Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DENGAN TINGKAT STRES

PADA MAHASISWA SEMESTER VIII DI UNIVERSITAS HARAPAN


BANGSA PURWOKERTO

Disusun oleh :

SILVIYANA

180103093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stres merupakan suatu keadaan yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi
sosial yang tidak terkontrol. Prevalensi kejadian stres cukup tinggi dimana hampir lebih dari 350 juta
penduduk dunia mengalami stres dan merupakan penyakit dengan peringkat ke-4 di dunia menurut
WHO. Studi prevalensi stres yang dilakukan oleh Health and Safety Executive di Inggris melibatkan
penduduk Inggris sebanyak 487.000 orang yang masih produktif dari tahun 2013-2014. Didapatkan
data bahwa angka kejadian stres lebih besar terjadi pada wanita (54,62%) dibandingkan pada pria
(45,38%).

Stres bisa terjadi pada siapapun termasuk pada mahasiswa. Stres pada mahasiswa bisa disebabkan
ketidak- mampuan dalam melakukan kewajibannya sebagai mahasiswa atau karena permasalahn lain
(Septiani, 2013); tingginya kompleksitas masalah yang dihadapi (Rini, Kartika, & Qurroyzhin, 2007);
kehidupan akademik, terutama dari tuntutan eksternal maupun harapannya sendiri; faktor akademik
yang bisa menimbulkan stres bagi mahasiswa yaitu perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke
pendidikan tinggi, tugas- tugas perkuliahan, target pencapaian nilai, prestasi akademik, dan kebutuhan
untuk mengatur diri sendiri dan mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih baik (Heiman &
Kariv, 2005 dalam Fadillah, 2013); stres pada mahasiswa semester akhir yaitu untuk membuat karya
ilmiah atau skripsi (Fadillah, 2013).

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis dan juga ketiadaan penyakit atau kelemahan. Apabila
kesejahteraan dari fisik, mental dan sosial tidak terpenuhi maka akan muncul masalah kesehatan.
Masalah kesehatan perlu menjadi perhatian bagi semua orang, baik kesehatan fisik maupun kesehatan
psikologisnya. Tingginya beban ekonomi, semakin lebarnya kesenjangan sosial dan ketidakpastian
situasi sosial membuat masyarakat mengalami gangguan psikologis. Tuntutan akademis yang harus
dihadapi dan tidak siapnya individu untuk menghadapinya juga dapat mengakibatkan gangguan
psikologis seperti stres.

Menurut Handoyo (2001 dalam Fadillah, 2013), stres bisa berupa tuntutan dari eksternal yang dihadapi
seseorang yang kenyataannya memang membahayakan atau menimbulkan permasalahan. Stres
juga bisa dipahami sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang bersumber dari eksternal dan
dirasakan tidak menyenangkan.

Menurut Hans dalam Hawari (2008), stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respon tubuh sesorang manakala yang
bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila tubuh sanggup mengatasinya artinya
tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami
stres. Tetapi bila sebaliknya ternyata tubuh mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh
sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka
disebut mengalami stres.

Secara umum mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang hampir menyelesaikan semua mata
kuliahnya dan sedang mengambil tugas akhir (skripsi). Mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk
memiliki rasa optimis, semangat hidup yang tinggi, mencapai prestasi optimal dan berperan aktif dalam
menyelesaikan masalah, baik masalah akademis maupun non akademis (Yesamine, 2000). Mahasiswa
dalam memenuhi tuntutan tersebut tidak selalu berhasil karena ada berbagai masalah yang harus
dihadapi. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir antara lain seperti terlihat dalam
penelitian Yesamine (2000) dan Huda (2003) bahwa, mahasiswa menghadapi masalah- masalah yang
spesifik dan cenderung lebih berat jika dibandingkan mahasiswa baru atau tingkat awal. Masalah-
masalah tersebut adalah pengulangan mata kuliah, tugas penulisan skripsi, perencanaan masa depan,
tuntutan keluarga sebagai pendukung dana untuk mempercepat kuliah serta semakin banyaknya teman
sebaya yang telah lulus kuliah dan mendapat pekerjaan.
Permasalahan yang cukup berat tersebut dapat membawa kondisi psikologis yang tertekan dan tidak
nyaman. Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan psikosomatis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Achmad (1998) bahwa, permasalahan-permasalahan yang menekan dapat menyebabkan gangguan fisik
seperti, tukak lambung, gangguan pencernaan, sakit kepala dan sebagainya.

Stress merupakan hal yang wajar dan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kita memerlukan
stress untuk mendorong berusaha lebih baik lagi. Namun stress yang berlebihan dapat menyebabkan
terganggunya fungsi pribadi seseorang, hal ini disebabkan daya tahan stress yang berbeda-beda pada
setiap orang. Salah satu fenomena stress yang sering terjadi adalah stress dalam menulis skripsi.

Menurut Rathus dan Nevid (Gunawati dkk, 2006) stress adalah suatu kondisi yang menunjukkan
adanya tekanan fisik dan psikis akibat tuntutan dalam diri dan lingkungan. Seseorang dapat dikatakan
mengalami stress ketika seseorang mengalami suatu kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan
yang berasal dari dalam diri dan lingkungan.

