OLEH
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Patta Bundu, M. Ed
Summary
KESIMPULAN
Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven yakni model Goal Free
Evaluation, tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana
model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana
proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian
yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal
yang negatif. Dalam model Goal Free Evaluation, para evaluator peneliti
mengambil dari berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau
kongkrit dan pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program
pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap
usulan-usulan tujuan dalam evaluasi. Tetapi tidak dalam proses evaluasi atau
produk. Keuntungan yang dapat diambil dalam Goal Free Evaluation, bahwa
dalam Goal Free Evaluation para penilai mengetahui antisipasi pengaruh-
pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang.
Fungsi Evaluasi Bebas Tujuan untuk mengurangi bias dan menambah
objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator
secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan
pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya
dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai
dengan tujuan program. Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang
sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan. Dalam Evaluasi Bebas Tujuan
ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang
tidak direncanakan. Model bebas tujuan merupakan titik evaluasi program,
dimana objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau
subjek tersebut, tetapi langsung kepada implikasi keberadaan program apakah
bermanfaat atau tidak objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada.
Selain Goal Free Evaluation Model, Scriven juga mencetuskan model
Formatif-Sumatif Evaluation dimana model evaluasi program ini memfokuskan
pada tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan
pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah
selesai atau berakhir (evaluasi sumatif). Evaluasi formatif dilaksanakan ketika
program masih berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
program yang dirancang dapat berlangsung sekaligus mengidentifkasi
hambatannya. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir
dengan tujuan untuk mengukur ketercapaian program.
Model GFE maksudnya adalah para evaluator atau penilai mengambil dari
berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan
pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan
pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan-usuan tujuan
dalam evaluasi, tetapi tidak dalam proses atau produk. Keuntungan dari GFE
adalah dengan GFE para penilai mengetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting
terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang.
Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven yakni model Goal Free
Evaluation, tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana
model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana
proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian
yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal
yang negatif.
Dalam model Goal Free Evaluation, para evaluator peneliti mengambil
dari berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan
pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan
pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan-usulan tujuan
dalam evaluasi. Tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk. Keuntungan yang
dapat diambil dalam Goal Free Evaluation, bahwa dalam Goal Free Evaluation
para penilai mengetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan
dasar dari penilai yang menyimpang.
Fungsi Evaluasi Bebas Tujuan adalah untuk mengurangi bias dan
menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang
evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan.
Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan
yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil program penting yang
tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil
yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan. Dalam Evaluasi Bebas
Tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak
yang tidak direncanakan.
Model bebas tujuan merupakan titik evaluasi program, dimana objek yang
dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi
langsung kepada implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak
objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada.
‘MODEL FORMATIVE-SUMATIVE EVALUATION’
Michael Scrive mengembangkan model evaluasi formatif dan sumatif.
model ini menunjukkan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu
evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif)
dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif).
Model evaluasi formatif dan sumatif ketika melaksanakan evaluasi,
evaluator tidak dapat melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi formatif
memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif. Dengan demikian, model yang
dikemukakan oleh Michael Scrive ini menunjukakan “apa, kapan, dan tujuan”
evaluasi tersebut dilaksanakan.
Para evaluator pendidikan, termasuk guru-guru yang mempunyai tugas
evaluasi, tentu sudah mengenal dengan baik apa yang dimaksud dengan evaluasi
formatif dan sumatif. Hampir setiap bulan guru-guru melaksanakan evaluasi
formatif dalam bentuk ulangan harian. Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk
mengetahui sampai berapa tinggi tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan
untuk masing-masing pokok bahasan. Dikarenakan luas atau sempitnya materi
yang tercakup didalam pokok bahasan setiap mata pelajaran tidak sama, maka
tidak dapat ditentukan dengan pasti kapan eveluasi formatif dilaksanakan dan
berapa kali untuk masing-masing mata pelajaran.
A. Evaluasi Program Formatif
Menurut Scriven (1991) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program
bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009), evaluasi formatif adalah suatu
evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program tertentu
sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan
untuk melakukan perbaikan.
Yaitu evaluasi yang digunakan untuk mencari umpan balik guna
memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun peserta didik. Evaluasi
formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program
masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan.
Misalnya, selama pengembangan program paket kurikulum, evaluais formatif
akan melibatkan pemeriksaan konten oleh ahli, pilot tes terhadap sejumlah siswa,
tes lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan dengan guru di beberapa
sekolah, dan lain sebagainya. Pada evaluasi formatif, audiensinya personalia
program, mereka yang bertanggung jawab atas pengembangan kurikulum.
Evaluasi formatif harus mengarah kepada keputusan tentang
perkembangan program termasuk perbaikan, revisi, dan semacamnya. Evaluasi
formatif (kadang-kadang disebut sebagai internal) adalah sebuah metode untuk
menilai layak program sementara kegiatan program sedang membentuk (dalam
proses). Ini bagian dari evaluasi berfokus pada proses. Dengan demikian, evaluasi
formatif pada dasarnya dilakukan dengan cepat. Mereka mengizinkan desainer,
peserta didik, dan instruktur untuk memantau seberapa baik tujuan instruksional
dan tujuan telah terpenuhi. Evaluasi Formatif juga berguna dalam menganalisis
materi pembelajaran, dan prestasi belajar siswa, dan efektifitas guru Evaluasi
Formatif terutama suatu proses pembangunan yang menumpuk serangkaian
komponen bahan baru, keterampilan, dan masalah menjadi keseluruhan yang
berarti utama.
Abdul Madjid, H. Prof. Dr. MM. M.Pd. 2014. Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta :
Haja Mandiri
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi
revisi). Jakarta : Bumi Aksara
Badrujaman, Aip. 2009. Diktat Teori Dan Praktek Evaluasi Program Bimbingan
Dan Konseling, Jakarta : Indeks Publisher
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
Mirza Bashirudin Ahmad, dkk. 2013. Model Evaluasi Kurikulum Goal Free
Evaluation Model : Universitas Negeri Yogyakarta
Yusuf Tayibnapis, Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta : PT Rineka Cipta
Wirawan, Dr. 2012. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.
Jakarta : Rajawali Pers