PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Gangguan tidur yang paling sering dijumpai saat ini yaitu Insomnia.
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat, baik kualitas
akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih
dini dan sulit untuk tidur kembali (Atoilah & Kusnadi, 2013). Penyebabnya
dikarenakan gangguan fisik maupun karena faktor mental seperti perasaan gundah
mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam
sehari) dengan terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi dan sering terbangun di
waktu malam hari (Nugroho, 2000). Banyaknya persoalan lanjut usia seiring
47% dengan proporsi sekitar 50-70% terjadi pada usia diatas 65 tahun. Sebuah
penelitian Aging Multicenter melaporkan bahwa sebesar 42% dari 9.000 lansia
yang berusia diatas 65 tahun mengalami gejala insomnia (Suasari,et. al. 2014).
Penelitian yang dilakukan di Taipei menunjukkan bahwa sebanyak 40 % individu
terbangun dan sulit untuk memulai tidur (Tsou, 2013). Di Indonesia, angka
prevalensi insomnia pada lansia sekitar 67%. Sedangkan sebanyak 55,8 % lansia
mengalami insomnia ringan dan 23,3 % lansia yang mengalami insomnia sedang
adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat di bangunkan kembali dengan
indra atau ransangan yang cukup (Atoilah & Kusnadi, 2013 dikutip dalam
minimnya aktivitas. Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang tidak
sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai yang
ditandai dengan aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi
Aktivitas tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu
medulla spinalis (Batang Otak) tepatnya di RAS (Retikular activating system) dan
bangun dan mempermudah beberapa tahap untuk tidur (Atoilah & Kusnadi,
2013). Terjadinya Bangun dan tidur merupakan peran dari RAS dan BSR, dimana
Proses tidur terbagi menjadi dua fase REM (Rapid Eyes Movement/
Gerakan Mata Cepat) Dan NREM (Non Rapid Eyes Movement/gerakan mata tidak
cepat). Tidur NREM dikatakan tidur Gelombang lambat (Slow Wave Sleep),
terjadi karena aktivtas gelombang otak bergerak sangat lambat yang ditandai
dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologi maupun metabolisme. kerja otot. dan
tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan frekuensi nafas (Saputra, 2013). Tidur
NREM terjadi sekitar 75% sampai 80% dari waktu tidur, sisanya sekitar 20%
sampai 25 % dari tidur adalah fase tidur REM (Syara, 2015 dikutip dalam Meiner,
2011).
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM yang biasanya berlangsung rata-
rata setiap 90 menit (5-20 menit) disertai dengan mimpi (Saputra, 2013). Tidur
malam di mulai dengan empat tahap tidur NREM, berlanjut dengan fase tidur
REM, kemudian dilanjutkan dengan pergantian siklus antara NREM dan REM
selama sisa tidur hingga pagi sekitar 4-6 siklus (Syara, 2015 dikutip dalam
Meiner, 2011). Lamanya tidur pada fase 3-4 berkontribusi dalam menentukan
istirahat dan kesegaran individu pada esoknya (Touhy, 2010). Dari Tahap 1
sampai 4 kualitas tidur akan bertambah dalam sehingga pada tahap 3 dan tahap 4
bertambahnya usia (Smelzer & Bare, 2001). Pada Lansia kebutuhan tidur normal
pada usia diatas 60 tahun keatas yaitu selama 6 jam, dimana sebanyak 20-25%
dari siklus tidur REM dan tahap IV NREM menurun, sehingga individu dapat
mengalami insomnia yaitu sering terjaga sewaktu tidur (Saputra, 2013). Proses
dan istirahat serta mengakibatkan lebih mudah mengalami gangguan tidur (Maas,
hidup/kebiasaan, stress psikologi, diet dan nutrisi (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Stimulan, Alkohol, obat-obatan, diet dan nutrisi. Pada lansia faktor-faktor tersebut
terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal
meliputi fisiologis dan psikologi terdiri dari penyakit, nyeri, gangguan suhu tubuh,
gangguan pernafasan saat tidur, pergerakan kaki secara teratur saat tidur, gejala
kesulitaan untuk tidur, sering terbangun lebih awal, sakit kepala di siang hari,
kesulitan berkonsentrasi, dan mudah marah. Dampak yang lebih luas akan terlihat
kecelakaan, seperti terjatuh, serta kecelakaan dalam rumah tangga. Insomnia juga
mendasari, seperti depresi, hipertensi, penyakit jantung atau paru, stroke, diabetes
mellitus, atau arthritis memiliki kualitas tidur yang lebih buruk dan durasi tidur
yang kurang dibandingkan dengan lansia yang sehat (Suastari, et.al. 2014).
rasa kantuk yang berlebihan di siang hari sehingga tubuh terasa lemah terutama
pada ekstremitas, kelelahan, rasa tidak nyaman, kehilangan nafsu makan, sakit
sekitar 80 juta lansia sering mengalami jatuh atau kecelakaan yang berhubungan
pula dengan peningkatan biaya pengobatan dan perawatan, yaitu sebesar 100 juta
mendorong tidur normal yang dapat dipraktekkan oleh individu secara rutin untuk
mencapai tidur normal (Meiner, 2011). Sleep Hygiene menekankan jadwal dan
rutinitas tidur yang stabil, lingkungan yang ramah untuk tidur, menghindari zat-
zat yang akan mengganggu tidur, olahraga teratur (tapi tidak segera sebelum
mencoba untuk tidur), menghindari minuman berkafein, pil tidur, alkohol dan
Sleep Hygiene terhadap insomnia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suastari
derajat insomnia pada lansia, pada dua komponen yaitu faktor diet dan olahraga.
Sejalan dengan itu, adanya hubungan antara sleep hygiene dengan kualitas tidur
lansia, dimana semakin rendah prilaku sleep hygiene maka akan semakin
1. Pengertian Lansia
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun
sosial (Nugroho, 2012). Sedangkan, menua (menjadi tua) adalah suatu proses
dalam memenuhi kebutuhan dalam hidup. Proses menua merupakan proses yang terus-
Batasan usia lanjut menurut World Health Organitation (1999), adalah(1) usia lanjut
(elderly) 60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat tua (very old) di
a) Perubahan Fisik
Sistem Pendengaran
Probiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telingadalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Selain itu,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit yang dikenal dengan liver spot.
Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia terjadi pada jaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
Sistem Kardiovaskuler
Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung bertambah,
ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang.
Sistem Respirasi
Kapasitas total paru tetap, namun volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang paru. Udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
Sistem Perkemihan
Sistem Saraf
Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia antara lain mengalami kesepian,
duka cita karena kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup, depresi,
cemas, parafrenia, serta dapat terjadi sindrom Diogenes yaitu menampakkan
penampilan dan perilaku yang mengganggu.
Perubahan Spiritual
Menurut Maas (2011), lansia sering kali melaporkan mengalami kesulitan tidur,
sehingga menimbulkan gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
dan dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
Oleh karena itu, pendekatan keperawatan di perlukan untuk mencegah
kehilangan fungsi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas perawatan diri (Dewi,
2014).
b) Tidur Lansia
a) Pengertian Tidur
2014). Tidur memiliki dua faktor penting yang harus diperhatikan agar
sedangkan kuantitas tidur adalah jumlah jam tidur normal yang diperlukan
b) Fisiologi Tidur
Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif.Tidur REM sifatnya nyenyak
sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif.Tidur
REM ditandai dengan mimpi, otot- otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata
cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), gerakan otot tidak kendur, kecepatan
jantung, dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme
meningkat.
Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam.Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda-tanda tidur NREM antara lain : Mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan
darah turun, kecepatan pernafasan turun, metabolism turun, dan gerakan bola mata
lambat.
c) Tahap - Tahap Tidur
Menurut Maas (2011), tidur dimulai dari status NREM, yang terjadi melalui
empat tahap. Tahap NREM merupakan periode transisi menuju saatnya tidur, saat
seseorang dapat dengan mudah terbangun.Tahap 2 NREM dianggap sebagai periode
tidur ringan dengan fase relaksasi yang sangat besar.Tahap 3 NREM merupakan fase
pertama tidur dalam. Tahap 4 NREM merupakan periode tidur paling dalam dan pada
tahap tersebut merupakan saat terbesar terjadinya proses pemulihan. Pada tahap ini
terjadi penurunan frekuensi nadi, tekanan darah, dan metabolisme.
Keempat tahap dari fase tidur NREM diikuti oleh fase tidur REM. Tingkat
terdalam relaksasi tubuh terjadi selama fase tidur REM. Fase tidur REM diikuti oleh
adanya rapideye movement yang tiba-tiba dan munculnya mimpi.Frekuensi pernafasan,
denyut jantung, dan tekanan darah menjadi sangat bervariasi, tidak teratur, dan
meningkat secara berkala selama fase tidur REM.
d) Siklus Tidur
Siklus tidur yang umum terjadi pada lansia terdiri atas tahap 1 NREM, diikuti
oleh tahap 2,3, dan 4 NREM dengan kemungkinan kembali lagi ke tahap sebelumnya,
yakni tahap 3 dan 2 NREM, sebelum fase REM dimulai. Fase NREM dari siklus tidur
terjadi pada sekitar 75% sampai 80% dari waktur tidur total.Tidur REM terjadi selama
20% sampai 25% waktu tidur dalam.Siklus REM dimulai kurang lebih 60 menit dalam
siklus tidur (Maas, 2011). Tidur Rapid Eye Movement (REM) lansia mulai memendek.
Penurunan progresif pada tahap Non Rapid Eye Movement (NREM) 3 dan 4 hampir
tidak memiliki tahap 4 karena terjadinya perubahan sistem saraf pusat yang
mempengaruhi pengaturan tidur (Ernawati, 2016).
Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa sejumlah faktor dapat memengaruhi
kualitas dan kuantitas tidur lansia. Sering kali faktor fisiologis, psikologis dan faktor
lingkungan mengubah kualitas dan kuantitas tidur lansia. Adapun faktor-faktor yang
dapat memengaruhi tidur lansia antara lain :
1. Obat dan substansi.
Kantuk, insomnia dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat
yang diresepkan. Lansia mengonsumsi berbagai obat untuk mengontrol atau
mengobati penyakit kronis, dan efek sampingnya bisa sangat mengganggu
tidur.
2. Gaya hidup
Lansia yang masih bekerja dengan sistem rotasi (shift) sering mengalami
kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan
kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan bahkan kinerja yang
berbahaya.
4. Stres emosional
Khawatir atas masalah-masalah pribadi atau situasi tertentu sering mengganggu
tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan frustasi ketika tidak
dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat
tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. Stres yang
berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik.
5. Lingkungan
Lingkungan fisik secara signifikan memengaruhi kemampuan untuk memulai dan
tetap tidur. Ventilasi yang baik, kenyamanan dan posisi tempat tidur yang tepat,
pasangan tidur, kebisingan serta tingkat cahaya dapat memengaruhi kemampuan
seseorang untuk tidur. Beberapa klien memilih kamar yang gelap, sedangkan lansia
biasanya lebih menyukai cahaya lembut selama tidur.
6. Latihan dan kelelahan
Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat tidur dengan nyenyak, terutama jika
kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau kegiatan yang menyenangkan. Latihan
rutin setiap hari atau olahraga merupakan cara terbaik untuk meningkatkan tidur
(Aspiani, 2014). Kegiatan yang dilakukan sehari-hari juga akan memberi manfaat karena
kegiatan fisik sangat diperlukan untuk kebugaran (Nugroho, 2012).
8. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Aspiani, 2014).
Depresi juga dapat menunda seseorang untuk tidur (Maas, 2011).
Faktor predisposisi cemas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
yaitu jenis kelamin atau gender, wanita lebih cemas kan ketidakmmpuannya dibanding
dengan pria, pria lebih aktif, eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitive. Penelitian lain
menunjukkan bahwa pria lebih rileks dibanding wanita (Priyoto, 2015).
Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologis karena faktor usia dan ada
pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia. Ada beberapa gangguan
tidur yang sering ditemukan pada lansia menurut Aspiani (2014) :
Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik
secara kualitas maupun kuantitas. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan insomnia
diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang
tidak menunjang untuk tidur.
Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan enuresis yaitu gangguan pada bladder, stress dan minum terlalu
banyak sebelum tidur.
Narkolepsi
a. Pengkajian
i. Identitas Klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien adalah usia karena
klien saat ini mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat
dilakukan pengkajian.
gangguan tidur seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-Tanda Vital
biasanya menurun.
diri :
kesehatannya.
2. Pola nutrisi
3. Pola eliminasi
KATZ.
Quesionare (SPMSQ).
9. Pola persepsi dan konsep diri
b. Diagnosis Keperawatan
muncul pada lansia dengan gangguan tidur adalah gangguan pola tidur dan
1. Definisi
eksternal.
2. Penyebab
a. Subjektif :
a. Subjektif :
pasca operasi.
1. Definisi
a. Subjektif :
b. Objektif :
perkembangan
a. Subjektif :
b. Objektif :
kebiasaan tidur.
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Intervensi : Dukungan Tidur
keperawatan selama 3 x 20 menit Tindakan
diharapkan klien menunjukkan pola 1. Observasi
tidur membaik dengan kriteria: a. Identifikasi pola aktivitas
1. Keluhan sulit tidur menurun dan tidur
2. Keluhan sering terjaga b. Identifikasi faktor
menurun penganggu tidur
3. Keluhan tidak puas tidur (fisik/psikologis)
menurun i. Identifikasi makanan atau
4. Keluhan pola tidur berubah minuman yang mengganggu
menurun tidur (mis. Kopi, teh dan
5. Keluhan istirahat tidak alkohol)
cukup menurun ii. Identifikasi obat tidur yang
6. Kemampuan beraktivitas dikonsumsi
meningkat 2. Terapeutik
a. Modifikasi lingkungan (mis:
(SLKI, 2019) cahaya, suhu, tempat tidur,
dll)
b. Batasi tidur siang, bila perlu
c. Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
d. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis: pijat, pengaturan
posisi, latihan Chair Based
Exercise
e. Sesuaikan jadwal pemberian
obat
3. Edukasi
a. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
b. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
c. Ajarkan faktor-faktor yang
berkonstribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis:
gangguan psikologis, gaya
hidup)
(SIKI, 2018)
Tabel 1. Perencanaan Keperawatan
4. Pelaksanaan Keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kholifah, 2016). Pada tahap
perkembangan lansia.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi atau tahap penilaian adalah tahap akhir dari proses
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
perlu.
f) Landasan Teori
a. Kerangka Konsep
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
Seorang laki-laki usia 65 tahun di panti Werdha, mengeluh sejak 3 hari tidak nyenyak tidur,
mudah terbangun pada malam hari. Petugas panti mengatakan beberapa hari ini Klien terlihat tidur
sambil berjalan. Hasil pemeriksaan ditemukan Klien tampak ngantuk, tatatapan kosong, dan
kadang-kadang menguap, area sekitar mata terlihat gelap. TD 140/70 mmHg, Nadi 78x/menit,
frekuensi nafas 18x/menit, Suhu 36.8°C.
2) Apakah Menyebar :-
Severity :-
Time :-
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dahulu pernah mengalami konstipasi. Tapi
sekarang sudah tidak kambuh lagi.
b. Pengobatan/ Tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan sering mengkonsumsi daun daun tradisional
untuk pengobatan dengan cara direbus dan mengkonsumsi buah-
buahan.
c. Pernah dirawat/ di operasi
Klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit
dan belum pernah dioperasi.
d. Lama Dirawat
Tidak pernah dirawat dirumah sakit.
e. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi apapun terhadap dirinya
f. Imunisasi
Klien mengatakan tidak mendapat imunisasi pada waktu
beliau masih kecil.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang Tua
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang serius terhadap
orang tuanya.
b. Saudara Kandung
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
c. Penyakit Keturunan yang ada.
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan Jiwa.
Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
e. Anggota Keluarga yang meninggal.
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi Klien Tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa dia ingin selalu sehat.
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien mengatakan senang dengan kondisi tubuhnya, tidak gemuk.
2) Ideal Diri
Klien mengatakan semoga saja dia tidak mengalami
penyakit serius sehingga dapat tetap beraktifitas seperti biasa nya.
3) Harga Diri
Klien merasa senang dengan dirinya, karena anaknya
patuh terhadap dia dan klien merasa dihargai.
4) Peran Diri
Berperan sebagai kepala Keluarga.
5) Identitas Diri
Seorang suami dengan pensiunan guru.
c. Keadaan Emosi
Baik , dapat mengontrol emosi.
d. Hubungan Sosial
Hubungan social Klien dengan lingkungan social terjalin dengan baik.
- Orang yang berarti : Istri dan Anak
- Hubungan dengan Keluarga : Kandung
- Hubungan dengan Orang Lain : Terjalin dengan baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan : Tidak ada
- Orang Lain
e. Spritual
1) Nilai dan Keyakinan
Klien percaya dengan keyakinan Agama yang dianutnya
2) Kegiatan Ibadah
Klien melakukan sholat 5 waktu dengan rajin.
f. Istirahat Tidur
- Lama Tidur malam : 21.00-05.00 wib
- Setelah mengalami gangguan : 23.00-03.00 wib
- Keluhan dengan Tidur :Tidur terganggu, sering terbangun. Petugas
panti mengatakan beberapa hari ini Klien terlihat tidur sambil berjalan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda – tanda Vital
- Suhu Tubuh : 36.8 C
- Tekanan Darah : 140/70 mmhg
- Nadi : 78x/menit
- Pernapasan : 18 x/menit
- Skala nyeri : Skala 3
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 60 kg
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : Normal , Berbentuk bulat.
- Ubun – ubun : Ada
- Kulit kepala : Bersih , tidak ada Ketombe
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: Rapi , rambut lebat, ikal, ada
uban
- Bau : Tidak ada
- Warna Kulit : Kuning langsat
Wajah
- Warna Kulit : Kuning langsat
- Struktur Wajah :Bulat, tidak ada kelainan mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan: 2 buah bola mata dan simetris
- Palpebra : Terbuka
- Konjungtiva dan sclera : Tidak Pucat
- Pupil : Simetris
- Cornea dan iris : Adanya sedikit kekeruhan lensa
Hidung
- Tulang hidung : Simetris , normal
- Lubang Hidung : Lengkap , ada 2 lubang
- Cuping hidung : Normal
Telinga
- Bentuk Telinga : Simetris , lengkap ada 2 daun telinga
- Ukuran Telinga : Kecil
- Lubang Telinga : Bersih
- Ketajaman Pendengaran : Masih Baik
Mulut dan Faring
- Keadaan Bibir : Tidak kering
- Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi dan gigi bersih, gigi lengkap
- Keadaan Lidah : Normal
Leher
- Posisi Trachea : Simetris
- Thiroid : Normal , tidak ada pembengkakan
- Suara : Bersih
- Kelenjar Limfe : Ada
- Denyut nadi karotis : Normal, masi teraba
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Baik
- Kehangatan : Kulit terasa hangat.
- Warna : Kuning langsat
- Turgor : Normal
- Kelembapan : Kulit lembab
- Kelainan Pada Kulit : Adanya bintik hitam karena proses
Menua. Pemeriksaan Thoraks/Dada
- Inspeksi thoraks
(Normal,burelchest,funnelchest,pigeonchest,failchest,kifos
Koliasis)
- Pernafasan (Frekuensi,irama) : Normal , tidak sulit dalam bernafas
- Tanda Kesulitan Bernafas : Tidak ada
Pemeriksaan Paru
- Palpasi Getaran Suara : Tidak dilakukan
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi(Suara nafas,suara : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Ucapan,suara tambahan)
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : Kedua belah dada normal, simetris
- Palpasi : Normal, Tidak ada bunyi tambahan
- Perkusi : Normal, Terdengar suara resonan
- Auskultasi : Normal, Terdengar suara broncial
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi ( Bentuk,benjolan) : Normal, tidak ada benjolan
- Auskultasi : Tidak terdengar kelainan
- Palpasi (Tanda nyeri tekan : Tidak adanya pembesaran Hepar
/limfa Benjolan,ascites,hepar,lien)
- Perkusi (Suara abdomen) : Normal
8. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola Makan dan Minum
- Frekuensi makan / hari : 3 x Sehari
- Nafsu / Selera makan : Baik dan Normal
- Nyeri Ulu hati : Tidak ada
- Alergi : Tidak ada
- Mual dan Muntah : Tidak ada
- Waktu Pemberian makan : Teratur dan tepat waktu
- Jumlah dan Jenis makan : 1 Porsi makan dengan nasi Putih dan lauk
- Waktu pemberian minum : Setiap saat apabila haus
- Masalah Makan minum : Tidak ada masalah
b. Perawatan Diri / Personal hygiene
- Kebersihan Tubuh : Bersih, tidak tampak kotoran,rapi
- Kebersihan Gigi dan Mulut : Bersih, Tidak berbau
- Kebersihan Kuku kaki/tangan: Bersih, kuku tidak panjang
c. Pola Kegiatan / Aktivitas
- Uraian Kegiatan Klien untuk :
1. Mandi : Dilakukan 2 x sehari dengan mandiri
2. Makan : 3x sehari dilakukan secara mandiri
3. Eliminasi : Dilakukan secara mandiri
4. Ganti Pakaian : Dilakukan secara mandiri
- Uraian aktivitas Ibadah : Klien setiap hari minggu ke gereja.
9. Pola Eliminasi
a. BAB
- Pola BAB : Kurang lebih 4-6 kali seminggu
- Karakter Feses : Normal , Lembek dan berwarna Kuning
- Riwayat Perdarahan : Tidak Pernah
- Diare : Tidak ada
a. BAK
- Pola BAK : Kurang lebih 3 – 6 Kali sehari
- Karakter Urine : Normal, Bau tidak menyengat
- Nyeri/Rasa terbakar/sulit BAK: Tidak ada
- Riwayat Penyakit Ginjal : Tidak ad
2. ANALISA DATA
Masalah
NO Data Penyebab
Keperawatan
1 Ds : -Faktor menua Gangguan Pola
Tn. W mengatakan Saya -Kebisingan Tidur
sering terbangun apa bila -Keadaan Lingkungan
tidur malam. Terkadang yang tidak nyaman.
tidak bisa tidur nyenyak.
Do :
- K/u Baik
- Konjungtiva enemis
- Terkadang menguap
- Klien tampak lelah
- TD : 140/70 mmhg
- N : 78 x/ menit
- RR : 18 x/ menit
- S : 36,8 c
Waktu tidur malam sekitar
21.00 – 05.00 wib.
Waktu tidur setelah
mengalami gangguan
23.00-03.00 wib
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,8 c
Respirasi : 15x/ menit
Tn.W tampak
memegangi kakinya.
Skala nyeri : skala 3
3. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Pola Tidur.
2. Kurang Pengetahuan Tentang Reumatik.
3. Nyeri.
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Pola Setelah dilakukan -Lakukan -Memberikan
Tidur tindakan pengkajian informasi rencana
Berhubungan keperawatan masalah keperawatan
dengan Faktor diharapkan gangguan tidur -mengatur pola
menua dan gangguan tidur klien, tidur .
keadaan tidak terjadi. karakteristik dan -Meningkatkan
lingkungan yang Dengan kriteria penyebab pola tidur.
tidak nyaman hasil :Klien dapat kurang tidur -Mengurangi
ditandai dengan tidur, nyaman -Lakukan gangguan pada
klien sering dan rileks. persiapan untuk pola tidur.
terbangun pada tidur malam -Memberikan
saat tidur dan seperti jam 8. kenyamanan
tidur tidak -Anjurkan untuk tidur.
nyenyak makan yang
cukup satu jam
sebelum tidur.
-Keadaan
tempat tidur
yang nyaman
-Lingkungan
yang tidak
berisik dari
kebisingan
-Tingkatkan
aktivitas sehari-
hari dan Kurangi
aktivitas
sebelum tidur.
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2 Kurangnya Setelah dilakukan -Kaji tingkat -Menambah pengetahuan
pengetahuan intervensi, pengetahuan klien. klien tentang penyakit
PENUTUP
masalah Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
berhubungan dengan kurang kontrol tidur (insomnia) di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari tanggal 1 Juni – 3 Juni 2018, penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut.
A. Kesimpulan
pada Tn.H dengan masalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
1. Nama klien Tn.H berusia 79 Tahun. Keluhan utama klien yaitu klien
mengatakan pusing dan tiba-tiba sakit kepala ketika bangun pada pagi hari
dan klien bangun terlalu dini. Kejadian ini sudah berlangsung selama 3
bulan belakangan. Selain itu klien sering merasa tidak nyaman saat tidur
karena keadaan tempat tidur yang tidak bersih. Tn.H hanya bisa tidur
selama 3-4 jam saja dan hal itu sering kali membuatnya mudah lelah dan
,Pernapasan 20x/Menit.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus ini berdasarkan respon klien yaitu
secara berlebihan.
