Anda di halaman 1dari 12

Nama : Dhea Rahmayenti

Nim : 2013201036

Tema Variabel Dependent : Stress Dan Depresi


Variabel Independen : Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tingkat Stress Dan Depresi
Subjek : Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Lokasi Penelitian : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Judul : Hubungan kualitas tidur dengan tingkat stres dan depresi pada mahasiswa program
studi fakultas ilmu kesehatann masyarakat di universitas pahlawan tuanku tambusai

Nama : Mulyana Sefti


Nim : 2013201001
Komentar :
1. Provinsi dan kabupatennya tidak ada
2. Tidak ada observasi awalnya
3. Tempat dan alasan penelitian dilakukan disuatu daerah juga tidak ada
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang
terganggu dan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak
dapat dihindari dan dialami oleh setiap orang. Stres memberi dampak secara total pada
individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual.
Stres merupakan hal yang tak terhindarkan dalam hidup manusia. Setiap orang pernah dan
akan mengalaminya, dengan kadar ringan berat yang berbeda. Hal ini merupakan pengaruh
dari perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi,
industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mempengaruhi
nilai-nilai moral etika dan gaya hidup, dimana tidak semua orang mampu meyesuaikan diri,
tergantung atas kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing individu (Hawari, 2001).
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang berbeda-beda, tergantung pada kebiasaan yang
dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi
kesehatan dan lain sebagainya
Seseorang yang mengalami stres akan berpengaruh dengan kualitas tidur. Pengaruh
yang dapat terjadi antara lain mengalami kesulitan untuk tidur, sering terbangun pada malam
hari, dan waktu tidur yang kurang, sehingga semakin tinggi tingkat stres maka kebutuhan
waktu untuk tidur juga akan berkurang.
Gangguan kebutuhan tidur dapat dilihat dari kualitas tidur. Kualitas tidur adalah kepuasan
seseorang terhadap tidur yang dapat diukur melalui beberapa aspek seperti jumlah waktu
tidur, hambatan memulai tidur, waktu terbangun, efisiensi tidur dan keadaan yang
mengganggu saat tidur. Tidur yang tidak adekuat dapat menghasilkan kualitas tidur yang
buruk. Kualitas tidur yang buruk berdampak pada gangguan keseimbangan fisiologis dan
psikologis (Sutrisno et al., 2017).
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang mendapat kemudahan dalam memulai tidur
dan untuk mempertahankan tidur. Kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama
waktu tidur, dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun setelah bangun tidur.
Stres merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Stres dapat
dialami oleh setiap orang dari berbagai usia, ras, dan jenis kelamin. Tingkat stres di dunia
cukup tinggi di Amerika Serikat sekitar 75% orang dewasa mengalami tingkat stres berat
dengan jumlah yang terus meningkat dalam satu tahun terakhir, dua pertiga kunjungan ke
dokter hingga dokter keluarga saat ini dikarenakan gejala-gejala yang berkaitan dengan stres.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Augesti (2015) mengatakan bahwa pada
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan tahun 2020 ditemukan perbedaan
tingkatan stres. Pada 100 sampel mahasiswa, terdapat 45 responden (45%) mengalami stres
ringan, terdapat 47 responden (47%) mengalami stres sedang, dan terdapat 8 responden (8%)
mengalami stres berat.
Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa 56% mahasiswa kesehatan masyarakat
mengalami stres. Transisi dari pra-klinis menuju tahun klinis adalah tahapan penting untuk
level keparahan stres, karena para mahasiswa lebih cenderung untuk menjadi lelah terhadap
lingkungan baru ketika memasuki tahun klinis (Salam et al., 2015). Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Putri, ditemukan bahwa mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai mengalami stres ringan sebanyak 57% (Putri, 2016).
