Anda di halaman 1dari 10

Cara Produksi Pangan…..

(Varadilla Nur’aini) 522

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK (CPPB) PADA PEMBUATAN JAMU


BERAS KENCUR DAN KUNYIT ASAM DITINJAU DARI NILAI MPN
Escherichia coli
A GOOD FOOD PRODUCTION METHOD ON “JAMU BERAS KENCUR” AND “KUNYIT
ASAM” BASED ON Escherichia coli MPN

Oleh: Varadilla Nur’Aini Putri1, Yuliati2, Tutiek Rahayu2, Lili Sugiyarto2


1
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY, 2 Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY
1
varadillanura@gmail.com, 2 yuliati_mkes_14@yahoo.com, 2 tutik_rahayu@uny.ac.id,
2
lili_sugiyarto@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan CPPB pada pembuatan jamu beras kencur dan kunyit
asam yang diproduksi oleh industri rumah tangga A di Depok, Sleman, Yogyakarta dan mengetahui perbedaan
kualitas mikrobiologis pada produk jamu beras kencur dan kunyit asam ditinjau dari nilai MPN Escherichia coli.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penentuan IRT dengan purposive sampling. Data diperoleh dengan
observasi serta pengisian lembar checklist tentang ketidaksesuaian sarana produksi pangan IRT yang dimodifikasi
dari BPOM RI dan lembar hygiene dan sanitasi yang dimodifikasi dari Depkes RI. Uji MPN bakteri Escherichia
coli dilakukan untuk mengetahui cemaran mikrobiologis di dalamnya. Uji MPN dilakukan pada produk jamu beras
kencur dan kunyit asam serta air sebagai bahan baku. Data hasil penelitian kemudian dianalisis secara deksriptif.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan CPPB pada industri rumah tangga tersebut masih berada di level IV.
Artinya, harus dilakukan evaluasi setiap hari. Pada penyajian setelah 4 jam, jamu beras kencur positif mengandung
bakteri Escherichia coli, sedangkan jamu kunyit asam negatif bakteri Escherichia coli.
Kata kunci: CPPB, Jamu beras kencur, Jamu kunyit asam, Escherichia coli

Abstract
This research aims are to know the implementation of a good food production method on “jamu beras kencur”
and “kunyit asam” produced by A home industry in “Depok, Sleman, Yogyakarta” and to know the difference of
microbiological quality in “jamu beras kencur” and “kunyit asam” at A home industry based on the value from
Escherichia coli MPN. The types of this research is a description research. The home industry was determined by
purposive sampling. The data obtained by means of observation and fill in the incompatibility of household food
production facility checklist modified from “BPOM RI” and hygiene and sanitation checklist modified from
“Depkes RI” The calculation of MPN test was done by a laboratory test to find the microbial contamination.
Sample of water, “jamu beras kencur”, and “kunyit asam” as their products used for the MPN test. The results of
this research showed that A home industry take place at forth on their implementation of a good food production
on “jamu beras kencur” and “kunyit asam” based on “BPOM” criteria. It means they should have an evaluation
every day. There is a difference in the microbiological quality on their products. “Jamu beras kencur” was
positively contaminated by Escherichia coli bacteria after 4 hours serving while “jamu kunyit” asam was not or
negative.
Keywords: A good food production method, “Jamu beras Kencur”, “Jamu kunyit asam”, Escherichia coli

PENDAHULUAN dalam bidang pangan. Indonesia memiliki banyak


Pangan menjadi salah satu kebutuhan produk pangan, baik makanan maupun minuman.
Salah satu produk minuman yang banyak
pokok manusia. Setiap orang membutuhkan
diminati sejak dahulu hingga sekarang adalah
pangan yang aman, bergizi, dan bermutu tinggi
jamu.
sehingga keamanan pangan menjadi hal penting
523 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No7 Tahun 2018