3. Perencanaan keperawatan yang di tegakan adalah meliputi NOC : tidur
waktu makan dan minum dengan waktu tidur dan catat kebutuhan tidur
pada klien harus selalu disesuaikan dengan kondisi dan keluhan klien,
menit sejak hari pertama hingga hari ketiga. Sedangkan kualitas tidur
untuk kualitas tidur psikologis sejak hari pertama hingga hari ketiga.
B. Saran
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Sebaiknya bekerja sama antar
3. Bagi institusi
dan tidur pada lansia, untuk memudahkan bagi penulis atau peneliti.
Maryam Siti.R, dkk (2010) Asuhan Keperawatan Pada Lansia, Trans Info Media Jakarta
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC
selama di panti.
N Pert Y T
o. anyaan a idak
1 Area gelap di skitar mata
.
4 Mata cekung
.
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Menarik diri
2. Apatis
3. Respon menurun
4. Bingung
6. Halusinasi
7. Halusinasi pendengaran √
8. Halusinasi penglihatan √
9. Kurang mampu memberikan pertimbangan √
10. Kurang mampu memberikan keputusan √
Total 5 5
1. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur siang : jam 12.00 - 13.00 WiB
Malam Hari
1. Jam berapa bapak/ibu mulai tidur malam : 23.30 WiB - 03.00 WiB
SKORE KRITERIA
Hasil :
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(Nilai 1) (0)
1 Mandi dikamar mandi
(menggosok, membersihkan, 1
dan mengeringkan badan).
2. Menyiapkan pakaian,
membuka, dan 1
mengenakannya.
3. Memakan makanan yang
1
telah disiapkan.
4. Memelihara kebersihan diri
untuk penampilan diri
(menyisir rambut, mencuci 1
rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis).
5. Buang air besar di WC
(membersihkan dan
1
mengeringkan daerah
bokong).
6. Dapat mengontrol
1
pengeluaran feses (tinja).
7. Buang air kecil di kamar
mandi (membersihkan dan
1
mengeringkan daerah
kemaluan).
8. Dapat mengontrol
1
pengeluaran air kemih
9. Berjalan di lingkungan
tempat tinggal atau keluar
0
ruangan tanpa alat bantu
seperti tongkat
10. Menjalankan ibadah sesuai
agama dan kepercayaan yang 1
dianutnya
11. Melakukan pekerjaan seperti
merapikan tempat tidur,
1
mencuci pakaian, memasak,
dan membersihkan ruangan.
12. Berjalan untuk kebutuhan
sendiri atau kebutuhan 1
keluarga.
13. Pengelolaan keuangan
(menyimpan dan 0
menggunakan uang sendiri.
14. Menggunakan sarana
transportasi umum untuk 0
bepergian.
15. Menyiapkan obat dan minum
obat sesuai dengan aturan
0
(takaran obat dan waktu
minum obat yang tepat).
16. Merencanakan dan
mengambil keputusan untuk
kepentingan keluarga dalam
hal pengunaan uang, aktivitas 0
sosial yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan
kesehatan.
17. Melakukan aktivitas diwaktu
luang (kegiatan keagamaan,
0
sosial, rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi)
Jumlah nilai 13
ANALISIS HASIL :
NILAI 13 – 17 : MANDIRI
NILAI 0 – 12 ` : KETERGANTUNGAN
Pengkajian Status Mental Gerontik (SPSMQ)
Intruksi :
16 Mei 2018
Rabu
Wisma Segar
Boro-boro
79 Tahun
1939
Jokowi
SBY
09. Siapa nama ibu anda ?
Endak
20 , 17, 14, 11
Score total 1
0
Interprestasi data
1. Tahun : 2018
2. Musim : hujan
1. Orientasi 5 5
3. Tanggal : 16
4. Hari : Rabu
5. Bulan : Mei
1. Negara : Indonesia
5. Wisma : Segar
(untuk disebutkan)
1. Objek 1 : Meja
2. Objek 2 : Kursi
3. Objek 3 : Televisi
Perhatian dan 1. 93
4. 5 5
kalkulasi 2. 84
3. 79
4. 71
5. 65
1. Objek 1 : Meja
2. Objek 2 : Televisi
dari 3 langkah
2. Lipat dua
gambar (1 angka)
Interpretasi hasil :
24 – 30 : Normal