Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU HIGIENE SANITASI

PENJAMAH MAKANAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI KOMPLEK MMTC


KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

DISUSUN OLEH :

Sashi Pangestuty, Janna Widya Sari Limbong,


Maya Saufinah Pane, Risna, Yulizar Sukma
Rani

Dosen Pengampu: Meutia Nanda SKM., M.KES

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT MEDAN
2022
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU
HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN PADA PEDAGANG
KAKI LIMA DI KOMPLEK MMTC KECAMATAN PERCUT SEI
TUAN
Meutia Nanda1, Sashi Pangestuty2, Janna Widyasari Limbong3, Risna4, Yulizar Sukma Rani5, Maya
Saufinah Pane6
1,
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara

ABSTRAK

Latar Belakang: Makanan dan minuman menjadi suatu kebutuhan yang harus di lengkapi
setiap manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga makanan yang kita makan harus
memenuhi standar mutu dalam pengolahan makanan, hal ini di lakukan agar makanan
tersebut terhindar dari berbagai kontaminasi yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Sering sekali kita melihat di lapangan bahwa masih banyak terjadinya kasus keracunan
makanan dari penjamah makanan terutama pedagang kaki lima, hal ini dikarenakan higiene
sanitasi yang masih kurang diperhatikan. Oleh karena itu, kualitas makanan akan ditentukan
dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian makanan. Tujuan:
yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku higiene sanitasi
penjamah makanan pada pedagang kaki lima di Komplek MMTC. Jenis Penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu memperoleh gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku pedagang kaki lima
yang dilakukan pada bulan Oktober Tahun 2022 di Jalan Williem Iskandar, tepatnya di
Komplek MMTC. Metode: Pengambilan sampel yaitu simple random sampling dengan jumlah
sampel 30 pedagang kaki lima. Hasil: Didapatkan bahwa terdapat Hubungan signifikan antara
pengetahuan (p= 0,000) dengan perilaku (p= 0,000) dengan perilaku hygiene sanitasi
pedagang kaki lima yang ada di Komplek MMTC. Saran: Bagi Pemerintah setempat,
diharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk pemberian peralatan alat pelindung diri
bagi pedagang kaki lima sebagai percontohan. Bagi Pedagang Kaki lima, di harapkan kepada
PKL agar memperhatikan dan menyediakan sarana hygiene sanitasi seperti tempat
pembuangan sampah dan air yang mengalir.

Kata Kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, hiygiene, sanitasi, pedagang kaki lima
ABSTRACT

Background: Food and drink are a necessity that must be fulfilled by every human being in everyday
life. So that the food we eat must meet quality standards in food processing, this is done so that the
food is protected from various contaminations that can cause health problems. Very often we see in
the field that there are still many cases of food poisoning from food handlers, especially street vendors,
this is due to lack of attention to sanitation hygiene. Therefore, the quality of food will be determined
from the selection of food ingredients, storage, processing and presentation of food. Purpose: namely
to determine the relationship between knowledge, attitudes and hygiene and sanitation behavior of
food handlers at street vendors in the MMTC Complex. This type of research is descriptive in nature,
namely obtaining an overview of the knowledge, attitudes and behavior of street vendors which was
conducted in October 2022 on Jalan Williem Iskandar, to be precise at the MMTC Complex. Method:
Sampling is simple random sampling with a total sample of 30 street vendors. Results: It was found
that there was a significant relationship between knowledge (p=0.000) and behavior (p=0.000) with
the hygiene and sanitation behavior of street vendors in the MMTC Complex. Suggestion: For the
local government, it is hoped that there will be assistance from the government to provide personal
protective equipment for street vendors as a pilot. For street vendors, it is hoped that street vendors
will pay attention and provide sanitation and hygiene facilities such as landfills and running water.

Keywords: knowledge, attitude, behavior, cleanliness, sanitation, street vendors

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap insan wajib memenuhi kebutuhan dasar akan makanan dan minuman dalam
kehidupannya sehari-hari. Agar makanan yang kita makan bebas dari kotoran yang tidak
dibutuhkan tubuh, maka harus memenuhi standar kualitas dalam pengolahan makanan.
Masalah kesehatan dapat diakibatkan oleh keseimbangan internal yang terganggu, seperti
makan makanan yang tercemar atau menggunakan bahan yang terkontaminasi.

Berdasarkan UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan bahwa


peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan memalui banyak macam
kegiatan ,salah satunya adalah keamana makanan dan minuman .Dalam upaya pengamanan
makanan dan minuman yang mana lebih ditingkatkan dan pemantapan upayakesehatan
secara berhasil guna dan berdaya guna .semua itu adalah upaya buat melindungi masyarakat
dari makanan dan minuman yang mana tidak memenuhinya persyaratan yang bermutu
(Depkes RI, 2009)

Orang yang menjalankan unit usaha mikro kecil di pinggir jalan untuk menjual barang
tanpa izin usaha biasanya di sebut pedagang kaki lima. PKL adalah orang yang memproduksi
dan menjual jasa atau barang dalam memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan kelompok
pelanggan tertentu dalam masyarakat. Mereka biasanya memiliki modal yang terbatas. Upaya
tersebut dilakukan di tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana informal (Eridian
dalam Sudaryanti: 2000).

Berdasarkan data (Rakersda DIY, 2019) mencantumkan 1 anak meninggal setiap 20


detik dikrenakan sanitasi yang rendah berakibat permasalahan tersebut , kemudian bayi
meninggal sebelum usia 2 tahun yang disebabkan diare setiap harinya sebanyak 300 bayi ,
dan balita meninggal di karenakan diare dalam setahun sebanyak 750 ribu , begitu juga
dengan anak yang bisa di selamatkan dengan mengakses sanitasi dan air yang baik
pertahunnya sebanyak 1,5 juta , sanitasi yang buruk penyebab pravelensi stunting tinggi
memperoleh 36 % pada anak di Indonesia .

Adanya escherichia coli merupakan salah satu indikator yang menjadikan pencemaran
makanan yang bisa menimbulkan masalah penyakit akibat makanan (food borne diseases). Dalam
hal ini sanitasi dan hygiene merupakan 2 hal yang wajib berperan dalam menentukan kualitas
3
makanan agar terhindarnya indikator tersebut dalam menimbulkan penyakit akibat makanan
(Food borne diasease)
Higiene sanitasi merupakan aspek yang perlu di perhatikan pedagang warung makanan
dalam membuat atau memproduksi makanan . Menurut Wahyunanto dan Topowijono
(2018),Higiene sanitasi wajib diterapkan di seluruh tempat yang menjual atau memproduksi
pangan ,baik berupa minuman maupun makanan . Di Keputusan KEMENKES No.1098 Tahun
2003 tentang persyaratan higiene sanitasi rumah makan dan restoran, Ialah “Upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan”. (Moh. Taufik, Angga Dwi Prasetyo,
2021)

Menurut BPOM Tahun 2017 mencatat sebanyak 5.293 orang terpapar keracunan
pangan yang di sebabkan dari mikrobiologi. Sedangkan (KLB) atau kejadian luar biasa yang
telah di laporkan jumlah orang meninggal terdapat 3 orang dan orang sakit sejumlah 2.041 .
Tahun 2018 kejadian KLB mencatat sebanyak 2.409 orang dirawat, 2.880 orang rawat jalan
dan 121 orang meninggal dunia.
Di Kecamatan Percut Sei Tuan tepatnya di Komplek MMTC, Higiene dan sanitasi
pada penjamah makanan merupan permasalahan yang ada pada pedagang kaki lima masih
kurang diperhatikan oleh para penjamah makanan, hal ini dapat dilihat dari segi pengolahan
makanan yang belum memenuhi standar syarat sanitasi yang baik. Hal tersebut dikarenakan
masih kurangnya Pengetahuan pedagang kaki lima tentang bagaimana aturan mengelolah
makanan yang , para pedagang kaki lima terhadap sanitasi penyediaan air bersih dalam
berjualan yang mana kurang memperhatikanya .
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas, hasil pengamatan yang di dapat dari
pendahuluan atau observasi awal peneliti menemukan masih kurangnya perhatian tentang
higiene dan sanitasi makanan serta higiene personal saat mengolah makanan. Seperti tidak
mencuci tangan setelah memegang uang kembalian, masih banyaknya yang menggunakan
alat tetapi tidak di bersihkan kembali menggunakan sabun, kemudian sarana jualan tidak
adanya air yang mengalir, yang ada hanya air tampungan di dalam wadah, dan masih
banyaknya responden yang tidak memakai celemek seperti tidak memakai topi /penutup
kepala dengan alasan ribet,tidak memperhatikan suhu penyimpanan makanan dan tidak
memakai sarung tangan sekali pakai .
B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini penulis merumuskan pemasalahan berdasarkan uraian diatas
adalah “Bagaimanakah hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku higiene sanitasi
pedagang makanan tentang pengolahan sanitasi makanan di Jalan Williem Iskandar,
Komplek MMTC Kecamatan Percut Sei Tuan?”

4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran umum tentang hubungan


pengetahuan,sikap dan perilaku tentang pengelolahan sanitasi
makanan pedagang kaki lima .
2. Tujuan khusus
a. Untuk memahami hubungan pegetahuan sanitasi
pengelolahan makanan pedagang kaki lima
b. Untuk memahami sikap pedagang kaki lima tentang Sanitasi
Pengolahan Makanan
c. Untuk memahami perilaku pedagang kaki lima tentang
Sanitasi Pengolahan Makanan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Mendapatkan penjelasan seputar gambaran pengolahan makanan pada pedagang
kaki lima Di Jalan Williem Iskandar, Tepatnya di komplek MMTC, Sumatera
Utara agar menambah pengetahuan sanitasi khususnya sanitasi pengolahan
makanan oleh penulis .
2. Bagi Pedagang
Sebagai bahan masukan untuk pedagang supaya lebih meningkatkan
penerapan sanitasi pengolahan makanan pada pedagang kaki lima.
3. Bagi Instansi
Sebagai bahan rujukan untuk mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara jurusan Kesehatan Masyarakat dalam data penelitian selanjutnya
terutama pengolahan makan pada pedagang kaki lima Kecamatan Percut Sei
tuan, Tepatnya di Komplek MMTC Tahun 2022.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Higiene dan Sanitasi


Menurut KEMENKES, melindungi dan menjaga kebersihan seseorang
dianggap sebagai praktik kebersihan yang baik. Misalnya, mencuci tangan agar
tetap bersih, membersihkan piring agar tetap bersih, dan makanan yang busuk
di buang untuk menjaga kelengkapan makanan secara keseluruhan.
Keracunan makanan dapat dihindari sebagian dengan mempraktikkan
sanitasi makanan yang baik. Sebelum pangan diproduksi, selama pengolahan,
penyimpanan, dan pengangkutan, hingga masyarakat umum dan pelanggan
dapat mengkonsumsi pangan tersebut, dilakukan upaya pencegahan
(Permenkes RI 2011).
Mengacu kepada aturan yang dibuat KEMENKES
NO.942/MENKES/SK/VII/2003 Terkait Pedoman Persyaratan Hygiene
Sanitasi Makanan Jajanan, terdapat beberapa komponen penting yang perlu
diperhatikan dalam meningkatan keamanan pangan (Peraturan Pemerintah
2003).
1. Penjamah Makanan
Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan
penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain :
a. Tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit perut sejenisnya;
b. Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya);
c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian;
d. Memakai celemek, dan tutup kepala;
e. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
f. Menjamah makanan harus memaka i alat/ perlengkapan, atau dengan
alas tangan;
g. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung,
mulut atau bagian lainnya);
h. Tidak batuk atau bersin di hadap an makanan jajanan yang disajikan
dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.

6
2. Peralatan
Peralatan penyiapan dan penyajian makanan jajanan harus diubah dan
standar higiene sanitasi harus dipenuhi. Setelah digunakan, peralatan
dibersihkan menggunakan sabun dan air bersih , dikeringkan kain bersih atau
denga pengering, kemudian ditaruh di tempat yang bebas akan polusi.
Gunakan hanya sekali peralatan dengan risiko Anda sendiri.
3. Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian
Dalam membuat makanan jajanan harus memakai air yang memenuhi
syarat dan standar hygene sanitasi yang berlaku untuk air minum atau air
besih .Untuk membuat minuman diwajibkan memakai air bersih yang di
masak hingga mendidih .bahan-bahan yang digunakan menjadi makanan
jajanan harus dalam keadaan baik mutunya,tidak kadaluwarsa,tidak cacat atau
rusak,memiliki segar dan tidak busuk .ketentuan dalam perundang-undangan
juga berlaku dan harus seusai pada penolong makanan dan penambah
makanan ketika dipakai dalam pengelolahan makanan dan jajanan .Makanan
jajanan yang dibawa wajib dalam kondisi terbungkus dan tertutup di dalam
wadah yang bersih . Bahan mentah harus terpisah wadahnya dari makanan
jajanan yang digunakan sehingga terlindung dari pencemaran .Makanan
jajanan wajib kembali diolah setelah siap di oleh lebih dari 6(enam) jam
apabila masih dalam keadaan baik sebelum di sajikan kembali .

4. Sarana Penjamah makanan


Makanan jajanan yang dijual oleh sarana pedagang /penjaja harus
dikonstruksi dengan sedemikian rupa untuk dapat melindungi makanan dari
kontaminasi. Konstruksi sarana penjajah makanan harus memenuhi
persyaratan yaitu antara lain :
a. Mudah dibersihkan;
b. Terdapat tempat air bersih, tempat penyimpanan bahan makanan,
penyimpanan makanan jadi/siap disajikan, penyimpanan peralatan, tempat cuci
(tangan , bahan makanan,alat), serta tempat pembuangan sampah.
Perbedaan hygiene dan sanitasi yaitu hygiene lebih mengarahkan pada
k e g i a t a n manusia, sedangkan sanitasi lebih mengutamakan pada faktor-

7
faktor lingkungan hidup manusia. Yang mana Tujuan dibuatnya usaha
hygiene dan sanitasi adalah mencegah munculnya penyakit dan keracunan
hingga gangguan kesehatan lain sebagai akibat dari adanya interaksi faktor-
faktor lingkungan hidup manusia.
Hygiene sendiri adalah upaya mempelajari pengaruh kondisi
lingkungan pada kesehatan manusia dalam kesehatan masyarakat sehingga
terjaminnya kesehtatan yang mana hal ini dapat timbul untuk upaya
mencegah munculnya penyakit akibat pengaruh lingkungan kesehatan yang
buruk sehingga mendapat lingkungan yang baik. Dengan kata lain hygiene
merupakan usaha kesehatan preventif yang lebih menitikberatkan pada
kegiatan usaha kesehatan individu maupun usaha kesehatan pribadi manusia.
B. Higiene Penjamah Makanan
Penjamah makanan merupakan orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan
sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan
sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan
penyakit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadaan sehat dan terampil.

C. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini melalui pancaindra manusia,
yaitu; indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata terjadi
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
D. Sikap
Respon tertutup terhadap stimulus objek disebut sikap .Seseorang tidak dapat secara
langsung mrngamati sikpa sesorang dari rangaiannya .Namun,hanya prilaku tertutup yang
dapat digunakan untuk mengantisipasi maknanya. (Notoatmodjo 2014).
Dikutip oleh (Notoatmodjo 2014) yang mana Menurut Allport, 3 komponen pokok

yang dimiliki oleh sikap yaitu

8
a. ide dan konsep terhadap suatu objek ,Kepercayaan (keyakinan),

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara langsung bersama sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting.
E. Perilaku
Perilaku menurut bahasa merupakan berasal dari kata laku yamng mana berarti suatu
tindaakan ataupun perbuatan dan pola tingkah laku. Perilaku adalah suatu hal yang sulit
untuk dirumuskan dikarena perilaku manusia bukan suatu hal yang konstan tetapi selalu
berkembang dan bukan saja ditentukan oleh sistim organik biologis atau aluri saja tetapi juga
ditentukan oleh akal dan jiwamanusia.
Tindakan seseorang merupakan pleksis dari beberapa sudut pandang maupun nonfisik
seseorang,dengan penjelasan pengertian dari perilaku dapat dijelaskan bahwa
memberikan responden terhadap situasi di luar objek yang dapat di batasi sebagi suatu
keadaan jiwa .
Responden tersebut bisa pasif tampa melakukan apapun ,ada pula aktif dengan
melakukan sesuatu ,di mana dalam hal ini responden bisa digolongkan menjadi 3
golongan ,berikut adalah 3 golongan responden :

1. bisa mengetahui kondisi atau rangsangan dari luar, (Di dalam pengetahuan) .
2. presepsi batin terhadap kondisi atau rangsangan, (Di dalam bentuk sikap)
3. melakukan sesuatu yang jelas terhadap kondisi atau rangsangan eksternal. (Di dalam
bentuk tindakan)
Dalam Ketiga bentuk perilaku yang diinginkan dapat terlaksana dengan upaya atau
menumbuhkan perilaku tertentu dari setiap individu . Dengan Perubahan perilaku tertentu
guna melaksanakan kebiasaan hidup sehat merupakan tujuan yang serah dengan tujuan pendidikan
kesehatan .

F. Kerangka Konsep
Higiene Sanitasi
Pedagang Kaki Lima Pedagang
-Pengetahuan Hygiene
Kaki Lima sanitasi
-Sikap Kebersihan diri
-Tindakan
-
Penjamah Makan
- Peralatan
- Penyajian
9
G. Defenisi Operasional
1. No. Pengetahuan Pedagang Kaki Lima (X1)
Variabel Defenisi Alat Ukur HasilUkur
1 Pengetahuan mengenai Segala sesuatu yang Kuesioner Tinggi 44 - 68
Kebersihan diri, diketahui oleh Rendah 17 - 43
peralatan, penyajian pedagang kaki lima
dan sarana mengenai kebersihan
diri, peralatan,
penyajian, dan sarana
2. No. Sikap Pedagang Kaki Lima (X2)
Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur
1 Sikap hygiene segala sesuatu Kuesioner Baik 31- 40
pedagang terhadap respon dalam Kurang baik
kebersihan menilai, dan 20- 39
diri, Peralatan, penyajian menanggapi sikap
Hygiene terhadap
Kebersihan diri,
Peralatan dan sarana
3. No. Tindakan Pedagang Kaki Lima (Y)
Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur
1 Tindakan mengenai Suatu tindakan mengenai Kuesioner Baik 45-58
Kebersihan diri, kebersihan diri yang tepat Buruk 29- 44
Peralatan, penyajian, dengan pedoman hygiene
Dan sarana sanitasi makanan jajanan,
baik berupa dalam hal
peralatan, penyajian dan
sarana yang dilakukan oleh
pedagang kaki lima .

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu bersifat deskriptif dengan mengetahui paparan
pedagang kaki lima tentang pengetahuan, sikap dan perilaku higiene sanitasi pengolahan
makanan yang dilakukan di Komplek MMTC, kecamatan percut sei tuan.

10
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di kecamatan Percut Sei Tuan, Jalan Wiliem Iskandar,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Komplek MMTC, dengan
kurun waktu pengambilan data pada bulan Oktober 2022.
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data pengumpulan data primer dilakukan dengan cara
mengamati langsung terhadap sarana/fasiltas yang ada di lokasi penelitian dan
melakukan wawancara dengan pedagang kaki lima secara langsung dengan kuesioner.
2. Alat Penelitan/Instrument
Alat dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
pedagang kaki lima untuk dijawab oleh para pedagang.
D. Populasi Penelitian
Dari penelitian ini terdapat populasinya adalah semua pedagang kaki lima yang
menggunakan sarana gerobak untuk menjual makanan Di Jalan Williem Iskandar, Tepatnya
di Komplek MMTC. Tidak terdaftanya jumlah populasi pedagang kaki lima di Kecamatan
Percut Sei Tuan jalan williem iskandar, dari hasil berdasarkan tinjauan langsung kelapangan
yang di lakukan oleh peneliti , terdapat 30 pedagang kaki lima disimpulkan . Diantaranya
yaitu penjual bakso bakar dengan gerobak.

E. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh ditabulasi, kemudian di analisa secara deskriptif dengan
cara menggunakan rumus Kategori data memakai Rumus Interval, yaitu :

Lebar Kelas atau


Interval Rumus :
Xn-X1
C= k
Ket
: C = Lebar kelas/interval
K = Banyaknya Kelas
Xn = Nilai Observasi Terbesar
X1 = Nilai Observasi Terkecil

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat
a) Pengetahuan

Tabel 1. Distribusi dan Presentase Pengetahuan terhadap kebersihan diri,


peralatan,penyajian dan sarana PKL (X1).

Pengetahuan Frequensi Persentase


Rendah 9 30,0
Tinggi 21 70,0
Total 30 100,0

Sebanyak 30,0 % (9 orang) responden pengetahuan terhadap kebersihan diri, peralatan,


penyajian dan sarana dikategorikan rendah dan 70,0 % (21 orang) respondenpengetahuan
tentang peralatan, penyajian, dan sarana di kategorikan tinggi. Dari hasilini dapat diambil
bahwa tingkat pengetahuan tentang peralatan, penyajian dan sarana yang ada pada pedagang
kaki lima di Komplek MMTC, dapat di katakan sudahbaik dengan hasil penelitian pengetahuan
tentang hygiene sanitasi pengolahan makanan yaitu 70,0%.
Dari hasil penelitian diatas , semua aspek tentang pengetahuan kebersihan diri seperti
manfaat dan perlunya kebersihan diri, dampak kebersihan makanan yang buruk terhadap tubuh
serta bagaimana cara menjaga kebersihan diri sudah dikatakan baik. Karena peneliti menemukan
pengetahuan tentang hygiene atau keberishan diri pedagang kaki lima sudah baik ,dan para
pedagang kaki lima juga tau penyakit akibat tidak baiknya kebersihan diri .
b) Sikap
Tabel 2. Distribusi dan Presentase Sikap hygiene terhadap Kebersihan diri, Peralatan,
Penyajian dan sarana PKL (X2)

Sikap Higiene Sanitasi ( X2)


Sikap Frequensi Persentase
Rendah 10 33,7
Tinggi 20 66,7
Total 40 100,0
Sebanyak 33,3 % (10 orang) responden yang memiliki sikap tentang Kebersihan diri,
peralatan, penyajian, dan sarana PKL di kategorikan rendah dan 66,7% (20 orang) responden
sikap terhadap Hygiene sanitasi di klasifikasikan tinggi. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
tingkat sikap terhadap kebersihan diri dapat dikatakan sudah baik karena jumlah responden
yang sikapnya tinggi lebih banyak daripada sikap responden yang masih rendah.
Dari 30 responden (100 %) yang memiliki sikap terhadap kebersihan rata-rata responden
setuju dalam menanggapi kebersihan diri di wajibkan memakai sabun sebelum menjajakan
makanan dan penjamah makanan telah setuju bahwa tidak di perkenankan menjamah makanan
ketika sedang sakit, bersin, batuk. Kemudian

12
terdapat rata-rata responden setuju dalam menanggapi bahwa sarana berjualan di wajibkan
terdapat sarana pembuangan sampah dan selalu menjaga kebersihan ditempat berjualan.
Dari hasil responden yang masih rendah sikapnya terhadap peralatan danpenyajian sebanyak
33,3 % (10 responden) yaitu, masih adanya responden yang tidak menggunakan peralatan
pendukung jualan seperti tidak menggunakan sarung tangan atau alat bantu jualan seperti
celemek dan penutup kepala dengan alasan ribet. Kemudian dalam hal penyajian, sebagian
penjual masih memanaskan kembali makanan sisa jualan sebelumnya yang tidak habis.
Sedangkan dalam hal saranakebanyakan responden tidak menyediakan air yang mengalir tetapi
hanya terdapat air tampungan di dalam wadah.
Tabel 3. Distribusi dan Presentase Perilaku hygiene terhadap kebersihan diri, Peralatan,
Penyajian dan sarana PKL (Y)

Prilaku Higiene Sanitasi Pedagang (Y)


Perilaku Frequensi Persentase

Kurang Baik 13 43,3


Baik 17 56,7
Total 30 100

Sebanyak 43,3 % (13 orang) responden terhadap Perilaku tentang Hygiene sanitasi Pedagang
dikategorikan kurang baik, dan 56,7 % (17 orang) responden terhadap prilaku dikategorikan
baik. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa tingkat prilaku Hygiene sanitasi Pedagang kaki
lima di Komplek MMTC, bisa dikatakan sudah sangat bagus dikarena jumlah responden yang
prilaku nya tinggi yaitu 17 orang dengan hasil penelitian prilaku mengenai hygiene sanitasi
ialah 56,7%.
Dari 30 responden (100%) yang memiliki perilaku hygiene terhadap kebersihan diri yaitu,
banyaknya responden yang setuju bahwa di wajibkan menutup luka dan bisul ketika menjamah
makanan. Dan 30 responden (100 %) setuju bahwa ketika berjualan di haruskan menjaga
kebersihan tangan, kuku, dan pakaian ketika sedang menjamah makanan.
Kemudian dari hasil responden yang masih rendah perilakunya terhadap peralatan, penyajian
dan sarana sebanyak 13 responden (43,3%) yaitu, masih banyaknya responden yang setuju
terhadap sarana sanitasi air mengalir, tetapi karena keterbatasan tempat maka penjamahhanya
menggunakan air tampungan di dalam wadah. Dan rendahnya kesadaran akan mencucitangan
setelah memegang uang kembalian lalu menjamah makanan kembali.

13
2. Analisis Bivariat (Hasil uji Chi-square)
a. Tabel 4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Hygiene sanitasi Pedagang Kaki
lima di Komplek MMTC Tahun 2022

Pengetahuan (X1) Asymp sig r


Total / p Value
Rendah Tinggi
F % f % f %

Prilaku Kurang 9 30 4 13 13 43
Higiene baik
sanitasi 0,000 0,749
pedagang (Y)
Baik 0 0 17 57 17 57

Total
9 30 21 70 30 100

Berdasarkan Uji statistik antara Pengetahuan dengan Perilaku Hygiene sanitasi


responden diperoleh p= 0,000 (<0,05), maka hal tersebut bisa disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku hygiene sanitasi pedagang kaki lima. Hal ini
juga sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh (Kahlasi, Febriani, and Chasanah 2019)
dengan judul higiene sanitasi pedagang dengan perilaku pedagang makanan jajanan di
Sekolah Dasar Kecamatan Banguntapan Bantul Yogyakarta, dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku pedagang makanan
jajanan (p value 0,004).
Dimana pengetahuan yang rendah dan Perilaku hygiene sanitasi kurang baik terdapat
9 responden, dan pengetahuan yang rendah dan perilaku hygiene sanitasi baik tidak ada. Dan
kemudian pengetahuannya tinggi dan perilaku hygiene nya kurang baik terdapat 4 responden,
dan pengetahuannya tinggi dan perilaku hygiene baik terdapat 17 responden.
pertanyaan pengetahuan tentang peralatan mayoritas masih dikatakan kurang baik.
Dikarenakan masih banyaknya responden yang menjawab peralatan yang telah digunakan
tidak dicuci ulang menggunakan sabun, tetapi hanya dibersihkan dengan air yang ada di
tampungan wadah dengan air yang tidak mengalir.
Hal ini searah juga dengan penelitian Maywat (2019) yang menerangkan bahwa
hygiene penjamah makanan jajanan sebagian besar baik sebanyak 58,5% dan kurang baik
41,5%. Menurut peneliti, Meningkatnya tingkat pengetahuan terhadap perilaku hygiene
sanitasi pedagang maka akan semakin tinggi pula tingkat kesadaran pengetahuan terhadap
prilaku hiygiene sanitasi juga akan semakin baik, dan sebaliknya semakin pengetahuannya
rendah maka prilaku hygiene sanitasi pedagang juga akan cenderung menurun atau rendah.

14
b. Tabel 5 Hubungan antara Sikap Hygiene Sanitasi Pedagang Kaki Lima dengan Perilaku
Hygiene sanitasi Pedagang di Komplek MMTC tahun 2022

Sikap Higiene Sanitasi


(X2) Total asymp sig R
/ p values
rendah Tinggi
f % f % f %
Prilaku kurang
9 30 4 13 13 43
Higiene baik
Sanitasi Baik 1 3 16 53 17 57 0,000 0,666
Pedagang
(Y)
Total 10 33 20 67 30 100

Berdasarkan uji statistik antara Sikap hygiene sanitasi dengan Perilaku Hygiene
sanitasi pedagang kaki lima diperoleh p= 0,000 (<0,05), maka dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat hubungan antara sikap hygiene pedagang dengan perilaku hygiene sanitasi
pedagang. Dimana sikap hygiene sanitasi yang rendah dan perilaku hygiene sanitasi kurang
baik terdapat 9 responden, dan sikap yang rendah dan prilaku hygiene sanitasi baik hanya
terdapat 1 responden. Dan kemudian sikap yang baik dan perilaku nya kurang baik terdapat 4
responden, dan sikap yang tinggi dan prilaku hygiene baik terdapat 16 responden.
Menurut peneliti, berdasarkan sikap dengan praktik hygiene dan sanitasi pedagang
pada tempat pengelolaan makanan, hal ini terlihat antara responden yang mempunyai perilaku
kurang baik lebih besar daripda perilaku hygine yang baik yaitu sebesar 57%. Hal ini juga
searah dengan penelitian (Novita Sari, 2020) bahwa dari 28 responden yang memiliki sikap
negatif ditemukan 24 responden (85,7%) memiliki tindakan hygiene makanan rendah,
sedangkan 4 responden (14,3%) memiliki tindakan yang tinggi. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p-value = 0,000 (p<0,05) artinya yaitu, ada hubungan bermakna antara sikap dengan
tindakan hygiene makanan di SD Kartika dan SD Negeri 08 Padang tahun 2019.
Menurut Amalia, I. S., Rohaeni, E., & Muriawati, D. (2015) di dalam jurnal
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik Hygiene Sanitasi Penjamah Makanan Di
Kecamatan Kadugede, bahwa praktik yang baik di pengaruhi oleh sikap yang baik pula,
kemudian faktor pendorong yang paling berperan dalam praktik hygiene dan sanitasi
makanan adalah pengawasan dalam menerapkan prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan,
baik dilakukan oleh pemilik tempat pengelolaan makanan maupun dari pihak lain misalnya
dari petugas kesehatan lingkungan puskesmas.

15
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN

A. Kesimpulan
1. Ada Hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku hygiene sanitasi
pedagang kaki lima di Jalan williem iskandar, Komplek MMTC tahun 2022.
2. Ada hubungan signifikan antara sikap Hygiene sanitasi Pedagang dengan Perilaku
Hygine sanitasi Pedagang kaki lima di Jalan williem iskandar, Komplek MMTC tahun
2022.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang ditunjukkan kepada masyarakat
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang maupun kepada pemerintah terkait.
Adapun saran yang diberikan yaitu:
1. Di harapkan pemerintah setempat meberikan adanya bantuan berupa peralatan
pelindung diri bagi pedagang kaki lima .
2. Bagi Pedagang Kaki lima, di harapkan kepada PKL agar memperhatikan dan
menyediakan sarana hygiene sanitasi seperti tempat pembuangan sampah dan air yang
mengalir.
3. Sosialisasi dan penyuluhan tentang hygiene sanitasi pengolahan makanan pada
pedagang kaki lima di butuhkan .
4. Bagi pedagang kaki lima hygiene sanitasi pengelolahan makanan perlu ditingkatkan dari
segi kebersihan dirinya,kebersihan peralatan ,kebersihan sarana dan kebersihan penyajian.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. E. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik Hygiene Sanitasi Penjamah
Makanan Di Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan Tahun 2013. Jurnal Ilmu
Kesehatan Bhakti Husada:Health Sciences Journal,4(2), 52-57.
Arrazy, S. A. (2020). Analisis Hiegiene Dan Sanitasi Pengolahan Makanan Pada Pedagang Makanan
Di Pasar Tradisional Kota Medan.
Augustin, E. (2015). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Higiene Sanitasi Pedagang
Makanan Jajanan Di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur
Tahun 2014.
Bagiastra, D. S. (2019). Pemahaman dan Penerapan Personal Hygiene dan Sanitasi Pada Anak-Anak
Sekolah Minggu di Banjar Tri Paratha Perumnas Tanjung Karang Mataram.
Darmapala, L. (2019). Higiene Sanitasi Makanan Pada Pedagang Kaki Lima Di Dusun Darmaji Desa
Darmaji Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2019. Doctoral
Dissertation Poltekkes Kemenkes Kupang.
Green LW, K. M. (2000). Health Promotion Planning: An Education and Environment Approach.
Montain View-Toronto London. Mayfield Publishing Company.
Hikmah, N. A. (2022). Kajian Hygiene Sanitasi Warung Lesehan di Jalan Malioboro Kota Yogyakarta
Tahun 2021. Doctoral dissertation,Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Sari, A. (2021). Evaluasi Hiegiene Sanitasi Pecel Pithik dii Desa Kemiren Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096
Tahun 2011 Serta Analisis Risiko Terhadap "Food Borne Disease" Di Masyarakt
(Doctoral dissertation. Universitas Airlangga.
Sary A N, H. &. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keamanan Pangan dengan
Tindakan Hygiene Penjaja Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar. Jurnal
Endurance :Kajian Ilmiah Problema Kesehatan 5(3),, 550-556.
Tarigan, S. (2019). tingkat pengetahuan, sikap dan prilaku higiene sanitasi pengolahan makanan pada
pedagang kaki lima di kelurahan lau cimba kecamatan kabanjahe kabupaten karo
tahun.
Yulizar, M. (2014). Hubungan Karakteristik Pedagang Makanan Kaki Lima Dengan Hygiene Sanitasi
Makanan di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun
2014 . Doctoral dissertation,Universitas Teuku Umar Meulaboh.

17

Anda mungkin juga menyukai