Kondisi mahasiswa fakultas kedokteran dianggap berbeda dengan mahasiswa di fakultas lainnya. Hal ini karena pendidikan kedokteran dikenal dengan lingkungan yang penuh stresor dan seringkali menimbulkan efek negatif pada prestasi akademik, kesehatan fisik dan juga psikologis mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan tugas-tugas kuliah yang diberikan juga menuntut adanya literatur terkini sebagai sumber pustaka. Di masa sekarang, kondisi tersebut sangat terbantu dengan adanya internet. Perkembangan teknologi internet memberi banyak kemudahan bagi penggunanya, baik tua maupun muda dalam hal pekerjaan, pendidikan maupun komunikasi. Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet terbanyak. Berdasarkan data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2019, sekitar 196 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan internet serta data dari we are social sebanyak 202 juta. Mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 18 tahun ke atas dangolongan mahasiswa termasuk ke dalam kelompok usia tersebut. Sekitar 170 juta pengguna internet di Indonesia mengakses media social. Sebagian besar masyarakat di berbagai belahan dunia memiliki akun media social. Berdasarkan umur, distribusi pengguna media social yaitu usia 18-34 tahun. Beberapa media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Whatsapp merupakan contoh aplikasi yang paling sering diakses jutaan pengguna setiap harinya. Pengguna internet di Indonesia rata-rata memiliki lebih dari satu akun media sosial dan mengaksesnya sekitar 1-3 jam per hari. Dalam penelitian The Trends of Use of Social Media by Medical Students Sebanyak 102 (64%) siswa berpartisipasi dalam survei. Mayoritas siswa (94,1%) memiliki kehadiran di situs jejaring sosial dengan dominasi Facebook (n = 97, 95% dan n = 95, 93%) diikuti oleh YouTube (n = 74, 72,5%, dan n = 69, 68%) di tahun pertama dan kedua studi mereka masing-masing. Siswa menggunakan SNS di tahun pertama dan kedua studi mereka (n = 36, 35,6%, n = 45, 44% masing-masing) dan beberapa siswa menyatakan bahwa mereka menggunakannya sama di kedua tahun (n = 20, 19,6%)4. . Dalam wawancara 482 mahasiswa di Fakultas Kedokteran di Universitas Afyon Kocatepe: 56,2% siswa berada di 3 tahun pertama mereka (n = 271), 43,8% berada di final3 tahun (n = 211), 52,7% adalah perempuan (n = 254), dan 47,3% adalah laki-laki (n = 228). Selanjutnya, 93,4% siswa menggunakan media sosial (n = 450), dan 89,3% menggunakan media social untuk tujuan profesional (n = 402). Media sosial yang awalnya dibuat untuk tujuan mempermudah komunikasi dan mempererat hubungan antar individu terkadang malah memberi dampak yang buruk. Beberapa faktor telah berkontribusi pada peningkatan kecemasan gejala dan penurunan kesejahteraan individu, seperti peningkatan waktu yang dihabiskan di situs, perbandingan sosial, menerima umpan balik negatif, memposting berita stres, dan perasaan tertekan diperbarui. Secara umum, penurunan kualitas hidup antara kecemasan menyeluruh dan gangguan kecemasan lainnya seperti fobia sosial dan gangguan panik ditemukan sangat mirip. Namun, pada tingkat individu, kecemasan menyeluruh telah dilaporkan menjadi kondisi yang buruk, yang dapat membawa kualitas hidup terkait kesehatan yang lebih buruk, gangguan aktivitas, dan kinerja kerja yang lebih buruk yang mengakibatkan gangguan pada kehidupan individu. Dalam model bivariabel, tidak termasuk kovariat sosio-demografis, keanggotaan dalam 2 kelompok—Berkabel dan Terhubung—dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan gejala depresi yang signifikan (OR = 3,1, 95% CI = 1,8- 5,6, dan OR = 1,9, 95% CI = 1,2-2.9, masing-masing); Selain itu, keanggotaan dalam 3 cluster—Wired, Connected, dan Diffuse Dabblers—secara signifikan terkait dengan peningkatan kemungkinan gejala kecemasan yang meningkat (OR = 4,5, 95% CI = 2.5-8.0, OR = 2.2, 95% CI = 1.4-3.3, dan OR = 1,5, 95% CI = 1,0-2,3, masing-masing, Tabel 3). Keanggotaan klaster Diffuse Dabblers dan Concentrated Dabblers tidak secara signifikan terkait dengan gejala kecemasan yang meningkat. Dalam penelitian The Global Prevalence of Anxiety Among Medical Students Ketika kami membandingkan mahasiswa kedokteran di tahun-tahun pra-klinis dengan mereka di tahun-tahun klinis, mahasiswa kedokteran di tahun-tahun klinis memiliki prevalensi kecemasan yang sedikit lebih tinggi pada 26,4% (95% CI: 20,6-33,1%) dibandingkan dengan mereka di tahun-tahun pra-klinis di 26,2%. Media sosial mengacu pada teknologi yang dimediasi komputer yang memungkinkan seseorang untuk membuat dan berbagi informasi dan bentuk ekspresi lainnya melalui komunitas virtual (misalnya Facebook, Twitter, dan Instagram). Meningkatnya popularitas platform media sosial di antara remaja dan dewasa muda bukan tanpa risiko yang terkait, salah satunya adalah kecemasan media sosial. Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti intensitas penggunaan Media Sosial terhadap tingkat kecemasan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah Mengetahui Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Menilai Penggunaan Jenis Media Sosial Terhadap Tingkat Kecemasan (GAD-7) Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran. b. Mengukur Durasi Penggunaan Media Sosial Terhadap Tingkat Kecemasan (GAD-7) Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Menambah pengetahuan dan pemahaman Penggunaan Media Sosial Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran. b. Menjadi data ilmiah bagi faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran. c. Menjadi data tambahan untuk dasar penentuan sistem program pendidikan dokter di Indonesia