Disusun Oleh :
SAMARINDA
2023
BAB I
Insomnia merupakan faktor resiko yang berhubungan dengan berbagai gangguan fisik
dan mental. Konsekuensi seperti gangguan mood, peningkatan kebiasaan minum obat,
gangguan mengingat, kelelahan, peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan, serta
penurunan tingkat kesehatan tubuh, dan buruknya prestasi di bidang akademik dapat timbul
akibat insomnia. Penderita insomnia dilaporkan mengalami penurunan kualitas hidup pada
hampir semua dimensi Survei Hasil Studi Kesehatan Short Form 36-item (SF-36), yang
menilai 8 domain, yaitu fungsi fisik, peran fisik, nyeri tubuh, persepsi kesehatan umum,
vitalitas fungsi sosial, keterbatasan peran karena masalah kesehatan emosional (peran
emosional), dan kesehatan mental
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan insomnia, salah satunya yaitu jenis
kelamin. Prevalensi wanita mengalami insomnia lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
Usia, gangguan medis penyerta atau kondisi fisik yang buruk, gangguan psikiatri (seperti
depresi dan ansietas), stres, masalah perilaku, kerja di malam hari atau pergantian shift
merupakan beberapa resiko yang signifikan untuk insomnia.
Penelitian ini mengenai insomnia telah banyak dilakukan di seluruh dunia. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kancita ct al pada remaja di Jepang, prevalensi insomnia
sebesar 23,5% dengan faktor yang berhubungan yaitu jenis kelamin pria, kesehatan mental
yang buruk, melewatkan sarapan, meminum alkohol, merokok, tidak berpartisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler, waktu tidur yang larut, dan tidak memiliki keinginan untuk
melanjurkan studi ke Universitas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Morin et al,
mendapatkan hasil 13,4% warga Kanada berusia 18 tahun ke atas mengalami insomnia yang
dikaitkan dengan jenis kelamin perempuan, usia yang lebih tua, dan penilaian kesehatan
fisik dan mental yang buruk. Berdasarkan penelitian Singareddy et al, insiden insomnia
kronis adalah 9,3%, dengan insiden yang lebih tinggi pada wanita (12,9%) dibandingkan
laki-laki (6,2%). Usia yang lebih muda (20-35 tahun), etnis non-putih, dan obesitas
meningkatkan resiko insomnia kronis. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kesehetan
mental, kurang tidur, dan obesitas merupakan faktor resiko yang signifikan untuk kejadian
insomnia kronis. Berfokus pada kelompok-kelompok yang lebih rentan ini dan mengatasi
faktor-faktor resiko yang dapat dimodifikasi dapat membantu mengurangi kejadian insomnia
kronis, gangguan tidur kronis umum yang berhubungan dengan morbiditas medis dan
psikiatri serta mortalitas yang signifikan.
Salah satu kelompok masyarakat yang sering mengalami gangguan tidur, terutama
insomnia adalah mahasiswa. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, insomnia dapat
menyebabkan kebutuhan tidur tidak terpenuhi dan menimbulkan dampak negatif seperti
penurunan tingkat kesehatan, gangguan konsentrasi, mengingat, dan prestasi yang buruk di
bidang akademik. Bila dampak tersebut muncul tentunya akan sangat merugikan. Apalagi
mahasiswa berada pada usia produktif yang memiliki jadwal kegiatan yang padat, serta
tanggung jawab dan kewajiban yang banyak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui
beberapa faktor yang mungkin berhubungan dengan terjadinya insomnia pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Ilmu pengetahuan, teknoilogi, dan informasi pada saat ini berkembang semakin pesat,
dan masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan penggunaan internet. perkembangan internet
berbanding lurus dengan perkembangan media sosisal yang merambat luas dan membawa
dampak yang cukup signifikan pada masyarakat di seluruh belahan dunia. Pengguna media
sosial mulai dari usia anak anak, remaja, hingga usia dewasa. Media sosial merupakan
kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk
berkumpul, berkomunikasi dan saling berkolaborasi atau bermain. media sosial sangat
beragam seperti whatsapp, instagram, facebook, line, twitter, dan lain sebagainya.
Pengguanaan media sosial yang dilakukan oleh nmahasiswa terbilang intensif ( Andiarna et
al., 2020 ).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah yang
ingin diketahui dari penelitian ini yaitu “berapakah prevalensi insomnia pada mahasiswa
S1 keperawatan universitas muhammadiyah kalimantan timur “ dan apakah terdapat
hubungan antara media sosial, tingkat stress, gaya hidup, dan intensitas penggunaan
gejet.
3. Sebagai informasi dan pengetahuan sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap faktor-
faktor yang dapat dihindari untuk mengatasi kemungkinan terjadi nya insomnia
Terdapat hubungan antara media sosial, tingkat stress, gaya hidup, dan intensitas
pegunaan gejet dengan terjadinya insomnia pada mahasiswa universitas muhammadiyah
kalimantan timur.