Stress tidak selalu berdampak negatif, karena kadang stress dapat bersifat membantu dan menstimulasi
individu untuk bertingkah laku positif. Stress dalam menulis skripsi juga bisa bersifat positif dan juga
negatif. Stress yang bersifat positif menjadikan mahasiswa menjadi bersemangat dalam menulis
skripsi, menjadi termotivasi untuk menulis skripsi yang lebih baik, dll. Stress yang bersifat negatif
menjadikan mahasiswa menjadi malas dalam menulis skripsi, kehilangan motivasi, menunda penulisan
skripsi bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsi.

World Health Organization (WHO)(1) merumuskan sehat yaitu keadaan sempurna baik fisik,
psikologis, maupun sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Kesehatan psikologis merujuk pada kondisi yang tidak stres. Tidak dipungkiri bahwa setiap orang
dapat mengalami stres dari waktu ke waktu, dan umumnya seseorang dapat mengadaptasi stres jangka
panjang atau menghadapi stres jangka pendek hingga stres tersebut berlalu.

Stres merupakan kondisi tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam satu
situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stres
berkepanjangan tak hanya memicu kelelahan mental, tapi juga memengaruhi kesehatan fisik. Stres
dapat menghasilkan berbagai respon diantaranya respon fisiologis, respon kognitif, respon emosi, dan
respon tingkah laku.(2)

Salah satu dampak negatif dari stres bagi individu yaitu pada fisiologis yang berupa keluhan seperti
sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan,
sakit perut susah tidur, kehilangan semangat, selera makan menurun, dan maag atau gastritis.

WHO(1) menyatakan stres merupakan epidemi yang menyebar ke seluruh dunia. The American
Institute of Stress meyatakan bahwa penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stres telah menyebabkan
kerugian ekonomi. Sakit dan kecelakaan yang dialami akibat kondisi stres telah mengambil bagian tiga
perempat dari alasan ketidakhadiran seseorang dalam rutinitas kerja. Stres merupakan bentuk
ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental yang merupakan salah satu pemicu munculnya
gastritis karena dapat menyebabkan gangguan sistem saraf diotak, serta aliran darah ke mukosa dinding
lambung berkurang sehingga terjadi peningkatan permeabilitas dinding lambung mengalami kelainan
karena ketidakseimbangan. Selain itu, juga mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh yang
bisa merangsang produksi asam lambung secara berlebihan.

Stres dapat dialami oleh siapa saja, seperti halnya seorang mahasiswa. Menempuh pendidikan di
perguruan tinggi tidak dapat dipisahkan dari stres. Seperti kehidupan normal pada umumnya,
kehidupan di perguruan tinggi juga meliputi adanya perubahan, pengambilan keputusan dan
penyesuaian. Hal ini bisa menjadi suatu yang menyenangkan tetapi juga tidak, dan kerap kali malah
menimbulkan stres. Seorang mahasiswa akan menghadapi serangkaian beban studi dan kewajiban yang
harus diselesaikannya dalam mencapai gelar sarjana yang sesuai dengan bidang yang dipilihnya. Salah
satu syarat yang turut menjadi faktor penentu kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi yaitu skripsi.
Pengerjaan skripsi merupakan tahap paling akhir dan menentukan dalam mencapai gelar sarjana.
Proses yang dialami mahasiswa dalam mengerjakan skripsi tersebut, membuat mahasiswa rentan untuk
mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami stres dalam mengerjakan skripsi, dapat membuat
mahasiswa mengalami gangguan secara fisik, emosional, intelektual dan interpersonal.

Tuntutan yang dihadapi oleh mahasiswa tidak hanya tuntutan akademik saja, namun tuntutan non
akademik dan tuntutan diluar perkuliahanpun bisa menjadi stresor bagi mahasiswa, seperti
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa dengan karakteristik dan latar
belakang berbeda, perbedaan bahasa yang digunakan, dalam hal biaya perkuliahan, pasangan, dan
bekerja untuk menambah uang saku. Kondisi ini juga dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir yang
sedang menghadapi tugas akhir (Indra, 2012).

Bagi para mahasiswa, ternyata tugas skripsi tersebut merupakan tugas yang tidak ringan. Pada
umumnya perjalanan studi mahasiswa menjadi tersendat-sendat atau terhambat ketika menyusun
skripsi. Mahasiswa pada awalnya memiliki semangat, motivasi, dan minat yang tinggi terhadap skripsi,
namun keadaan ini menurun seiring dengan kesulitan-kesulitan yang dialami. Kesulitan ini sering
membuat mahasiswa putus asa, stres dan membuat mahasiswa tidak dapat menyelesaikan studinya
tepat waktu (Ningrum, 2011).

Stres dalam mempersiapkan skripsi bisa menyebabkan seseorang bunuh diri, sebuah literatur
membahas tentang mahasiswa berkebangsaan Indonesia yang kuliah di Nayang Technological
University (NTU) Singapura, bunuh diri karena stres dalam mengerjakan tugas akhir, mahasiswa yang
berinisial D menikam dosen pembimbingnya kemudian mengiris pergelangan tangannya dan bunuh
diri dengan terjun dari lantai 7 (Tim liputan Indosiar, 2009).

