Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Gangguan tidur yang paling sering dijumpai saat ini yaitu Insomnia.

Insomnia merupakan kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur

sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat, baik kualitas

maupun kuantitas (Saputra, 2013). Biasanya seseorang yang mengalami insomnia

akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih

dini dan sulit untuk tidur kembali (Atoilah & Kusnadi, 2013). Penyebabnya

dikarenakan gangguan fisik maupun karena faktor mental seperti perasaan gundah

maupun gelisah (Ambarwati, 2014).

Pada kelompok lansia kejadian insomnia tujuh kali lebih besar

dibandingkan dengan kelompok 20 tahun (Vaughans, 2013). Banyak Lansia yang

mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam

sehari) dengan terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi dan sering terbangun di

waktu malam hari (Nugroho, 2000). Banyaknya persoalan lanjut usia seiring

dengan meningkatnya jumlah lansia di Indonesia mengakibatkan munculnya

beberapa fenomena seperti perubahan structural dan fisiologis salah satunya

kesulitan untuk tidur atau insomnia (Sitralita, 2010).

Di dunia, angka prevalensi insomnia pada lansia diperkirakan sebesar 13-

47% dengan proporsi sekitar 50-70% terjadi pada usia diatas 65 tahun. Sebuah

penelitian Aging Multicenter melaporkan bahwa sebesar 42% dari 9.000 lansia

yang berusia diatas 65 tahun mengalami gejala insomnia (Suasari,et. al. 2014).
Penelitian yang dilakukan di Taipei menunjukkan bahwa sebanyak 40 % individu

yang berusia diatas 60 tahun mengalami insomnia dimana mereka sering

terbangun dan sulit untuk memulai tidur (Tsou, 2013). Di Indonesia, angka

prevalensi insomnia pada lansia sekitar 67%. Sedangkan sebanyak 55,8 % lansia

mengalami insomnia ringan dan 23,3 % lansia yang mengalami insomnia sedang

di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah (Suastari,et. al, 2014).

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Tidur

adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat di bangunkan kembali dengan

indra atau ransangan yang cukup (Atoilah & Kusnadi, 2013 dikutip dalam

Guyton, 1981). Sedangkan menurut Vaughans (2013) tidur yaitu keadaan

gangguan kesadaran yang dapat bangun yang dikarakterisasikan dengan

minimnya aktivitas. Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang tidak

sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai yang

ditandai dengan aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi

perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap stimulus

eksternal (Saputra, 2013).

Aktivitas tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu

medulla spinalis (Batang Otak) tepatnya di RAS (Retikular activating system) dan

BSR (Bulbar Synchronizing Region) yang terlibat dalam mempertahankan status

bangun dan mempermudah beberapa tahap untuk tidur (Atoilah & Kusnadi,

2013). Terjadinya Bangun dan tidur merupakan peran dari RAS dan BSR, dimana

RAS akan melepaskan katekolamin untuk mempertahakan kewaspadaan dan agar

tetap terjaga. Namun ketika RAS di otak mengalami kelelahan sehingga


mengaktifkan BSR untuk merangsang pengeluaran serotonin yang menimbulkan

rasa kantuk dan tidur (Saputra, 2013).

Proses tidur terbagi menjadi dua fase REM (Rapid Eyes Movement/

Gerakan Mata Cepat) Dan NREM (Non Rapid Eyes Movement/gerakan mata tidak

cepat). Tidur NREM dikatakan tidur Gelombang lambat (Slow Wave Sleep),

terjadi karena aktivtas gelombang otak bergerak sangat lambat yang ditandai

dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologi maupun metabolisme. kerja otot. dan

tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan frekuensi nafas (Saputra, 2013). Tidur

NREM terjadi sekitar 75% sampai 80% dari waktu tidur, sisanya sekitar 20%

sampai 25 % dari tidur adalah fase tidur REM (Syara, 2015 dikutip dalam Meiner,

2011).

Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM yang biasanya berlangsung rata-

rata setiap 90 menit (5-20 menit) disertai dengan mimpi (Saputra, 2013). Tidur

malam di mulai dengan empat tahap tidur NREM, berlanjut dengan fase tidur

REM, kemudian dilanjutkan dengan pergantian siklus antara NREM dan REM

selama sisa tidur hingga pagi sekitar 4-6 siklus (Syara, 2015 dikutip dalam

Meiner, 2011). Lamanya tidur pada fase 3-4 berkontribusi dalam menentukan

istirahat dan kesegaran individu pada esoknya (Touhy, 2010). Dari Tahap 1

sampai 4 kualitas tidur akan bertambah dalam sehingga pada tahap 3 dan tahap 4

seseorang akan sulit terbangun (Potter & Perry, 2006).

Kebutuhan tidur dan pola tidur pada manusia berubah bersama

bertambahnya usia (Smelzer & Bare, 2001). Pada Lansia kebutuhan tidur normal

pada usia diatas 60 tahun keatas yaitu selama 6 jam, dimana sebanyak 20-25%
dari siklus tidur REM dan tahap IV NREM menurun, sehingga individu dapat

mengalami insomnia yaitu sering terjaga sewaktu tidur (Saputra, 2013). Proses

penuaan mengakibatkan lansia mengalami perubahan-perubahan pada pola tidur

dan istirahat serta mengakibatkan lebih mudah mengalami gangguan tidur (Maas,

et. al. 2011).

Perubahan-perubahan yang dialami lansia dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti penyakit, gangguan pada endokrin, obat-obatan, lingkungan, gaya

hidup/kebiasaan, stress psikologi, diet dan nutrisi (Atoilah & Kusnadi, 2013).

Sedangkan menurut Saputra (2013) yang mempengaruhi kebutuhan tidur yaitu

Penyakit, Kelelahan, Lingkungan, Stres Psikologis, Gaya Hidup, Motivasi,

Stimulan, Alkohol, obat-obatan, diet dan nutrisi. Pada lansia faktor-faktor tersebut

terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal

meliputi fisiologis dan psikologi terdiri dari penyakit, nyeri, gangguan suhu tubuh,

gangguan pernafasan saat tidur, pergerakan kaki secara teratur saat tidur, gejala

monopouse, demensia, depresi, Parkinson, stress, dan kecemasan (Maas,et. al.

2011). Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan yang asing, peningkatan

stimulus sensori, disorientasi waktu, perubahan kebiasaan, tidur siang yang

berlebihan, merokok, penyalahgunaan alkohol, olah raga yang kurang, konsumsi

hipnotik dan sedatif (Maas,et.al 2013).

Masalah yang muncul pada lansia yang mengalami insomnia yaitu

kesulitaan untuk tidur, sering terbangun lebih awal, sakit kepala di siang hari,

kesulitan berkonsentrasi, dan mudah marah. Dampak yang lebih luas akan terlihat

depresi, insomnia juga berkontribusi pada saat mengerjakan pekerjaan rumah

maupun berkendara, serta aktivitas sehari-hari dapat terganggu (Nurhidiyati, 2016


dikutip dalam Rafiudin, 2004). Jika lansia kurang tidur yaitu perasaan bingung,

curiga, hilangnya produktivitas kerja, serta menurunya imunitas. Kurang tidur

menyebabkan masalah pada kualitas hidup lansia, memperburuk penyakit yang

mendasarinya, mengubah perilaku, suasana hati menjadi negatif, mengakibatkan

kecelakaan, seperti terjatuh, serta kecelakaan dalam rumah tangga. Insomnia juga

dapat meyebabkan kematian pada lansia (Fitriani,2014).