Mahasiswa menyampaikan beberapa alasan stres yang berhubungan dengan kehidupan
akademik antara lain: a. jadwal perkuliahan, b. praktek lapangan, c. deadline tugas, d.
persiapan presentasi, f. materi perkuliahan yang membingungkan.
Respon yang dikemukakan oleh mahasiswa tersebut merupakan bagian dari respon stres
akademik.
Stres akademik adalah jenis stres yang disebabkan karena peningkatan beban kerja
kelas, status yang lebih rendah dari yang diperkirakan, harapan kelulusan, dan ketidak
sepakatan yang parah dengan mentor. Stres akademik memicu persepsi individu tentang
frustrasi akademik, konflik akademik, tekanan akademis, dan kecemasan akademik yang
merupakan komponen stres akademik (Yikealo, Yemane, & Karvinen, 2018). Stres akademik
adalah fenomena yang tersebar luas di berbagai tahap sistem pendidikan, dan itu berdampak
buruk pada kepribadian, emosi, dan kesejahteraan fisik siswa (García-Ros, Pérez-González,
& Tomás, 2018)
Peningkatan jumlah stres akademik akan menurunkan kemampuan akademik yang
berpengaruh terhadap indeks prestasi. Beban stres yang terlalu berat dapat memicu gangguan
memori, konsentrasi, penurunan kemampuan penyelesaian masalah, dan kemampuan
akademik.
Puskesmas di provinsi Jawa Tengah tahun 2006 mencatat terdapat 166 penderita stres
dan depresi per 1000 penduduk. Mengalami peningkatan dibanding tahun 2005 yaitu sebesar
143 per 1000 penduduk (Dinkes Jawa Tengah, 2006). Menurut Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, penderita hipertensi pada tahun 2009 tercatat sebanyak 12.864 orang.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan sebagai survei awal pada 25 Januari
2020 mahasiswa semester 6 fakultas ilmu kesehatan masyarakat mengenai penyebab stres
akademik dan kualitas tidur. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 4 mahasiswa mengatakan
penyebab stres karena waktu kuliah yang lama dari pagi sampai sore, penugasan yang terlalu
banyak, dan deadline pengumpulan tugas yang terlalu cepat menyebabkan waktu tidur malam
kurang dan sulit untuk memulai tidur karena cemas dan gelisah jika tugas belum selesai. 3
mahasiswa mengatakan mengalami stres jika melakukan kkn dan pembuatan laporan kkn
sehingga waktu tidur tidak teratur dan sering kelelahan saat menjalani kkn, dan 1 mahasiswa
mengatakan dapat mengontrol stres dengan cara melakukan hal- hal yang menghibur diri
seperti mengerjakan tugas sambil nongkrong dan memotivasi diri sendiri untuk tetap
semangat sehingga tidak mempengaruhi kualitas tidurnya.
Stres dapat timbul dari berbagai macam sumber diantaranya karena adanya suatu
tuntutan. Sumber stres yang potensial memicu timbulnya stres pada mahasiswa yang
berhubungan dengan akademis maupun psikologis dan dalam tingkat keparahan dapat
menyebabkan gangguan pada sistem pertahanan tubuh. Stres atau penyebab dari stres
mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal bersumber dari tugas kuliah, beban kuliah, tuntutan orang tua
untuk berhasil dalam perkuliahan,kkn,laporan kkn dan skripsi. Faktor internal bersumber dari
kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran.
Dampak dari stres antara lain: mudah masuk angin, kejang otot, jenuh, maag, diare,
kesulitan tidur, tekanan darah tinggi, prestasi belajar menurun, dan tidak aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kualitas tidur yang tidak baik disebabkan karena status kesehatan
yang buruk, lingkungan yang tidak bersahabat seperti lingkungan kotor, bersuhu panas,
suasana yang ramai, dan penerangan yang sangat terang, stres yang akan berpengaruh pada
frekuensi tidur, dan gaya hidup. Dampak dari kualitas tidur yang tidak baik antara lain
kesulitan untuk tidur, terbangun pada malam hari, kelelahan, dan kesulitan untuk
berkonsentrasi.
Solusi untuk mengatasi stres dengan cara pengaturan koping dengan tepat, asupan nutrisi
yang bergizi, pola istirahat dan tidur dengan baik, olahraga, relaksasi, selalu berpikiran
positif, dan meditasi. Hal ini dapat memberikan efek positif bagi tubuh.
Solusi untuk menjaga kualitas tidur dengan cara tidur dengan porsi yang cukup, menjaga
jadwal tidur dengan baik, tidur pada malam hari, membuat lingkungan tidur yang nyaman
seperti suasana kamar, perlengkapan tidur, dan posisi tidur. Kualitas tidur yang baik akan
membuat tubuh berfungsi secara normal.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan kepada 10 mahasiswa semester 6
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, terdapat ada 6
mahasiswa yang pernah mengalami stres dan ada 4 mahasiswa yang tidak pernah. Dari 10
mahasiswa terdapat 7 mahasiswa yg pernah mengalami depresi dan ada 3 mahasiswa yg tidak
pernah mengalami depresi. Serta dari 10 mahasiswa terdapat 8 mahasiswa yg memiliki
kualitas tidur tidak baik dan 2 mahasiswa yang memiliki kualitas tidur baik.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu mendalami masalah tingkat stres
akademik dengan kualitas tidur. Pendalaman ini diharapkan bermanfaat untuk mencegah
terjadinya stres akademik pada mahasiswa yang akan berdampak pada kualitas tidur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah penelitian dapat dirumuskan
secara operasional sebagai berikut
Apakah ada Hubungan kualitas tidur dengan tingkat stres dan depresi pada mahasiswa
program studi ilmu kesehatan masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
a. Mengetahui perbedaan tingkat stress remaja falkultas ilmu kesehatan
masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat stress remaja falkultas ilmu kesehatan masyarakat
b. Mengidentifikasi tingkat stress remaja falkultas ilmu kesehatan masyarakat
yang tinggal di asrama universutas pahlawan
c. Menganalisis perbedaan tingkat stress remaja falkultas ilmu kesehatan
masyarakat

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan penggunaan media sosial dan
kualitas tidur dengan gangguan stres
2. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang hubungan
penggunaan media sosial dan kualitas tidur dengan gangguan stres.
3. Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga yang
membacanya karena merupakan suatu ilmu pengetahuan dibidang kesehatan dan juga
dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi kesehatan. Selain itu, hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data sekunder bagi pihak-pihak yang
membutuhkan sebagai pedoman awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres
1. Pengertian Stres
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Charles D.
Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutantuntutan eksternal yang mengenai seseorang
misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah
berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT Donsu, 2017).
Cofer & Appley (1964) menyatakan bahwa stres adalah kondisi organik seseorang
pada saat ia menyadari bahwa keberadaan atau integritas diri dalam keadaan bahaya, dan ia
harus meningkatkan seluruh energy untuk melindungi diri (Jenita DT Donsu, 2017).
Cranwell-Ward (1987) menyebutkan stres sebagai reaksi-reaksi fisiologik dan psikologik
yang terjadi jika orang mempersepsi suatu ketidakseimbangan antara tingkat tuntutan yang
dibebankan kepadanya dan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan itu (Jenita DT Donsu,
2017).
Anggota IKAPI (2007) menyatakan stres adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap
rangsangan atau tekanan (stimulus stressor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat
sanga individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi
orang lain (Jenita DT Donsu, 2017). Stres adalah segala sesuatu di mana tuntutan
non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk merespons atau melakukan tindakan
(Potter dan Perry, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Hawari (2008) bahwa Hans Selve
menyatakan stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya (Jenita DT Donsu, 2017).
Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi
keadaan fisik manusia tersebut. Stres dapat dipandang dalam dua acara, sebagaiu stres baik
dan stres buruk (distres). Stres yang baik disebut 9 stres positif sedangkan stres yang buruk
disebut stres negatif. Stres buruk dibagi menjadi dua yaitu stres akut dan stres kronis
(Widyastuti, Palupi, 2004). Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap
stressor psikososial (tekanan mental/beban kehhidupan (Priyoto, 2014).
2. Jenis-jenis Stres
Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua yaitu :
a. Stres akut Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response. Stres akut adalah respon
tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan. Respons stres akut yang segera
dan intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.
b. Stres kronis Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan efeknya
lebih panjang dan lebih. Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga
yaitu:
1. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti banyak
tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi stres ringan berlangsung
beberapa menit atau jam saja. Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat,
penglihatan tajam, energy meningkat namun cadangan energinya menurun,
kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab,
kadangkadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otak, perasaan tidak
santai. Stres ringan berguna karena dapat memacu seseorang untuk berpikir dan
berusaha lbih tangguh menghadapi tantangan hidup.
2. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan. Penyebab stres sedang
yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit, atau
ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit
perut, mules, otot-otot terasa tengang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa
ringan. 10
3. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan secara terus
menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak ada perbaikan,
berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal mempunyai penyakit kronis dan
termasuk perubahan fisik, psikologis sosial pada usia lanjut. Ciri-ciri stres berat yaitu
sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur, negatifistic, penurunan
konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan
sederhana, gangguan sistem meningkatm perasaan takut meningkat.
3. Dampak Stres
Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi individu. Hal ini dapat
memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi tantangan. Sedangkan stres pada
level yang tinggi dapat menyebabkan depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan respon
imun, dan kanker (Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Priyono (2014) dampak stres dibedakan
dalam tiga kategori yaitu :
a. Dampak fisiologik
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu
a. Muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah.
b. Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri.
c. Sistem pencernaan : mag, diare
2) Gangguan system reproduksi
a. Amenorrhea : tertahannya menstruasi.
b. Kegagalan ovulasi ada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria.
c. Kehilangan gairah sex.
3) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dll.
b. Dampak psikologik
1. Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda pertama dan punya peran
sentral bagi terjadinya burn-out.
2. Kewalahan/keletihan emosi.
3. Pencapaian pribadi menurun, sehingga berakibat menurunnya rasa kompeten dan rasa
sukses.
c. Dampak perilaku
1. Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah
laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
2. Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat
informasi, mengambil keputusan, mengambil klangkah tepat.
3. Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran.
4. Faktor–faktor yang Menyebabkan Stres
Wahjono, Senot Imam (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan stres antara lain :
a. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur organisasi,
ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan para karyawan dalam sebuah
organisasi. Bentuk_bentuk ketidakpastian lingkungan ini antara lain ketidakpastian ekonomi
berpengaruh terhadap seberapa besar pendapatan yang diterima oleh karyawan maupun
reward yang diterima karyawan, ketidakpastian politik berpengaruh terhadap keadaan dan
kelancaran organisasi yang dijalankan, ketidakpastian teknologi berpengaruh terhadap
kemajuan suatu organisasi dalam penggunaan teknologinya, dan ketidakpastian keamanan
berpengaruh terhadap posisi dan peran organisasinya.
b. Faktor Organisasi Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber stres
antara lain:
1) Tuntutan tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi kerja, dan tata letak
kerja fisik.
2) Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang
sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam sebuah organisasi termasuk
beban kerja yang diterima seorang individu.
3) Tuntutan antar-pribadi, yang merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain seperti kurangnya dukungan sosial dan buruknya hubungan antar pribadi para
karyawan.
4) Struktur organisasi yang menentukan tingkat diferensiase dalam organisasi, tingkat
aturan dan peraturan, dan di mana keputusan di ambil. Aturan yang berlebihan dan
kurangnya partisipasi individu dalam pengambilan keputusan merupakan potensi
sumber stres.
5) Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan atau manajerial
dan eksekutif senior organisasi. Gaya kepemimpinan tertentu dapat menciptakan
budaya yang menjadi potensi sumber stres.
c. Faktor Individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan pribadi individu.
Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik
kepribadian bawaan. Menurut Robbins (2006) Setiap individu memiliki tingkat stres yang
berbeda meskipun diasumsikan berada dalam faktor-faktor pendorong stres yang sama.
Perbedaan individu dapat menentukan tingkat stress yang ada. Secara teoritis faktor
perbedaan individu ini dapat dimasukkan sebagai variable intervening. Ada lima yang dapat
menjadi variabel atau indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan individu
dalam menghadapi stres yaitu pengalaman kerja merupakan pengalaman seorang individu
dalam suatu pekerjaan dan pendidikan yang ditekuninya, dukungan sosial merupakan
dukungan atau dorongan dari dalam diri sendiri maupun orang lain untuk menghadapi
masalah-masalah yang dialaminya termasuk bagaimana motivasi dari dalam diri individu
maupun dari luar individu, ruang (locus) kendali merupakan cara bagi seorang individu
mengendalikan diri untuk menghadapi masalah yang ada, keefektifan dan tingkat kepribadian
orang dalam menyingkapi permusuhan dan kemarahan.
Tingkat stres juga terkait dengan penerapannya pengelolaan stres di dalam sebuah
organisasi. Pendekatan pengelolaan stres ini dapat dijadikan variabel penelitian, untuk
melihat pengaruh penerapan pendekalan ini terhadap tingkat stres pada organisasi. Dua
pendekatan dan indikatornya sebagai berikut (Robbins, 2006)
1. Pendekatan Individu
Penerapan pendekatan ini dalam sebuah perusahaan dapat dilihat dari
beberapa indikator yaitu dari pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu yang
efektif dan efisien, adanya latihan fisik nan kompetitif seperti joging, aerobik,
berenang, adanya kegiatan pelatihan pengenduran (relaksasi) seperti meditasi,
hipnotis dan biofeedback, dan adanya perluasan jaringan dukungan sosial.
2. Pendekatan Organisasi
Penerapan pendekatan ini dalam sebuah perusahaan dapat dilihat dari
beberapa indikator yaitu adanya perbaikan mekanisme seleksi personil dan
penempatan kerja, penggunaan penetapan sasaran yang realistis, adanya perancangan
ulang pekerjaan yang dapat memberikan karyawan kendali yang besar dalam
pekerjaan yang mereka tekuni, adanya peningkatan keterlibatan karyawan dalam
pengambilan keputusan, adanya perbaikan komunikasi organisasi yang dapat
mengurangi ambiguitas peran dan konflik peran, dan penegakan program
kesejahteraan korporasi yang memusatkan perhatian pada keseluruhan kondisi fisik
dan mental karyawan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah kuantitatif denga desain penelitian korelasional yaitu
penelitian yang dilakukan dalam waktu tertentu, dimana hanya digunakan dalam waktu yang
tertentu dan tidak dilakukan penelitian di waktu yang berbeda untuk di perbandingkan.
3.2 Subjek Penelitian
3.2.1 Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dari penelitian ini adalah semua Mahasiswa Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah semua Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Semester 5 tahun ajaran 2020 Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
yang memenuhi kriteria penelitian.
3.2.2 Sampel
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
Sampel diambil dengan kriteria inklusi berikut:
a) Seluruh Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
b) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden penelitian
c) Mahasiswa yang memenuhi kriteria kuesioner.
2) Kriteria Eksklusi
a) Mahasiswa yang sakit atau izin tidak mengikuti perkuliahan.
b) Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner secara penuh.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di univversitas pahlawan tuanku tambusai
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tgl 20 maret 2022
3.4 Rencana Analisis Data
3.4.1 Analisa Univariat
3.4.2 Analisa Bivariat

Anda mungkin juga menyukai