Abstract
"J Ketering " is one of the informally jasaboga industry which serves 3000 employees
in an electronics manufactury in Cimanggis , Depok . The service was done every day
with a different kind of menu every day . If the food process was not well done, it is
likely to occur food contamination that it cause foodborne ilness, for the example is
poisoning food. This research was descriptive study that it aimed to knew foos
processing hygiene sanitation based on Hazard Analysis Critical Control Point (
HACCP ) in "J Ketering" Cimanggis , Depok West Java in 2013. The result in this
study found that “J Ketering” have hygiene sanitation which was not qualify.
Especially in the place of food processing, raw material storage, food preparation,
washing cutlery and cutlery storage that it still need to corrected, so “J Ketering”
enterprise can become jasaboga enterprise which can be trusted. In addition, in this
research was found critical control point to do control at every processing step and
bacteriological quality which was obtained still had bacteria on the cutlery and well-
done food, for the example rice and sauce.
Abstrak
“J Ketering” merupakan salah satu industri jasaboga informal yang melayani 3000
karyawan di sebuah pabrik elektronik di Cimanggis, Depok. Pelayanan dilakukan
setiap hari dengan jenis menu yang berbeda setiap harinya. Apabila proses
pengolahan makanan tidak dilakukan dengan baik dan benar maka besar
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi makanan yang menyebabkan terjadi penyakit
bawaan makanan, salah satunya adalah keracunan makanan. Penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu bertujuan untuk melihat higiene sanitasi penyelenggaraan makanan
berdasarkan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di “J Ketering”
Cimanggis, Depok Jawa Barat tahun 2013. Hasil yang didapat pada penelitian ini
yaitu bahwa “J Ketering” memiliki higiene sanitasi yang belum memenuhi syarat.
Terutama pada tempat pengolahan makanan, penyimpanan bahan mentah, penyajian
makanan, pencucian peralatan makan dan penyimpanan peralatan makan yang masih
perlu diperbaiki, sehingga usaha “J Ketering” menjadi usaha jasaboga yang dapat
dipercaya. Selain itu, ditemukannya titik kritis kendali yang harus dilakukan
pengendalian pada tiap tahapan proses pengolahan, serta kualitas bakteriologi yang
diperoleh masih ditemukannya bakteri pada peralatan makan dan makanan matang
pada nasi dan sambal.
pada beberapa peralatan yaitu 2 buah plato, makanan yang mengharuskan memiliki
1 buah sendok dan 3 buah mangkuk. Pada sudut dinding yang lengkung (konus)
peralatan masak tidak ditemukannya E.coli, tersedia ruang belajar, alat pembuangan
dan pada makanan matang yang diambil asap (exhaust) dan lemari pendingin yang
sebelum dilakukannya pendistribusian dapat mencapai -10°C.
hingga sebelum penghidangan terdapat Pada bangunan pengolahan
pertumbuhan kuman pada makanan nasi makanan “J Ketering” tidak memiliki
dan sambal. tempat yang khusus, ruangan cukup terbuka
dan tidak tertata secara baik. Banyak
Tabel 2. kemungkinan yang dapat terjadi dengan
Hasil Pemeriksaan Bakteriologi Makanan kondisi ruangan yang seperti ini yaitu
Sebelum Dilakukan Pengangkutan dan kontaminasi makanan melalui udara,
Sebelum Dihidangkan di “J Ketering” kontaminasi silang dari peralatan, dan dapat
Tahun 2013. membahayakan pekerja. Berdasarkan
Permenkes RI No.1096/2011 tentang
higiene sanitasi jasaboga pengolahan
makanan yang baik perlu memiliki tata
ruang yang baik pula, peran tempat
pengolahan makanan sangat penting dalam
melindungi makanan dari kontaminasi
pencemar. Sebagaimana halnya jika sebuah
proses makanan dilakukan diruang yang
terbuka, akan memudahkan bahaya fisik,
kimia dan biologi mengontaminasi
makanan yang sedang diolah. Menurut
Holah dan Thorpe (2003) di dalam buku
Sistem Manajemen HACCP tata letak
tempat pengolahan makanan sebaiknya
dibuat terpisah sesuai dengan tahapan
proses pengolahan.
Jasaboga yang memiliki kriteria Ulekan yang digunakan untuk
melayani kebutuhan masyarakat khusus mengolah sambal berbahan kayu.
untuk asrama jemaah haji, asrama transito, Umumnya peralatan masak berbahan kayu
pengeboran lepas pantai, perusahaan serta yang digunakan untuk mengolah makanan
angkatan umum dalam negri dengan tidaklah berbahaya, tetapi berdasarkan
pengolahan menggunakan dapur khus dan karakteristik kayu yang mudah menyerap
mempekerjakan tenaga kerja merupakan air dan mudah lembab akan menjadi
jasaboga golongan B. Tetapi, berdasarkan masalah jika tidak diperlakukan secara
penlaian kelaikan jasaboga “J Ketering” higiene. Hal ini telah dijelaskan dalam
termasuk dalam usaha jasaboga golongan (Winarno, 2002) bahwa peralatan yang
A1 tetapi dalam pelayanannya usaha digunakan untuk mengolah makanan tidak
jasaboga ini melayani pabrik yang menyerap air, begitu juga di dalam
seharusnya dilayani oleh golongan. Permenkes RI No.1096/2013 menjelaskan
Seharusnya ada perbaikan manajemen yang bahwa peralatan yang digunakan harus tara
harus dilakukan oleh jasaboga yang pangan (food grade) yaitu peralatan yang
melayani 3000 karyawan pabrik ini yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
berupa perbaikan tempat pengolahan
peralatan makan. Penirisan dan menbiarkan diperkirakan bahwa adanya faktor suhu,
peralatan kering dengan sendirinya lebih kelembaban, pH dan kebersihan yang
baik daripada menggunakan serbet, karena menyebabkan koloni meningkat pada saat
serbet yang digunakan tidak bisa dijamin proses pendistribusian (Saksono, 1986).
bebas dari bakteri yang dapat mengotori Suhu yang digunakan untuk menjaga
peralatan setelah pencucian. Oleh karena kualitas makananan harus sesuai dengan
itu penggunaan serbet pada saat jenis makanan yang akan dihidangkan, jika
pengeringan sebaiknya dihindari untuk makanan matang itu harus disajikan dengan
menjaga kontaminasi ulang dari serbet yang kondisi suhu yang tinggi maka harus
digunakan. Kandungan minyak yang disimpan dengan pengaturan suhu di atas
dibuang bersama air bungan akan 60°C sedangkan makanan yang disajikan
menyebabkan pencemaran terhadap badan dingin harus disimpan pada suhu dibawah
air juga air tanah yang ada disekitar 10°C. Kelembaban pada saat penyimpanan
pembuangan. Sebaiknya air buangan dari harus berada pada kelembaban yang
bekas pencucian diolah terlebih dahulu rendah, dan berada pada pH normal.
dengan melakukan proses penangkapan
lemak (grease trap). Kesimpulan
Pada peralatan makan yang Gambaran konstruksi bangunan “J
digunakan oleh “J Ketering” dilakukan Ketering” masih belum memenuhi syarat
pencucian secara masal, dan disimpan pada sebagai tempat pengolahan makanan yang
tempat dan kondisi yang tidak memenuhi baik.
syarat, tanpa rak penirisan, peralatan Gambaran higiene peralatan makan
disusun langsung diatas permukaan lantai dan peralatan maska yang digunkan “J
tanpa alas menjadi salah satu faktor Ketering” secara fisik sudah memenuhi
keberadaan bakteri pada peralatan makan. syarat, namun pada sendok penggoreng dan
Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa calat penggiling harus di perhatikan dalam
beberapa kemungkinan peralatan yang pemeliharaannya.
terkontaminasi oleh E.coli disebabkan oleh Dari keseluruhan petugas “J
pencucian yang tidak bersih, dan Ketering” pada umumnya berpendidikan
penyimpanan peralatan makan di atas lantai hingga tamat SMA. Tetapi hasil dari
dapur yang langsung kontak pada peralatan kuesioner menunjukkan tingkat
makanan dan ruangan yang kurang pengetahuan rendah sebesar 36%
memenuhi syarat. Hal ini jika tidak sedangkan berpengetahuan tinggi sebesar
dilanjuti akan menyebabkan resiko pada 64%, dan memiliki personal higiene yang
pencernaan karyawan pabrik yang kurang baik (khusus petugas pengolah
mengkonsumsi makanan dengan meng- makanan dan penyajian makanan)
gunakan peralatan yang telah Fasilitas sanitasi di “J Ketering
terkontaminasi oleh E.coli. kurang memenuhi syarat karena masih
Menurut Permenkes RI No. kurang lengkap yaitu tidak adanya tempat
1096/2011 menetapkan bahwa angka cuci tangan, WC peturasan yang dekat
kuman harus 0 (negatif), sehingga dapat dengan tempat pengolahan dan Kamar
diasumsikan terjadinya perkembangbiakan Mandi.
koloni kuman pada saat makanan dalam Dari seluru prinsip higiene sanitasi
proses pendistribusian, penyajian dan makanan yang dilakukan oleh “J Ketering”
penyimpanan makanan sebelum diperoleh hasil bahwa pada proses
dilakukannya penghidangan makanan pada penyimpanan bahan mentah dan penyajian
karyawan dan kejadian ini dapat