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun masih banyak menjual jamu tradisional
2010, menunjukkan bahwa 59,12% penduduk khususnya beras kencur dan kunyit asam.
Indonesia yang terdapat pada semua kelompok Produsen dan penjual jamu di daerah tersebut
umur, laki-laki dan perempuan, baik di desa belum memiliki Perijinan Industri Rumah Tangga
maupun kota pernah mengonsumsi jamu untuk (P-IRT), sehingga belum ada jaminan dari
menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan pemerintah bahwa jamu tersebut aman untuk
karena sakit. Bentuk sediaan jamu yang paling dikonsumsi masyarakat, dengan kata lain
banyak disukai penduduk adalah bentuk cair produsen atau penjual belum melaksanakan
(55%), diikuti seduhan serbuk (44%), CPPB. Cara Produksi Pangan yang Baik untuk
rebusan/rajangan (20,5%) dan bentuk Industri Rumah tangga (CPPB-IRT) merupakan
kapsul/pil/tablet (11,5%) (DepKes RI, 2010). pedoman yang berisi persyaratan-persyaratan
Hasil penelitian lain juga menyebutkan bahwa pada setiap ruang lingkup/aspek yang wajib
sebagian besar masyarakat (>50%) masih dipenuhi oleh produsen pangan olahan industri
mengonsumsi atau menggunakan jamu untuk rumah tangga untuk menghasilkan pangan olahan
menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang bermutu, aman, dan layak dikonsumsi.
(Andriati dan Wahyudi, 2016: 143). Berdasarkan Kedua jenis jamu (beras kencur dan kunyit
polling CNN Indonesia, sekitar 60% dari 295 asam) tersebut menggunakan bahan baku yang
responden mengaku lebih suka jamu beras kencur berbeda. Jamu beras kencur terbuat dari air
dibanding jamu lainnya, sedangkan di posisi ke- racikan gula, beras yang direndam semalaman, air,
dua, jamu kunyit asam menjadi jamu yang juga kencur, jahe, dan sedikit garam. Jamu kunyit
disukai responden Indonesia. Sekitar 22% asam terbuat dari gula, kunyit, dan asam.
responden memilih kunyit asam sebagai jamu Perbedaan bahan baku pada kedua produk jamu
favoritnya (Setyanti, 2017).
tersebut dapat mempengaruhi jumlah cemaran
Alona (2003) dalam Zulfa (2017: 5) Escherichia coli dalam produk jamu.
menyatakan bahwa jamu adalah ramuan unik Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7
untuk pengobatan herbal di Indonesia dan Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional
digunakan untuk mengobati apapun sesuai dalam Pasal 2 Ayat 1 menyebutkan bahwa obat
dengan efektifitas tanaman yang dikenal secara tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia
turun-temurun. namun tidak menutup wajib memiliki izin edar, tetapi pada Pasal 4
kemungkinan untuk masuknya kontaminan ke menyebutkan bahwa pengecualian dari ketentuan
dalam jamu tersebut akibat proses pengolahannya sebagaimana dimaksud Pasal 2 Ayat 1 yaitu
yang kurang memperhatikan hygiene. Peraturan terhadap obat tradisional yang dibuat oleh usaha
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
jamu racikan dan usaha jamu gendong. Hal ini
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 berarti, proses pembuatan jamu sebagian besar
tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional dilakukan secara tradisional belum menerapkan
menyatakan bahwa obat tradisional atau jamu CPPB karena tidak diwajibkan untuk memiliki
tidak mengandung mikroba patogen meliputi izin edar. Oleh karena itu, perlu diketahui
Escherichia coli, Salmonella spp, Shigella spp, pelaksanaan CPPB pada pembuatan jamu beras
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus kencur dan kunyit asam ditinjau dari nilai MPN
aureus. Bakteri Escherichia coli dipilih karena Escherichia coli agar mutu jamu beras kencur dan
jamu berbahan dasar air, sedangkan bakteri kunyit asam dapat diketahui.
Escherichia coli merupakan indikator utama
pencemar air yang akan menyebabkan penyakit
METODE PENELITIAN
diare jika jumlahnya melebihi standar baku mutu.
Jenis Penelitian
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang
Cara Produksi Pangan…..(Varadilla Nur’aini) 524

Penelitian ini merupakan penelitian ke laboratorium untuk di uji MPN bakteri


deskriptif. Escherichia coli.
2. Pembuatan Media LTB Triple dan Single
Waktu dan Tempat Penelitian Strength
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Media LTB single strength dibuat
Maret sampai April 2018. Tempat penelitian dengan menimbang media LTB sebanyak
untuk pengambilan sampel dan pengisisan lembar 35,6 gram dan dimasukkan ke dalam
checklist tentang ketidaksesuaian sarana produksi erlenmeyer. Akuades sebanyak 1 liter
IRT dan hygiene sanitasi adalah di industri A ditambahkan ke dalam erlenmeyer dan
jamu beras kencur dan kunyit asam, Depok, diaduk sampai homogen. Media dituang
Sleman, Yogyakarta dan tempat untuk melakukan ke dalam tabung reaksi yang telah
uji mikrobiologis di Balai Laboratorium terdapat tabung durham di dalamnya dan
Kesehatan (BLK). ditutup dengan kapas. Media diautoklaf
dengan suhu 121C selama 15 menit.
Subjek dan Objek Penelitian
Media didinginkan dalam suhu ruangan
Subjek penelitian ini adalah produsen lalu disimpan di lemari pendingin. Media
jamu beras kencur dan kunyit asam. Objek LTB triple strength dibuat dengan cara
penelitian yang digunakan adalah bakteri yang sama, tetapi dengan takaran lebih
Escherichia coli. banyak, yakni 3 kali lipat.
3. Pembuatan Media Escherichia coli (EC)
Prosedur
Broth
Penelitian ini menggunakan 3 sampel, Media EC broth dibuat dengan cara
yaitu sampel air sebagai bahan baku, produk jamu menimbang media sebanyak 37 gram dan
beras kencur, dan kunyit asam. Setiap sampel memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
digunakan ulangan sebanyak 3 kali. Tahapan Akuades sebanyak 1 liter ditambahkan ke
penelitian ini adalah: dalam erlenmeyer dan diaduk sampai
a. Penentuan lokasi dan sampel homogen. Media dituangkan ke dalam
Lokasi terletak di Depok, Sleman, tabung reaksi yang telah terdapat tabung
Yogyakarta. Sampel air diambil sebelum durham di dalamnya dan ditutup dengan
proses produksi dimulai, sedangkan sampel kapas. Media disterilisasi dengan autoklaf
jamu beras kencur dan kunyit asam diambil pada suhu 121C selama 15 menit dan
setelah proses produksi selesai. didinginkan.
b. Uji pelaksanaan CPPB 4. Pemeriksaan Air dan Sampel Jamu Beras
Uji pelaksanaan CPPB dilakukan Kencur dan Kunyit Asam
dengan melihat secara langsung proses Sampel air diuji dengan MPN ragam
pembuatan jamu beras kencur dan kunyit 5 tabung, sedangkan sampel jamu beras
asam di rumah pembuat jamu serta dengan kencur dan kunyit asam diuji dengan
mengisi lembar checklist tentang MPN ragam 3 tabung.
ketidaksesuaian sarana produksi IRT yang a) Uji Dugaan
dimodifikasi dari BPOM RI Tahun 2012 dan Hari pertama, tabung media
lembar checklist hygiene dan sanitasi yang disusun sesuai dengan ragam yang
dimodifikasi dari Depkes RI Tahun 2004. dipakai. Ragam 5 tabung
c. Uji Mikrobiologi menggunakan 15 tabung yang disusun
1. Pengambilan Sampel seri, sedangkan ragam 3 taung
Sampel diambil dengan menggunakan 9 tabung. Sampel
menggunakan botol steril secara aseptik, dikocok sebanyak 25 kali sampai
dimasukkan ke dalam boks, dan dibawa homogen. Sampel air sebanyak 10 ml
525 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No7 Tahun 2018

dimasukkan ke dalam 5 tabung LTB diinkubasi pada suhu 44C  0,5C


triple strengh secara aseptik. Sampel selama 24 jam  2 jam.
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam Hari keempat, tabung diperiksa
5 tabung LTB single strengh dan 0,1 dan dicatat ada tidaknya gas yang
ml sampel dimasukkan ke dalam 5 terbentuk pada tabung fermentasi EC.
tabung LTB single strength Reaksi konfirmasi atau positif
berikutnya. Sampel beras kencur dan Escherichia coli apabila terbentuk
kunyit asam, dimasukkan ke dalam gelembung dan sebaliknya. Jumlah
tabung media dengan konsentrasi 1 tabung fermentasi EC yang positif
untuk 3 tabung pertama, 0,1 untuk 3 kemudian dikalkulasi nilai MPN-nya.
tabung berikutnya, dan 0,01 untuk 3 5. Pembacaan Hasil Pemeriksaan
tabung terakhir. Tabung yang berisi Laboratorium
media dan sampel air dikocok Pembacaan hasil dari uji penegasan
perlahan agar larut dan homogen. dilakukan dengan menghitung jumlah
Tabung diinkubasi pada suhu 35C  tabung yang menunjukkan adanya gas
0,5 selama 24  2 jam. (tabung positif). Angka yang diperoleh
Hari kedua, tabung dikeluarkan dicocokkan dengan tabel formula Thomas
dari inkubator. Masing-masing tabung ragam 5-5-5 dan tabel formula Thomas
dikocok dan diperiksa pertumbuhan ragam 3-3-3.
bakterinya dengan melihat indikator
Teknik Pengumpulan Data
gas dan reaksi asam (warna tampak
Data primer diperoleh dari observasi
kuning) yang timbul. Tabung
secara langsung di industri jamu A, Depok,
diinkubasi kembali apabila terdapat
Sleman, Yogyakarta. Data sekunder diperoleh
gas atau reaksi asam dan diperiksa
dari mengkaji dasar teori dan informasi dari
lagi setelah 24 jam berikutnya.
berbagai narasumber (wawancara, jurnal
Hari ketiga, pertumbuhan
penelitian, buku, dan lain-lain) yang relevan
bakteri dicatat dengan melihat ada
dengan penelitian.
tidaknya indikator yang timbul, yakni
timbul gas dan produksi asam. Teknik Analisis Data
Indikator yang terbentuk pada tabung Data yang diperoleh dari hasil observasi
waktu 48  3 jam menunjukkan reaksi dianalisis secara deskriptif.
dugaan positif (reaksi presumptive)
dan dilanjutkan dengan uji penegasan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabung yang tidak menunjukkan
Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
pertumbuhan bakteri, artinya reaksi
negatif dan tidak dilanjutkan ke uji Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
penegasan. adalah suatu pedoman yang menjelaskan
b) Uji Penegasan bagaimana memproduksi pangan agar bermutu,
Hari ketiga, tabung yang aman, dan layak untuk dikonsumsi (BPOM RI,
menunjukkan pertumbuhan bakteri 2003). Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
dikocok untuk meresuspensi pada pembuatan jamu beras kencur dan kunyit
organisme. Bakteri yang telah asam mengacu pada Keputusan Kepala BPOM RI
tersuspensi dalam media, dipindahkan No. HK.00.05.5.1639 tentang Pedoman CPPB-
dengan menggunakan ose (1 ose IRT.
penuh) ke dalam tabung fermentasi
EC broth. Semua tabung positif
diperlakukan sama. Tabung
Cara Produksi Pangan…..(Varadilla Nur’aini) 526

