Disusun Oleh :
14130122
A.11.3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. Dalam pendidikan tinggi yang
mahasiswa.
yang sama dengan distres psikologik. Kondisi ini adalah keadaan yang
beberapa penyebab gangguan mental baik itu dari faktor internal, faktor
faktor sosial budaya, dan salah satunya yang paling sering terjadi adalah
penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berakibat
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Provinsi dengan
kategori tertinggi.
normal. Stressor merupakan semua kejadian atau stimulus yang bisa membuat
koping. Ong & Cheong (2009), mengatakan stres pada mahasiswa banyak
mengikat dan tidak adanya peraturan pakaian yang akhirnya bisa membuat
dan ujian (Ong & Cheong, 2009). Ini berarti mereka dievaluasi sepanjang
semester. Selain itu, kebanyakan siswa pindah dari rumah dan mereka harus
(Elliot et al., 2005; Choi, Abbott, Arthur & Hill, 2007 dalam Elias &
menghadapi ujian dan kompetisi kelas dan memiliki terlalu banyak informasi
(Carveth, Gesse & Moss (1996) dalam Elias & Abdullah (2011)). Labrague,
siswa perawat merasakan tingkat stres yang tinggi dan cenderung mengalami
melaporkan stres akademik dan eksternal yang lebih tinggi daripada siswa
UNRIYO sendiri adalah stressor eksternal yang berasal dari akademik terdiri
dari tugas yang menumpuk, ujian dan sistem pendidikan. Sebagian besar
lebih banyak tugas pada metode belajar SCL daripada metode belajar lainnya.
Hal ini dirasakan oleh siswa sebagai sumber tekanan utama karena
mengatasi stresor.
kategori ini seperti musik, doa, humor, dan meditasi telah dan terus menjadi
bagian dari intervensi perawat. Terapi lain dalam kategori ini, seperti yoga
dan journal, digunakan oleh perawat sendiri dalam perawatan diri. Terapi
Barat. Namun, terapi yang disertakan dalam banyak survei yang telah
lingkupnya. tawa dan humor sering dianggap satu kesatuan yang dapat
adalah salah satu cara untuk mencapai keadaan rileks. Tertawa merupakan
paduan dari peningkatan sistem saraf simpatetik dan juga penurunan kerja
bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh penurunan
sistem saraf simpatetik yang salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan
kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan terhadap
nitric oxide yang membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga rata-
beberapa terapi tersebut berpengaruh pada stres. Untuk itu peneliti merasa
pengaruh terapi ini pada tekanan darah, dan terbukti terapi ini bisa
menggunakan terapi ini agar melihat apakah terapi ini juga bisa berpengaruh
Dari data diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah yakni
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tertawa.
tertawa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bisa menjadi panduan bagi profesi perawat untuk
menurunkan stress.
b. Bagi peneliti
c. Bagi Institusi