Mahasiswa stres karena tugas akhir terjadi bukan hanya di luar negri saja namun di Indonesia pun
didapat informasi bahwa mahasiswa Universitas Sumatra Utara (USU) gantung diri di kamar kosnya,
mahasiswa yang berinisial F merupakan mahasiswa tingkat akhir jurusan Farmasi salah satu teman F
mengatakan, bahwa F akhir-akhir ini terlihat stres karena dikejar tenggat waktu skripsi, F diberi waktu
tiga bulan lagi untuk menyelesaikan skripsinya dan jika F tidak menyelesaikannya maka F akan di DO,
masalah F bertambah karena laptop F hilang dan semua data ada didalamnya (Mahardiansyah, 2014).

Skripsi dan stres sudah sangat umum terdengar bersamaan, dimana sering kali skripsi menjadi sesuatu
yang menakutkan untuk dihadapi. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh mahasiswa seperti
mendapatkan dosen pembimbing yang sulit ditemui, mengalami perbedaan pendapat dengan dosen
pembimbing, merasa kebingungan dengan data yang harus diolah sehingga menimbulkan perasaan
tidak puas dengan hasil pekerjaan, dan cemas bila skripsi tersebut dinyatakan tidak layak oleh penguji.
Jika merasa seperti itu, maka mahasiswa akan merasa sedang mengalami tekanan. Hal ini dapat
mempengaruhi kondisi fisik dan psikis, emosi akan sulit untuk terkontrol (Hawari, 2008)

Sebagian mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa merasa bahwa stres adalah suatu
kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu tujuan dimana untuk mencapai
tujuan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Maka untuk hal yang satu ini perlu ada penekanan
khusus dari pihak Universitas, karena dengan tugas akhir atau skripsi ini pula yang menjadi tolak ukur
kelulusan mahasiswa pada umumnya, jadi melalui hal ini perlu ada kerjasama yang baik dari
Universitas dengan para mahasiswa dalam kajian tugas akhir atau skripsi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kesehatan Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa dengan
judul “Hubungan Penyusunan Tugas Akhir dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Semester VIII di
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto”.
C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan penyusunan Tugas Akhir dengan Kejadian Stres Pada Mahasiswa
Universitas Harapan Bangsa.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian stres pada Mahasiswa Universitas
Harapan Bangsa.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian stres pada Mahasiswa Universitas Harapan
Bangsa.

3. Untuk mengetahui hubungan tindakan dengan kejadian stres pada Mahasiswa Universitas Harapan
Bangsa.

D. MANFAAT PENELITIAN
a) Manfaat Bagi Peneliti : Menambah wawasan pengetahuan yang dapat membatu peneliti
memperluas informasi yang bermanfaat, melatih cara berfikir dan lebih memahami, serta
mencoba untuk menerapkan ilmu yang pernah peneliti terima untuk mempraktikannya
langsung ke lapangan kerja serta sebagai pengalaman pertama dalam penelitian.
b) Bagi Universitas Harapan Bangsa : Memberi informasi tambahan dan dapat menjadi
bahan referensi bagi penelitian hubungan tingkat stres dengan penyusunan tugas akhir
pada mahasiswa semester akhir
c) Bagi responden dan masyarakat pada umumnya : hasil penelitian dapat memberikan
gambaran dan masukan tentang kejadian tingkat stres pada mahasiswa semester akhir
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. STRES
a) Definisi
Stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau
suatu perubahan. Stres juga dapat terjadi karena situasi atau pikiran yang membuat
seseorang merasa putus asa, gugup, marah, atau bersemangat. Situasi tersebut akan
memicu respon tubuh, baik secara fisik ataupun mental. Respon tubuh terhadap stres dapat
berupa napas dan detak jantung menjadi cepat, otot menjadi kaku, dan tekanan darah
meningkat.

Stres merupakan suatu tanggapan penyesuaian diperantaian oleh perbedaan-perbedaan


individual dan proses-proses Psikologi, akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi, atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologi dan fisik berlebihan kepada seseorang.
Bagi para ilmuwan, stres telah menjadi kawasan riset yang cukup menarik perhatian dan
kaya akan informasi- informasi keilmuan. Berbagai disiplin ilmu telah memberikan
sumbangan yang berarti bagi studi tentang stres. Istilah stres berasal dari kata stingere
(bahasa latin) yang berarti mengekang (Hidayat, 1998).

Stress tidak selalu berdampak negatif, karena kadang stress dapat bersifat membantu dan
menstimulasi individu untuk bertingkah laku positif. Stress dalam menulis skripsi juga bisa
bersifat positif dan juga negatif. Stress yang bersifat positif menjadikan mahasiswa
menjadi bersemangat dalam menulis skripsi, menjadi termotivasi untuk menulis skripsi
yang lebih baik, dll. Stress yang bersifat negatif menjadikan mahasiswa menjadi malas
dalam menulis skripsi, kehilangan motivasi, menunda penulisan skripsi bahkan ada yang
memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsi. Adanya perbedaan dampak stress pada
diri individu disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing–masing individu.
Perbedaan karakteristik individu akan menentukan respon individu terhadap sumber stress,
sehingga respon individu dapat berbeda pada stimulus yang menjadi sumber stress yang
sama.

