi
(100%) adalah baik. Kesehatan. 2002;1:127–35.
4. Kondisi sumber air bersih adalah [4] Dinkes Provinsi Jatim. Profil
cukup (90%). Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
5. Kondisi tempat pembuangan 2014.
sampah dan limbah cair (50%) dan [5] Soewitomo S. 500 Resep Makanan
kondisi fasilitas sanitasi (50%) Terfavorit. Jakarta: PT Gramedia
adalah buruk. Pustaka Utama; 2011.
[6] Munir, Franklin N. Tata Laksana
Saran yang dapat disampaikan Higiene Hidangan, Keracunan
berdasarkan kesimpulan dari penelitian Hidangan, Jenis Bakteria. 2007;
ini adalah sebagai berikut: [7] Purnawijayanti HA. Sanitasi
1. Penjual pecel tumpang Higiene dan Keselamatan Kerja
meningkatkan praktik hygiene Dalam Pengolahan Makanan.
perorangan selama bekerja seperti Yogyakarta: KANISIUS; 2001.
162 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

[8] Susana D, Hartono B. Pemantauan [11] Adha HN, Yuliana Y, Waryono W.


Kualitas Makanan Ketoprak dan Pengelolaan Sanitasi di Kawasan
Gado-Gado di Lingkungan Kampus Pedagang Makanan Kaki Lima Kota
UI Depok Melalui Pemeriksaan Payakumbuh. Journal Home
Bakteriologis. Makara Seri Economic and Tourism.2016; 11(1)
Kesehatan. 2013;7 (1): 21-29. [12] Cahyaningsih CT, Kushadiwijaya H,
[9] Murwaningsih S. Penerapan Cuci Tholib A. Hubungan Higiene
Tangan Pakai Sabun di SDN II Kota Sanitasi dan Perilaku Penjamah
Karang Bandar Lampung. Jurnal Makanan Dengan Kualitas
Kesehatan. 2016;VII:148–55. Bakteriologis Peralatan Makan di
[10] Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi Warung Makan. Berita Kedokteran
Keracunan Makanan. Jakarta: EGC; Masyarakat. 2009; 25 (4): 180-188
2009.

Anda mungkin juga menyukai