Anda di halaman 1dari 22

POLA BELAJAR SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN

NASIONAL

Disusun Oleh :
M. Anas fahruddin
(21401011128)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan prioritas yang harus diutamakan
bagi suatu bangsa. Dengan pendidikan akan diperoleh sumber daya
manusia berkualitas, yang akan memajukan bangsanya. Sumber
daya manusia yang berkualitas ini merupakan aset besar bagi suatu
bangsa, karena akan menentukan keberhasilan pembangunan.
Pendidikan

memegang

peranan

penting

dalam

usaha

untuk

mencapai manusia seutuhnya. Dalam UndangUndang RI No.20


Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa, Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan

kemampuan

dan

membentuk

watak

serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan


kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung

jawab.

Pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai hal,


yang salah satunya adalah dengan mengadakan Ujian Nasional. Ujian Nasional
merupakan sebuah penentu keberhasilan bagi seorang peserta didik dalam belajar di
sekolah. Dijelaskan bahwa Ujian Nasional (UN) adalah salah satu implementasi
pelaksanaan penilaian oleh pemerintah dengan tujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); dan mendorong tercapainya target
wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu. Sedangkan hasil UN digunakan sebagai

salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu satuan pendidikan, dasar seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan, dan dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana agar peserta didik (kelas
VI) dapat lulus dengan nilai yang baik, karena selain lulus sebagai target utama peserta
didik, mereka juga harus sukses dalam seleksi penerimaan siswa baru di SMP.
Mereka harus belajar lebih giat lagi, serta mengubah pola belajar yang tadinya
masih kurang maksimal menjadi lebih maksimal agar dapat masuk ke sekolah lebih
tinggi (SMP) yang diinginkan.
usaha dilakukan untuk dapat mencapai nilai yang maksimal dalam Ujian
Nasional. Usaha tersebut dilakukan oleh pihak pemerintah, sekolah, peserta didik dan
orang tua dari peserta didik itu sendiri, misalnya pihak Pemerintah melalui dinas
pendidikan menyelenggarakan latihan-latihan ujian, pihak sekolah dengan menambah
jam mengajar (les), pihak orang tua dengan mengikutsertakan peserta didik melalui
bimbingan-bimbingan belajar di luar sekolah, dan dari pihak peserta didik sendiri
dengan meningkatkan volume serta belajarnya.
Namun demikian, walaupun berbagai upaya sudah dilakukan
oleh berbagai pihak untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari
ujian nasional, tetapi masih saja ada kendala-kendala yang dihadapi,
baik oleh peserta didik, orang tua, sekolah,dan oleh pemerintah.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti terdorong untuk
mengadakan penelitian tentang bagaimana pola belajar siswa kelas
VI dalam menghadapi Ujian Nasional. Oleh karena itu peneliti
menetapkan judul Pola Belajar Siswa Kelas VI dalam Menghadapi
Ujian Nasional di Sekolah Dasar Negeri Mudal Tahun 2010/2011.
Stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh
seseorang ketika terdapat tekanan-tekanan. Tekanan-tekanan
tersebut berhubungan dengan belajar dan kegiatan sekolah,
contohnya tenggat waktu PR, saat menjelang ujian, dan hal-hal yang
lain (Alvin, 2007). Stres yang terjadi di lingkungan sekolah yang
terjadi dalam aktifitas belajar juga bisa disebut dengan stress dalam

belajar. Jadi stres dalam belajar adalah suatu respon atau perasaan
yang
tidak mengenakkan yang dialami oleh seseorang yang dipengaruhi
oleh individu dan situasi eksternal sehingga menimbulkan akibatakibat khusus secara psikologis maupun fisiologis terhadap
seseorang. Peneliti menemukan sebuah kasus tentang seorang siswa
bernama Diana yang mengalami stroke ringan karena stres
menghadapi ujian nasional. Diana menderita nyeri pada rahang
kanannya dan tidak bisa digerakkan. Karena sakit tersebut Diana
dibawa ke dokter ahli saraf. Hasil diagnosis soal kaku rahang dan
lidah itu adalah akibat stres berlebihan. Hasil wawancara dokter
dengan Diana, Diana terbebani dengan pikirannya menghadapi ujian
nasional yang semakin dekat (Oktamandjaya Wiguna, 2011). Selain
berdampak pada kesehatan, stres juga mempengaruhi remaja
berperilaku merokok. Dapat dijelaskan dengan salah satu penelitian
yang telah dilakukan oleh Avin Fadilla Helmi dan Dian Komalasari,
bahwa kondisi yang paling banyak menunjukkan perilaku merokok
yaitu ketika remaja dalam tekanan (stres) yaitu sebesar
40,80%. Perilaku mengkonsumsi rokok ketika stres merupakan
upaya-upaya pengatasan masalah yang bersifat emosional atau
sebagai kempensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku
merokok. (Dian Komalasari & Avin Fadilla Helmi, 2009). Dari
beberapa kejadian yang telah dikemukakan di atas, menggambarkan
bahwa ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat stres. Erat
kaitannya dengan stres dalam belajar yang juga memiliki dampak
yang sama pada siswa. Stres dalam belajar dapat menimbulkan
dampak secara jangka pendek maupun dampak secara jangka
panjang. Dampak secara jangka pendek diantaranya adalah respon
secara psikologis yaitu mengalami kecemasan, sedih, takut, dan
putus asa. Respon fisik yaitu, timbul serangan sakit perut dan sakit
kepala. Stres dalam belajar juga menimbulkan dampak respon

secara perilaku yang ditunjukkan dengan gemetar, gagap, dan


keinginan untuk melakukan tindakan agresif kepada orang lain.
Sedangkan untuk dampak jangka panjang ditunjukkan dengan
beberapa respon diantaranya adalah menurunnya daya tahan tubuh
seseorang sehingga mudah terkena resiko penyakit, depresi,
kelelahan mental, dan mulai mengkonsumsi rokok atau minumminuman keras untuk menyalurkan stres dalam belajar yang dialami.
Fenomena mengenai stres dalam belajar juga terjadi di MAN
(Madrasah Aliyah Negeri) 3 Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis
DCM (Daftar Cek Masalah) dan angket kebutuhan materi yang telah
diberikan kepada siswa kelas XI tahun ajaran 2011/2012, siswa kelas
XI di MAN 3 Yogyakarta mengalami permasalahan stres dalam
belajar. Data-data yang diperoleh berdasarkan hasil analisis DCM
antara lain dari 25 siswa, 72% siswa sering tidak berkonsentrasi
ketika belajar, dan 40% siswa merasa takut ketika ujian. Hal-hal
demikian merupakan respon pikiran akibat stres dalam belajar yang
tampak pada siswa kelas XI MAN 3 Yogyakarta. Data hasil analisis
angket kebutuhan materi juga menunjukkan bahwa 33% dari 202
siswa membutuhkan materi manajemen stres. Setelah
menggunakan angket kebutuhan materi dan DCM, untuk
mengungkap fenomena stres belajar di MAN 3 Yogyakarta dilakukan
wawancara kepada para siswa dan guru MAN 3 Yogyakarta.
Hasil wawancara pada siswa menunjukkan bahwa dari 15
siswa, 73% siswa gemetaran, tangan dingin, jantung berdebardebar, dan perut sakit ketika disuruh maju ke depan kelas atau
ketika akan menghadapi ujian. Hasil wawancara juga menunjukkan
bahwa siswa sangat membutuhkan informasi tentang strategi
mengatasi stress dalam belajar. Hasil wawancara dengan guru BK di
sekolah, siswa menunjukkan beberapa respon perilaku terhadap
stres. Terdapat siswa membolos keluar kelas menghindari pelajaran
di sekolah, hal tersebut dikarenakan siswa tersebut tidak menyukai

metode mengajar yang dilakukan oleh guru mata pelajaran di


sekolah dan karena siswa tidak dapat berkonsentrasi mengikuti
pelajaran. Siswa juga tidak mengerjakan tugas sekolah yang
diberikan oleh gurunya, karena siswa tidak bisa mengerjakan tugas
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, Guru menemukan banyak
kasus siswa yang sedang bermain handphone ketika pelajaran
berlangsung, hal ini disebabkan karena siswa merasa kesulitan
memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru mata pelajaran
tersebut. Hasil wawancara dengan guru BK pun menyatakan bahwa
belum adanya pengembangan media berbasis computer khusunya
materi tentang strategi mengatasi stres dalam belajar. Dari
beberapa hasil wawancara pada siswa dan guru yang telah
dilakukan, pernyataan siswa menunjukkan respon secara fisik dan
perilaku yang ditunjukkan akibat stres dalam belajar. Respon fisik
diantaranya adalah tangan menjadi dingin, dan jantung berdebardebar akibat pikiran-pikiran negatif yang ada pada siswa. Sedangkan
respon perilaku ditunjukkan dengan siswa yang membolos dan siswa
yang bermain handphone pada saat jam pelajaran. Berdasarkan
hasil observasi secara langsung yang dilakukan oleh peneliti, siswa
di MAN 3 Yogyakarta dalam proses pembelajaran sudah
menggunakan media elektronik berupa laptop untuk menunjang
pemahaman siswa dalam belajar. Selain itu, fasilitas berupa
laboratorium komputer di MAN 3 Yogyakarta juga menunjang proses
pembelajaran pada siswa. Namun, kenyataannya pemberian layanan
bimbingan kepada siswa dengan menggunakan media pada
khususnya masih kurang. Metode yang digunakan oleh guru
bimbingan dan konseling MAN 3 Yogyakarta masih menggunakan
metode ceramah, permainan dan konseling. Dengan adanya hasil
need assessment di atas, peneliti ingin mengembangkan suatu
media bimbingan belajar berbasis komputer tentang strategi
mengatasi stres dalam belajar. Tujuan dari pengembangan media

bimbingan belajar ini adalah mempermudah siswa dalam memahami


informasi tentang stres dalam belajar, serta bagaimana strategi
mengatasi stres dalam belajar dengan beberapa cara. Siswa dapat
menggunakan media bimbingan belajar ini sebagai sarana belajar
mandiri tentang informasi bagaimana strategi mengatasi stres
dalam belajar itu sendiri. Dengan demikian, siswa dapat melakukan
tindakan preventif ataupun tindakan kuratif ketika gejala-gejala stres
dalam belajar dialami oleh siswa khususnya siswa MAN 3 Yogyakarta.
Selain itu, dengan adanya media bimbingan belajar ini dapat
memberikan informasi kepada siswa dalam mencari cara yang
efektif dan efisien dalam menghadapi permasalahan khususnya
mengenai stres dalam belajar yang sesuai dengan perkembangan
siswa.
Peneliti mengambil materi mengenai strategi mengatasai stres
dalam belajar untuk siswa kelas XI, selain karena peneliti
menemukan masalah stress dalam belajar pada siswa di MAN 3
Yogyakarta pada khususnya, materi tersebut dapat menjadi
pendukung dalam memberikan layanan informasi yang sesuai
dengan fungsi layanan bimbingan dan konseling dalam ranah
bimbingan belajar. Seperti halnya dengan fungsi bimbingan belajar
yang terstandar yang
terdapat dalam buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
(DEPDIKNAS, 2008: 200) bahwa layanan bimbingan belajar memiliki
fungsi pemahaman, fungsi fasilitasi, fungsi penyesuaian, fungsi
penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi pencegahan, fungsi perbaikan,
fungsi penyembuhan, fungsi pemeliharaan, fungsi pengembangan.
Fungsi pemahaman yang berkaitan dengan layanan informasi
mengenai strategi mengatasi stres dalam belajar adalah siswa
mampu memahami diri, lingkungan dan potensi yang dimiliki. Siswa
mampu memahami diri berkaitan dengan bagaimana cara siswa

dalam menghadapi stres dalam belajar dan memahami lingkungan


di sekitar siswa, sehingga siswa dapat memanfaatkan lingkungan
untuk mengatasi stres dalam belajar yang dialami dengan cara
mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki. Fungsi fasilitasi
layanan bimbingan dan konseling pada siswa, yaitu memberikan
kemudahan kepada siswa dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal bagi seluruh aspek yang terdapat pada
siswa. Dari segi kognitif, psikomotor, dan afektif berkaitan dengan
stres dalam belajar. Fungsi penyesuaian sesuai dengan fungsi
pemahaman yang telah dijelaskan, bahwa siswa mampu
menyesuaikan diri dan lingkungan secara dinamis dalam mengatasi
stres dalam belajar. Fungsi penyaluran yaitu siswa mampu
menyalurkan minat dan kemampuan yang dimiliki, mengisi kegiatan
sehari-sehari dengan kegiatan yang positif sehingga stres dalam
belajar dapat terminimalisir. Fungsi adaptasi yaitu membantu para
pendidik dalam menyesuaikan program pendidikan sesuai dengan
kebutuhan siswa. Masalah stres belajar di MAN 3 Yogyakarta
merupakan salah satu kebutuhan siswa khususnya kelas XI,
diharapkan dapat menjadi salah satu contoh dalam penyusunan
program pendidikan di sekolah. Fungsi pencegahan, yaitu peneliti
mengharapkan dengan adanya layanan informasi tentang strategi
mengatasi stres dalam belajar dapat memberikan informasi
pencegahan terhadap masalah stres dalam belajar pada khususnya.
Fungsi perbaikan, yaitu dapat membantu siswa memperbaiki pola
pikir, berperasaan, dan bertindak, berkaitan dengan masalah stres
dalam belajar. Fungsi penyembuhan, yaitu dengan adanya layanan
informasi tentang strategi mengatasi stres belajar dapat menjadi
informasi bagi siswa untuk melakukan tindakan kuratif bagi siswa
yang telah mengalami stres dalam belajar. Fungsi pemeliharaan bagi
siswa, yaitu dengan adanya layanan informasi mengenai stres dalam
belajar, diharapkan siswa mampu mempertahankan kondisi positif

yang telah tercipta dan terhindar dari penurunan produktivitas diri.


Fungsi pengembangan yaitu dapat menjadi pedoman bagi siswa
dalam mencapai tugas perkembangan. Sebagai contoh saja
perkembangan kognitif remaja, melalui layanan informasi mengenai
strategi mengatasi stres dalam belajar diharapkan siswa mampu
menghadapi masalah dengan cara berpikir logis, rasional dan
hipotesis. Agar layanan informasi tersampaikan secara maksimal
sesuai dengan fungsi bimbingan, dibutuhkan media dalam
penyampaiannya. Berbagai macam media dapat digunakan dalam
memberikan layanan informasi pada siswa. Salah satu media yang
dapat digunakan adalah komputer. Ada beberapa keuntungan
menggunakan komputer dalam proses pendidikan. Keuntungan
tersebut diantaranya adalah memungkinkan terjadinya interaksi
langsung antara peserta didik dan materi pelajaran, proses belajar
dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan
belajar peserta didik, dan mampu menampilkan unsur audio visual
untuk memotivasi siswa dalam belajar. Hal tersebut menjadi alasan
peneliti sehingga peneliti mengambil media bimbingan belajar
berbasis komputer. Tidak hanya dari segi penggunaan komputer
yang menjadi keunggulan media bimbingan belajar ini. Media
bimbingan belajar ini juga memiliki keunggulan lain yaitu disertai
dengan beberapa video, gambar, dan juga music yang dapat
menarik siswa untuk mempelajarinya. Disamping itu materi di dalam
media yang belum pernah dikembangkan di MAN 3 Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana agar peserta didik dapat lulus dengan nilai yang baik ?
C. Tujuan Pengembangan
Harus belajar lebih giat lagi serta mengubah pola belajar yang
masih kurang maksimal menjadi lebih maksimal.
D. Manfaat Pengembangan
Agar siswa dapat lulus dengan nilai yang baik.

E. Definisi Operasional
a. Pengembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan cara-cara
ataupun prosedur dalam suatu kegiatan oprasional.
b. Media bimbingan belajar berbasis computer dapat di artikan
sebagai penyampaian informasi atau pesan dari guru BK kepada
siswa khususnya dalam memberikan layanan bimbingan belajar
dengan menggunakan computer sebagai perantara menyampaikan
informasi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Ujian Nasional
Ujian Nasional menurut Syawal Gultom adalah sistem evaluasi standar
pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Selain itu sebagai sarana untuk
memetakan mutu berbagai tingkatan pendidikan satu daerah dengan daerah lain.
1. Menurut Hari Setiadi, Ujian Nasional adalah penilaian hasil belajar oleh
pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Sedangkan menurut H. A. R. Tilaar, Ujian Nasional adalah upaya pemerintah
untuk mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan menetapkan
standarisasi

nasional

pendidikan.

Hasil

dari

Ujian

Nasional

yang

diselenggarakan oleh Negara adalah upaya pemetaan masalah pendidikan


dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.

3. Berdasarkan pendapat tersebut tentang Ujian Nasional maka dapat


disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian
standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan menetapkan
standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai pemetaan masalah
pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.
Penyelenggara Ujian Nasional adalah Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) dalam rangka membantu tugas Menteri dan bekerjasama dengan
Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,
Kepolisian

Republik

Indonesia,

Perguruan

Tinggi

Negeri,

dan

PemerintahDaerah.

B. Urgensi Ujian Nasional


Menurut

Ki

Supriyoko,

Ujian

Nasional

untuk

jenjang

pendidikan dasar dan menengah perlu dilaksanakan dengan


berbagai pertimbangan: Pertama sebagai tolak ukur kualitas
pendidikan antar daerah. Kedua, sebagai upaya standarisasi
mutu pendidikan secara nasional. Dan ketiga, sebagai sarana
memotivasi peserta didik, orang tua, guru, dan pihak-pihak
terkait untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam
menghadapi standar pendidikan.

C. Problem Ujian Nasional


Pro dan kontra terhadap kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang
wajar. Setiap orang tentunya memiliki pemahaman, konsep dan cara yang
berbeda-beda. Begitu juga dengan Ujian Nasional, berbagai kalangan baik yang
pro maupun yang kontra saling memberikan argumentasinya.

D. Ujian Nasional Tahun 2013


Pada pertama kalinya Ujian Nasional diadakan tahun 2005 dalam 1 kelas
semua siswa mendapatkan soal yang sama (1 paket). Selanjutnya, pada tahun
2008 dalam 1 kelas siswa mendapatkan 2 paket dan pada tahun 2010 menjadi 5
paket. Sejak tahun 2013, setiap anak dalam satu kelas mendapat paket yang
berbeda. Artinya, dalam satu kelas terdapat 20 paket berbeda.
E. Tingkat Kesulitan
Suatu tes dapat dikatakan baik bila tes tersebut memiliki ciri sebagai alat
ukur yang baik dengan criteria sebagai berikut :
1. Memliki validitas yang baik, suatu alat ukur disebut memiliki validitas bila
alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur Sesuai
dengan kriteria tertentu.
2. Memiliki reliabelitas yang baik, artinya suatu tes memiliki keterandalan bila
tes tersebut dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama.
3. Memiliki nilai kepraktisan, artinya praktis dari segi perencanaan pelaksanaan
penggunaan tes, dan memiliki nialai ekonomis, disamping masih harus
mempertimbangkan kerahasiaan tes.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitiannya adalah deskriptif.

1. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan penelitian adalah pendekatan yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan lainnya. Pendekatan kualitatif
merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Menurut Bogdan dan Toylor dalam bukunya Lexy J Moleong, penelitian kualittif
adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Karena itu peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis-jenis penelitian dapat diklasifisikan
berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting). Penelitian
kualitatif memliki sejumlah ciri-ciri yang membedakannya dengan penelitian
jenis lainnya
Menurut moleong bahwa kriteria penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut:
a. Penelitian kualitatif dilaksanakan pada latar belakang alamiah (konteks)
b. Manusia sebagai alat instrument
c. Penelitian kualitatif menggunakan metode pengamatan, wawancara, atau
penelaah dokumen
d. Analisis data secara induktif
e. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori
substansif yang berasal dari data
f. Hasil penelitian bersifat deskriptif
g. Lebih mementingkan proses daripada hasil
h. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
i. Desain yang bersifat sementara
j. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama
Dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai pengamat penuh. Kegiatan belajar
mengajar dilakukan peserta didik dan pendidik.Peneliti mencari data atau
informasi dari guru yang mengajar matematika dengan wawancara dan menyebar
angket kepada subyek yang telah dipilih.

2. Penelitian Deskriptif
Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang mendiskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terdapat pada saat sekarang dengan perkataan lain
penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang berusaha untuk memaparkan suatu gejala ataupun keadaan secara
sistematis sehingga objek penelitian menjadi jelas. Dalam penelitian ini
digunakan pula landasan teoritis yang bisa mendukung penelitian kualitatif.
Bogdan dan Biklen menyebut landasan teoritis sebagai paradigm. Dimana
paradigma ini diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara
logis dianut bersama, konsep atau proposal yang mengarahkan cara berfikir dan
cara penelitian. Selain itu, peneliti membuat instrument penelitian berupa
pedoman wawancara dan pedoman angket untuk menganalisis dan menjelaskan
perilaku siswa berprestasi dalam menghadapi ujian nasional khususnya dalam
pelajaran matematika.
B. Data Dan Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dijadikan dasar kajian
(analisis atau kesimpulan). Dalam kualitatif data yang disajikan berupa kata-kata.
Data disini biasanya sering muncul dalam kata-kata yang berbeda dengan
maksud yang sama atau sebaliknya. Data dalam penelitian ini adalah hasil dari
angket dan wawancara, data transkip dari kegiatan wawancara dengan informan,
yaitu siswa-siswa yang berprestasi dalam bidang akademik maupun dalam
bidang non akademik.Data angket juga diambil dari hasil pengisian siswa-siswa
yang telah dipilih.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Jawahirul
Hikmah Tulungagung yang terdiri dari 8 siswa.Sumber data dijadikan 2

kelompok dalam kegiatan penelitian ini yaitu siswa yang berprestasi dalam
bidang akademik dan siswa yang berprestasi dalam bidang non akademik. Dari
subjek penelitian tersebut diambil beberapa siswa yang terpilih sebagai subjek
penelitian. Pemilihan subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan saran dari
guru kelas dan tutor yang mengawasi kelas tersebut. Dari sumber data tersebut
akan diambil informasi-informasi terkait dengan penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, metode merupakan suatu hal yang sangat
menentukan keberhasilan penelitian. Yang dimaksud metode pengumpulan data
adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Agar dalam
penelitian nantinya diperoleh informasi dan data-data yang sesuai dengan topik
yang diteliti, maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut :

1. Kuesioner / Angket
Angket atau yang biasa disebut kuesioner merupkan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kusioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden Metode
kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data angket
disebarkan kepada responden (orang yang menjawab jadi yang diselidiki),
terutama pada penelitian. Uma sekaran mengemukakan beberapa prinsip dalam
penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan,
pengukuran dan penampilan fisik. Tujuan dilakukan angket atau kuesioner ialah :
a. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
b. Memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak.

c. Peneliti menggunakan angket langsung yaitu anket yang dikirimkan kepada


responden dan dijawab oleh responden.
2. Wawancara / interview
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk tehnik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penilitian deskriptif kualitatif
dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka secara individual.Sebelum melaksanakan wawancara para peniliti
menyiapkan instrument wawancara yang disebut pedoman wawancara. Pedoman
ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau
direspon oleh responden. Wawancara banyak digunakan dalam penelitian
kualitatif, malah boleh dikatakan sebagai teknik pengumpulan data utama.Dalam
penelitian kualitatif tidak disusun dan digunakan pedoman wawancara yang angat
rinci.Bagi peneliti yang sudah berpengalaman pedoman wawancara ini hanya
berupa pertanyaan pokok atau pertanyaan inti saja dan jumlahnya pun tidak lebih
dari 7 atau 8 pertanyaan. Dalam persiapan wawancara selain penyusunan
pedoman, yang sangat penting adalah membina hubugan baik dengan responden.
Peneliti menggunakan jenis wawancara pembicaraan informal yang dikemukakan
oleh patton yaitu wawancara yang pertanyaannya bergantung pada wawancara itu
sendiri. Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana
biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan
biasa dalam kehidupan sehari-hari saja.
D. Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdean & Biklen adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang

dapat

dikelola,

menginstesiskannya,

mencari

dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang


dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

sehingga analisis datanya menggunakan analisis data kualitatif


yang meliputi proses dan pemaknaan. Penelitian ini didalamnya
juga

terdapat

analisis

deskriptif

yang

berfungsi

untuk

mendiskripsikan data penelitian.Analisis data disini dilakukan


selama dan setelah pengumpulan data. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui perilaku-perilaku siswa berprestasi dalam
bidang akademik maupun dalam bidang non akademik dalam
menghadapi ujian nasional tahun 2014/2015.

Analisis data yang digunakan dalam mengolah data hasil


kualitatif ini terdiri dari tiga tahap :
1. Mereduksi Data
Mereduksi data adalah proses yang meliputi kegiatan menyeleksi,
memfokuskan dan menyederhanakan semua data yang diperoleh mulai dari awal
pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian. Reduksi data dimulai
pada awal kegiatan penelitian sampai dilanjutkan selama kegiatan pengumpulan
data dilaksanakan. Dengan reduksi data ini tidak perlu mengartikannya secara
kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhnakan dan ditransformasikan dalam
aneka macam cara seperti melalui seleksi ketat,ringkasan atau uraian,
menggolongkannya dalam suatu pola yang lebih besar dan lain sebagainya.
2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh secara


naratif, sehingga diharapkan dapat memberikan kemungkinan penarikan
kesimpulan dari data tersebut. Dalam penelitian ini penyajian data berbentuk
tabel, uraian singkat dan hasil wawancara. Data hasil yang disajikan dalam bentuk
tabel yaitu berupa data jawaban dari hasil angket sedangkan data yang disajikan
dalam bentuk wawancara adalah hasil dari wawancara kepada siswa yang telah
ditunjuk sebagai objek wawancara.
3. Penarikan Kesimpulan
Pada saat kegiatan analisis data yang berlangsung terus-menerus setelah
selesai dikerjakan, baik yang berlangsung di lapangan maupun setelah selesai di
lapangan, langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan. Untuk
mengarah dari hasil kesimpulan ini tentunya berdasarkan dari hasil analisis data
yang berasal dari angket, wawancara serta beberapa dokumentasi.

E. Keabsahan Temuan
Keabsahan atau kebenaran data merupakan hal yang penting dalam
penelitian, supaya memperoleh data yang valid maka peneliti melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pengecekan teman sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yaitu
teman peneliti saat penelitian yaitu tutor kelas IX SMP Jawaahirul hikmah
Tulungagung. Diskusi dengan teman sejawat ini memberikan suatu kesempatan
awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul
dari pemikiran peneliti.
Pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang
sejawat, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang diteliti,
sehingga mereka dapat mereview persepsi, pandangan dan analisis yang sedang

dilakukan. Tujuan dari pengecekan dengan teman sejawat ini untuk merumuskan
teori yang ditemukan, metode dan etika penelitian.
2. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatau yang lain di luar data
itu keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi
yang digunakan dalam teknik ini adalah triangulasi teknik. Dalam penelitian ini
data hasil angket siswa dibandingkan dengan hasil wawancara dengan siswa.
3. Kecukupan Referensi
Dalam penggalian data ini seorang peneliti harus memiliki cukup
referensi, yang dapat diperoleh dari buku atau pedoman lain. Dalam penelitian ini
buku Moleong Metodologi penelitian kualitatif, Didukung juga bukunya Cholid
Narbuko Metodologi penelitian, Nana syaodih Metode penelitian pendidikan,
Suharsimi Arikunto Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik dan juga
didukung referensi buku-buku lain yang menunjang untuk penyusunan laporan.
F. Prosedur Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini mencakup: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap
pelaksanaan, 3) Tahap akhir Penjabaran dari tahap-tahap penelitian sebagai
berikut :
1. Tahap persiapan
a. Mengadakan observasi di sekolah yang akan diteliti yaitu SMP Jawaahirul
Hikmah
b. Meminta surat permohonan ijin peneliti kepada ketu IAIN Tulungagung
c. Meminta surat permohonan ijin kepada kepala SMP Jawaahirul Hikmah
d. Konsultasi kepada guru dan tutor matematika di SMP Jawahirul Hikmah

2. Tahap pelaksanaan
a. Mengamati kegiatan pembelajaran
b. Menyiapkan instrument penelitian
c. Melakukan validasi instrument penelitian
d. Menentukan subjek penelitian yang akan diteliti
e. Menyebar angket
f. Melakukan wawancara
3. Tahap akhir
a. Menganalisis data, membahas dan menyimpulkan.
b. Meminta surat bukti telah melakukan penelitian dari kepala sekolah SMP
Jawaahirul Hikmah.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Suoriyono.2008.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Ali Hamzah dan Muhlisrarini.2014Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran
Matematika.Jakarta: PT raja grafindo persada
Arifin, Zaenal.2009. Membangun Kompetensi Pedagosgis Guru Matematika,
Surabaya: Lentera Cendekia
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Atmaja, Purma. 2012.PSIKOLOGI UMUM DENGAN PERSPEKTIF BARU.
Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA

Baharuddin & Esa Nur Wahyuni.2010.TEORI BELAJAR &PEMBELAJARAN


Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA
Bahri, Syaiful.Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya: PT Usaha
Nasional
Departemen pendidikan nasional.2009.Kamus besar bahasa Indonesia edisi ke 4
Jakarta: Gramedia pustaka utama
Djali.2013. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara
Fatoni.2012. Abdul halim.Matematika Hakikat Dan Logika. Jogjakarta: ARRUZZ MEDIA
Hamzah

B.Uno

dan

Masri

Kuadrat.2010.Mengelola

kecerdasan

dalam

pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara


Handayani, Lestari.Perbedaan Prestasi Akademik dam Non-Akademik Kelas XI
Program Reguler dan Akselerasi di SMA Negeri 4 Malang, Fakultas Ilmu
Pendidikan UM 2010 Tersedia di digilib.um.ac.id (Skripsi tidak diterbitkan)
Diakses pada tanggal 01 April 2015 pukul 20.10 WIB.

Anda mungkin juga menyukai