Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP STRES


PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Feby Indra Feristamala

14130122

A.11.3

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS REPATI YOGYAKARTA
2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU RI no. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Menurut UU RI no. 12 tahun 2012 bahwa pendidikan tinggi

sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis

dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta

pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan.

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah,

yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister,

program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan Indonesia.

Menurut UU RI no. 12 tahun (2012), mengatakan mahasiswa adalah

peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. Dalam pendidikan tinggi yang

bertujuan untuk menghasilkan lulusan yaitu mahasiswa dimana mahasiswa

diwajibkan untuk terus belajar agar dapat menguasai cabang ilmu

pengetahuan dan/atau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan


peningkatan daya saing bangsa. Hal ini menjadi stresor tersendiri bagi

mahasiswa yang akhirnya mempengaruhi kesehatan mental emosional

mahasiswa.

Riskesdas (2013) mengatakan gangguan mental emosional adalah istilah

yang sama dengan distres psikologik. Kondisi ini adalah keadaan yang

mengindikasikan seseorang sedang mengalami perubahan psikologis.

Seorang ahli kesehatan Merriam Webster dalam Kartika (2012), juga

mengungkapkan kesehatan mental merupakan suatu keadaan emosional dan

psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan

kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari. Sunaryo (2004) mengatakan masalah sosial yang

dihadapi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi perilaku individu maupun kelompok dimasyarakat. Apabila

seorang individu tidak dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan

tuntutan sosial yang baru, pada akhirnya akan menimbulkan kecemasan,

ketakutan, konflik, ketegangan emosional, dan gangguan batin. Terdapat

beberapa penyebab gangguan mental baik itu dari faktor internal, faktor

eksternal, proses intrapsikis yang salah, faktor organobiologi/jasmaniah,

faktor sosial budaya, dan salah satunya yang paling sering terjadi adalah

faktor psikologis yaitu stress.

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

menjadi perhatian di dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dengan


berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman

penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berakibat

pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang. Data Riskesdas 2013 menggambarkan prevalensi ganggunan

mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan

kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau

6% dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut Riskesdas (2013) Prevalensi

gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Provinsi dengan

prevalensi ganguan mental emosional di DI Yogyakarta masuk dalam

kategori tertinggi.

Kozier et al (2010, hlm 521) mengatakan stres merupakan kondisi

dimana seseorang bereaksi terhadap perubahan dalam status keseimbangan

normal. Stressor merupakan semua kejadian atau stimulus yang bisa membuat

seseorang mengalami stres. Saat seseorang menghadapi stressor, maka respon

tersebut adalah sebagai strategi koping, respons koping, atau mekanisme

koping. Ong & Cheong (2009), mengatakan stres pada mahasiswa banyak

terjadi karena mereka berusaha untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan

banyak pengalaman yang belum pernah ditemui sebelumnya saat di sekolah.

Mereka tiba-tiba mengalami kebebasan yang baru ditemukan yang tidak

pernah dirasakan sebelumnya seperti kurangnya peraturan sekolah yang

mengikat dan tidak adanya peraturan pakaian yang akhirnya bisa membuat

stres, karena sekarang mereka harus membuat banyak keputusan sendiri.


Gall, Evans, & Bellerose (2000) dalam Habibah, Siew, & Chong (2011)

menunjukkan bahwa memasuki universitas dapat menimbulkan ketegangan

atau tekanan. Ini karena mahasiswa menghadapi perubahan sistem

pendidikan, gaya hidup, dan lingkungan sosial. Mahasiswa perlu mencapai

tingkat pencapaian akademis tertentu untuk lulus. Prestasi akademik

ditentukan oleh keterampilan mereka selama kegiatan kelas, tugas, presentasi

dan ujian (Ong & Cheong, 2009). Ini berarti mereka dievaluasi sepanjang

semester. Selain itu, kebanyakan siswa pindah dari rumah dan mereka harus

pandai mengatur waktu dan aktivitas mereka. Mereka sekarang bertemu

dengan orang-orang dari berbagai usia dan latar belakang, sehingga

keterampilan interpersonal dibutuhkan untuk bersosialisasi dengan orang-

orang di sekitar mereka.

