Pendahuluan
Pada tahun 2014, data termutahir menunjukkan pengguna internet dunia diperkirakan sudah
melampaui 2,2 milyar atau sekitar 30% dari total populasi dunia. Di Indonesia pada tahun 2014
“Pengguna internet mencapai 15% atau 38,2 juta dari total jumlah penduduk sekitar 251,2 juta jiwa,
sedangkan pengguna jejaring sosial di Indonesia juga sekitar 15% dari total jumlah penduduk
Indonesia (Kementerian Perdagangan RI 2014)2.
Penelitian yang berjudul “Sleep Quality And Elevated Blood Pressure In Adolescents” oleh Javaheri
dan Cleveland (2008) dalam Ariani (2013) dari Case western Reserve Scholl Of Medicine yang
dilakukan pada 238 orang remaja mengenai penurunan kualitas tidur menunjukkan menurunnya jam
tidur lebih dari 1 jam dalam 20-30 tahun terakhir yang diakibatkan oleh salah faktor yaitu
penggunaan internet (Potter & Perry, 2008)3. Peneliti dari University of Gothenburg’s Sahlgrenska
Academy, Swedia berkesimpulan penggunaan ponsel dan komputer secara intensif menimbulkan
stres, gangguan tidur, dan gejala depresi. Semakin berkembangnya dunia internet saat ini sudah
banyak sekali orang yang memakai teknologi internet. Indonesia urutan ke-4 sebagai negara dengan
pengguna internet terbanyak di Asia setelah China, India dan Jepang yang mencapai 55.000.000
pengguna(Dyach, 2012)4.
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses
pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan
begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan
yang terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya
orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi. Kondisi tidur dapat
memasuki suatu keadaan istirahat periodik dan pada saat itu kesadaran terhadap alam menjadi
terhenti, sehingga tubuh dapat beristirahat. Otak memiliki sejumlah fingsi, struktur, dan pusat-pusat
tidur yang mengatur siklus tidur dan terjaga. Tubuh pada saat
yang sama menghasilkan substansi yang ketika dilepaskan ke dalam aliran darah akan membuat
mengantuk. Proses tersebut jika diubah oleh stres, kecemasan, gangguan dan sakit fisik dapat
menimbulkan insomnia. (Ulumuddin, 2011)
Insomnia adalah ketidak mampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Insomnia adalah gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kesulitan kronis untuk
tidur, sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia
mengalami ngantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup.
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita
insomnia setiap tahunnya. Gangguan tidur ini dapat mempengaruhi pekerjaan, aktifitas sosial dan
status kesehatan penderitanya. (Qimy, 2009 ; Perry dan potter, 2006 ; Japardi, 2002)
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar
20-50 % orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan
tidur serius. Berdasarkan survei yang ada, prevalensi insomnia yang terjadi di Amerika mencapai 60-
70 kasus orang dewasa. Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 %, yang berarti 28 juta orang
dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia (Amir, 2010)