Anda di halaman 1dari 7

GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA

FAUZIA AJENG SYAHARANI1, RATNA KURNIAWATI, S.Kep, Ns, M.Kep2


AKPER ALKAUTSAR TEMANGGUNG, http://akperalkautsar.ac.id/
FAUZIA AJENG SYAHARANI, fauziaajengsyaharani@gmail.com
RATNA KURNIAWATI, S.Kep, Ns, M.Kep Ratnaummudzaky@gmail.com

ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara
reguler, berulang dan reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap
rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan jaga. Gangguan
tidur dapat menyerang semua golongan usia. Gejala insomnia sering terjadi pada orang
lanjut usia (lansia) bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkan mengalami
kesulitan memulai tidur dan mempertahankan tidurnya. Gangguan memulai dan
mempertahankan tidur atau insomnia berkaitan dengan gangguan klinik antara lain :
Apnea tidur, Mioklonus, Konflik emosional, dan lain-lain. Insomnia adalah suatu
gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan
lelah sepanjanng hari dan secara terus menerus. Penyebab insomnia ada 2 faktor yaitu
gangguan fisik dan gangguan psikis, faktor fisik misalnya terserang flu yang
menyebabkan kesulitan tidur sedangkan faktor psikis adalah stress, cemas dan depresi
(Galih, 2006).

TUJUAN: Untuk mengetahui angka kejadian gangguan tidur (insomnia) pada lansia
serta faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Insomnia) pada lansia, Untuk
mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kecenderungan imsomnia pada
lansia Untuk mengetahui tingkat kecemasan lansia dan Untuk mengetahui
kecenderungan insomnia.

METODE: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriftif cross- sectional


non-eksperimental, dengan pengambilan data melalui Populasi pada penelitian ini
adalah lansia yang mengalami gangguan tidur.

HASIL: Penelitian yang didapatkan bahwa usia 60-70 tahun terdapat 4 orang (66,6%),
usia 71-80 tahun, terdapat 2 orang lansia (22,2%) mengalami gangguan tidur
dikarenakan insomia.
KESIMPULAN: Gangguan tidur pada lansia dan pengaruh gangguan tidur pada lansia
dan mengetahui tingkat kecemasan lansia dan Untuk mengetahui kecenderungan
insomnia.
KATA KUNCI: Gangguan, Lanjut usia, Insomia
PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki kebutuhan mana ambang rangsang terhadap
khusus yang harus dipenuhi, baik secara rangsangan dari luar lebih tinggi jika
fisiologis maupun psikologis. Terdapat dibandingkan dengan keadaan jaga.
banyak kebutuhan fisiologis manusia,
Gangguan tidur primer terdiri atas
salah satunya adalah istirahat dan tidur.
dissomnia dan parasomnia. Dissomnia
Tidur merupakan kebutuhan penting
adalah suatu kelompok gangguan tidur
bagi setiap orang, karena dengan tidur
yang heterogen termasuk : (i) insomnia
seseorang dapat memulihkan stamina
primer, (ii) hipersomnia primer, (iii)
tubuh dan pembentukan daya tahan
narkolepsi, (iv) gangguan tidur yang
tubuh. Kebutuhan tidur bervariasi pada
berhubungan dengan pernafasan, dan
setiap individu, umumnya dibutuhkan
(v) gangguan tidur irama sirkadian.
6-8 jam perhari untuk mendapatkan
Parasomnia adalah suatu kelompok
kuantitas dan kualitas tidur yang efektif.
gangguan tidur termasuk : (i) gangguan
Insomnia adalah suatu gangguan tidur
mimpi menakutkan (nightmare
yang dialami oleh penderita dengan
disorder), (ii) gangguan teror tidur, dan
gejala-gejala selalu merasa letih dan
(iii) gangguan tidur berjalan. Penyebab
lelah sepanjanng hari dan secara terus
insomnia pada lansia dapat dibagi
menerus (lebih dari sepuluh hari)
menjadi empat kelompok: (1) penyakit
mengalami kesulitan untuk tidur atau
fisik atau gejala, seperti nyeri jangka
selalu terbangun ditengah malam dan
panjang, kandung kemih atau prostat,
kembali tidur (Sinar Harapan, 2002).
penyakit sendi seperti arthritis atau
Insomnia itu sendiri berkaitan dengan
bursitis, dan gastroesophageal reflux;
kesulitan memasuki tidur, melanjutkan
(2) faktor lingkungan/perilaku,
tidur dan sering terbangun di tangah
termasuk diet/ nutrisi; (3) penggunaan
malam. Penyebab insomnia ada 2 faktor
obat- obatan, seperti kafein, alkohol,
yaitu gangguan fisik dan gangguan
atau obat resep untuk penyakit kronis,
psikis, faktor fisik misalnya terserang
dan (4) penyakit mental yang atau
flu yang menyebabkan kesulitan tidur
gejala, seperti kecemasan, depresi,
sedangkan faktor psikis adalah stress,
kehilangan identitas pribadi, atau dapat
cemas dan depresi (Galih, 2006).
dikatakan status kesehatan yang buruk.
Menurut luckman (1997) pada lansia
akan terjadi penurunan berat, isi cairan METODE
dan aliran otak, peningkatan ukuran
Penelitian ini menggunakan
vertikel serta penebalan korteks otak,
rancangan penelitian deskriftif cross-
pada spinal cord terjadi penurunan
sectional non-eksperimental, dengan
reaksi dan terjadi perlambatan simpatik
pengambilan data melalui Populasi pada
yang mengakibatkan penurunan pola
penelitian ini adalah lansia yang
tidur. Tidur adalah kondisi organisme
mengalami gangguan tidur. yang berada
yang sedang istirahat secara reguler,
di lingkungan Panti Sosial Tresna
berulang dan reversibel dalam keadaan
Werda Wana Seraya Denpasar Bali
yang berusia 60-80 tahun dan memiliki merupakan teknik penentuan sampel
kemampuan kognitif yang baik. Sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai
pada penelitian ini merupakan yang dikehendaki peneliti. Sehingga
purposive sampling. Menurut sampel yang dapat diambil adalah 15.
Narusalam (2008) purposive sampling
Hasil

No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian


1. Putu Arysta Angka Untuk Metode Setelah dilakukan
Dewi1 , I Kejadian mengetahui penelitian ini penelitian Terdapat
Gusti Ayu serta Faktor- angka menggunakan 6 orang lansia
Indah Faktor yang kejadian rancangan (40%) yang
Ardani2 Mempengaru gangguan penelitian menderita insomnia
(2013) hi Gangguan tidur deskriftif cross- dengan beberapa
Tidur (insomnia) sectional non- faktor yang
(Insomnia) pada lansia eksperimental, mempengaruhi
Pada Lansia serta faktor- dengan seperti berdasarkan
di Panti faktor yang menggunakan usia, usia 60-70
Sosial Tresna mempengar sampel tahun terdapat 4
Werda Wana uhi sebanyak 15 orang (66,6%), usia
Seraya gangguan orang setelah di 71-80 tahun,
Denpasar tidur inklusi dan terdapat 2 orang
Bali Tahun (Insomnia) eksklusi. lansia (22,2%).
2013 pada lansia Melalui Berdasarkan jenis
di Panti wawancara kelamin terdapat 1
Sosial langsung dengan orang lansia laki-
Tresna menggunakan laki (25%) dan
Werda sarana terdapat 5 orang
Wana kuesioner, di lansia perempuan
Seraya lingkungan (45,5%)
Denpasar. Panti Sosial .Berdasarkan
Tresna Werda kebiasaan tidur yang
Wana Seraya buruk, hanya
Denpasar Bali. terdapat 1 orang
lansia (16.6%) yang
memiliki kebiasaan
atau pola tidur yang
buruk. Berdasarkan
penyakit yang
mendasari terdapat 4
orang lansia
(66,6%).
Berdasarkan adanya
penyakit gangguan
jiwa seperti depresi
mayor atau pun
kecemasan hanya
terdapat 3 orang
atau hanya sekitar
50% yang
mengalami depresi
maupun kecemasan.
2. Wahyu HUBUNGA Untuk Melakukan Jumlah lanjut usia
Wiyono N ANTARA mengetahui penelitian (lansia) di seluruh
2009 TINGKAT hubungan dengan judul dunia pada tahun
KECEMASA antara Faktor – Faktor 2005 diperkirakan
N DENGAN tingkat yang ada 500 juta dengan
KECENDER kecemasan Mempengaruhi usia rata-rata 60
UNGAN dengan Gangguan tahun dan
INSOMNIA kecenderun Pemenuhan diperkirakan pada
PADA gan Kebutuhan tahun 2025 akan
LANSIA DI imsomnia Tidur Pada bertambah. Menurut
PANTI pada lansia Lanjut Usia di data Biro Pusat
WREDHA di Panti Panti Sosial Statistik (BPS),
DHARMA Wredha Tresna Werdha Jumlah penduduk
BAKTI Dharma Yogyakarta Unit 147,3 juta, dari
SURAKART Bakti, Budhi Luhur angka tersebut
A Surakarta. dan di terdapat 16,3 juta
Untuk Masyarakat. orang (11%) orang
mengetahui Jenis berusia 50 tahun ke
tingkat penelitiannya atas, dan kurang
kecemasan adalah deskriptif lebih 6,3 juta orang
lansia dan dengan (4,3%) berusia 60
Untuk pendekatan tahun ke atas. Dari
mengetahui cross sectional. 6,3 juta orang
kecenderun Perbedaan tersebut terdapat
gan penelitian ini 822.831 (13,06%)
insomnia. dengan yang orang tergolong
dilakukan jompo, yaitu para
Yulianti terletak lansia yang
pada variabel memerlukan
bebas, teknik bantuan khusus
pengambilan sesuai undang-
sampel undang bahkan
menggunakan 7 mereka harus
teknik purposive dipelihara oleh
sampling dipanti negara. Pada tahun
wredha 2010 jumlah lansia
sedangkan di diprediksi naik
masyarakat menjadi 9,58 %
teknik dengan usia harapan
pengambilan hidup 67,4 tahun.
sampelnya Pada tahun 2020
menggunakan angka itu meningkat
accidental menjadi 11,20 %
sampling dan dengan harapan
tempat penlitian. hidup 70,1 tahun
(Chamzah, 2005).
3. Evi KEJADIAN Untuk Penelitian ini Tingkat kecemasan
rianjani*, INSOMNIA meningkatk merupakan responden di Panti
Heryanto BERDASAR an kualitas penelitian non Wredha Pucang
Adi KARAKTER kesehatan experiment Gading Semarang,
Nugroho**, ISTIK DAN penduduk dengan desain Juli 2010, dari 97
Rahayu TINGKAT serta penelitian responden rata-rata
Astuti*** KECEMASA meningkatk deskriptif tingkat kecemasan
N PADA an umur korelation, dan 32,4 dengan skor
LANSIA DI harapan pendekatan tingkat kecemasan
PANTI hidup cross sectional. terendah adalah 16
WREDHA manusia. Populasi dalam dan skor kecemasan
PUCANG penelitian ini tertinggi adalah 50,
GADING adalah seluruh standar deviasi
SEMARAN lansia yang berada pada angka
G tinggal di Panti 7,75. Kejadian
Wredha Pucang insomnia di Panti
Gading Wredha Pucang
Semarang Gading Semarang,
sejumlah 115 Juli 2010 diketahui
orang. Metode bahwa rata-rata
pengambilan kejadian insomnia
sampel yang adalah 30,1 dengan
digunakan skor kejadian
adalah Total insomnia terendah
sampling, 14 dan skor kejadian
artinya sampel insomnia tertinggi
yang digunakan adalah 45, dengan
adalah total standar deviasi 6,81.
populasi sesuai Pada analisa bivariat
dengan kriteria hubungan usia
inklusi dan dengan kejadian
eksklusi insomnia di Panti
sehingga didapat Wredha Pucang
jumlah gading Semarang,
responden 97 Juli 2010
lansia.

PEMBAHASAN akan terjadi penurunan berat, isi cairan


dan aliran otak, peningkatan ukuran
Setiap manusia memiliki kebutuhan
vertikel serta penebalan korteks otak,
khusus yang harus dipenuhi, baik secara
pada spinal cord terjadi penurunan
fisiologis maupun psikologis. Terdapat
reaksi dan terjadi perlambatan simpatik
banyak kebutuhan fisiologis manusia,
yang mengakibatkan penurunan pola
salah satunya adalah istirahat dan tidur.
tidur. Tidur adalah kondisi organisme
Tidur merupakan kebutuhan penting
yang sedang istirahat secara reguler,
bagi setiap orang, karena dengan tidur
berulang dan reversibel dalam keadaan
seseorang dapat memulihkan stamina
mana ambang rangsang terhadap
tubuh dan pembentukan daya tahan
rangsangan dari luar lebih tinggi jika
tubuh. Kebutuhan tidur bervariasi pada
dibandingkan dengan keadaan jaga.
setiap individu, umumnya dibutuhkan
6-8 jam perhari untuk mendapatkan Gangguan tidur primer terdiri atas
kuantitas dan kualitas tidur yang efektif. dissomnia dan parasomnia. Dissomnia
Insomnia adalah suatu gangguan tidur adalah suatu kelompok gangguan tidur
yang dialami oleh penderita dengan yang heterogen termasuk : (i) insomnia
gejala-gejala selalu merasa letih dan primer, (ii) hipersomnia primer, (iii)
lelah sepanjanng hari dan secara terus narkolepsi, (iv) gangguan tidur yang
menerus (lebih dari sepuluh hari) berhubungan dengan pernafasan, dan
mengalami kesulitan untuk tidur atau (v) gangguan tidur irama sirkadian.
selalu terbangun ditengah malam dan Parasomnia adalah suatu kelompok
kembali tidur (Sinar Harapan, 2002). gangguan tidur termasuk : (i) angguan
Insomnia itu sendiri berkaitan dengan mimpi menakutkan (nightmare
kesulitan memasuki tidur, melanjutkan disorder), (ii) gangguan teror tidur, dan
tidur dan sering terbangun di tangah (iii) gangguan tidur berjalan. Penyebab
malam. Penyebab insomnia ada 2 faktor insomnia pada lansia dapat dibagi
yaitu gangguan fisik dan gangguan menjadi empat kelompok: (1) penyakit
psikis, faktor fisik misalnya terserang fisik atau gejala, seperti nyeri jangka
flu yang menyebabkan kesulitan tidur panjang, kandung kemih atau prostat,
sedangkan faktor psikis adalah stress, penyakit sendi seperti arthritis atau
cemas dan depresi (Galih, 2006). bursitis, dan gastroesophageal reflux;
Menurut luckman (1997) pada lansia (2) faktor lingkungan/perilaku,
termasuk diet/ nutrisi; (3) penggunaan Lansia 2013Denpasar Bali
obat- obatan, seperti kafein, alkohol, https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/arti
atau obat resep untuk penyakit kronis, cle/download/10144/7488
dan (4) penyakit mental yang atau
2.WAHYU WIYONO, HUBUNGAN
gejala, seperti kecemasan, depresi,
ANTARA TINGKAT KECEMASAN
kehilangan identitas pribadi, atau dapat
DENGAN KECENDERUNGAN
dikatakan status kesehatan yang buruk.
INSOMNIA PADA LANSIA DI
KESIMPULAN PANTI WREDHA DHARMA BAKTI
SURAKARTA, 2009 Surakarta
Gangguan tidur merupakan penderitaan
http://eprints.ums.ac.id/3972/1/J210040
bagi para usia lanjut karena
024.pdf
berhubungan dengan rasa kenikmatan,
kebahagiaan dan kualitas hidupnya. 3.Evi rianjani, dkk, KEJADIAN
Pola tidur pada usia lanjut yang berbeda INSOMNIA BERDASAR
dengan orang dewasa perlu mendapat KARAKTERISTIK DAN TINGKAT
perhatian dari para petugas kesehatan. KECEMASAN PADA LANSIA DI
Perubahan struktur tidur juga berbeda PANTI WREDHA PUCANG GADING
pada usia lanjut sehingga umumnya SEMARANG, 2011 Semarang
kurang dapat menikmati tidur nyenyak https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FI
daripada orang muda. Pendekatan KkeS/article/view/1854/1896
secara sistematik terhadap gangguan
tidur lebih ditekankan pada pendekatan
komprehensif terhadap seluruh kondisi
kesehatan fisik dan mentalnya dan lebih
bersifat konservatif. Upaya
meningkatkan higiene tidur perlu
dilaksanakan di rumah maupun di panti
werda. Terapi dengan obat-obatan
psikotropika perlu diberikan dengan
dimulai dosis efektif paling kecil
sehingga tidak menimbulkan efek
kumulatif. Terimakasih kepada dosen
dan teman teman yang sudah membantu
saya hingga artikel tentang gangguan
pola tidur pada lansia ini bisa
terselesaikan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA
1.Putu Arysta Dewi1 , I Gusti Ayu
Indah Ardani2,Angka Kejadian serta
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Gangguan Tidur (Insomnia) Pada

Anda mungkin juga menyukai