Stres bisa berdampak positif ketika tekanan itu tidak melebihi toleransi stresnya atau tidak
melebihi kemampuan dan kapasitas dirinya. Dampak positif stres terhadap mahasiswa
diantaranya tertantang untuk mengembangkan diri dan menumbuhkan kreativitas. Dampak
negatif dari stres bisa berupa sulit memusatkan perhatian (konsentrasi) selama perkuliahan
termasuk saat mengikuti proses bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya,
menurunnya minat terhadap hal-hal yang biasa ia kerjakan, menurunnya motivasi bahkan
memengaruhi perilaku menjadi kurang adaptif.

b) Klasifikasi Stress
WHO(1) menyatakan stres merupakan epidemi yang menyebar ke seluruh dunia. The
American Institute of Stress meyatakan bahwa penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
stres telah menyebabkan kerugian ekonomi. Sakit dan kecelakaan yang dialami akibat
kondisi stres telah mengambil bagian tiga perempat dari alasan ketidakhadiran seseorang
dalam rutinitas kerja. Stres merupakan bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun
mental yang merupakan salah satu pemicu munculnya gastritis karena dapat menyebabkan
gangguan sistem saraf diotak, serta aliran darah ke mukosa dinding lambung berkurang
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas dinding lambung mengalami kelainan karena
ketidakseimbangan. Selain itu, juga mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh
yang bisa merangsang produksi asam lambung secara berlebihan.

Fenomena yang peneliti amati, stres pada mahasiswa karena menyusun skripsi terjadi pada
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2012 yaitu berkeluh kesah,
sering merasa lelah, pusing, terlihat cemas dan tidak bersemangat, bahkan ada beberapa
yang merasa ingin mengakhiri studinya begitu saja atau membuat status di media sosial
berisi keluhan tentang perasaannya ketika mengalami kendala dalam menyelesaikan
skripsi. Dampak stres lainnya adalah sengaja tidak mengerjakan skripsi karena tidak ingin
merasa terbebani sehingga lebih memilih mencari kesenangan dari kegiatan lain di luar
kampus dan menghindari dosen pembimbing. Hal ini membuat banyaknya mahasiswa
angkatan 2012 yang menjadi subjek penelitian tidak dapat menyelesaikan studinya dengan
tepat waktu.

Tuntutan yang dihadapi oleh mahasiswa tidak hanya tuntutan akademik saja, namun
tuntutan non akademik dan tuntutan diluar perkuliahanpun bisa menjadi stresor bagi
mahasiswa, seperti bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa
dengan karakteristik dan latar belakang berbeda, perbedaan bahasa yang digunakan, dalam
hal biaya perkuliahan, pasangan, dan bekerja untuk menambah uang saku. Kondisi ini juga
dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir yang sedang menghadapi tugas akhir (Indra, 2012).

Dari permasalahan-permasalahan yang begitu kompleks, kemampuan mahasiswa tingkat


akhir dalam menyelesaikan permasalahan tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Walgito (2002) menjelaskan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah secara
objektif dipengaruhi oleh kematangan emosinya.

c) Faktor Resiko Stress

Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai stresor. Stresor adalah segala situasi
atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam.13 Penyebab
stresor dapat di bagi menjadi dua, yaitu stresor eksternal dan stresor internal. Stresor
eksternal merupakan stresor berasal dari luar individu seperti stresor yang berada di
lingkungan dan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu
dengan lingkungannya, banyak stresor sosial yang bersifat traumatic yang tak dapat
dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun dari
pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain. Sedangkan stresor
internal merupakan stresor yang berasal dari dari dalam individu seperti stresor psikologis
tekanan dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan
(anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada
diri sendiri, serta rasa rendah diri.15 Stresor biologis seperti pelepasan neurotrasmitters
saat stres dari kelenjar adrenal, medula yaitu epinefrin dan norepinefrin dalam respon
terhadap stres. Pelepasan neurotransmitter menyebabkan efek fisiologis seperti denyut
jantung meningkat, peningkatan kewaspadaan dan lain-lain.

Stres bukan hanya dapat terjadi karena faktor-faktor yang ada di lingkungan. Bahwa
stressor juga bisa berupa faktor-faktor yang ada dalam diri individu, misalnya penyakit
jasmani yang dideritanya, konflik internal, dst. Oleh sebab itu lebih tepat bila stres
dipandang sebagai hubungan antara individu dengan stressor, baik stressor internal
maupun eksternal. Menurut Maramis, stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan,
dan krisis.

• Frustrasi merupakan terganngunya keseimbangan psikis karena tujuan gagal


dicapai.
• Konflik adalah terganggunya keseimbangan karena individu bingung menghadapi
beberapa kebutuhan atau tujuan yang harus dipilih salah satu.
• Tekanan merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan oleh individu.
Tekanan bisa datang dari diri sendiri, misalnya keinginan yang sangat kuat untuk
meraih sesuatu. Tekanan juga bisa datang dari lingkungan.
• Krisis merupakan situasi yang terjadi secara tiba-tiba dan yang dapat
menyebabkan terganggunya keseimbangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres akademik, menurut (Puspitasari, W.


2013; Gunawati, R., Hartati, S., & Listiara, A. 2010) yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.

1) Faktor internal yang mengakibatkan stres akademik Pola pikir

Individu yang berpikir tidak dapat mengendalikan situasi, cenderung mengalami stres lebih
besar. Semakin besar kendali bahwa ia dapat melakukan sesuatu, semakin kecil
kemungkinan stres yang akan dialami siswa.

