Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA SISWA

SISWI: STUDI LITERATUR REVIEW

REXY SEPTADIANSYAH
21116040

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KEPERAWATAN
PALEMBANG 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh orang


yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur,
sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat
atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia
mengalami ngantuk yang berlebihan di siang
hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak
cukup.
Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10%, yang berarti 28 juta orang dari total
237 juta penduduk di Indonesia menderita insomnia. Apabila jumlah penderita
insomnia ini semakin tahun semakin bertambah, maka akan menyebabkan kerugian
bagi penderitanya. Kerugian tersebut diantaranya dapat menyebabkan kantuk di siang
hari dan kelelahan, berkurangnya gerak psikomotor, dan gangguan kognitif lainnya.

Remaja yang aktif dalam media sosial rentan mengalami gangguan tidur. Fasilitas yang
sering mereka gunakan adalah chatting, browsing, dan downloading. Kegiatan
tersebut sering mereka lakukan karena remaja memiliki keinginan untuk bersosialisasi
yang tinggi sehingga mereka sering menghabiskan waktu dimalam hari untuk
mengakses media sosial dan bermain game online

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“hubungan durasi penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada siswa
siswi”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teori
Konsep Dasar
Tidur

Konsep Dasar Konsep Dasar Media


Insomnia Sosial
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,
DAN HIPOTESIS

Kerangka Konsep
BAB IV
METODE PENELITIAN

Pertanyaan Panduan
Pertanyaan panduan : bagaimana hubungan durasi penggunaan media sosial dengan
kejadian insomnia pada siswa siswi Kata-kata kunci dalam Bahasa Indonesia: insomnia,
media sosial sedangkan kata-kata kunci dalam bahasa Inggris yaitu insomnia, social
media.

Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi : artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan, berbahasa
Indonesia atau Inggris dan fulltext, artikel penelitian yang ddipublikasi pada 2015-2020.
Kriteria ekslusi: artikel yang tidak memiliki struktur lengkap, review artikel, artikel yang
tidak membahas penggunaan media sosial terhadap insomnia.
Data
Data diperoleh dari database elektronik yakni google, google scholar antara tahun
2015-2020. Dari kata-kata kunci di tuliskan di database yang berbeda 10 artikel
ditemukan, peneliti memilih sendiri artikel sesuai dengan judul dan abstrak, dan
membedakan dari tujuan dokumen dan artikel yang berbeda dari pertanyaan awal.
Artikel yang tidak terkait penelitian dikeluarkan.
BAB V
HASIL PENELITIAN

Didapatkan 10 jenis artikel, metode penelitian artikel yang dianalisis beragam, metode
penelitian tersebut adalah deskriptif, eksperimen dan survey analitik. Tempat penelitian
dari artikel dilakukan di tempat yang berbeda. Artikel pertama pengambilan data
dilakukan di Malaysia, artikel ke-dua sampai ketujuh dan kesembilan dan kesepuluh
pengambilan data di Indonesia sedangkan artikel kedelapan di negara Amerika. Artikel
pertama menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh yang secara signifikan
terkait dengan insomnia di kalangan mahasiswa di universitas swasta adalah frekuensi
mengakses media sosial, waktu penggunaan media sosial (sore, malam dan sebelum
tidur), dan penggunaan gadget sebelum tidur di tempat tidur (p value = 0,005). Artikel
kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama
penggunaan gadget sebelum tidur dengan gejala insomnia pada mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat (nilai p = 0,132). Artikel ketiga menunjukkan bahwa ada
hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada
remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta (p value = 0,000). Artikel keempat
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat penggunaan situs
jejaring sosial dengan kejadian insomnia pada siswa kelas XI SMA Negeri 14 Samarinda
Tahun 2015 dengan taraf signifikansi α 5 % dengan nilai P value 0,005 < α 0,05.
Artikel kelima menunjukkan bahwa Tidak terdapat hubungan antara penggunaan
media sosial dengan kejadian insomnia pada remaja di SMA Advent Tanah Putih
Likupang Barat (p value = 1,000). Artikel keenam menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara hubungan lama penggunaan gadget dengan
kejadian insomnia pada siswa-siswi di SMA Negeri 1 Kawangkoan (p value 0,005).
Artikel ketujuh menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan ada
hubungan antara durasi penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada remaja
kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta (p=0,030). Artikel kedelapan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penggunaan sosial media
dan gangguan tidur. Artikel kesembilan menunjukkan bahwa ada hubungan durasi
penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada remaja di SMA Negeri 9
Manado ( p value = 0,000). Artikel kesepuluh menunjukkan bahwa ada hubungan
antara frekuensi penggunaan fasilitas jejaring sosial dengan kejadian insomnia pada
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Lancang Kuning ( p value= 0,004)
BAB VI
PEMBAHASAN

Setelah dilihat dari hasil penelitian kesepuluh artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan durasi penggunaan sosial media dengan kejadian insomnia.

Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat menimbulkan kepuasan tersendiri


yang akhirnya memicu seseorang untuk mengakses media sosial lebih intens.
Penggunaan media sosial dengan intensitas tinggi setiap hari akan berpengaruh pada
hormon melatonin sehingga menyebabkan kualitas tidur tidak terpenuhi bagi
penggunanya. Melatonin adalah hormon yang dibentuk oleh kelenjar pineal dan
retina yang bertugas untuk membuat kita tertidur dan mengembalikan energi fisik
ketika tidur. Produksi hormon melatonin dapat dipacu oleh gelap dan hening serta
dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik. Melatonin dalam
tubuh tergantung pada jumlah cahaya yang diterima mata, banyak cahaya akan
memperlambat proses pembentukan hormon melatonin, sebaliknya kekurangan
cahaya akan membuat peningkatan secara cepat jumlah melatonin yang
menyebabkan timbulnya rasa mengantuk
Penggunaan gadget sering kali membuat remaja begadang sehingga menyebabkan
remaja mengalami kurang tidur, walaupun hanya sekedar mengakses jejaring sosial,
bermain game online, chatting, atau berinteraksi dengan pengguna lainnya sebelum
jam tidur dapat mengganggu pola tidur, memicu insomnia, sakit kepala dan kesulitan
berkonsentrasi

Semakin tinggi waktu penggunaan media sosial melalui komputer, laptop, tablet, dan
ponsel seluler cenderung semakin mengganggu pengaturan hormon alami manusia untuk
tidur yang disebut hormon melatonin sehingga dapat menyebabkan semakin tingginya
kejadian insomnia. Ketidakmampuan remaja dalam menejemen waktu penggunaan
media sosial dengan baik dan benar ketika berada sekolah maupun di rumah, akan
berdampak pada ketidakaturan pola istirahat dan tidur pada remaja sehingga dapat
memicu terjadinya insomnia. Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya pola tidur ideal bagi
remaja yaitu 8-10 jam semalam, sehingga semakin rendahnya waktu bagi remaja untuk
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur, akan menyebabkan remaja mengalami insomnia
sehingga membuat semakin tingginya dampak negatif yang diakibatkan oleh insomnia
tersebut
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil analisis artikel ilmiah di atas menunjukkan bah­wa terdapat hubungan durasi
penggunaan sosial media dengan kejadian insomnia pada siswa siswi.

Saran
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Institusi
3. Bagi Peneliti

Anda mungkin juga menyukai