Abstrak
Perkembangan dalam ilmu pendidikan harus di iringi oleh meningkatnya standar kualitas prestasi
siswa. Namun dalam prosesnya tentu saja muncul beberapa dampak diantaranya muncul stres
akademik. Seperti yang dialami oleh mahasiswa program studi hubungan masyarakat di
Universitas Muhammadiyah Sukabumi, peneliti melakukan pengambilan data secara wawancara
dan observasi menggunakan metode kualitatif. Menghasilkan sebanyak 77% mahasiswa tersebut
mengalami stress akademik tinggi dan 23% mengalami stress akademik sedang. Hal ini
diperkuat dengan menurunnya semangat mahasiswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah
diberikan.
Abstract
Berkembangnya ilmu pengetahuan serta proses globalisasi telah membawa tuntutan yang
memberi dampak bagi semua pihak di lapisan masyarakat. Perubahan tersebut berlaku juga
terhadap para pelaku pendidikan terutama peserta didik. Peserta didik merupakan unsur yang
berhubungan secara langsung dengan perubahan dan tuntutan di dalam dunia pendidikan.
Tututan tersebut memberi dampak berupa tekanan. Peserta didik diminta untuk mampu
memenuhi beberapa kriteria yang sudah di tentukan. Tidak jarang juga, peserta didik merasa
tertekan karena tidak dapat memenuhi standar kriteria tersebut (Singh,2014:1752). Banyak
fenomena yang sering terjadi dimana nilai akademik merupakan patokan sebagai tingkat
keberhasilan siswa di sekolah. Sebagai contoh nilai rata-rata yang tidak sesuai standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang di tetapkan sekolah, sehingga banyak siswa harus mengikuti
program remedial untuk mencapai nilai yang harus diperbaiki. Prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa
keterampilan. Prestasi menyatakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya, dengan hasil yang menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Menurut Bloom (dalam Nana Sudjana 2004:22) tingkat kecerdasan siswa tidak hanya dinilai
melalui akamedik saja namun dapat dilihat dari 3 ranah pendidikan yaitu kognitif (belajar
intelektual), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan dan kemampuan). Tuntutan yang
tinggi kepada siswa dalam pencapaian hasil akademik berdampak pada munculnya persaingan
diantara siswa. Hal ini menyebabkan siswa yang kurang dalam nilai kognitif dianggap tidak bisa
memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh sekolah sehingga banyak siswa yang merasa
tertekan dan stress.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
2. Stres Akademik
Mahasiswa yang berada pada fase remaja akhir dan sedang menempuh masa studi yang tidak
terlapas dari stres. Sebagian besar sumber stres berasal dari masalah akademik (Elias, 2011).
Stres di bidang akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik meningkat,
baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan harapan tersebut tidak sesuai dengan
kemampuannya (Shahmohammadi, 2011). Stress akademik hampir terjadi di setiap jenjang
pendidikan baik SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin tinggi pula tuntutan yang dihadapi dan menjadi semakin rentan terjadi stres akademik.
Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang
diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu. Menurut Charles D.
Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang
misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang
berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT Donsu, 2017). Stres dapat mengakibatkan efek positif
maupun negatif, sedangkan efek positifnya dapat menstimulasi dan memotivasi kehidupan
individu. Efek negatif stres dapat memberi pengaruh pada keadaan fisiologis dan mental
seseorang. Salah satunya stres yang berhubungan dengan intelektual dapat mempengaruhi
individu dalam bidang pendidikan. Berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya stres
akademik pada mahasiswa seperti yang dikemukakan Olejnik dan Holscuch (dalam Eriyanti,
2012:4) yaitu ujian, keterampilan belajar, penundaan (procrastination), dan standar akademik
yang tinggi. Faktor lain yang menjadi penyebab stres akademik pada mahasiswa adalah pola
pikir, kepribadian, keyakinan diri, jam pelajaran yang padat, tekanan berprestasi, dan dorongan
orangtua (Dalam Kusnanto, DKK. 2019). Dalam penelitian yang dilakukan Didik Sudarsana
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kasus stres akademik memiliki relevansi terhadap
menurunnya prestasi belajar siswa.
Pernyataan Kumari (2012: 152) yang mengutip dari Salami menyatakan bahwa tekanan
akademik merupakan permasalah yang umum dihadapi baik peserta didik laki-laki ataupun
perempuan di sekolah dan dalam menanganinya memungkinkan mempengaruhi hasil belajarnya.
Pendapat tersebut didukung pula 4 oleh Dawood (Hussain, Kumar & Husain, 2008: 70) yang
mengemukakan bahwa stress yang dialami peserta didik berefek pada hasil atau prestasi belajar
mereka. Didapatkan data bahwa angka kejadian stres lebih besar terjadi pada 15 wanita (54,62%)
dibandingkan pada pria (45,38%) (Dalam putri D. Amborwati, DKK. 2017). Beberapa indikator
stres/tekanan. Menurut Purwati (2012: 13-14) mengutip dari Pottre & Perry ada tiga indikator
yaitu:
a. Indikator fisik Indikator fisiologis lebih mudah dilihat dan objektif. Indikator fisiologis
dapat diamati secara langsung. Meliputi kenaikan tekanan darah, postur tubuh yang tidak
tegap, keletihan/kelelahan, sakit kepala, diare, gangguan lambung, mual, muntah,
perubahan nafsu makan, penurunan berat badan, suara yang bernada tinggi, telapak
tangan dingin dan berkeringat.
b. Indikator emosi Indikator emosional lebih bersifat subyektif, sehingga tidak mudah
diamati. Meliputi: cemas, depresi, kepenatan, kelelahan mental, hilangnya harga diri,
minat dan motivasi, mudah lupa dan pikiran buntu, hilanganya perhatian terhadap hal-hal
rinci, ketidakmampuan konsentrasi terhadap tugas, penurunan produktivitas dan kualitas
kerja, ledakan emosi.
c. Indikator tingkah laku Indikator perilaku berupa konstruktif dan destruktif. Perilaku
konstruktif membatu seseorang dalam menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik.
Indikator perilaku mengacu pada cara/ teknik seseorang perilaku seseorang dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 9 mahasiswa mengatakan bahwa stress akademik
disebabkan oleh ujian, tugas yang diberikan oleh dosen, jam pelajaran yang padat, tekanan
prestasi di kampus, penundaan tugas, pekerjaan rumah, iklim sekolah yang kurang mendukung
(Dosen, teman kelas), padat kegiatan kampus, keyakinan dan kemauan belajar, serta ketatnya
peraturan di kampus. Mahasiswa yang berada pada fase remaja akhir dan sedang menempuh
masa studi yang tidak terlapas dari stress. Mahasiswa sebagai orang yang mengembangkan
potensi dirinya, dituntut untuk lebih aktif dan memiliki tugas yang lebih dan mampu memenuhi
nilai akademik yang maksimal.
3. Prestasi Akademik
Prestasi akademik adalah sesuatu yang merujuk kepada suatu pencapaian dalam tingkat
keberhasilan dalam belajar karena usaha yang telah dilakukan secara optimal. Faktor yang
berpengaruh dalam prestasi akademik ada dua yaitu: faktor internal seperti kecerdasan,
kematangan mental, fisik, karakteristik pribadi, pengetahuan dan keterampilan, minat dan
motivasi. Faktor ekternal yaitu keluarga, guru, lingkungan sekitar dan sarana prasarana
pendidikan.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 9 mahasiswa, 77,7% berada pada tingkat
stress akademik tinggi, 22,3% berada pada tingkat stres akademik sedang. Hal ini menunjukan
kemampuan siswa dalam belajar secara keseluruhan belum tercapai dengan optimal, namun
sebagian mahasiswa telah menguasai materi-materi yang diajarkan oleh dosen. Hal ini
menunjukan bahwa mahasiswa FIAH program studi Hubungan Masyarakat merasakan kondisi
stres akademik, akan tetapi mereka masih bisa mengontrol tuntutan. Banyak cara yang bisa
dilakukan oleh mahasiswa untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satunya mahasiswa dapat
meningkatkan keyakinan akan kemampuan yang ada pada dirinya dalam bidang akademik.
Dengan kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar Bloom (dalam Nana Sujana: 2004:22)
membagi hasil belajar dengan 3 ranah pendidikan yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Ranah kognitif dapat dilihat dari pengetahuan yang diterima anak pada saat
pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas. Ranah afektif dapat dilihat dari kehadiran anak
dikelas yang juga dapat menentukan nilai yang diperolehnya dalam setiap bidang studi. Ranah
psikomotor dapat dilihat dari tugas-tugas yang dikerjakan dan keaktifan siswa dikelasnya.
Kemudian Nana Sudjana (2004: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah tingkat pencapaian
usaha belajar yaitu perbaikan dan perubahan dalam individu yang dimanifestasikan dalam
perilaku dan skill yang dilihat melalui hasil belajar yang dicapai dari sekolah. Menurut Slameto
(2000: 54) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa yang
meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, faktor kelelahan dan faktor yang berasal dari luar
terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Dengan demikian hasil belajar
akan bertambah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dimiliki dan dilaksanakan
dengan baik oleh siswa.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu dan mengalami berbagai perubahan pada aspek
sikap dan nilai yaitu penerimaan, penanggapan, pengorganisasian, dan karakterisasi nilai.
KESIMPULAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan serta proses globalisasi telah membawa tuntutan yang
memberi dampak bagi semua pihak di lapisan masyarakat. Perubahan tersebut berlaku juga
terhadap para pelaku pendidikan terutama peserta didik. Setiap perkembangan harus di imbangi
dengan harapan atas perubahan di dunia pendidikan dengan meningkatkan taraf kualitas yang
lebih tinggi. Tentu saja memunculkan beberapa perspektif atas dampak dari peningkatan taraf
tersebut, sisi positifnya, kualitas peserta didik akan lebih meningkat dalam taraf tertentu. Namun
segi negatifnya, tuntutan peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan akademis
perlu kerja ekstra lebih giat. Untuk itu, peserta didik mampu meluangkan lebih banyak waktu
untuk lebih focus dalam belajar yang berdampak pada stres mahasiswa. Stress dapat
mempengaruhi prestasi peserta didik karena banyaknya tekanan yang muncul dari eksternal
sehingga mahasiswa sulit focus untuk memenuhi harapan pihak sekolah maupun orang tua.
https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/2528/1476
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/ecopsy/article/view/477
http://www.smkn1perhentianraja.sch.id/read/5/pengertian-pendidikan-menurut-
ahli#:~:text=Menurut%20Ki%20Hajar%20Dewantara%20(Bapak,sebagai%20manusia%20dan
%20sebagai%20anggota
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ptn/article/view/11244
https://jurnal.iicet.org/index.php/j-edu/article/view/136