• Kepribadian

Kepribadian seorang siswa dapat menentukan tingkat toleransinya terhadap stres. Tingkat
stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis.

• Keyakinan

Penyebab internal selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres siswa adalah keyakinan
atau pemikiran terhadap diri. Keyakinan terhadap diri memainkan peranan penting dalam
menginterpretasikan situasi-situasi di sekitar individu. Penilaian yang diyakini siswa dapat
mengubah pola pikirnya terhadap suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa
stres secara psikologis.

2) Faktor eksternal yang mengakibatkan stres akademik Pelajaran lebih padat

Kurikulum dalam sistem pendidikan standarnya semakin lebih tinggi. Akibatnya


persaingan semakin ketat, waktu belajar bertambah, dan beban siswa semakin meningkat.
Walaupun beberapa alasan tersebut penting bagi perkembangan pendidikan dalam negara,
tetapi tidak dapat menutup mata bahwa hal tersebut menjadikan tingkat stres yang dihadapi
siswa meningkat.

• Tekanan untuk berprestasi tinggi


Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam ujian-ujian mereka.
Tekanan ini terutama datang dari orangtua, keluarga, guru, tetangga, teman sebaya, dan
diri sendiri.

• Dorongan status sosial

Pendidikan selalu menjadi simbol status sosial. Orang-orang dengan kualifikasi akademik
tinggi akan dihormati masyarakat dan yang tidak berpendidikan tinggi akan dipandang
rendah. Siswa yang berhasil secara akademik sangat disukai, dikenal, dan dipuji oleh
masyarakat. Sebaliknya, siswa yang tidak berprestasi di sekolah disebut lambat, malas atau
sulit. Mereka dianggap sebagai pembuat masalah, cenderung ditolak oleh guru, dimarahi
orangtua, dan diabaikan teman-teman sebayanya.

• Orangtua saling berlomba

Pada kalangan orangtua yang lebih terdidik dan kaya informasi, persaingan untuk
menghasilkan anak- anak yang memiliki kemampuan dalam berbagai aspek juga lebih
keras. Seiring dengan perkembangan pusat- pusat pendidikan informal, berbagai macam
program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama yang juga menimbulkan
persaingan siswa terpandai, terpintar, dan serba bisa.

d) Jenis jenis Stress

Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya memiliki banyak
keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang dihasilkan beragam pula. Menurut Sri
Kusmiati dan Desminiarti, berdasarkan penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi

• Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
• Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obatobatan, zat beracun, hormone,
atau gas. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
• Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.Stres proses
pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua.
e) Tahapan Stress
Gejala-gejala stres seseorang seringkali disadari karena perjalanan awal tahapan stres
timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan
mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik dirumah, ditempat kerja ataupun
dipergaulan lingkungan sosialnya. Amberg dalam Hawari (2008), dalam penelitiannya
membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut :
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa


disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun
tanpa disadari cadangan energi semakin manipis.

2. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan
pada tahap I diatas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan
karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu
untuk beristirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

c. Lekas merasa capai menjelang sore hari.

d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel


discomfort).
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

g. Tidak bisa santai.

3. Stres tahap III

Bila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan


keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut diatas, maka yang
bersangkutan akan menunjukan keluhan- keluhan yang semakin nyata dan
mengganggu yaitu :
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag

(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).

b. Ketegangan otot-otot semakin terasa.

c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.


d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (earlly
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia),
atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh
terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh
kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami difisit.

4. Stres tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan
keluhan-keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak
ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang
bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka
gejala stres tahap ke IV akan muncul:
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi


membosankan dan terasa lebih sulit.

c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadikehilangan kemampuan


untuk merespon secara memadai (adequate).
d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang


menegangkan.
f. Seringkali menolak ajakan (negativis) karena tiada semangat dan kegairahan.
g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.

5. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang
ditandai dengan hal-hal berikut:
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological
exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal
disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah
bingung dan panik.

6. Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks seseorang mengalami serangan panik (panic
attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang mengalami stres tahap VI ini
berulang-kali di bawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada
akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran
stres tahap VI ini adalah :
a. Debaran jantung teramat keras.

b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)..

c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

e. Pingsan atau kolaps (collapse).


Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan diatas lebih
didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan
seseorang untuk mengatasinya.
f) Reaksi Stres pada Tubuh
Seseorang yang mengalami stres dapat pula dilihat ataupun dirasakan dari perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Misalnya sebagai berikut ;
a. Rambut, warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih)
terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontkan rambut
b. Mata, ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot bola mata mengalami kekenduran atau
sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga, pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d. Daya pikir, kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menurun,
menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.
e. Ekspresi wajah, wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik
nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka
kedutan (tic facialis).
f. Mulut, mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.
Selain dari pada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami
Spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
g. Kulit, pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit
dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau berkeringat berlebihan. Reaksi lain
kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi lebih kering.
h. Sistem pernapasan, pernafasan seseorang yang mengalami stres dapat terganggu
misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadinya penyempitan pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada.
i. Sistem kardiovaskuler, sistem jantung dan pembuluh darah atau

kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres.

