Anda di halaman 1dari 5

A.

Latar Belakang
Definisi stress dapat ditelusuri dari beberapa sumber penelitian. Lazarus &
Folkman (1984) mendefinisikan stress sebagai hal yang khusus terjadi pada seseorang
dengan lingkungannya dan tidak dapat mengatasi hal tersebut sehingga dapat
mempengaruhi kesehatannya. Adapun menurut (Shalev, 2000) stress adalah reaksi
psikologis yang normal pada kejadian-kejadian yang muncul karena rasa tidak aman,
kesedihan, dan ketidakpercayaan pada orang lain. Sedangkan menurut Sarafino
(2002) buah dari hubungan antara pribadi dan alam sekitarnya yang mengakibatkan
ketidakselarasan antara pisik dan psikologis didefinisikan sebagai makna dari stress.
Selain definisi di atas masih terdapat definisi yang dijelaskan oleh beberapa
artikel penelitian. Salah satunya adalah menurut Behnoundi (2005) menyebutkan
bahwa stress adalah kondisi dimana seseorang melakukan adaptasi dengan kondisi
yang baru ketika terjadi perubahan hidup. Sedangkan menurut Kumari, et.al (2009)
stress adalah sebuah respon yang terjadi ketika tubuh mengalami segala sesuatu yang
baik maupun hal yang buruk. Stress adalah hal-hal yang dapat berasal dari situasi atau
hal-hal yang membuat frustasi, cemas, takut, maupun marah (Silverman, et.al (2010).
Salah satu kelompok yang memiliki peluang paling tinggi mengalami stress
adalah mahasiswa. Hal ini dikarenakan menjadi mahasiswa menjadikan seseorang
memiliki posisi yang baru khususnya di dunia Pendidikan, dimana terdapat banyak
modifikasi dalam kehidupan barunya sehingga memerlukan kecakapan penyesuaian
diri yang baik (Suharsono, 2020).
Menurut Lopez-Castro et al., (2020) gejala depresi, stres dan kecemasan di
Amerika memiliki prevalensi yang tinggi dengan hasil lebih dari setengah mengalami
gejala depresi, stress, dan kecemasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari (2022) tingkat stress pada mahasiswa berada pada tingkat sedang sebanyak
46,4%, dan 4,5% mahasiswa mengalami tingkat stress sangat berat. Adapun menurut
penelitian yang dilakukan oleh Lee, et.al (2022) salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi dan meningkatkan masalah kesehatan mental adalah gaya hidup
seperti kualitas tidur yang buruk, pola diet yang kurang baik, dan aktivitas fisik yang
rendah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solomou (2023)
mengemukakan bahwa kualitas diet yang baik dari mahasiswa berasosiasi dengan
kesehatan mental yang lebih baik seperti depresi, kecemasan, stres dan kesehatan
mental secara umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu dampak dari
stress yaitu berpengaruh terhadap pola makan mahasiswa.
Pola makan adalah upaya untuk mengatur jumlah dan jenis makanan yang
menggambarkan mengenai bagaimana mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
serta mencegah atau membantu proses penyembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
Pola makan merupakan perilaku seseorang dalam menggunakan bahan makanan
untuk mengonsumsi pangan yang meliputi frekuensi makan, jenis makanan dan porsi
makan yang dikonsumsi sehari-hari (Laurensius Fua Uwa, 2019). Pola makan juga
dapat didefinisikan sebagai ciri khas dari aktivitas makan seseorang yang dilakukan
secara berulang untuk memenuhi kebutuhannya (Sulistyoningsih, 2011). Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi tubuh jika pola makan tidak teratur dan
dijaga, salah satunya yaitu stres. Ketika reseptor otak mengalami stres maka
menyebabkan perubahan keseimbangan kondisi pada tubuh sehingga berdampak pada
perubahan pola makan (Laurensius Fua Uwa, 2019).
Stres dapat mempengaruhi pola makan seseorang sehingga saat stres,
seseorang cenderung makan lebih sedikit (Aritonang, 2021). Berdasarkan jurnal The
Risks of Poor Nutrition yang diterbitkan oleh Government of South Australia, nutrisi
yang buruk dapat membuat kesehatan terganggu dan kehidupan sehari-hari menjadi
tidak sejahtera. Pola makan yang buruk juga dapat mengurangi kemampuan seseorang
untuk menjalani kehidupan yang produktif dan menyenangkan. Dalam waktu singkat
dan seiring berjalannya waktu, pola makan yang tidak teratur dapat mengakibatkan
stres, kelelahan dan kemampuan untuk bekerja menurun. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi pola makan diantaranya yaitu aktivitas fisik, pendidikan,
pengetahuan gizi, status pekerjaan, dan status sosial ekonomi keluarga (Katri Andini
Surijati, 2021).
B. Rumusan Masalah

Definisi stress dapat ditelusuri dari beberapa sumber penelitian. Lazarus &
Folkman (1984) mendefinisikan stress sebagai hal yang khusus terjadi pada seseorang
dengan lingkungannya dan tidak dapat mengatasi hal tersebut sehingga dapat
mempengaruhi kesehatannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
(2022) tingkat stress pada mahasiswa berada pada tingkat sedang sebanyak 46,4%,
dan 4,5% mahasiswa mengalami tingkat stress sangat berat. Adapun pertanyaan pada
penelitian ini yaitu apakah stress berpengaruh terhadap pola makan mahasiswa ilmu
keperawatan fakultas keperawatan universitas hasanuddin.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh stres terhadap pola makan mahasiswa ilmu keperawatan
fakultas keperawatan universitas hasanuddin
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat stress pada mahasiswa ilmu keperawatan universitas
hasanuddin
b. Mengidentifikasi pola makan mahasiswa ilmu keperawatan universitas
hasanudiin
c. Menganilisis pengaruh stres terhadap pola makan mahasiswa ilmu
keperawatan universitas hasanuddin

References
Aritonang, M. (2021). Pengaruh Stress Dan Pola Makan Dengan Frekuensi Kekambuhan
Penyakit Pada Penderita Gastritis Di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jurnal Pandu
Husada, 84-91.
Australia, G. o. (2023). The Risks Of Poor Nutrition. Retrieved from SA Health:
https://www.sahealth.sa.gov.au/wps/wcm/connect/public+content/sa+health+internet/
healthy+living/is+your+health+at+risk/the+risks+of+poor+nutrition. Diakses pada
tanggal 27 Mei 2023.
Katri Andini Surijati, P. W. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Siswa
Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas. Nutriology Jurnal: Pangan, Gizi, Kesehatan,
95-100.
Laurensius Fua Uwa, S. M. (2019). HUBUNGAN ANTARA STRES DAN POLA MAKAN
DENGAN KEJADIAN GASTRITIS YANG TERJADI DI PUSKESMAS DINOYO.
Nursing News, 237-247.

DAPUS

Behnoudi Z. Health and occupational stress. Tehran, Iran: Boshra-Tohfeh Publications; 2005
[Persian].

Kumari, M., Badrick, E., Chandola, T., Adam, E. K., Stafford, M., Marmot, M. G.,
Kirschbaum, C., & Kivimaki, M. (2009). Cortisol secretion and fatigue: associations
in a community based cohort. Psychoneuroendocrinology, 34(10), 1476–1485.
https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2009.05.001
Lazarus, RS. Folkman, S. Coping and adaptation. In, Gentry, WD, Editors. Handbook of
Behavioral medicine. New York, NY, USA: Guilford; 1984

Lee, C. T., Ting, G. K., Bellissimo, N., & Khalesi, S. (2022). Hubungan antara faktor gaya
hidup dan kesejahteraan mental pada mahasiswa keperawatan sarjana muda: Sebuah
studi observasional. Ilmu keperawatan & kesehatan, 24(1), 255–264.
https://doi.org/10.1111/nhs.12923

López-Castro, T., Brandt, L., Anthonipillai, N. J., Espinosa, A., & Melara, R. (2021).
Experiences, impacts and mental health functioning during a COVID-19 outbreak and
lockdown: Data from a diverse New York City sample of college students. PloS one,
16(4), e0249768. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0249768

Sarafino EP. Health psychology: biopsychosocial interactions (4th Ed.). New York, NY, USA:

John Wiley & Sons, Inc; 2002.

Shalev, A. Y., Yehuda, R., & McFarlane, A. C. (Eds.). (2000). International handbook of
human response to trauma. Kluwer Academic Publishers. https://doi.org/10.1007/978-
1-4615-4177-6

Silverman, M. N., Heim, C. M., Nater, U. M., Marques, A. H., & Sternberg, E. M. (2010).
Neuroendocrine and immune contributors to fatigue. PM & R: the journal of injury,
function, and rehabilitation, 2(5), 338–346.
https://doi.org/10.1016/j.pmrj.2010.04.008

Suharsono, Y., Anwar, Z. (2020). Analisis stres dan penyesuaian diri pada mahasiswa.
Cognicia, 8, (1). 1-12.

Solomou, S., Logue, J., Reilly, S., & Perez-Algorta, G. (2023). Tinjauan sistematis tentang
hubungan kualitas diet dengan kesehatan mental mahasiswa: implikasi dalam praktik
pendidikan kesehatan. Penelitian pendidikan kesehatan, 38(1), 28–68.
https://doi.org/10.1093/her/cyac035

References
Laurensius Fua Uwa, S. M. (2019). Hubungan Antara Stres Dan Pola Makan Dengan
Kejadian Gastritis Yang Terjadi Di Puskesmas Dinoyo. Nursing News, 237-247.

Anda mungkin juga menyukai