pembuatan baik jamu beras kencur maupun


Tabel 1. Jenis, Jumlah, dan Spesifikasi Bahan kunyit asam dalam keadaan baik. Keadaan
Baku Jamu Beras Kencur rimpang (kencur, jahe, dan kunyit) tergolong
No. Bahan Baku dan Bahan Komposisi masih segar, begitu pula dengan bahan-bahan
Tambahan Pangan lainnya. Beras yang dipakai juga merupakan
Bahan Baku beras yang utuh dan bagus.
1. Beras  ¼ kg
2. Kencur 1 rimpang Ketidaksesuaian Kondisi IRT dengan
3. Air  1,5 liter Pedoman CPPB
4. Jahe 2 rimpang
5. Cengkeh Secukupnya Uji ketidaksesuaian dengan menggunakan
6. Kayu manis Secukupnya lembar checklist digunakan untuk mengetahui
7. Daun serai Secukupnya elemen-elemen dalam IRT yang belum sesuai
8. Daun jeruk Secukupnya dengan standar baku.
9. Pandan 1 helai daun
Tabel 3. Ketidaksesuaian Kondisi Industri A
Bahan Tambahan Pangan
10. Gula jawa Secukupnya terhadap Aspek CPPB
Fre-
11. Gula pasir Secukupnya Jenis
Elemen kuen-
Ketidak Standar Level
12. Garam  1,5 sendok (hasil si
sesuai- Baku IRT
makan observasi) Eva-
an
luasi
Tabel 1 menjelaskan bahwa jamu beras Ruangan
kencur terbuat dari bahan baku berupa beras, produksi
kencur, air, jahe, cengkeh, kayu manis, daun serai, sempit,
Ruangan
sukar
daun jeruk, dan daun pandan serta Bahan produksi
dibersihkan,
seharusnya
Tambahan Pangan (BTP), yakni gula jawa, gula Mayor dan
cukup luas
digunakan
pasir, dan garam. Komposisi secukupnya adalah untuk
dan mudah
bahan baku maupun BTP dipergunakan sesuai dibersihkan
produksi
dengan kebutuhan serta dapat pula tidak produk
Seti-
selain jamu Level
digunakan. ap
Air yang IV
hari
Tabel 2. Jenis, Jumlah, dan Spesifikasi Bahan Air bersih
kontak
Baku Jamu Kunyit Asam langsung
berasal dari
dengan
No. Bahan Baku dan Bahan Komposisi suplai yang
pangan
tidak bersih
Tambahan Pangan Kritis sebelum
(mengan-
diproses
Bahan Baku dung
harus
Escherichia
1. Kunyit  1 kg coli)
memenuhi
persyaratan
2. Asam  ¼ kg air bersih
3. Air  1,6 liter Berdasarkan tabel 4 terdapat
Bahan Tambahan Pangan ketidaksesuaian sebanyak 2 elemen, yaitu 1
1. Gula pasir Secukupnya mayor dan 1 kritis. Ketidaksesuaian mayor
2. Garam Secukupnya maksudnya adalah berpotensi untuk
Tabel 2 menjelaskan bahwa jamu kunyit mempengaruhi efisiensi pengendalian keamanan
asam terbuat dari bahan baku berupa kunyit, asam, produk pangan. Ketidaksesuaian kritis adalah
dan air serta BTP, yakni gula pasir dan garam. penyimpangan terhadap persyaratan dalam CPPB
Komposisi secukupnya adalah bahan baku yang akan mempengaruhi keamanan produk
maupun BTP dipergunakan sesuai dengan pangan secara langsung dan/atau persyaratan
kebutuhan serta dapat pula tidak digunakan. yang harus dipenuhi (BPOM RI, 2012).
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel Ruangan produksi tidak didesain khusus
1 dan 2, seluruh bahan yang digunakan dalam untuk produksi jamu beras kencur dan kunyit
527 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No7 Tahun 2018

asam, melainkan untuk memasak produk lain dan


digunakan untuk tidur. Ruangan yang sempit dan Tabel 4. Hasil Penilaian Hygiene dan Sanitasi
Nilai Krite-
banyak terdapat barang-barang di dalamnya Hygiene ria
membuat ruangan sulit untuk dibersihkan. No. Aspek Kriteria
dan Bobot
Volume air yang tersedia juga terbatas sehingga Sanitasi (%)
menyebabkan proses produksi kurang maksimal. Lingkungan
tempat Kurang
Peralatan yang digunakan tidak tercuci dengan 1. 44,44 <70
pembuatan baik
bersih dan air juga digunakan untuk kegiatan lain, jamu
seperti cuci tangan dan bahan baku produk. Fasilitas dan
Berdasarkan kedua ketidaksesuaian tersebut, kegiatan Kurang
2. 44,44 <70
Hygiene dan baik
IRT termasuk ke dalam level IV karena masih sanitasi
memiliki ketidaksesuaian kritis. Artinya, IRT Keadaan Kurang
3. 55,56 <70
harus melakukan evaluasi dengan frekuensi setiap Bangunan baik
hari untuk memperbaiki elemen-elemen yang Peralatan
proses Kurang
masih menyimpang. Permasalahan yang termasuk 4. 66,67 <70
pembuatan baik
dalam ketidaksesuaian mayor dan kritis dapat jamu
diperbaiki dengan menyediakan suplai air yang Bahan dan
Cukup
jumlahnya tidak terbatas dengan membedakan 5. sumber 83,33 7-0-89
baik
jamu
antara air yang digunakan untuk cuci tangan, Kesehatan
mencuci peralatan, dan memasak. Industri A juga dan Hygiene
harus membuat ruangan yang terpisah dan Pekerja saat Cukup
6. 83,33 70-89
dikhususkan untuk membuat jamu saja. proses baik
Pembuatan
Jamu
Hygiene dan Sanitasi
Berdasarkan tabel 4, nilai total hygiene dan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI sanitasi yang didapatkan adalah sebagai berikut:
No.715/Menkes/SK.2003, hygiene sanitasi
makanan adalah upaya untuk mengendalikan ∑ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎
faktor makanan, orang, tempat, dan peralatannya x 100%
∑ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑖𝑘
yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
32
kesehatan (Sucipto, 2015: 183). Data hasil x 100% = 62,75%
51
observasi hygiene dan sanitasi pada industri jamu
A adalah sebagai berikut: Hasil persentase menunjukkan bahwa
tingkat hygiene dan sanitasi yang ada pada proses
produksi jamu termasuk kurang baik. Hygiene
dan sanitasi dilakukan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya kontaminasi akibat
cemaran dari luar maupun dari penjamah produk
sendiri sejak sebelum diproduksi, selama proses
pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
penjualan, sampai makanan siap dikonsumsi.
Berdasarkan hasil penilaian pada tabel hygiene
dan sanitasi, kriteria yang sudah memenuhi syarat
atau mendapat skor 3, yaitu keadaan jamu,
kesehatan pekerja pembuat jamu, dan perilaku
pekerja, sedangkan kriteria lain tidak terpenuhi.
Berikut adalah pemaparan dari criteria-kriteria
tersebut.
Cara Produksi Pangan…..(Varadilla Nur’aini) 528

dengan baik untuk mencegah penumpukkan


debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, serta terbuat dari bahan
a. Lingkungan Tempat Pembuatan Jamu yang tahan lama, dan mudah dibersihkan.
Lokasi pembuatan terletak di sebuah Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap
dapur yang menyatu dengan kamar tidur. air, rata, halus, kuat, tahan lama, tidak mudah
Tempat sampah terbuka dan berada di dalam mengelupas, bewarna terang dan mudah
ruangan produksi jamu. Tempat pembuatan dibersihkan. Pintu dan jendela harus dibuat
jamu tidak memiliki saluran pembuangan dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata,
limbah. Pembuangan limbah akan dilakukan halus, bewarna terang, dan mudah dibersihkan.
dengan memasukkan limbah hasil produksi ke
dalam ember. Menurut BPOM, lokasi d. Peralatan Proses Pembuatan Jamu
pembuatan jamu harus berada di tempat yang Wadah yang digunakan terbuat dari
bebas dari pencemaran, bebas dari sarang bahan yang cukup kuat. Lumpang terbuat dari
hama, dan tidak berada di daerah sekitar kayu, panci terbuat dari stainlees steel, dan
pembuangan sampah. Industri rumah tangga botol terbuat dari plastik, tetapi botol yang
seharusnya berada di tempat yang selokannya digunakan adalah botol bekas air mineral
berfungsi dengan baik. sehingga kurang memenuhi syarat. Peralatan
yang dipakai selama proses pengolahan jamu
b. Fasilitas dan Kegiatan Hygiene dan Sanitasi sudah dicuci terlebih dahulu, tetapi peralatan
Peralatan yang digunakan hanya dibasuh dicuci dengan menggunakan sabun detergen
menggunakan air dari ember yang setelah yang tidak seharusnya dipergunakan untuk
dipakai kemudian digunakan kembali untuk mencuci peralatan memasak. Menurut BPOM,
proses berikutnya. Tempat cuci tangan dan peralatan produksi seharusnya terbuat dari
sabun tidak terdapat di dalam ruang produksi bahan yang kuat, tidak berkarat, dan mudah
jamu. Menurut BPOM, fasilitas hygiene dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan.
penjamah seperti tempat cuci tangan harus Permukaan yang kontak langsung dengan
tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu pangan seharusnya halus, tidak bercelah, tidak
dalam keadaan bersih. mengelupas, dan tidak menyerap air.
c. Keadaan Bangunan e. Bahan dan Sumber Jamu
Ruang produksi tidak terlalu luas dan Bahan yang digunakan berasal dari
sulit dibersihkan karena terdapat barang- bahan yang sehat karena menggunakan bahan-
barang lain yang bukan termasuk barang bahan alami, tetapi tidak disebutkan untuk
produksi. Lantai di tempat produksi jamu spesifikasinya. Bahan yang digunakan
terbuat dari bahan keramik, kedap air, halus, biasanya dibeli di pasar sehari sebelum
dan bewarna terang, tetapi lantai dapat dilakukan proses pembuatan. Produk jamu
sewaktu-waktu menjadi licin akibat dari air yang dihasilkan bersih dan tidak terdapat
yang tumpah selama proses pembuatan. kotoran didalamnya. Menurut BPOM, jenis,
Langit-langit pada ruang produksi terbuat dari jumlah, spesifikasi bahan baku, dan bahan
bahan tripleks dan terdapat bagian yang penolong harus ditentukan serta bahan tidak
mengelupas. Dinding ruangan terbuat dari batu rusak.
bata. Dinding bewarna cukup terang, yakni
merah muda dan biru muda. Pintu terbuat dari f. Kesehatan dan Hygiene Pekerja saat
kayu dan jendela terbuat dari kaca. Menurut Melakukan Pembuatan Jamu
BPOM, ruangan produksi seharusnya cukup Pembuat jamu beras kencur dan kunyit
luas dan mudah dibersihkan. Lantai asam dalam keadaan sehat. Pembuat jamu
seharusnya terbuat dari bahan kedap air, rata, menggunakan pakaian sehari-hari saat
halus, tetapi tidak licin, kuat, dibuat miring membuat jamu, tangan terlihat bersih, dan
untuk memudahkan pengaliran air, dan mudah tidak sedang mengunyah makanan saat bekerja.
dibersihkan. Langit-langit harus didesain Menurut BPOM, pekerja harus dalam keadaan
529 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No7 Tahun 2018

sehat, menjaga kebersihan badannya, Metode MPN tiga seri tabung (ragam 3-3-3)
mengenakan pakaian kerja/celemek lengkap hanya menggunakan media LTB single strengh
dengan penutup kepala, sarung tangan dan saja, serta konsentrasi sampel yang digunakan
sepatu kerja serta pakaian dan adalah 1; 0,1; dan 0,01. Konsentrasi diperoleh
perlengkapannya hanya dipakai untuk bekerja. dengan cara melakukan pengenceran antara 1 ml
Pekerja harus selalu mencuci tangan dengan sampel dengan 9 ml NaCl.
sabun sebelum memulai kegiatan mengolah Tanda positif pada pengujian MPN bakteri
pangan, sesudah menangani bahan mentah Escherichia coli dapat diketahui dari adanya
atau bahan/alat yang kotor dan sesudah keluar gelembung yang ukurannya 30% atau lebih di
dari toilet/jamban. Pekerja tidak boleh bekerja dalam tabung durham dan terjadi perubahan
sambil mengunyah makanan, minum, merokok, warna pada media. Perubahan warna pada media
meludah, bersin atau batuk kearah pangan, dan terjadi karena bakteri Escherichia coli yang
mengenakan perhiasan seperti cincin, gelang, tumbuh memfermentasi laktosa menjadi asam dan
kalung, arloji, dan peniti. gas. Gelembung menunjukkan terjadinya
metabolisme pada bakteri tersebut. Tanda positif
Uji MPN Bakteri Escherichia coli juga dapat dilihat dengan membandingkan tabung
uji dengan kontrol yang ditanami bakteri
Metode Most Probable Number (MPN)
Escherichia coli sebagai kontrol positif dan
merupakan salah satu metode yang digunakan
Staphylococcus sp. sebagai kontrol negatif.
untuk analisis kuantitatif pada produk pangan.
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa
Hasil penilaian MPN Escherichia coli dari sampel
bahan baku air yang digunakan untuk pembuatan
adalah sebagai berikut:
jamu serta produk jamu kunyit asam tidak
Tabel 5. Hasil Uji MPN Bakteri Escherichia coli
mengandung cemaran bakteri Escherichia coli,
pada Air Bahan Baku, Jamu Beras
sedangkan jamu beras kencur mengandung
Kencur, dan Kunyit Asam
bakteri Escherichia coli. Nilai MPN yang
Nama Hasil Baku
No. Satuan didapatkan, yakni <1,8/100 ml untuk air bahan
Sampel Uji Mutu
Air baku, sedangkan jamu kunyit asam <3/ml.
1. bahan MPN/100ml <1,8 0 Artinya, pada saat uji penegasan, tidak ditemukan
baku bakteri Escherichia coli di dalam tabung atau
Jamu sama dengan 0 (nol). Angka <1,8 dan <3
2. beras MPN/ml >1100 0 merupakan angka yang paling kecil pada tabel
kencur MPN ragam 5 dan ragam 3, sehingga hasilnya
Jamu tidak dapat menunjukkan angka 0. Oleh karena
3. kunyit MPN/ml <3 0 itu, dapat diartikan bahwa kedua sampel sudah
asam sesuai dengan standar baku mutu yang detetapkan,
Metode MPN yang digunakan dalam yakni Escherichia coli harus negatif. Jamu beras
penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu MPN 3 kencur mendapat nilai sebesar >1100/ml yang
seri tabung untuk menguji sampel jamu dan 5 seri artinya jumlah bakteri sudah melebihi batas aman.
tabung untuk menguji sampel air bahan baku. Nilai tersebut didapatkan dari tabel ragam 5 yang
MPN dengan 3 seri tabung digunakan untuk berarti ditemukan bakteri Escherichia coli di
menguji bahan pangan berupa produk minuman seluruh tabung saat uji penegasan, sehingga jamu
maupun minuman dalam kemasan, sedangkan beras kencur tidak sesuai standar baku mutu.
MPN 5 seri tabung digunakan untuk menguji air Berdasarkan nilai yang didapatkan, hal ini
minum maupun air bersih. Jumlah tabung yang dapat terjadi karena air yang digunakan sebagai
dipakai pada metode MPN 3 seri tabung, yaitu 9 bahan baku adalah air galon dimana seharusnya
tabung, sedangkan jumlah tabung untuk metode depot isi ulang sudah memperhatikan standar
MPN 5 seri tabung adalah 15 tabung. Metode baku mutu dari air yang diperjual belikan.
MPN 5 seri tabung (ragam 5-5-5) menggunakan Perbedaan hasil uji MPN bakteri Escherichia coli
media LTB triple strengh dan LTB single strengh, pada kedua produk jamu (beras kencur dan kunyit
serta konsentrasi sampel yang diuji, yaitu 1. asam) dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu
Cara Produksi Pangan…..(Varadilla Nur’aini) 530

selama proses pembuatan jamu beras kencur tidak aspek suplai air bersih agar kualitas jamu
dimasak/direbus kembali, sedangkan pada jamu lebih terjamin.
kunyit asam akan direbus sampai mendidih di 2. Penjamah jamu perlu memperhatikan kembali
akhir proses pembuatannya. Kunyit mengandung perilaku hygiene dan sanitasinya selama
beberapa zat aktif yang memiliki kemampuan proses produksi jamu beras kencur dan kunyit
antibakteri yang tinggi (eugenol dan kurkumin). asam.
Eugenol dan kurkumin dalam kunyit berperan 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
penting sebagai antimikroba (Rahayu, 2016: 203). harus lebih aktif dalam melakukan pembinaan
Menurut Rahayu (2016), kurkumin sebagai dan monitoring secara intensif mengenai cara
senyawa fenolik bisa berinteraksi dengan dinding menjaga hygiene dan sanitasi untuk mencegah
sel bakteri, terabsorbsi dan penetrasi ke dalam sel timbulnya kontaminasi oleh sumber pencemar
bakteri sehingga menyebabkan presipitasi, terhadap produk yang dihasilkan.
denaturasi protein, dan membran sel bakteri akan
DAFTAR PUSTAKA
lisis. Kerusakan membran sel bakteri
menyebabkan terganggunya transport nutrisi Andriati, Wahyudi R.M. Teguh. 2016. Tingkat
(senyawa dan ion) melalui membran sel sehingga Penerimaan Penggunaan Jamu Sebagai
sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi yang Alternatif Penggunaan obat Modern
dibutuhkan bagi pertumbuhannya. Cikrici et al. pada Masyarakat Ekonomi Rendah-
(2008) menambahkan bahwa aktivitas antibakteri Menengah dan Atas. Jurnal Masyarakat,
kurkumin dapat menghambat pertumbuhan Kebudayaan dan Politik. 29(3): 143.
Escherichia coli penyebab penyakit diare akut BPOM RI. 2003. Keputusan Kepala Badan
(Rahmawati, 2013: 27). Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.5.1639
SIMPULAN DAN SARAN tengtang Pedoman Cara Produksi
Pangan yang Baik unutk Industri Rumah
Simpulan
Tangga (CPPB-IRT). Jakarta: Badan
Berdasarkan hasil penelitian dapat Pengawas Obat dan Makanan.
disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan CPPB pada pembuatan jamu _______. 2012. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik
beras kencur dan kunyit asam yang
Indonesia Nomor
diproduksi oleh industri A di Kecamatan
HK.03.1.23.04.12.2205Tahun 2012
Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat
berdasarkan BPOM RI No. Produksi Pangan Yang Baik Untuk
HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 masih Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan
berada di level IV dan harus melakukan Pengawas Obat dan Makanan.
evaluasi setiap hari.
DepKes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional.
2. Ada perbedaan kualitas mikrobiologis pada Jakarta: DepKes RI.
jamu beras kencur dan kunyit asam pada
industri A Kecamatan Depok, Kabupaten _________. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
DepKes RI.
Sleman, Yogyakarta ditinjau dari nilai MPN
bakteri Escherichia coli. Jamu kunyit asam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
sudah memenuhi standar baku mutu, Nomor 7 Tahun 2012. Registrasi Obat
sedangkan pada jamu beras kencur setelah 4 Tradisional. 13 Februari 2012. Jakarta.
jam penyajian masih terdapat bakteri Rahayu, I. D., 2016. Kajian Sensitifitas Zat Aktif
Escherichia coli yaitu sebanyak >1100 sel/ml. Jamu-jamuan Sebagai Antibiotik Alami
dalam Pakan Terhadap Bakteri dalam
Saran Feses Ayam Kampung. Jurnal Seminar
1. Penjamah jamu perlu memperhatikan Nasional dan Gelar Produk.
pedoman CPPB sebelum memproduksi jamu Rahmawati, Nurina, Edhy Sudjarwo, dan Eko
yang akan diperjual belikan terutama pada Widodo, 2013. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Herbal terhadap Bakteri
531 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No7 Tahun 2018

Escherichia coli. Jurnal ilmu Peternakan. Zulfa, E. 2017. Hubungan Ekuitas Merek dengan
24(3): 24-28. Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Jamu Segar di Warung Jamu
Setyanti, C. A. 2017. 56 Persen Orang Indonesia
Ginggang Yogyakarta. Skripsi.
Tak Lagi Minum Jamu.
Yogyakarta: Fakultas Pertanian
http://www.cnnindonesia.com. 20
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Desember 2017 (19:22).
Sucipto, C. D. 2015. Keamanan Pangan untuk
Kesehatan Manusia. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai