Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN PUSKESMAS

F2 - KESEHATAN LINGKUNGAN

KEGIATAN 1

1. Tanggal : 14 Desember 2020


2. Judul laporan: Hygiene dan Sanitasi Pangan
3. Peserta Hadir : Masyarakat
4. Latar belakang
Sanitasi adalah salah satu upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
hygiene berdampak pada pencemaran lingkungkan yang dapat menyebabkan penularan
beragam penyakit seperti diare, disentri, hepatitis A, tifus, polio, cacingan, dan bahkan
dapat menyebabkan kekurangan gizi. Pencemaran lingkungan akibat limbah industri,
limbah sampah, kotoran manusia, akan mencemari proses pengolahan makanan ditambah
dengan pola kebersihan dan kesehatan perorangan yang tidak baik, misalnya tidak
mencuci tangan pakai sabun, sebelum dan sesudah makan, atau setelah buang air besar
akhirnya menyebabkan penularan penyakit penyakit pada manusia.
Hingga kini, masalah sanitasi di Indonesia masih menjadi perkara pelik yang
berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat serta keseimbangan lingkungan.
Pembangunan sarana sanitasi yang layak masih relatif rendah dan tak sebanding dengan
jumlah penduduk. Menurut World Health Organisation (WHO), Indonesia menempati
peringkat ketiga negara yang memiliki sanitasi terburuk/tidak layak pada 2017. Untuk
mencegah dan menanggulangi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan akibat
pangan, maka diperlukan upaya dalam mengendalikannya baik dari faktor makanan,
orang, tempat maupun perlengkapannya dalam pengolahannya atau disebut sebagai
Hygiene Sanitasi Pangan (HSP).
Dilaksanakannya HSP ini didasarkan pada UU No. 18 tahun 2012 tentang pangan pasal
70 dan 71, dimana sanitasi pangan dilakukan agar pangan aman dari sejak pembuatan,
penyajian, hingga dikonsumsi. Dan setiap orang yang terlibat dalam rantai pangan wajib
mengendalikan risiko bahaya pada pangan, baik yang berasal dari bahan, peralatan,
sarana produksi, maupun dari perseorangan sehingga keamanan pangan terjamin.
5. Permasalahan
Salah satu kelompok populasi masyarakat yang memiliki resiko tinggi terhadap sanitasi
makanan yang tidak terjaga adalah keluarga. Makanan maupun minuman yang
dikonsumsi keluarga dapat menjadi sumber penularan penyakit bila tidak terjaga
kebersihannya mulai dari persiapan, pembuatan, penyajian, hingga dikonsumsi dan
perilaku atau kebiasaan hidup sehat dari anggota keluarganya.
6. Perencanaan dan pemilihan intervensi
Kegiatan HSP ini dilakukan dengan metode permainan mengelompokkan gambar
mengenai kegiatan yang baik dan buruk terkait hygiene dan sanitasi pangan. Dilanjutkan
dengan permainan mengurutkan gambar untuk menjelaskan bagaimana alur terjadinya
suatu penyakit yang dipengaruhi oleh hygiene dan sanitasi pangan. Dengan metode ini
peserta diajak untuk berfikir bersama sehingga diharapkan peserta dapat lebih antusias
sehingga dapat lebih mudah mengerti dan menerapkan perilaku sehat dalam
mengkonsumsi makanan serta dapat lebih baik dalam memilih dan mengolah makanan
yang akan dikonsumsi.
7. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Hygiene dan Sanitasi Pangan ini dilaksanakan di Balai Desa
Pabedilan Kidul Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Bentuk kegiatan
berupa permainan mengelompokkan gambar, peserta berperan aktif untuk
mengelompokkan gambar dan diharapkan dapat membedakan kegiatan baik dan buruk
terkait hygiene dan sanitasi pangan, menjawab beberapa pertanyaan seputar kebersihan
sanitasi dan pangan. Kemudian dilanjutkan dengan permainan mengurutkan gambar
menjadi alur terjadinya penyakit terkait hygiene dan sanitasi pangan dan diharapkan
peserta menjadi semakin mengerti bagaimana kebersihan makanan dapat berdampak pada
kesehatan.
Waktu dan Tempat pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 14 Desember 2020
Tempat : Balai Desa Pabedilan Kidul
Waktu : 09.00 – selesai
Sasaran Penyuluhan : Sasaran kegiatan HSP ini ditujukan pada masyarakat dan kader
Desa Pabedilan Kidul.
Metode : Metode yang digunakan adalah penyuluhan dalam bentuk permainan kelompok
serta tanya jawab dan diskusi dengan peserta. Permainan ini berupa gambar berbagai
perilaku, lalu peserta diminta mengelompokkan mana gambar yang merupakan kebiasaan
baik ataupun buruk. Jika menemukan gambar yang menunjukkan kebiasaan buruk, maka
peserta diminta untuk menjelaskan bagaimana sebaiknya perilaku yang baik. Selain itu
juga terdapat gambar-gambar yang menunjukkan alur penyakit yang bersumber dari
sanitasi buruk secara acak, lalu peseta diminta mengurutkannya.
8. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan dimulai dengan sambutan dan perkenalan dari pihak Desa Pabedilan Kidul
sebagai penyedia kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dan perkenalan dari
pihak Puskesmas Pabedilan sebagai pelaksana kegiatan. Setelah itu dilanjutkan kegiatan
inti, yakni permainan, mulai dari persiapan alat dan penjelasan peraturan permainan.
Kemudian masyarakat dibentuk 2 kelompok, masing-masing kelompok dipilih 1
perwakilan yang akan maju dan mengelompokkan gambar kegiatan baik dan buruk terkait
hygiene dan sanitasi pangan setelah berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Setelah itu,
dilanjutkan dengan permainan mengurutkan gambar menjadi alur terjadinya penyakit
terkait hygiene dan sanitasi pangan

Selama kegiatan berlangsung peserta dapat mengikuti permainan dengan baik, peserta
terlihat sangat antusias mengikuti permainan tersebut. Masyarakat Pabedilan Kidul
mampu mengelompokkan kegiatan baik dan buruk, serta mengidentifikasi terjadinya
suatu penyakit terkait dengan hygiene dan sanitasi pangan dengan sangat baik. Diakhir
permainan pelaksana juga melakukan review serta tanya jawab agar peserta dapat
mengingat kembali terhadap materi yang sudah didiskusikan selama permainan.
Diharapkan peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di kehidupan sehari-hari.
KEGIATAN 1I

1. Tanggal : 30 Desember 2020


2. Judul laporan: Inspeksi Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan
3. Peserta Hadir : Masyarakat
4. Latar belakang
Rumah makan merupakan tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum ditempat usahanya. Rumah makan
ini timbul dan berkembang sejalan dengan berkembangnya masyarakat dalam
melayani kebutuhan konsumen. Hal ini bila tidak ditunjang dengan pengolahan
makanan yang higienes dan kondisi sanitasi yang baik maka akan menyebabkan
gangguan kesehatan. Pengusaha rumah makan di Indonesia sebagian besar masih
belum mengerti betul perihal persyaratan higiene sanitasi yang erat hubungannya
dengan kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruhdalam
bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakatsebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 47 yang
dilaksanakan melalui bebagai kegiatan diantaranya adalah pengamanan makanan dan
minuman.Berdasarkan pengertiannya yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu
upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia. Di dalam Undang-Undang Kesehatan No.23
tahun 1992 pasal 22 disebutkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui
peningkatan sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap
bentuk atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk
perubahan perilaku. Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanandan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai
dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, sampai pada saat di mana makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Dalam kegiatan proses produksi
makanan dan minuman, Tindakan hygiene sanitasi yang merupakan bagian dari
kesehatan lingkungan juga analisis bahaya dan titik pengendalian kritis (HACCP :
Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan salah satu upaya penting untuk
menghindari pencemaran terhadap hasil produksi. Terdapat enam prinsip hygiene dan
sanitasi yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan makanan dan minuman
yaitu pemilihan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak,
pengangkutan makanan dan penyajian makanan.
5. Permasalahan
Dari hasil pengamatan dan pendataan di desa Pabedilan Kidul terdapat beberapa
Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT). Namun Pangan Industri Rumah Tangga (P-
IRT) tersebut masih kurang memerhatikan hygiene sanitasi terutama dalam hal
pengolahan makanan dan penyimpanan makanan masak.
6. Perencanaan dan pemilihan intervensi
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan pengawasan berkesinambungan
terhadap semua P-IRT dapat dilakukan dengan inspeksi sanitasi tempat pengelolaan
makanan. Di Puskesmas Pabedilan, inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
dilakukan terhadap P-IRT Rumah Makan Aroma
7. Pelaksanaan
A. Bentuk Kegiatan
Pemeriksaan TPM dan konseling terkait sanitasi P-IRT
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (IS-TPM)
dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Desember 2020
Waktu : Pukul 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : P-IRT Rumah Makan Aroma
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah P-IRT Rumah Makan Aroma
8. Monitoring dan evaluasi
Dari kegiatan yang telah dilakukan, Sebagian besar poin sanitasi di P-IRT Rumah
Makan Aroma sudah baik meskipun penilaian terdapat beberapa hal yang perlu
diperbaiki untuk kedepannya, seperti mengenakan masker ketika masak, rajin cuci
tangan serta penggunaan lem lalat untuk mencegah transmisi penyakit melalui lalat.
KEGIATAN III

1. Tanggal : 05 Januari 2021


2. Judul laporan: Inspeksi Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan
3. Peserta Hadir : Masyarakat
4. Latar belakang
Rumah makan merupakan tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum ditempat usahanya. Rumah makan ini
timbul dan berkembang sejalan dengan berkembangnya masyarakat dalam melayani
kebutuhan konsumen. Hal ini bila tidak ditunjang dengan pengolahan makanan yang
higienes dan kondisi sanitasi yang baik maka akan menyebabkan gangguan kesehatan.
Pengusaha rumah makan di Indonesia sebagian besar masih belum mengerti betul perihal
persyaratan higiene sanitasi yang erat hubungannya dengan kesehatan. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruhdalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakatsebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 47 yang dilaksanakan melalui bebagai
kegiatan diantaranya adalah pengamanan makanan dan minuman. Berdasarkan
pengertiannya yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu upaya pencegahan penyakit
yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia. Di dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 22 disebutkan
bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan sanitasi lingkungan, baik
yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang berupa
fisik, kimia, atau biologis termasuk perubahan perilaku. Sanitasi makanan adalah salah
satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanandan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses
pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat di mana makanan dan
minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen.Dalam
kegiatan proses produksi makanan dan minuman, Tindakan hygiene sanitasi yang
merupakan bagian dari kesehatan lingkungan juga analisis bahaya dan titik pengendalian
kritis (HACCP : Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan salah satu upaya
penting untuk menghindari pencemaran terhadap hasil produksi. Terdapat enam prinsip
hygiene dan sanitasi yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan makanan dan
minuman yaitu pemilihan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan
masak, pengangkutan makanan dan penyajian makanan.
5. Permasalahan
Dari hasil pengamatan dan pendataan di desa Pabedilan Wetan terdapat beberapa Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT). Namun Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
tersebut masih kurang memerhatikan hygiene sanitasi terutama dalam hal pengolahan
makanan dan penyimpanan makanan masak.
6. Perencanaan dan pemilihan intervensi
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan pengawasan berkesinambungan
terhadap semua P-IRT dapat dilakukan dengan inspeksi sanitasi tempat pengelolaan
makanan. Di Puskesmas Pabedilan, inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
dilakukan terhadap P-IRT Rumah Makan Padang-Sunda Nusantara
7. Pelaksanaan
A. Bentuk Kegiatan
Pemeriksaan TPM dan konseling terkait sanitasi P-IRT
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (IS-TPM) dilaksanakan
pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 05 Januari 2020
Waktu : Pukul 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : P-IRT Rumah Makan Padang-Sunda Nusantara
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah P-IRT Rumah Makan Padang-Sunda Nusantara
8. Monitoring dan evaluasi
Dari kegiatan yang telah dilakukan, Sebagian besar poin sanitasi di P-IRT
Rumah Makan Padang-Sunda Nusantara sudah baik meskipun penilaian terdapat
beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk kedepannya, seperti menutup bahan
makanan jadi yang tersimpan di dalam kulkas untuk mengurangi kontaminasi
terhadap makanan, menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun,
serta penggunaan lem lalat untuk mencegah kontaminasi terhadap makanan. Selain
itu, petugas yang memasak disarankan untuk memakai masker.
KEGIATAN IV

1. Tanggal : 14 Januari 2021


2. Judul laporan: Inspeksi Sanitasi Depot Air Minum (IS DAM)
3. Peserta Hadir : Masyarakat
4. Latar belakang
Air merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda pemenuhannya. Manusia
membutuhkan air terutama untuk minum. Saat ini semakin sulit di temukan
dikarenakan pencemaran limbah rumah tangga dan limbah industri terhadap sumber air
permukaan maupun air tanah. Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah Badan usaha
yang mengelola air minum untuk keperluan/dikomsumsi masyarakat dalam bentuk curah
(diisi di tempat) dan tidak dalam bentuk kemasan (Dirjen P2PL Depkes RI Tahun 2008).
Penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum meliputi faktor tempat usaha, faktor
tenaga sebagai operator dan faktor peralatan yang digunakan serta faktor sumber air baku
yang akan diproses menjadi air minum. Sesuai dengan Permenkes
No.736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum, maka pengusaha DAMIU wajib melakukan pemeriksaan sampel airnya
(Pemeriksaan Kimia dan Bakteriologis) minimal satu bulan sekali sebagai usaha
pengawasan internal terhadap air baku dan air olahan. Kemudian oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten wajib melakukan pemeriksaan sampel air kimia dan bakteriologis minimal 2
kali setahun sebagai usaha pengawasan eksternal. Kemenkes akan mengeluarkan
sertifikat laik sehat melalui uji laboratorium terhadap komposisi air. Setiap DAMIU
terdaftar juga diwajibkan untuk mengganti filter setiap 300.000 liter atau setara dengan
tiga bulan serta mengganti Ultra Violet (UV) setiap 10.000 jam.
Penyakit yang ditularkan melalui air biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Bakteri
ini biasa ditemukan di saluran sistem pengolahan air. Bakteri coliform dalam air minum
dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. coli.
Bakteri Fecal coliform dan E. coli terindikasi kuat diakibatkan oleh pencemaran tinja,
keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air berupa virus, bakteri
maupun protozoa. Menurut standart WHO, dalam 100 ml air minum yang diperiksa tidak
boleh mengandung totalColiform maupun E. coli, jadi harus 0 /100 ml air (WHO, 2001).
Untuk air bersih karena barudiminum setelah dimasak masih diperbolehkan mengandung
total Coliform kurang dari 50/100ml untuk non perpipaan dan kurang 10/100 ml untuk
perpipaan (Depkes RI, 1996).
5. Permasalahan
Masyarakat di wilayah kerja Desa Pabedilan seringkali menggunakan air minum isi ulang
untuk memasak dan minum. Oleh karena itu, IS DAM dianggap sangat penting untuk
terus menguji sanitasi dan kelayakan air minum sebagai kebutuhan pokok masyarakat. Di
wilayah kerja Puskesmas Pabedilan, masih banyak kualitas dari produk depot air minum
tidak terjaga kebersihannya sehingga berpotensi membahayakan bagi kesehatan
masyarakat. Terlebih lagi ada beberapa DAMIU yang tidak memiliki sertifikat laik sehat.
Untuk itu diperlukan pengawasan terhadap depot air minum isi ulang oleh pihak
penanggung jawab kesehatan lingkungan dari Puskesmas yang nantinya akan dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan.
6. Perencanaan dan pemilihan intervensi
Puskesmas Pabedilan perlu melakukan upaya untuk melakukan inspeksi sanitasi terhadap
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU). Inspeksi tempat meliputi pemantauan lokasi
bebas dari pencemaran dan penularan penyakit yaitu jauh dari tempat pembuangan
limbah rumah tangga dan terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan
sabun. Inspeksi peralatan meliputi pemantauan mikrofilter dan peralatan desinfeksi
masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa) dan tendon air baku tertutup dan terlindung.
Memantau cara pembersihan dan sterilitas botol galon sebelumpengisian air minum serta
pengisian botol dalam ruangan tertutup. Sedangkan survey penjamah pada kegiatan ini
adalah memastikan penjamah sehat dan bebas dari penyakit menular,berprilaku
hygiene yang baik yaitu selalu mencuci tangan sebelum melaukan pembersihan
danpengisian air minum. Penjamah menggunakan pakaian kerja yang bersih
dan rapi, serta penanggung jawab memiliki sertifikat telah mengikuti kursus higine
sanitasi depot air minum.
7. Pelaksanaan
A. Bentuk Kegiatan
Kegiatan berupa melakukan survey tempat, peralatan dan penjamah di depot air
minum isi ulang.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan inspeksi sanitasi depot air minum (IS DAM) dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Kamis , 14 Januari 2021
Waktu : Pukul 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Depot Air Minum Isi Ulang “Bunga Water” di Pabedilan Kidul
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah pemilik Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) “Bunga
Water”.
8. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan inspeksi sanitasi depot air minum (IS DAM) di DAMIU “Bunga Water”
disambut dengan baik oleh pemilik DAMIU. Terdapat beberapa catatan penting yang
diberikan kepada pemilik antara lain :
- Disarankan kepada pemilik/ penanggung jawab DAMIU untuk melakukan pemeriksaan
sanitasi air berkala agar kualitas air minum selalu sehat dan aman
dikonsumsi masyarakat.
- Menyarankan penjamah DAMIU agar selalu menjaga kesehatan dan kebersihan saat
melakukan pembersihan dan pengisian galon serta tandon air. Selain itu, tandon air juga
harus selalu tertutup rapat untuk mencegah masuknya jentik nyamuk ke dalam air.
- Penjamah dan penanggung jawab harus selalu memperhatikan kebersihan
tempat DAMIU terutama penutupan tandon air yang rapat agar terhindar dari tikus dan
kecoa.
KEGIATAN V

1. Tanggal : 11 Februari 2021


2. Judul laporan: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
3. Peserta Hadir : Masyarakat
4. Latar belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu permasalahan pembangunan kesehatan
di Indonesia adalah masalah kesehatan lingkungan. Permasalahan kesehatan lingkungan
yang mendominasi adalah masalah sanitasi. Tantangan pembangunan sanitasi di
Indonesia adalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar di
sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi
dan kebutuhan lainnya. Pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan
Kepmenkes RI nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang kemudian diperkuat dengan Permenkes RI nomor 3
tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan yang digunakan untuk
mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas tidak buang air
besar sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free (ODF). Prinsip dari pelaksanaan
STBM adalah meniadakan subsidi untuk fasilitas sanitasi dasar dengan pokok kegiatan
menggali potensi yang ada di masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri dan
mengembangkan solidaritas sosial. Dalam Kemenkes RI nomor 852/Menkes/SK/IX/2008
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) disebutkan peran
dan tanggung jawab pemangku kepentingan seperti di tingkat RT/Dusun/Kampung
memiliki peran dan tanggung jawab mempersiapkan masyarakat untuk berpatisipasi aktif,
di tingkat desa berperan dan bertanggung jawab dalam membentuk tim fasilitator desa
atau kader pemicu STBM untuk memfasilitasi gerakan masyarakat dan pada tingkat
kecamatan pemerintah kecamatan berperan dan bertanggung jawab berkoordinasi dengan
Badan Pemerintah yang lain dan memberi dukungan bagi kader pemicu STBM.
STBM diselenggarakan dengan berpedoman pada lima pilar antara lain :
1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS),
2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
3) Mengelola Air Minum dan Makanan yang Aman,
4) Mengelola Sampah dengan Benar,
5) Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan Aman.
Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop BABS yang
merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya memutuskan rantai
kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makan dan lainnya. STBM
menggunakan pendekatan yang mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Dengan metode pemicuan, STBM
diharapkan dapat merubah perilaku kelompok masyarakat dalam upaya memperbaiki
keadaan sanitasi lingkungan mereka, sehingga tercapai kondisi Open Defecation Free
(ODF), pada suatu komunitas atau desa. Suatu desa dikatakan ODF jika 100% penduduk
desa tersebut mempunyai akses BAB di jamban sehat.
5. Permasalahan
Dari hasil pengamatan dan pendataan di desa Pabedilan Kaler diketahui bahwa
masyarakat masih memiliki perilaku buang air besar sembarangan, dikarenakan mereka
tidak mampu membangun jamban sendiri di rumah. Hal ini menjadi catatan utama karena
stop BABS merupakan pilar utama dalam program STBM. Untuk menanggulangi hal
tersebut, diperlukan kerjasama lintas sektor. Selain itu, perlu adanya kesadaran dari
masyarakat untuk merubah perilaku tersebut. Maka dari itu, perlu diadakannya
penyuluhan mengenai 5 pilar STBM terutama STOP BABS dan penggunaan jamban
sehat.
6. Perencanaan dan pemilihan intervensi
Puskesmas Pabedilan perlu melakukan upaya untuk mengendalikan perilaku masyarakat
tersebut, dan salah satunya dengan melakukan upaya kesehatan, baik berupa promotif,
preventif, dan kuratif. Strategi Promosi Kesehatan dengan cara melakukan penyuluhan
jamban sehat dan simulasi pemetaan dampak lingkungan BABS dipilih untuk
menyadarkan masyarakat merubah perilaku BAB sembarangan.
7. Pelaksanaan
A. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan dilakukan di Posyandu di Desa Pabedilan Kaler. Materi yang
disampaikan mengenai mengenai karakteristik desa ODF, persyaratan jamban sehat
dan 5 pilar STBM, serta simulasi pemetaan dampak lingkungan BABS.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan mengenai ODF dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Kamis, 11 Februari 2021
Waktu : Pukul 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Posyandu di Desa Pabedilan Kaler

C. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat yang datang ke Posyandu Desa Pabedilan
Kaler.
8. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan penyuluhan dilakukan kepada masyarakat di Posyandu Desa Pabedilan Kaler
yang dihadiri oleh kader serta ketua RT dan RW di Posyandu Desa Pabedilan Kaler,
dengan harapan kader, ketua RT dan RW menyampaikan pentingnya STBM pada
masyarakat sekitarnya. Materi penyuluhan yang diberikan mengenai karakteristik desa
ODF, persyaratan jamban sehat dan 5 pilar STBM. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab,
beberapa peserta terlihat antusias untuk berkonsultasi mengenai pentingnya penggunaan
jamban sehat, serta perilaku hidup sehat dari 5 pilar STBM. Kegiatan ditutup dengan
adanya simulasi pemetaan dampak lingkungan BABS. Kekurangan dari pelaksanaan
kegiatan penyuluhan ini adalah perlu adanya tindak lanjut karena masalah berbasis
lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Untuk mencapai desa ODF juga perlu
adanya peran serta dari lintas sektor.

Anda mungkin juga menyukai