Marcel et al (2009) menyatakan bahwa lansia dengan penyakit yang

mendasari, seperti depresi, hipertensi, penyakit jantung atau paru, stroke, diabetes

mellitus, atau arthritis memiliki kualitas tidur yang lebih buruk dan durasi tidur

yang kurang dibandingkan dengan lansia yang sehat (Suastari, et.al. 2014).

Penelitian Tsou (2013) mendapatkan bahwa lansia dengan insomnia mengeluh

rasa kantuk yang berlebihan di siang hari sehingga tubuh terasa lemah terutama

pada ekstremitas, kelelahan, rasa tidak nyaman, kehilangan nafsu makan, sakit

kepala, dan gangguan aktivitas. Di Amerika Serikat, insomnia mengakibatkan

sekitar 80 juta lansia sering mengalami jatuh atau kecelakaan yang berhubungan

pula dengan peningkatan biaya pengobatan dan perawatan, yaitu sebesar 100 juta

dolar per tahun (Suastari, 2014 dikutip dalam kurniawan, 2012)

Sleep Hygiene merupakan untuk mengatasi insomnia dimana terapi yang

mengidentifikasi dan memodifikasi perilaku dan lingkungan yang mempengaruhi

tidur (Suastari,et.al. 2014). Dasar Sleep Hygiene meliputi kegiatan-kegiatan yang

mendorong tidur normal yang dapat dipraktekkan oleh individu secara rutin untuk

mencapai tidur normal (Meiner, 2011). Sleep Hygiene menekankan jadwal dan

rutinitas tidur yang stabil, lingkungan yang ramah untuk tidur, menghindari zat-

zat yang akan mengganggu tidur, olahraga teratur (tapi tidak segera sebelum
mencoba untuk tidur), menghindari minuman berkafein, pil tidur, alkohol dan

pengurangan stress (Meiner, 2011). Beberapa penelitian yang dilakukan terkait

Sleep Hygiene terhadap insomnia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suastari

(2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sleep hygiene dengan

derajat insomnia pada lansia, pada dua komponen yaitu faktor diet dan olahraga.

Sejalan dengan itu, adanya hubungan antara sleep hygiene dengan kualitas tidur

lansia, dimana semakin rendah prilaku sleep hygiene maka akan semakin

memburuk kualitas tidur lansia (Rahmah, 2014).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (lansia)

1. Pengertian Lansia

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor

tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun

sosial (Nugroho, 2012). Sedangkan, menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya

dalam memenuhi kebutuhan dalam hidup. Proses menua merupakan proses yang terus-

menerus (berlanjut) secara alamiah (Priyoto, 2015).

Batasan usia lanjut menurut World Health Organitation (1999), adalah(1) usia lanjut

(elderly) 60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat tua (very old) di

atas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang No 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2

lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2. Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Kholifah (2016) yaitu:

a) Perubahan Fisik
 Sistem Pendengaran
Probiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telingadalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
 Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Selain itu,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit yang dikenal dengan liver spot.
 Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia terjadi pada jaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
 Sistem Kardiovaskuler
Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung bertambah,
ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang.

 Sistem Respirasi

Kapasitas total paru tetap, namun volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang paru. Udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.

 Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi


sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, kemampuan
indera pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun).

 Sistem Perkemihan

Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,


dan reabsorpsi oleh ginjal.

 Sistem Saraf

Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan


aktivitas sehari-hari.
 Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovarium dan


uterus serta atropi payudara pada wanita. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur.

 Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia antara lain mengalami kesepian,
duka cita karena kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup, depresi,
cemas, parafrenia, serta dapat terjadi sindrom Diogenes yaitu menampakkan
penampilan dan perilaku yang mengganggu.

 Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia


semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dari cara
berpikir dan bertindak sehari-hari.

 Perubahan Pola Tidur

Menurut Maas (2011), lansia sering kali melaporkan mengalami kesulitan tidur,
sehingga menimbulkan gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
dan dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
Oleh karena itu, pendekatan keperawatan di perlukan untuk mencegah
kehilangan fungsi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas perawatan diri (Dewi,
2014).
b) Tidur Lansia
a) Pengertian Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan

reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat

dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup (Aspiani,

2014). Tidur memiliki dua faktor penting yang harus diperhatikan agar

memperoleh tidur yang cukup yaitu kualitas dan kuantitas tidur.Kualitas

tidur adalah suatu kondisi yang dijalani oleh seseorang sehingga

mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun dari tidurnya,

sedangkan kuantitas tidur adalah jumlah jam tidur normal yang diperlukan

seseorang sesuai dengan kebutuhan tidurnya.

b) Fisiologi Tidur

Menurut Aspiani (2014), fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur


oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Aktivitas tidur diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan system yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.Pusat
pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mensefalon dan bagian atas
pons.
Reticular Activating System (RAS), dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulus dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS
akan melepaskan katekolamin seperti norepeneprin sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu Bulber Syncrhonozing Region (BSR), sedangkan bangun
tergantung Jenis-jenis Tidur
Tidur diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata
cepat (Rapid Eye Movement – REM) dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-
Rapid Eye Movement – NREM) (Aspiani, 2014).

 Tidur REM

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif.Tidur REM sifatnya nyenyak
sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif.Tidur
REM ditandai dengan mimpi, otot- otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata
cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), gerakan otot tidak kendur, kecepatan
jantung, dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme
meningkat.

 Tidur NREM

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam.Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda-tanda tidur NREM antara lain : Mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan
darah turun, kecepatan pernafasan turun, metabolism turun, dan gerakan bola mata
lambat.
c) Tahap - Tahap Tidur

Menurut Maas (2011), tidur dimulai dari status NREM, yang terjadi melalui
empat tahap. Tahap NREM merupakan periode transisi menuju saatnya tidur, saat
seseorang dapat dengan mudah terbangun.Tahap 2 NREM dianggap sebagai periode
tidur ringan dengan fase relaksasi yang sangat besar.Tahap 3 NREM merupakan fase
pertama tidur dalam. Tahap 4 NREM merupakan periode tidur paling dalam dan pada
tahap tersebut merupakan saat terbesar terjadinya proses pemulihan. Pada tahap ini
terjadi penurunan frekuensi nadi, tekanan darah, dan metabolisme.

Keempat tahap dari fase tidur NREM diikuti oleh fase tidur REM. Tingkat
terdalam relaksasi tubuh terjadi selama fase tidur REM. Fase tidur REM diikuti oleh
adanya rapideye movement yang tiba-tiba dan munculnya mimpi.Frekuensi pernafasan,
denyut jantung, dan tekanan darah menjadi sangat bervariasi, tidak teratur, dan
meningkat secara berkala selama fase tidur REM.

d) Siklus Tidur
Siklus tidur yang umum terjadi pada lansia terdiri atas tahap 1 NREM, diikuti
oleh tahap 2,3, dan 4 NREM dengan kemungkinan kembali lagi ke tahap sebelumnya,
yakni tahap 3 dan 2 NREM, sebelum fase REM dimulai. Fase NREM dari siklus tidur
terjadi pada sekitar 75% sampai 80% dari waktur tidur total.Tidur REM terjadi selama
20% sampai 25% waktu tidur dalam.Siklus REM dimulai kurang lebih 60 menit dalam
siklus tidur (Maas, 2011). Tidur Rapid Eye Movement (REM) lansia mulai memendek.
Penurunan progresif pada tahap Non Rapid Eye Movement (NREM) 3 dan 4 hampir
tidak memiliki tahap 4 karena terjadinya perubahan sistem saraf pusat yang
mempengaruhi pengaturan tidur (Ernawati, 2016).

e) Kebutuhan Tidur Lansia


Menurut Potter & Perry (2010) mengatakan bahwa keluhan kesulitan tidur
meningkat dengan seiring dengan bertambahnyausia. Lansia juga sering terbangun pada
malam haridan memerlukan waktu agar dapat tidur kembali. Kebutuhan tidur lansia yaitu
6 jam dalam sehari, 20 – 25% tidur REM, tidur tahap IV berkurang dan kadang-kadang
tidak ada dikarenakan mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam
hari (Aspiani, 2014).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Tidur Lansia

Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa sejumlah faktor dapat memengaruhi
kualitas dan kuantitas tidur lansia. Sering kali faktor fisiologis, psikologis dan faktor
lingkungan mengubah kualitas dan kuantitas tidur lansia. Adapun faktor-faktor yang
dapat memengaruhi tidur lansia antara lain :
1. Obat dan substansi.
Kantuk, insomnia dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat
yang diresepkan. Lansia mengonsumsi berbagai obat untuk mengontrol atau
mengobati penyakit kronis, dan efek sampingnya bisa sangat mengganggu
tidur.

2. Gaya hidup
Lansia yang masih bekerja dengan sistem rotasi (shift) sering mengalami
kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan
kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan bahkan kinerja yang
berbahaya.

3. Pola tidur yang lazim


Kantuk patologis terjadi ketika seseorang perlu atau ingin terjaga. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan serius pada kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari.

4. Stres emosional
Khawatir atas masalah-masalah pribadi atau situasi tertentu sering mengganggu
tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan frustasi ketika tidak
dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat
tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. Stres yang
berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik.

5. Lingkungan
Lingkungan fisik secara signifikan memengaruhi kemampuan untuk memulai dan
tetap tidur. Ventilasi yang baik, kenyamanan dan posisi tempat tidur yang tepat,
pasangan tidur, kebisingan serta tingkat cahaya dapat memengaruhi kemampuan
seseorang untuk tidur. Beberapa klien memilih kamar yang gelap, sedangkan lansia
biasanya lebih menyukai cahaya lembut selama tidur.
6. Latihan dan kelelahan
Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat tidur dengan nyenyak, terutama jika
kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau kegiatan yang menyenangkan. Latihan
rutin setiap hari atau olahraga merupakan cara terbaik untuk meningkatkan tidur
(Aspiani, 2014). Kegiatan yang dilakukan sehari-hari juga akan memberi manfaat karena
kegiatan fisik sangat diperlukan untuk kebugaran (Nugroho, 2012).

7. Makanan dan asupan kalori


Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang
baik. Makan besar, berat dan/ atau makanan pedas pada malam hari sering
mengakibatkan gangguan pencernaan yang kemudian mengganggu tidur. Kafein, alkohol
dan nikotin yang dikonsumsi pada malam hari menyebabkan insomnia.

8. Stres psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Aspiani, 2014).
Depresi juga dapat menunda seseorang untuk tidur (Maas, 2011).
Faktor predisposisi cemas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
yaitu jenis kelamin atau gender, wanita lebih cemas kan ketidakmmpuannya dibanding
dengan pria, pria lebih aktif, eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitive. Penelitian lain
menunjukkan bahwa pria lebih rileks dibanding wanita (Priyoto, 2015).

Gangguan Tidur pada Lansia

Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologis karena faktor usia dan ada
pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia. Ada beberapa gangguan
tidur yang sering ditemukan pada lansia menurut Aspiani (2014) :
 Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik
secara kualitas maupun kuantitas. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan insomnia
diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang
tidak menunjang untuk tidur.
 Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan enuresis yaitu gangguan pada bladder, stress dan minum terlalu
banyak sebelum tidur.

 Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang


tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak sehingga dapat tidur pada setiap saat dimana kantuk
tersebut datang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR

a. Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan

gangguan tidur menurut Aspiani (2014) :

i. Identitas Klien

Identitas klien yang biasa dikaji pada klien adalah usia karena

banyak klien lansia yang mengalami masalah istirahat tidur.

ii. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan

gangguan tidur adalah mengeluh kesulitan untuk memulai tidur atau

sering terbangun pada waktu tidur.

iii. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan

klien saat ini mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat

dilakukan pengkajian.

iv. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah

gangguan tidur sebelumnya dan bagaimana penanganannya.

v. Riwayat Kesehatan Keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami

gangguan tidur seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit

genetik yang mempengaruhi tidur.


vi. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan

tidur biasanya lemah.

2. Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis.

3. Tanda-Tanda Vital

a. Suhu dalam batas normal (37ºC)

b. Nadi meningkat atau normal (N : 70-82X/menit)

c. Tekanan darah biasanya menurun

d. Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat

4. Pemeriksaan Review Of System (ROS)

a. Sistem pernafasan (B1: Breathing)

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih

dalam batas normal.

b. Sistem sirkulasi (B2: Bleeding)

Dapat ditemukan adanya perubahan frekuensi nadi

(meningkat) atau masih dalam batas normal, tekanan darah

biasanya menurun.

c. Sistem persarafan (B3: Brain)

Klien apatis, gangguan konsentrasi, kurang perhatian,

gangguan persepsi sensori, insomnia.


d. Sistem perkemihan (B4: Bleder)

Tidak ada gangguan dalam pola berkemih, tidak ada

disuria atau poliura.

e. Sistem pencernaan (B5: Bowel)

Tidak ada gangguan pada system pencernaan, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada makan berlebihan, klien mengalami

penurunan nafsu makan, perubahan berat badan.

f. Sistem Muskuluskeletal (B6: Bone)

Klien mengeluh nyeri otot, nyeri pada seluruh


badan.

vii. Pola Fungsi Kesehatan

Yang perlu dikaji adalah aktifitas apa saja yang biasa

dilakukan sehubungan dengan adanya masalah psikososial menarik

diri :

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami

gangguan dalam memelihara dan menangani masalah

kesehatannya.

2. Pola nutrisi

Klien dapat mengalami penurunan nafsu makan

3. Pola eliminasi

Klien tidak mengalami poliura atau disuria, dan juga

tidak mengalami konstipasi.


4. Pola eliminasi

Klien tidak mengalami poliura atau disuria, dan juga

tidak mengalami konstipasi.

5. Pola tidur dan istirahat

Klien mengalami kesulitan memulai tidur, terbangun

waktu yang lama.

6. Pola aktifitas dan istirahat

Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas

sehari- hari karena kelemahan akibat gangguan tidur.

Pengkajian kemampuan klien dalam memenuhi

kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan indeks

KATZ.

7. Pola hubungan dan peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran

klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat

tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah

keuangan.Pengkajian APGAR keluarga.

8. Pola sensori dan kognitif

Klien mengalami ketidakmampuan berkonsentrasi,

kehilangan minat dan motivasi.

Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakukan

pengkajian menggunakan Tabel Short Portable Mental Status

Quesionare (SPMSQ).
9. Pola persepsi dan konsep diri

Klien tidak mengalami gangguan konsep diri. Untuk mengkaji

depresi klien dapat menggunakan table Inventaris Depresi

Beck (IDB) atau Geriatric Depresion Scale (GDS).

10. Pola seksual dan reproduksi

Klien mengalami penurunan minat terhadap

pemenuhan kebutuhan seksual.

11. Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping

Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak

efektif dalam menangani stress yang dialaminya.

12. Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual..

b. Diagnosis Keperawatan

Menurut SDKI (2017), diagnosis keperawatan yang mungkin

muncul pada lansia dengan gangguan tidur adalah gangguan pola tidur dan

kesiapan peningkatan tidur. Adapun penjelasan masing - masing diagnosis

keperawatan menurut SDKI (2017) adalah sebagai berikut:

i. Gangguan pola tidur

1. Definisi

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor

eksternal.
2. Penyebab

Hambatan lingkungan (mis.Kelembapan lingkungan

sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak

sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan), kurang kontrol

tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak

familiar dengan peralatan tidur.

3. Gejala dan tanda mayor

a. Subjektif :

Mengeluh sulit tidur, sering terjaga, tidak puas tidur,

pola tidur berubah dan istirahat tidak cukup.

4. Gejala dan tanda minor

a. Subjektif :

Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

5. Kondisi klinis terkait

Nyeri, hipertiroidisme, kecemasan, penyakit paru

obstruktif kronis, kehamilan, periode pasca partum dan kondsi

pasca operasi.

ii. Kesiapan peningkatkan tidur

1. Definisi

Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang

memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup

yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.


2. Gejala dan tanda mayor

a. Subjektif :

Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur,

mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur

b. Objektif :

Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan

perkembangan

3. Gejala dan tanda minor

a. Subjektif :

Tidak menggunakan obat tidur.

b. Objektif :

Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan

kebiasaan tidur.

4. Kondisi klinis terkait

Pemulihan pasca operasi, nyeri kronis, kehamilan, sleep apnea.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Pola Tidur dan

Kesiapan Peningkatan Tidur

Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Intervensi : Dukungan Tidur
keperawatan selama 3 x 20 menit Tindakan
diharapkan klien menunjukkan pola 1. Observasi
tidur membaik dengan kriteria: a. Identifikasi pola aktivitas
1. Keluhan sulit tidur menurun dan tidur
2. Keluhan sering terjaga b. Identifikasi faktor
menurun penganggu tidur
3. Keluhan tidak puas tidur (fisik/psikologis)
menurun i. Identifikasi makanan atau
4. Keluhan pola tidur berubah minuman yang mengganggu
menurun tidur (mis. Kopi, teh dan
5. Keluhan istirahat tidak alkohol)
cukup menurun ii. Identifikasi obat tidur yang
6. Kemampuan beraktivitas dikonsumsi
meningkat 2. Terapeutik
a. Modifikasi lingkungan (mis:
(SLKI, 2019) cahaya, suhu, tempat tidur,
dll)
b. Batasi tidur siang, bila perlu
c. Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
d. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis: pijat, pengaturan
posisi, latihan Chair Based
Exercise
e. Sesuaikan jadwal pemberian
obat
3. Edukasi
a. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
b. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
c. Ajarkan faktor-faktor yang
berkonstribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis:
gangguan psikologis, gaya
hidup)

(SIKI, 2018)
Tabel 1. Perencanaan Keperawatan

4. Pelaksanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan dan pelaksanaan intervensi yang telah ditentukan, mencakup

tindakan yang mandiri dan kolaboratif (Priyono, 2015). Sedangkan,


tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kholifah, 2016). Pada tahap

ini harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan

perlindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur

tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat

perkembangan lansia.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi atau tahap penilaian adalah tahap akhir dari proses

keperawatan gerontik. Penilaian yang dilakukan dengan cara

membandingkan kondisi lansia dengan tujuan yang ditetapkan pada

rencana (Kholifah, 2016). Beberapa kegiatan yang harus diperhatikan

dalam evaluasi keperawatan :

a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan

b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan

c. Mengukur pencapaian tujuan

d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan

e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila

perlu.
f) Landasan Teori

a. Kerangka Konsep

Faktor – faktor yang Dampak kualitas tidur yang


Mempengaruhi Tidur buruk pada lansia:
Lansia :
Dampak fisiologis :
Fisiologi tidur lansia
Pengobatan
Gaya hidup Rasa kantuk berlebihan di siang
Stres emosional hari,kesehatan akan menurun,
Gangguan pola tidur
Lingkungan kelelahan, peningkatan denyut
lansia :
Latihan dan Kelelahan jantung dan tekanan darah,
Penyakit Insomnia peningkatan nafsu makan dan
Demensia peningkatan kadar glukosa.
Gangguan suhu tubuh Dampak psikologis :
Gangguan eliminasi Meningkatkan ketegangan dan
Makanan dan asupan kecemasan, mudah
kalori Chair Based Exercise tersinggung, kebingungan,
Pola tidur
suasana hati yang buruk.

Merangsang penurunan aktivitas saraf


parasimpatis yang mengakibatkan
penurunan hormon adrenalin,
norepinofrin dan katekolamin serta
vasodilatasi pada pembuluh darah
sehingga dapat
meningkatkan rileksasi

Meningkatkan kekuatan otot,


fleksibilitas, dan rileksasi otot
Pelepasan hormon endorfin sehingga
ceria dan merasa bahagia

Kualitas tidur meningkat


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :

Seorang laki-laki usia 65 tahun di panti Werdha, mengeluh sejak 3 hari tidak nyenyak tidur,
mudah terbangun pada malam hari. Petugas panti mengatakan beberapa hari ini Klien terlihat tidur
sambil berjalan. Hasil pemeriksaan ditemukan Klien tampak ngantuk, tatatapan kosong, dan
kadang-kadang menguap, area sekitar mata terlihat gelap. TD 140/70 mmHg, Nadi 78x/menit,
frekuensi nafas 18x/menit, Suhu 36.8°C.

1. Pengkajian Pada Lansia


1. Biodata
a. Identitas Diri Klien
b. Nama : Tn, W
c. Tempat, Tanggal Lahir : Porsea, 24 Desember 1949
d. Jenis Kelamin : Laki – laki
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Agama : Kristen Protestan
g. Suku : Batak Toba
h. Pendidikan : D3 Pendidikan
i. Pekerjaan : Pensiunan Guru
j. Alamat : Gg. Patri Kel.Sitirejo II no 8
k. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
2. Keluhan Utama
Tn. W mengatakan sejak 3 hari tidak nyenyak tidur, mudah
terbangun pada malam hari.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/Palliative
1) Apa penyebabnya
Tn. W mengatakan bahwa gangguan pola tidur yang terjadi
saat ini dikarenakan klien lelah dan terkadang sedikit nyeri pada
sendi.
2) Hal-hal yang memperbaiki Keadaan
Istirahat dengan cukup dan mencoba untuk tidur.
b. Quantity/ Quality
1) Bagaimana dirasakan
Klien merasa kurang istirahat, mata terlihat lesu.
2) Bagaimana dilihat
Klien tampak ngantuk, tatatapan kosong, dan kadang-kadang
menguap, area sekitar mata terlihat gelap
c. Region
1) Dimana Lokasinya :

2) Apakah Menyebar :-
 Severity :-
 Time :-
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dahulu pernah mengalami konstipasi. Tapi
sekarang sudah tidak kambuh lagi.
b. Pengobatan/ Tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan sering mengkonsumsi daun daun tradisional
untuk pengobatan dengan cara direbus dan mengkonsumsi buah-
buahan.
c. Pernah dirawat/ di operasi
Klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit
dan belum pernah dioperasi.
d. Lama Dirawat
Tidak pernah dirawat dirumah sakit.
e. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi apapun terhadap dirinya
f. Imunisasi
Klien mengatakan tidak mendapat imunisasi pada waktu
beliau masih kecil.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang Tua
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang serius terhadap
orang tuanya.
b. Saudara Kandung
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
c. Penyakit Keturunan yang ada.
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan Jiwa.
Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
e. Anggota Keluarga yang meninggal.
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi Klien Tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa dia ingin selalu sehat.
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien mengatakan senang dengan kondisi tubuhnya, tidak gemuk.
2) Ideal Diri
Klien mengatakan semoga saja dia tidak mengalami
penyakit serius sehingga dapat tetap beraktifitas seperti biasa nya.
3) Harga Diri
Klien merasa senang dengan dirinya, karena anaknya
patuh terhadap dia dan klien merasa dihargai.
4) Peran Diri
Berperan sebagai kepala Keluarga.
5) Identitas Diri
Seorang suami dengan pensiunan guru.
c. Keadaan Emosi
Baik , dapat mengontrol emosi.
d. Hubungan Sosial
Hubungan social Klien dengan lingkungan social terjalin dengan baik.
- Orang yang berarti : Istri dan Anak
- Hubungan dengan Keluarga : Kandung
- Hubungan dengan Orang Lain : Terjalin dengan baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan : Tidak ada
- Orang Lain
e. Spritual
1) Nilai dan Keyakinan
Klien percaya dengan keyakinan Agama yang dianutnya
2) Kegiatan Ibadah
Klien melakukan sholat 5 waktu dengan rajin.
f. Istirahat Tidur
- Lama Tidur malam : 21.00-05.00 wib
- Setelah mengalami gangguan : 23.00-03.00 wib
- Keluhan dengan Tidur :Tidur terganggu, sering terbangun. Petugas
panti mengatakan beberapa hari ini Klien terlihat tidur sambil berjalan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda – tanda Vital
- Suhu Tubuh : 36.8 C
- Tekanan Darah : 140/70 mmhg
- Nadi : 78x/menit
- Pernapasan : 18 x/menit
- Skala nyeri : Skala 3
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 60 kg
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : Normal , Berbentuk bulat.
- Ubun – ubun : Ada
- Kulit kepala : Bersih , tidak ada Ketombe
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: Rapi , rambut lebat, ikal, ada
uban
- Bau : Tidak ada
- Warna Kulit : Kuning langsat
Wajah
- Warna Kulit : Kuning langsat
- Struktur Wajah :Bulat, tidak ada kelainan mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan: 2 buah bola mata dan simetris
- Palpebra : Terbuka
- Konjungtiva dan sclera : Tidak Pucat
- Pupil : Simetris
- Cornea dan iris : Adanya sedikit kekeruhan lensa
Hidung
- Tulang hidung : Simetris , normal
- Lubang Hidung : Lengkap , ada 2 lubang
- Cuping hidung : Normal
Telinga
- Bentuk Telinga : Simetris , lengkap ada 2 daun telinga
- Ukuran Telinga : Kecil
- Lubang Telinga : Bersih
- Ketajaman Pendengaran : Masih Baik
Mulut dan Faring
- Keadaan Bibir : Tidak kering
- Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi dan gigi bersih, gigi lengkap
- Keadaan Lidah : Normal
Leher
- Posisi Trachea : Simetris
- Thiroid : Normal , tidak ada pembengkakan
- Suara : Bersih
- Kelenjar Limfe : Ada
- Denyut nadi karotis : Normal, masi teraba
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Baik
- Kehangatan : Kulit terasa hangat.
- Warna : Kuning langsat
- Turgor : Normal
- Kelembapan : Kulit lembab
- Kelainan Pada Kulit : Adanya bintik hitam karena proses
Menua. Pemeriksaan Thoraks/Dada
- Inspeksi thoraks
(Normal,burelchest,funnelchest,pigeonchest,failchest,kifos
Koliasis)
- Pernafasan (Frekuensi,irama) : Normal , tidak sulit dalam bernafas
- Tanda Kesulitan Bernafas : Tidak ada
Pemeriksaan Paru
- Palpasi Getaran Suara : Tidak dilakukan
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi(Suara nafas,suara : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Ucapan,suara tambahan)
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : Kedua belah dada normal, simetris
- Palpasi : Normal, Tidak ada bunyi tambahan
- Perkusi : Normal, Terdengar suara resonan
- Auskultasi : Normal, Terdengar suara broncial
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi ( Bentuk,benjolan) : Normal, tidak ada benjolan
- Auskultasi : Tidak terdengar kelainan
- Palpasi (Tanda nyeri tekan : Tidak adanya pembesaran Hepar
/limfa Benjolan,ascites,hepar,lien)
- Perkusi (Suara abdomen) : Normal
8. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola Makan dan Minum
- Frekuensi makan / hari : 3 x Sehari
- Nafsu / Selera makan : Baik dan Normal
- Nyeri Ulu hati : Tidak ada
- Alergi : Tidak ada
- Mual dan Muntah : Tidak ada
- Waktu Pemberian makan : Teratur dan tepat waktu
- Jumlah dan Jenis makan : 1 Porsi makan dengan nasi Putih dan lauk
- Waktu pemberian minum : Setiap saat apabila haus
- Masalah Makan minum : Tidak ada masalah
b. Perawatan Diri / Personal hygiene
- Kebersihan Tubuh : Bersih, tidak tampak kotoran,rapi
- Kebersihan Gigi dan Mulut : Bersih, Tidak berbau
- Kebersihan Kuku kaki/tangan: Bersih, kuku tidak panjang
c. Pola Kegiatan / Aktivitas
- Uraian Kegiatan Klien untuk :
1. Mandi : Dilakukan 2 x sehari dengan mandiri
2. Makan : 3x sehari dilakukan secara mandiri
3. Eliminasi : Dilakukan secara mandiri
4. Ganti Pakaian : Dilakukan secara mandiri
- Uraian aktivitas Ibadah : Klien setiap hari minggu ke gereja.
9. Pola Eliminasi
a. BAB
- Pola BAB : Kurang lebih 4-6 kali seminggu
- Karakter Feses : Normal , Lembek dan berwarna Kuning
- Riwayat Perdarahan : Tidak Pernah
- Diare : Tidak ada
a. BAK
- Pola BAK : Kurang lebih 3 – 6 Kali sehari
- Karakter Urine : Normal, Bau tidak menyengat
- Nyeri/Rasa terbakar/sulit BAK: Tidak ada
- Riwayat Penyakit Ginjal : Tidak ad
2. ANALISA DATA
Masalah
NO Data Penyebab
Keperawatan
1 Ds : -Faktor menua Gangguan Pola
Tn. W mengatakan Saya -Kebisingan Tidur
sering terbangun apa bila -Keadaan Lingkungan
tidur malam. Terkadang yang tidak nyaman.
tidak bisa tidur nyenyak.
Do :
- K/u Baik
- Konjungtiva enemis
- Terkadang menguap
- Klien tampak lelah
- TD : 140/70 mmhg
- N : 78 x/ menit
- RR : 18 x/ menit
- S : 36,8 c
Waktu tidur malam sekitar
21.00 – 05.00 wib.
Waktu tidur setelah
mengalami gangguan
23.00-03.00 wib

2 Ds : -Proses Menua. Kurang


Tn. W mengatakan tidak -Kurang pengetahuan pengetahuan
mengetahui tentang tentang informasi tentang reumatik.
penyakit reumatik. reumatik.
Makanan, pantangan dan
pengobatannya
Do : Tn. W tampak
bertanya tentang rematik,
makanan, pantangan, dan
cara pengobatannya.
Nyeri
Proses Menua.
3 Ds : Tn. W mengatakan
-Nyeri
adanya nyeri pada bagian
-Tulang mengalami
lutut dan dirasakan pada
gesekan.
saat bangun tidur, ketika
berdiri dan duduk. -Permukaan tulang

Do : dan sendi tidak lagi

TD : 140/70 mmhg licin.

Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,8 c
Respirasi : 15x/ menit
Tn.W tampak
memegangi kakinya.
Skala nyeri : skala 3
3. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Pola Tidur.
2. Kurang Pengetahuan Tentang Reumatik.
3. Nyeri.

4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)


1. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Faktor menua dan keadaan
lingkungan yang tidak nyaman ditandai dengan klien sering terbangun
pada saat tidur dan tidur tidak nyenyak.
2. Kurangnya pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi tentang rematik.
3. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada kaki berhubungan dengan
terjadinya nyeri pada kaki ditandai dengan rasa kesemutan dan nyeri
pada persendian.
5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Pola Setelah dilakukan -Lakukan -Memberikan
Tidur tindakan pengkajian informasi rencana
Berhubungan keperawatan masalah keperawatan
dengan Faktor diharapkan gangguan tidur -mengatur pola
menua dan gangguan tidur klien, tidur .
keadaan tidak terjadi. karakteristik dan -Meningkatkan
lingkungan yang Dengan kriteria penyebab pola tidur.
tidak nyaman hasil :Klien dapat kurang tidur -Mengurangi
ditandai dengan tidur, nyaman -Lakukan gangguan pada
klien sering dan rileks. persiapan untuk pola tidur.
terbangun pada tidur malam -Memberikan
saat tidur dan seperti jam 8. kenyamanan
tidur tidak -Anjurkan untuk tidur.
nyenyak makan yang
cukup satu jam
sebelum tidur.
-Keadaan
tempat tidur
yang nyaman
-Lingkungan
yang tidak
berisik dari
kebisingan
-Tingkatkan
aktivitas sehari-
hari dan Kurangi
aktivitas
sebelum tidur.
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2 Kurangnya Setelah dilakukan -Kaji tingkat -Menambah pengetahuan
pengetahuan intervensi, pengetahuan klien. klien tentang penyakit

tentang rematik diharapkan : -Berikan yang dideritanya.


Tn.W diharapkan pendidikan -Klien mengetahui
berhubungan
paham mengenai kesehatan tentang tentang rematik untuk
dengan kurang
penyakitnya. cara mencegah pengurangan memicu
terpaparnya
dan mengatasi terjadinya nyeri.
informasi tentang
rematik. -Mengetahui sejauh mana
rematik -Anjurkan klien klien paham tentang
untuk peyakit dideritanya.
mengkonsumsi
makanan yang
dapat dikonsumsi.
-Evaluasi tingkat
pengetahuan klien.
3 Nyeri akut akibat Setelah dilakukan -Menganjurkan - Mengurangi rasa nyeri
proses inflamasi intervensi hasil Klien untuk mandi yang dirasakan klien
pada kaki yang diharapkan : air hangat, sehingga tercapai rasa
berhubungan - Tn.W kompres sendi- nyaman.
dengan terjadinya melaporkan rasa sendi yang sakit -Nyeri berkurang melalui
nyeri pada kaki kesemutan dan denga kompres masase yang dilakukan.
ditandai dengan nyeri pada sendi hangat. -Memudahkan untuk ikut
rasa kesemutan berkurang -Memberikan serta dalam terapi dan
dan nyeri pada -Tn. W dapat masase yang mengurangi tegangan
persendian. merasa nyaman, lembut otot/spasme.
tanpa rasa ngilu -Mengajarkan
dan nyeri pada teknik relaksasi.
kaki.
6. Implementasi Dan Evaluasi

Tanggal No Implementasi Evaluasi


27/10/202 1 - Melakukan pengkajian masalah S :Klien mengatakan masih
1
gangguan tidur klien, mengalami gangguan sekali-
Kamis
karakteristik, dan penyebab sekali.
kurang tidur O :
Hasil : Klien sering terbangun -K/u Baik
pada malam hari, klien terbangun -Klien merasa sudah hampir
kira-kira 1 jam tertidur, jika sudah bisa tidur
terbangun klien biasanya -TD : 140/70mmhg
melakukan kegiatan minum air -Nadi : 78x/menit
hangat, penyebab klien terbangun -RR : 18x/menit
karena faktor lingkungan dan jika -S : 36,8 C
gejala rematik yang membuatnya Kuantitas tidur pada malam hari
nyeri dari jam 20.00 – 04.00 wib
-Menganjurkan klien untuk tidur Pada siang hari 12.00 – 14.00
malam seperti pada jam 8 malam wib
sesuai dengan pola tidur klien. A : Masalah Sebagian teratasi
Hasil : Klien tidur jam 20.00- P : Intervensi Dilanjutkan
04.00 wib.
-Anjurkan Keluarga klien untuk
memberikan keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih dan bantal
yang nyaman.
Hasil : Keluarga klien menuruti
anjuran tersebut.Membuat tempat
tidur yang nyaman, lingkungan
yang tidak panas.
-Meningkatkan aktivitas sehari-
hari dan kurangi aktivitas sebelum
tidur.
Hasil : Klien tidak melakukan
kegiatan sebelum tidur. Tidak
mengerjakan yang berat-berat.
Tanggal No Implementasi Evaluasi
27/10/2021 2 -Membina hubungan S : Klien mengatakan sudah paham
Kamis saling percaya dengan dengan apa yang disampaikan mengenai
klien. rematik, penyebab, makanan yang dapat
Hasil : Memberi salam dan tidak dapat dikonsumsi.
kepada klien,dan klien O : Tn. W tampak paham dengan apa
membalas salam tersebut. yang disampaikan.
-Menjelaskan tentang A : Masalah Teratasi
rematik kepada klien. P : Intervensi Dilanjutkan
Hasil : Klien bertanya -Beri penkes tentang rematik.
mengenai rematik
tersebut.
-Menjelaskan Cara untuk
mengurangi sakit pada
lutut dengan berolah raga.
Hasil : Klien mengatakan
telah melakukan olah raga
jalan pagi.
-Menjelaskan makanan
yang dapat dikonsumsi
klien
Hasil : Klien
mengkonsumsi susu, telur,
buah-buahan dan keju.
-Menjelaskan makanan
yang tidak boleh
dikonsumsi oleh penderita
rematik.
Hasil : Klien mengatakan
menghindari konsumsi
makanan seperti Kacang,
buncis dll.
Tanggal No Implementasi Evaluasi
27/10/2021 3 -Membina Hubungan saling S : Tn. W mengatakan sudah 3
Kamis percaya dengan klien. minggu merasakan kesemutan
Hasil : memberi salam pada klien dan nyeri sendi pada lutut-
dank lien merespon salam yang lututnya
disampaikan. -Tn. W mengatakan rasa nyeri
-Mengkaji keluhan yang sendi tersebut datang ketika
dirasakan klien, catat faktor yang akan bergerak missal duduk
mempercepat dan tanda-tanda atau berdiri.
rasa sakit non verbal. O:
Hasil : Klien mengalami nyeri -TD : 120/80 mmhg
saat bergerak tiba-tiba, faktor -Nadi : 80x/menit
yang mempercepat nyeri saat -Suhu : 36 C
klien banyak berdiri, klien -Respirasi : 20x/menit
memegangi lutut yang nyeri. -Tn. W tampak memegangi
-Menganjurkan klien untuk mandi kaki bagian lututnya.
air hangat, kompres sendi-sendi -Tn. W tampak melakukan teknik
yang sakit dengan kompres hangat. relaksasi dan distraksi dengan
Hasil : Klien mengatakan setiap cara tarik nafas dalam.
malam mandi air hangat, A : Masalah Teratasi
mencontohkan kepada klien P : Intervensi Dilanjutkan
mengompres kaki nya dengan air -Kaji pengetahuan klien tentang
hangat. rematik
-Mengajarkan klien untuk teknik -Berikan penkes tentang
relaksasi. penyakit rematik.
Hasil : Klien mampu melakukan
teknik penarikan nafas saat nyeri
menyerang.
-Mengajarkan klien untuk
melakukan olahraga kaki, misalnya
dengan berjalan pagi hari.
Hasil : Klien mengatakan pagi
berjalan untuk olah raga kakinya.
BAB IV

PENUTUP

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik pada klien Tn. H dengan

masalah Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal

berhubungan dengan kurang kontrol tidur (insomnia) di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari tanggal 1 Juni – 3 Juni 2018, penulis dapat menyimpulkan sebagai

berikut.

A. Kesimpulan

Dari uraian penulis tentang pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik

pada Tn.H dengan masalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat

faktor eksternal berhubungan dengan kurang kontrol tidur (insomnia) dapat di

tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nama klien Tn.H berusia 79 Tahun. Keluhan utama klien yaitu klien

mengatakan pusing dan tiba-tiba sakit kepala ketika bangun pada pagi hari

dan klien bangun terlalu dini. Kejadian ini sudah berlangsung selama 3

bulan belakangan. Selain itu klien sering merasa tidak nyaman saat tidur

karena keadaan tempat tidur yang tidak bersih. Tn.H hanya bisa tidur

selama 3-4 jam saja dan hal itu sering kali membuatnya mudah lelah dan

merasa pusing. TTV: Tekanan Darah 140/80,Nadi 80 X/Menit, Suhu 36,5 C

,Pernapasan 20x/Menit.

2. Diagnosa yang muncul pada kasus ini berdasarkan respon klien yaitu

Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan mengantuk

secara berlebihan.
3. Perencanaan keperawatan yang di tegakan adalah meliputi NOC : tidur

(kuantitas dan kualitas tidur), NIC yang di tetapkan adalah sleep

Enhancement (fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur

seperti mendengarkan musik, ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor

waktu makan dan minum dengan waktu tidur dan catat kebutuhan tidur

pasien setiap hari dan jam).

4. Pelaksanaan pada pengelolaan kasus gangguan kualitas dan kuantitas tidur

pada klien harus selalu disesuaikan dengan kondisi dan keluhan klien,

lingkungan serta kemampuan klien dengan melibatkan peran perawat

sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

5. Evaluasi yang di peroleh terhadap NOC yang di tetapkan adalah setelah di

lakukan pengkajian di dapatkan peningkatan kuantitas tidur sekitar 1 jam 40

menit sejak hari pertama hingga hari ketiga. Sedangkan kualitas tidur

mengalami peningkatan sebesar 20 % untuk kualitas tidur fisik dan 10%

untuk kualitas tidur psikologis sejak hari pertama hingga hari ketiga.

B. Saran

1. Bagi lahan praktek

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Sebaiknya bekerja sama antar

perawat dan klien lebih ditingkatkan dan meningkatkan kinerja petugas

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penerima

manfaat yang membutuhkan informasi masalah kesehatan yang dialami,

serta dalam pemberian pelayanan kepada klien disiapkan fasilitas-fasilitas

yang memadai untuk menunjang pemeriksaan dan tindakan keperawatan

terutama pada klien dengan masalah gangguan istirahat dan tidur.


2. Bagi penulis

Penulis supaya terus mengembangkan pengetahuan yang telah

didapat tentang gangguan istirahat dan tidur pada lansia serta

menginformasikan pada orang lain atau lansia sehingga tindakan

pencegahan dan pengobatan gangguan istirahat dan tidur dapat dilakukan

secara optimal. Sebaiknya penulis juga harus lebih mempersiapkan

peralatan dan mengatur waktu dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

3. Bagi institusi

Istitusi akademik diharapkan agar terus mengembangkan dan

menambah referensi buku untuk para mahasiswa tentang gangguan istirahat

dan tidur pada lansia, untuk memudahkan bagi penulis atau peneliti.

Selanjutnya untuk mendapatkan sumber-sumber referensi buku dan

mengembangkan ilmu pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Maryam Siti.R, dkk (2010) Asuhan Keperawatan Pada Lansia, Trans Info Media Jakarta

Nugroho Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi 2, Jakarta

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.

Jakarta: EGC

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id diakses tanggal 02 ktober 2021


Lampiran

Jawablah pertanyaan ini sesuai gambaran situasi / keadaan bapak

selama di panti.

Observasi Kualitas Tidur Berdasarkan tanda fisik

N Pert Y T
o. anyaan a idak
1 Area gelap di skitar mata 
.

2 Bengkak di kelopak mata 


.

3 Konjungtiva berwarna kemerahan 


.

4 Mata cekung 
.

5 Kantuk yang berlebihan yang sering di 


.
tandai dengan seringkali nya menguap

6 Tidak mampu untuk berkonsentrasi √


7 Selalu merasa murung √
8 Penglihatan kabur √
9 Sering merasa mual √
1 Sering merasa pusing √
0
Jumlah 5 5
Observasi Kualitas Tidur Berdasarkan Tanda Psikologis

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Menarik diri 

2. Apatis 

3. Respon menurun 

4. Bingung 

5. Daya ingat berkurang 

6. Halusinasi 
7. Halusinasi pendengaran √
8. Halusinasi penglihatan √
9. Kurang mampu memberikan pertimbangan √
10. Kurang mampu memberikan keputusan √
Total 5 5

Kuantitas Tidur Berdasarkan Jumlah Jam Tidur Siang Hari

1. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur siang : jam 12.00 - 13.00 WiB

2. Berapa lama bapak/ibu tidur siang : 1 jam

Malam Hari

1. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur malam : 23.30 WiB - 03.00 WiB

2. Berapa lama bapak/ibu tidur malam: 03.30 jam


PENGKAJIAN KATZ INDEKS

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari.

Nama Klien : Tn. W

SKORE KRITERIA

Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar


A
kecil, berpakaian dan mandi.

Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu dari


B
fungsi tersebut.

Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi dan


C
satu fungsi tambahan.

Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,


D
berpakaian dan satu fungsi tambahan.

Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,


E
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.

Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,


F
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

LAIN- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat

LAIN diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Hasil :

Hasil dari pengkajian katz indeks adalah klien mampu melakukan

aktivitas secara mandiri dalam hal mandi, makan, ke kamar kecil,

berpindah, dan berpakaian.


BARTHEL INDEKS

MODIFIKASI INDEKS KEMANDIRIAN KATZ

Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(Nilai 1) (0)
1 Mandi dikamar mandi
(menggosok, membersihkan, 1
dan mengeringkan badan).
2. Menyiapkan pakaian,
membuka, dan 1
mengenakannya.
3. Memakan makanan yang
1
telah disiapkan.
4. Memelihara kebersihan diri
untuk penampilan diri
(menyisir rambut, mencuci 1
rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis).
5. Buang air besar di WC
(membersihkan dan
1
mengeringkan daerah
bokong).
6. Dapat mengontrol
1
pengeluaran feses (tinja).
7. Buang air kecil di kamar
mandi (membersihkan dan
1
mengeringkan daerah
kemaluan).
8. Dapat mengontrol
1
pengeluaran air kemih
9. Berjalan di lingkungan
tempat tinggal atau keluar
0
ruangan tanpa alat bantu
seperti tongkat
10. Menjalankan ibadah sesuai
agama dan kepercayaan yang 1
dianutnya
11. Melakukan pekerjaan seperti
merapikan tempat tidur,
1
mencuci pakaian, memasak,
dan membersihkan ruangan.
12. Berjalan untuk kebutuhan
sendiri atau kebutuhan 1
keluarga.
13. Pengelolaan keuangan
(menyimpan dan 0
menggunakan uang sendiri.
14. Menggunakan sarana
transportasi umum untuk 0
bepergian.
15. Menyiapkan obat dan minum
obat sesuai dengan aturan
0
(takaran obat dan waktu
minum obat yang tepat).
16. Merencanakan dan
mengambil keputusan untuk
kepentingan keluarga dalam
hal pengunaan uang, aktivitas 0
sosial yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan
kesehatan.
17. Melakukan aktivitas diwaktu
luang (kegiatan keagamaan,
0
sosial, rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi)
Jumlah nilai 13

ANALISIS HASIL :

NILAI 13 – 17 : MANDIRI

NILAI 0 – 12 ` : KETERGANTUNGAN
Pengkajian Status Mental Gerontik (SPSMQ)

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short

Potable Mental Status Questioner (SPSMQ)

Intruksi :

Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua

jawaban Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH N0 PERTANYAAN

 01. Tanggal berapa hari ini ?

16 Mei 2018

 02. Hari apa sekarang ?

Rabu

 03. Apa nama tempat ini ?

Wisma Segar

 04. Dimana alamat anda ?

Boro-boro

 05. Berapa umur anda ?

79 Tahun

 06. Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)

1939

 07. Siapa presiden Indonesia sekarang ?

Jokowi

 08. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

SBY
 09. Siapa nama ibu anda ?

Endak

 10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari tiap

angka baru semua secara menurun.

20 , 17, 14, 11

Score total 1
0

Interprestasi data

1. Salah 0 – 2 : Fungsi intelektual utuh

2. Salah 3 – 4 : Kerusakan intelektual ringan

3. Salah 5 – 7 : Kerusakan intelektual sedang

4. Salah 8 – 10 : Kerusakan intelektual berat


Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Exam)

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi metal dengan menggunakan MMSE

(Mini Mental Status Exam) yaitu Orientasi, Registrasi, Perhatian, Kalkulasi,

Mengingat kembali, dan Bahasa.

ASPEK NILAI NILAI


N0 KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN

Menyebutkan dengan benar

1. Tahun : 2018

2. Musim : hujan
1. Orientasi 5 5
3. Tanggal : 16

4. Hari : Rabu

5. Bulan : Mei

Dimana kita sekarang berada ?

1. Negara : Indonesia

2. Provinsi : Sulawesi Tenggara


2. Orientasi 5 5
3. Kota : Kendari

4. PSTW : Minaula Kendari

5. Wisma : Segar

Sebutkan nama 3 objek (oleh

pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan

3. Registrasi 3 3 masing-masing objek. Kemudian

tanyakan kepada klien 3 objek tadi

(untuk disebutkan)
1. Objek 1 : Meja

2. Objek 2 : Kursi

3. Objek 3 : Televisi

Minta klien untuk memulai dari angka

100 kemudian dikurangi 7 sampai 5

kali atau tingkat

Perhatian dan 1. 93
4. 5 5
kalkulasi 2. 84

3. 79

4. 71

5. 65

Minta klien untuk mengulangi ketiga

objek pada No.2 (Registrasi) tadi. Bila

benar, 1 point untuk masing-masing


5. Mengingat 3 3
objek.

1. Objek 1 : Meja

2. Objek 2 : Televisi

a. Tunjukkan pada klien suatu

benda dan tanyakan namanya

pada klien (Misal jam tangan,

6. Bahasa 9 9 pensil) 2 angka)

b. Minta klien untuk mengulang

kata berikut “jika tidak dan

atau tapi” (Bila benar 1 point)


1

c. Minta klien untuk mengikuti

perintah berikut yang terdiri

dari 3 langkah

“Ambil kertas ditangan anda,

lipat dua dan taruh dilantai”

1. Ambil kertas ditangan anda

2. Lipat dua

3. Taruh di lantai ( 2 angka )

d. Perintahkan pada klien untuk

hal berikut (bila aktivitas

sesuai perintah point 1 )

“pejamkan mata anda”.

e. Perintahkan pada klien untuk

menulis satu kalimat menyalin

gambar (1 angka)

Interpretasi hasil :

24 – 30 : Normal

17 – 23 : Probable gangguan kognitif

0 – 16 : Definitif gangguan kognitif

Anda mungkin juga menyukai