ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara
reguler, berulang dan reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap
rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan jaga. Gangguan
tidur dapat menyerang semua golongan usia. Gejala insomnia sering terjadi pada orang
lanjut usia (lansia) bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkan mengalami
kesulitan memulai tidur dan mempertahankan tidurnya. Gangguan memulai dan
mempertahankan tidur atau insomnia berkaitan dengan gangguan klinik antara lain :
Apnea tidur, Mioklonus, Konflik emosional, dan lain-lain. Insomnia adalah suatu
gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan
lelah sepanjanng hari dan secara terus menerus. Penyebab insomnia ada 2 faktor yaitu
gangguan fisik dan gangguan psikis, faktor fisik misalnya terserang flu yang
menyebabkan kesulitan tidur sedangkan faktor psikis adalah stress, cemas dan depresi
(Galih, 2006).
TUJUAN: Untuk mengetahui angka kejadian gangguan tidur (insomnia) pada lansia
serta faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Insomnia) pada lansia, Untuk
mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kecenderungan imsomnia pada
lansia Untuk mengetahui tingkat kecemasan lansia dan Untuk mengetahui
kecenderungan insomnia.
HASIL: Penelitian yang didapatkan bahwa usia 60-70 tahun terdapat 4 orang (66,6%),
usia 71-80 tahun, terdapat 2 orang lansia (22,2%) mengalami gangguan tidur
dikarenakan insomia.
KESIMPULAN: Gangguan tidur pada lansia dan pengaruh gangguan tidur pada lansia
dan mengetahui tingkat kecemasan lansia dan Untuk mengetahui kecenderungan
insomnia.
KATA KUNCI: Gangguan, Lanjut usia, Insomia
PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki kebutuhan mana ambang rangsang terhadap
khusus yang harus dipenuhi, baik secara rangsangan dari luar lebih tinggi jika
fisiologis maupun psikologis. Terdapat dibandingkan dengan keadaan jaga.
banyak kebutuhan fisiologis manusia,
Gangguan tidur primer terdiri atas
salah satunya adalah istirahat dan tidur.
dissomnia dan parasomnia. Dissomnia
Tidur merupakan kebutuhan penting
adalah suatu kelompok gangguan tidur
bagi setiap orang, karena dengan tidur
yang heterogen termasuk : (i) insomnia
seseorang dapat memulihkan stamina
primer, (ii) hipersomnia primer, (iii)
tubuh dan pembentukan daya tahan
narkolepsi, (iv) gangguan tidur yang
tubuh. Kebutuhan tidur bervariasi pada
berhubungan dengan pernafasan, dan
setiap individu, umumnya dibutuhkan
(v) gangguan tidur irama sirkadian.
6-8 jam perhari untuk mendapatkan
Parasomnia adalah suatu kelompok
kuantitas dan kualitas tidur yang efektif.
gangguan tidur termasuk : (i) gangguan
Insomnia adalah suatu gangguan tidur
mimpi menakutkan (nightmare
yang dialami oleh penderita dengan
disorder), (ii) gangguan teror tidur, dan
gejala-gejala selalu merasa letih dan
(iii) gangguan tidur berjalan. Penyebab
lelah sepanjanng hari dan secara terus
insomnia pada lansia dapat dibagi
menerus (lebih dari sepuluh hari)
menjadi empat kelompok: (1) penyakit
mengalami kesulitan untuk tidur atau
fisik atau gejala, seperti nyeri jangka
selalu terbangun ditengah malam dan
panjang, kandung kemih atau prostat,
kembali tidur (Sinar Harapan, 2002).
penyakit sendi seperti arthritis atau
Insomnia itu sendiri berkaitan dengan
bursitis, dan gastroesophageal reflux;
kesulitan memasuki tidur, melanjutkan
(2) faktor lingkungan/perilaku,
tidur dan sering terbangun di tangah
termasuk diet/ nutrisi; (3) penggunaan
malam. Penyebab insomnia ada 2 faktor
obat- obatan, seperti kafein, alkohol,
yaitu gangguan fisik dan gangguan
atau obat resep untuk penyakit kronis,
psikis, faktor fisik misalnya terserang
dan (4) penyakit mental yang atau
flu yang menyebabkan kesulitan tidur
gejala, seperti kecemasan, depresi,
sedangkan faktor psikis adalah stress,
kehilangan identitas pribadi, atau dapat
cemas dan depresi (Galih, 2006).
dikatakan status kesehatan yang buruk.
Menurut luckman (1997) pada lansia
akan terjadi penurunan berat, isi cairan METODE
dan aliran otak, peningkatan ukuran
Penelitian ini menggunakan
vertikel serta penebalan korteks otak,
rancangan penelitian deskriftif cross-
pada spinal cord terjadi penurunan
sectional non-eksperimental, dengan
reaksi dan terjadi perlambatan simpatik
pengambilan data melalui Populasi pada
yang mengakibatkan penurunan pola
penelitian ini adalah lansia yang
tidur. Tidur adalah kondisi organisme
mengalami gangguan tidur. yang berada
yang sedang istirahat secara reguler,
di lingkungan Panti Sosial Tresna
berulang dan reversibel dalam keadaan
Werda Wana Seraya Denpasar Bali
yang berusia 60-80 tahun dan memiliki merupakan teknik penentuan sampel
kemampuan kognitif yang baik. Sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai
pada penelitian ini merupakan yang dikehendaki peneliti. Sehingga
purposive sampling. Menurut sampel yang dapat diambil adalah 15.
Narusalam (2008) purposive sampling
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
1.Putu Arysta Dewi1 , I Gusti Ayu
Indah Ardani2,Angka Kejadian serta
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Gangguan Tidur (Insomnia) Pada