Habibah, Siew & Chong (2011) mengatakan banyak penelitian dilakukan

untuk menilai hubungan antara stres dan prestasi akademik mahasiswa

sarjana dan ditemukan bahwa stres mempengaruhi prestasi akademik siswa

(Elliot et al., 2005; Choi, Abbott, Arthur & Hill, 2007 dalam Elias &

Abdullah (2011)). Siswa mengeluhkan perasaan stres secara akademis saat

menghadapi ujian dan kompetisi kelas dan memiliki terlalu banyak informasi

untuk dipelajari namun tidak cukup waktu untuk menguasai pengetahuan

(Carveth, Gesse & Moss (1996) dalam Elias & Abdullah (2011)). Labrague,

Leodoro Jabien (2013) mengatakan selama pendidikan keperawatan dan

pelatihan, siswa keperawatan sering terpapar dengan berbagai tekanan yang

secara langsung atau tidak langsung sehingga menghambat pembelajaran dan


kinerja mereka. Sifat pendidikan klinis menghadirkan tantangan yang dapat

menyebabkan siswa mengalami stres. Selain itu, komponen praktis dari

program yang penting dalam mempersiapkan siswa untuk berkembang

menjadi perawat profesional karena sifatnya membuat program kesehatan

menjadi lebih stres daripada program lainnya. Studi menunjukkan bahwa

siswa perawat merasakan tingkat stres yang tinggi dan cenderung mengalami

stres daripada siswa lainnya. Stecker menemukan bahwa siswa keperawatan

melaporkan stres akademik dan eksternal yang lebih tinggi daripada siswa

dalam terapi fisik, farmasi, kedokteran gigi dan kedokteran.

Penelitian Rochdiat & Setiawan (2016) mengungkapkan bahwa stresor di

UNRIYO sendiri adalah stressor eksternal yang berasal dari akademik terdiri

dari tugas yang menumpuk, ujian dan sistem pendidikan. Sebagian besar

program studi di UNRIYO sudah menerapkan Student Centered Learning

(SCL) untuk proses pembelajaran. Dengan karakteristiknya, metode SCL

memberi keleluasaan pada belajar mandiri siswa sehingga siswa mendapatkan

lebih banyak tugas pada metode belajar SCL daripada metode belajar lainnya.

Hal ini dirasakan oleh siswa sebagai sumber tekanan utama karena

ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan tugas. Di UNRIYO sendiri

telah dilakukan beberapa terapi khususnya terapi komplementer yang bisa

mengatasi stresor.

Lindquits et al (2014, hlm 117) membahas tentang terapi dan praktik

dimana perawat dapat menggunakan terapi untuk mengurangi stres dan


dengan demikian akan lebih fokus pada pasien dan keluarga pasien. Seperti

yang didefinisikan oleh NCCAM: Pengobatan komplementer dan alternatif

adalah sekelompok sistem dan praktik perawatan kesehatan yang beragam

yang saat ini tidak dianggap sebagai pengobatan konvensional (NCCAM,

2012, hlm 1 dalam Lindquist et al (2014)). Banyak terapi masuk dalam

kategori ini seperti musik, doa, humor, dan meditasi telah dan terus menjadi

bagian dari intervensi perawat. Terapi lain dalam kategori ini, seperti yoga

dan journal, digunakan oleh perawat sendiri dalam perawatan diri. Terapi

komplementer telah dikenal luas dan digunakan dalam perawatan kesehatan

Barat. Namun, terapi yang disertakan dalam banyak survei yang telah

dilakukan mengenai penggunaan terapi komplementer terkadang terbatas

lingkupnya. tawa dan humor sering dianggap satu kesatuan yang dapat

membantu memperbaiki kesehatan fisik. Bukti konklusif yang secara definitif

menunjukkan bahwa tawa atau humor dapat memperbaiki kesehatan fisik.

Meskipun hanya ada penelitian terbatas yang mendukung penggunaan humor

dan tawa sebagai modalitas penyembuhan, beberapa bukti menunjukkan

humor dan tawa sebagai terapi yang layak untuk penyembuhan.

Hasan (2009 dalam Desinta, sheni 2013) mengatakan terapi tawa

adalah salah satu cara untuk mencapai keadaan rileks. Tertawa merupakan

paduan dari peningkatan sistem saraf simpatetik dan juga penurunan kerja

sistem saraf simpatetik. Peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga

bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh penurunan

sistem saraf simpatetik yang salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan
kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan terhadap

nitric oxide yang membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga rata-

rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar 20%, sementara stres

menyebabkan penurunan aliran darah sekitar 30%.

Dari hasil studi pendahuluan pada mahasiswa prodi S1-Ilmu

Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta angkatan 2017-2014,

didapatkan data dari 80 kuisioner menunjukkan sejumlah 30 orang

mengalami stres ringan dan 25 orang mengalami stres sedang. Sebelumnya di

UNRIYO sendiri telah dilakukan beberapa terapi komplementer dan terbukti

beberapa terapi tersebut berpengaruh pada stres. Untuk itu peneliti merasa

diperlukan penatalaksanaan non medis khusunya terapi tertawa yang

sebelumnya pernah dilakukan peneliti lain di UNRIYO untuk melihat

pengaruh terapi ini pada tekanan darah, dan terbukti terapi ini bisa

menurunkan tekanan darah pada peserta. Untuk itu peneliti tertarik

menggunakan terapi ini agar melihat apakah terapi ini juga bisa berpengaruh

pada stres mahasiswa atau tidak.


B. Rumusan Masalah

Dari data diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah yakni

“Bagaimana Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Stress pada Mahasiswa

Keperawatan UNRIYO angakatan 2017-2014...”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana “Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Stress

pada Mahasiswa Keperawatan UNRIYO angakatan 2017-2014”.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui skor stress pada mahasiswa sebelum mendapatkan terapi

tertawa.

b. Mengetahui skor stress pada mahasiswa setelah mendapatkan terapi

tertawa.

c. Mengetahui perbedaan skor stress pada mahasiswa sebelum

mendapatkan terapi tertawa.

d. Mengetahui perbedaan skor stress pada mahasiswa setelah

mendapatkan terapi tertawa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah kasanah/ilmu tentang terapi tertawa sebagai terapi

komplementer sesuai dengan UUD.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini bisa menjadi panduan bagi profesi perawat untuk

menurunkan stress.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian dapat menjadi aplikasi dan menambah wawasan.

c. Bagi Institusi

Bisa sebagai kebijakan untuk menurunkan stress mahasiswa.


E. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Variabel Variabel Metode penelitian Persamaan Perbedaan


peneliti penelitian indepeden dependen
1. Anggun Pengaruh Terapi Stres - Teknik - Penanganan - Sampling yang
Resdasari Penerapan Tawa Kerja Pada statistik yang stress oleh digunakan pada
Prasetyo, Terapi Tawa Pegawai digunakan penelitian ini penelitian
Harlina Terhadap Kereta Api dalam sama-sama anggung &
Nurtjahjanti Penurunan penelitian ini menggunkan harlina adalah
Tingkat adalah statistik terapi tertawa. sampling jenuh,
Stres Kerja nonparametrik, - Untuk yang melibatkan
Pada yaitu Mann- mengetahui 36 orang.
Pegawai Whitney U- perbandingan - Analisis data
Kereta Api Test. stress serta penelitian
- Perhitungan U- pengaruh terapi menggunakan
Test dengan terhadap stress statistik
membandingk sama-sama nonparametrik
an (1) nilai menggunakan Mann-Whitney U-
pretest antara metode pre test Test
kelompok dan post test. - Pada penelitian
eksperimen anggun dan
dan kontrol, harlina
dan (2) nilai menggunakan 36
posttest antara orang yang
kelompok terbagi atas
eksperimen kelompok
dan kontrol. eksperimen dan
- Sampling yang kelompok kontrol
digunakan yang berjumlah
pada penelitian sama sementara
anggung & pada penelitian ini
harlina adalah tidak
sampling menggunakan
jenuh, yang kelompok kontrol.
melibatkan 36
orang.
2 Esterina Fitri Pengaruh Pelatihan Tingkat - Penelitian ini - Pada penelitian - Kuesioner yang
Lestari Pelatihan Tawa Stres Pada menggunakan ini sama-sama digunakan pada
Tawa Lanjut kuantitatif menggunkan penelitian esterina
Terhadap Usia dengan penelitian adalah kuisioner
Penurunan menggunakan kuantitatif dan tingkat stres yang
Tingkat teknik menggunakan diukur dengan
Stres Pada pengambilan eksperimen. menggunakan
Lanjut Usia data skala Likert
(Lansia) eksperimen. sementara pada
Yang - Alat penelitian ini
Tinggal Di pengumpulan menggunakan
Panti data yang skala DASS untuk
Werdha digunakan mengukur stress.
Hargo dalam
Dedali penelitian ini
adalah
kuesioner
tingkat stres
pada lansia,
diukur dengan
menggunakan
skala Likert.
- Subjek
penelitian 14
orang, terdiri
dari kelompok
kontrol 7
orang dan 7
percobaan
kelompok.
3 Sheni Terapi Tawa Terapi Stres pada - Subjek - Pada penelitian - Pada penelitian
Desinta untuk Tawa Penderita penelitian ini ini sama-sama sheni ingin
Menurunkan Hipertensi adalah : menggunakan mengetahui
Stres pada Penderita terapi tertawa pengaruh terapi
Penderita Hipertensi untuk tertawa terhadap
Hipertensi Esensial menurunkan stress pada
Ringan dengan stress. penderita
tekanan hipertensi
sistolik 140- sementara pada
159 mmHg penelitian ini haya
dan atau untuk mengetahui
tekanan pengaruh stress
diastolik 90-99 pada mahasiswa.
mmHg - Skala untuk
- Skala untuk mengukur stress
mengukur yang digunakan
stress yang yaitu Simtom
digunakan Stres sementara
yaitu Simtom pada penelitian ini
Stres. menggunakan
skala DASS.
4 Supardi Pengaruh Terapi Stres - Penelitian ini - Pada penelitian - Populasi nya yaitu
Terapi Tertawa Dalam menggunakan ini sama-sama 60 orang dengan
Tertawa Menyusun pendekatan menggunakan sampel yang
Terhadap Skripsi kuantitatif pendekatan digunakan adalah
Penurunan - metode yang kuantitatif. 26 sampel dengan
Tingkat digunakan Pre - menggunakan
Stres Dalam Eksperimental rumus pocock
Menyusun dengan - Data yang
Skripsi Pada rancangan One diperoleh
Mahasiswa Group Pre menggunakan
Fisioterapi test-Post test Percieved
Semester design. Stress Scale (PSS)
Akhir - Populasi nya
Di yaitu 60 orang
Universitas dengan sampel
‘Aisyiyah yang
Yogyakarta digunakan
adalah 26
sampel dengan
menggunakan
rumus pocock
- Data yang
diperoleh
menggunakan
Percieved
Stress Scale
(PSS)
- Pengolahan uji
normalitas
menggunakan
shapiro-wilk
test, uji
hipotesis
menggunakan
statistic
parametris
yaitu uji tes T-
tes terikat
(paired t-tes).
5 Suwidagdho, Efektivitas Terapi Tingkat - Penelitian ini - Pada penelitian - Pada penelitian ini
dhanang Terapi Tawa Tawa Kejenuhan menggunakan ini sama-sama untuk mengukur
Untuk Belajar teknik Quote menggunakan kejenuhan belajar
Menurunkan Purposive metode pre test dan untuk
Tingkat Sampling dan post test. mengetahui
Kejenuhan - Dalam pengaruh terapi
Belajar Pada penelitian ini tertawa terhap
Siswa Kelas menggunakan kejenuhan belajar
Xi Di Sma satu skala sementara pada
11 psikologis, penelitian ini
Yogyakarta yaitu Skala untuk mengetahui
kejenuhan pengaruh terapi
(burnout) yang tertawa terhadap
terdiri dari 86 stress mahasiswa.
butir item
dengan
koefisien
reliabilitas
0,862.
- teknik
sampling
purposive
tidak bisa
menggunakan
teknik analisis
data statistik
parametrik
- Analisis data
dalam
penelitian ini
dilakukan
dengan
menggunakan
SPSS for
Windows 22.0
Version

Anda mungkin juga menyukai