j. Sistem pencernaan, orang yang mengalami stres sering kali mengalami gangguan
pada sistem pencernaannya.
k. Sistem perkemihan, yang sering dikeluhkan adalah frekuensi untuk buang air kecil
lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes
mellitus)
l. Sistem otot dan tulang, yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju)
seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
m. Sistem endokrin, kadar gula tinggi dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dan gangguan hormonal
(menstruasi pada wanita).
n. Libido, kegairahan seseorang dibidang seksual dapat terpengaruh, seringkali
mengeluh libido menurun atau sebaliknya meningkat tidak sebagaimana biasanya.
g) Penatalaksanaan Stress
Stres tidak bisa dihindari, bisa masuk dan keluar dari kehidupan manusia secara
teratur. Stres bisa disebabkan oleh berbagai masalah. Adapun cara menghilangkan
stres adalah sebagai berikut (Donald, 2008) :
1. Buat tubuh bekerja, latihan fisik bisa membebaskan tubuh dari hormon stres.
Berolahraga membuat tubuh sehat dan merupakan cara alami melepaskan stres.
2. Cukup tidur, tidur adalah cara tubuh untuk mengembalikan cadangan energi.
3. Mengatur pola makan dengan benar, tubuh sehat dan bahagia adalah cara
menghilangkan stres yang efektif.
Suka atau tidak, stres adalah reaksi tubuh terhadap segala sesuatu yang mengganggu
keadaan alami, ini berarti bahwa tubuh memiliki efek mendalam terhadap timbulnya
stres dan cara menghilangkannya.
Kegiatan bermusik merupakan mekanisme coping yang banyak dipilih oleh
mahasiswa, karena musik dianggap mampu menenangkan dan membantu melupakan
sejenak masalah yang dihadapi. Kemungkinan lain alasan mahasiswa memilih musik
karna musik bisa di dengar oleh siapa saja, dalam suasana apa saja, karna musik
mempunyai bermacam- macam jenis. Nodroff dan Robbins (1985, dalam Safaria &
Saputra, 2009) menggambarkan musik sebagai suatu pengalaman yang besifat
universal dalam arti setiap orang dapat menikmatinya. Musik juga mempunyai banyak
manfaat yang salah satunya memberikan rasa santai dan tak jarang tubuh kita pun
merasakannya.
Mekanisme coping yang ke dua yang banyak dipilih oleh mahasiswa yaitu
mekanisme coping yang berfokus pada masalah yaitu dengan cara melakukan
bimbingan. Kegiatan ini sangat membantu dalam penyelesaian tugas akhir, tanpa kita
melakukan bimbingan kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang harus dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam penyusunan tugas akhir,
sehingga beban pikiran pun berkurang. Hal ini juga dapat membuat kita berani
mengungkapkan pendapat dan berdiskusi dengan dosen. Hal-hal berikut dapat
dijadikan alasan mengapa mahasiswa banyak yang memilih mekanisme coping stres
dalam menyelesaikan tugas akhir bisa dilakukan dengan melakukan bimbingan.
h) Tingkat Stress
• Stres ringan
Pada tingkat stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari
seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa,
ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan sering terjadi pada kehidupan
seharihari dan kondisi dapat membantu individu menjadi waspada. Situasi ini
tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
• Stres sedang
Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari.
Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pada lambung dan usus
misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada otot, gangguan
pola tidur, perubahan siklus menstruasi, daya konsentrasi dan daya ingat
menurun. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah
kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan
pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.
• Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
tahun. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pencernaan berat, debar
jantung semakin meningkat, sesak napas, tremor, persaan cemas dan takut
meningkat, mudah bingung dan panik. Contoh dari stresor yang dapat
menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkatan stress ada 3,yaitu : stres
ringan, stres sedang, dan stres berat. Masing – masing tingkatan stress
memiliki dampak tanda dan gejala fisiologis serta psikologis yang berbeda.
2. PENYUSUNAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI)
a. Definisi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa program
sarjana (S1) sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya. Dengan
demikian, sebagai sebuah karya ilmiah maka skripsi harus memenuhi kaidah dan
metode ilmiah secara sistematis sesuai dengan keilmuan program studi dan capaian
pembelajaran lulusan (kompetensi lulusan).
Dengan demikian, penyusunan skripsi merupakan salah satu proses
pembelajaran berupa penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka
penyelesaian studinya. Proses penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai
pada laporan dalam bentuk skripsi dilaksanakan oleh mahasiswa di bawah bimbingan
dan arahan dosen pembimbing.
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu
karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas
suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan
kaidah-kaidah yang berlaku. Skripsi merupakan suatu karya tulis ilmiah, berupa
paparan tulisan hasil penelitian yang membahas suatu masalah dalam bidang ilmu
tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu
tersebut.
b. Tujuan
Tujuan Skripsi memberikan pemahaman terhadap mahasiswa agar dapat berpikir
secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta
dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur bagi mahasiswa, skripsi
merupakan suatu kewajiban yang harus segera diselesaikan jika ingin memperoleh
gelar Sarjana strata satu. tidak jarang dalam pembuatan Skripsi, mahasiswa
mengalami stres, banyak faktor yang menyebabkan stres diantaranya adalah faktor
individual. Pada faktor ini, biasanya penyebab-penyebab stresnya berasal dari dalam
diri sendiri. Banyak pula gejala – gejala yang timbul dari faktor ini diantaranya adalah
gangguan tidur atau yang disebut dengan insomnia.
Secara umum, penelitian bertujuan untuk mengembangkan ilmu dari berbagai
pengetahuan yang telah ada, serta adanya fakta dan temuan-temuan baru sehingga
dapat disusun sebuah teori, konsep, hukum, kaidah atau metodologi baru yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada, menurut Darmono (2007), adapun
tujuan khususnya adalah :
1. Ingin membuktikan teori-teori yang sudah ada, Seiring dengan perjalanan waktu
ada banyak penelitian dan teori-teori lama sehingga
ingin membuktikan apakah hasil penelitian atau teori yang telah ada masih cukup
relevan dengan keadaan saat ini.
2. Menemukan adanya teori-teori baru atau produk yang baru, tujuan ini
dilaksanakan karena adanya tuntutan perkembangan zaman atau kebutuhan yang ada.
Penemuan teori atau produk yang baru akan memudahkan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Selain produk atau teori, penemuan juga dapat berupa cara, teknik atau
hasil ilmu pengetahuan lainnya yang dapat dimanfaatkan manusia untuk
kehidupannya.
3. Mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada, tujuan penelitian ini
menitikberatkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
perkembangan hasil penelitian yang sudah ada akan dapat mengembangkan apa yang
sudah diteliti.
c. Peranan Skripsi

1. Merupakan kegiatan belajar yang mengarahkan mahasiswa untuk


mengintegrasikan pengalaman belajarnya dalam menghadapi suatu masalah secara
mendalam.
2. Merupakan sarana kegiatan belajar mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuannya dalam mengintegrasikan pengalaman dan ketrampilan yang telah
diperoleh, dan

3. Memberi peluang kepada mahasiswa untuk melatih diri dalam hal mengemukakan
dan menyelesaikan masalah secara mandiri dan ilmiah.

3. MAHASISWA TINGKAT AKHIR

Secara umum mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang hampir


menyelesaikan semua mata kuliahnya dan sedang mengambil tugas akhir (skripsi).
Mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk memiliki rasa optimis, semangat hidup
yang tinggi, mencapai prestasi optimal dan berperan aktif dalam menyelesaikan
masalah, baik masalah akademis maupun non akademis (Yesamine, 2000).
Mahasiswa dalam perkembangannya ialah sebagai remaja akhir atau dewasa awal
yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun(1). Mahasiswa akan mengalami masa
kuliah di suatu universitas selama minimal tiga atau empat tahun, dan akan
mengakhiri masa kuliahnya dengan menyusun skripsi sebagai syarat kelulusan
untuk mendapat gelar sarjana.
Mahasiswa menjalani masa kuliah di suatu universitas selama minimal tiga sampai
empat tahun, dan akan mengakhiri masa kuliahnya dengan menyusun skripsi
sebagai syarat kelulusan. Pada kenyataannya, cukup banyak mahasiswa yang
mengalami berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi sehingga menyebabkan
stres.Kesulitan yang dirasakan diantaranya proses revisi yang berulang-ulang,
kesulitan mendapatkan referensi, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing
ketika menyelesaikan skripsi, keterbatasan waktu penelitian, dosen pembimbing
yang sibuk dan sulit ditemui(Maritapiska 2003, dalam Wulandari, 2012).
Mahasiswa tingkat akhir umumnya dihadapkan pada tuntutan dan beban yang lebih
banyak lagi, yaitu salah satunya kesegeraan menyelesaikan studi dan tugas akhir
(Hedissa, 2009). Tugas akhir jenjang sarjana yaitu skripsi. Skripsi adalah karangan
ilmiah yang wajib di tulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir
pendidikan akademisnya (Sugiyono, 2013). Prosedur belajar dalam skripsi
berlangsung secara individual, hal tersebut berbeda dengan mata kuliah lain yang
umumnya dilakukan secara klasikal atau berkelompok. Proses belajar secara
individual menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dalam mencari pemecahan
dari masalah-masalah yang dihadapi (Ningrum, 2011).
Depresi pada mahasiswa tingkat akhir dalam proses skripsi memang merupakan
suatu fenomena yang harus diantisipasi. Depresi itu sendiri ialah keadaan
psikologis yang patologis. Dampak lain dari depresi ialah adanya penurunan
semangat bekerja, bergaul, dan nafsu seksual(9). Kejadian depresi pada mahasiswa
tingkat akhir pada proses skripsi dapat dipengaruhi oleh mekanisme koping
individu. Mekanisme koping itu sendiri merupakan cara yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah(10).
BAB III
METODE DAN PENELITIAN

A. Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif korelasi yaitu dengan

menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu mengumpulkan data penelitian

untuk variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen dilakukan

dalam satu waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

Metode deskriptif korelasi ini digunakan untuk mengetahui Hubungan

Penyusunan Tugas Akhir Dengan Kejadian dan tingkat Stres Pada Mahasiswa.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Universitas Harapan bangsa dan dilakukan pada

tanggal 3 juni – 30 jni 2021

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa/i semester akhir

Tahun 2014 Universitas Harapan Bangsa. Jumlah populasi dalam penelitian ini

adalah 233 orang.

3.3.2 Sampel

Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada rumusan

(Arikunto, 2002 ), yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada


subjek penelitian kurang dari 100, maka dapat diambil semua sehingga
26

penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila jumlah subjek lebih dari

100 dapat diambil 10-20% dari jumlah populasi. Berdasarkan hal tersebut maka

peneliti mengambil 15% dari keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel yaitu :

x 233 = 47

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 47 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara random

sampling, pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling

dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random ini hanya

boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen,

(Notoatmodjo, 2010).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui

penyebaran kuisioner kepada responden untuk memperoleh tanggapan, penjelasan

dari responden tentang hubungan depresi pada mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Dengan Penyusunan tugas akhir kuliah. Pada penelitian ini data

dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara/observasi.

Wawancara/observasi ini dilakukan dengan mengedarkan formulir-formulir,

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban

(Notoatmodjo, 2010). Kuisioner disusun sendiri oleh peneliti mengacu kepada

penelitian tentang hubungan penyusunan tugas akhir dengan kejadian stres pada
27

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Dengan Penyusunan tugas akhir

kuliah.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh sebagai pendukung hasil penelitian, sumber data

sekunder diperoleh dari catatan, literatur, artikel dan tulisan ilmiah yang relevan

dengan topik penelitian yang dilakukan (Sarwono, 2006).


28

3.5 Definisi Operasional Variabel


N Skala
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
o ukur
Variabel Independen
1 Pengetahuan Segala bentuk Wawancara/ Kuisioner 1. Baik Ordinal
stres pengetahuan yang Observasi 2. Kurang
berhubungan
dengan stres pada
mahasiswa terkait
penyusunan tugas
akhir. (gejala
stres, dampak
stres dan cara
mengatasi stres).

2 Sikap stres Sikap terhadap Wawancara/ Kuisioner 1. Baik Ordinal


tugas akhir yang Observasi 2. Kurang
dialami oleh
mahasiswa.
(sensitif, emosi,
Mudah
menyerah).
3 Tindakan Bentuk Wawancara/ Kuisioner 1. Baik Ordinal
stres perlakuan Observasi 2. Kurang
ataupun tindakan
yang harus
dilakukan saat
mahasiswa mulai
mengalami stres.
(sabar, lebih
tekun dan jangan
menjadikan
skripsi sebagai
beban).
Variabel Dependen
1 Kejadian Kondisi ketika Wawancara/ Kuisioner 1. Berat Ordinal
Stres individu berada Observasi 2. Ringan
dalam situasi
yang penuh
tekanan.
(Tekanan dari
pembimbing,
biaya
pembuatan
skripsi, biaya
sidang).
29

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

1. Pengetahuan
1. Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 5

2. Kurang : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 5

2. Sikap

1. Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 15

2. Kurang : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 15

3. Tindakan

1. Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 15

2. Kurang : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 15

4. Kejadian Stres

1. Berat : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 15

2. Ringan : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 15

3.7 Analisa Data Penelitian

3.7.1 Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau

per variabel. Analisa datanya dilakukan dengan menggunakan analisa univariate.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terhadap variabel-variabel

independen yang diteliti, mendiagnosis asumsi statistik lanjut dan mendeteksi

nilai ekstrim dengan melihat gambaran distribusi frekuensi variabel dependen dan

independen yang akan diteliti yang digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik

(Sarwono, 2006).

3.7.2 Analisa bivariat


30

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi, (Notoatmodjo, 2010).

Untuk uji statistik Chi-square (X2) menggunakan komputerisasi penilaian

dilakukan sebagai berikut.

1. Apabila hasil uji tersebut di dapat p value > 0,05 berarti tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

2. Apabila hasil uji tersebut tidak di dapat p value < 0,05 berarti ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Rasio odds (odds ratio) adalah perbandingan kemungkinan peristiwa

terjadi dalam satu kelompok dengan kemungkinan hal yang sama terjadi di

kelompok yang lain. Dalam kata lain odds ratio adalah ukuran besarnya efek.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta

Azwar, 2001. Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta

Bupati Aceh Barat Nomor : 122 Tahun 2002 Tanggal 10 September 2002.

Darmono, 2007. Menyelesaikan Skripsi Dalam Satu Semester. Penerbit PT


Grasindo. Jakarta

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional


Nomor : 1318/D2/2002 tanggal 25 Juli 2002

Donald, 2008. Management Stres. Karisma. Jakarta

Hawari, 2008. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Edisi ke II. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta

Hidayat, 1998. Stres dalam Lingkup Pekerjaan. Jurnal indon Psychiat quart
TH XXXI / No. 3

Kreitner, 2005. Perilaku Organisasi. Edisi ke V. Salemba Empat. Jakarta

Michael, 2006. Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.


Rineka Cipta. Jakarta

, 2007. Kesehatan Masyarakat ilmu dan seni, Jakarta : Rineka


Cipta,

Novilia, 2005. Hubungan Antara Stres dalam Menyusun Skripsi Dengan


Insomnia. Skripsi. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata

Rettob, 2008. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Stres Terhadap Stres


Mahasiswa Yang Sedang Menempuh Skripsi Di Universitas Katolik
Soegijapranata. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.

Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.: Graha Ilmu.


Bandung

Sopiah, 2008. Perilaku Organisasi. C.V Andi Offset, Yogyakarta

Tan Hoan Tjay, 2010. Obat-obat Penting (Khasiat, Penggunaan dan efek-
efek Sampingnya). PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai