PENELITIAN KUANTITATIF
Dipersembahkan oleh:
Weebo
Website: Youtube:
TERM OF SERVICES, READMORE, AND RELATED LINKS
A. Terms of Services
1. Segala hak cipta penulisan skripsi ini adalah milik penulis asli skripsi. Weebo
hanya membagikan skripsi ini dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang
lain.
2. Sebagian besar skripsi yang diperoleh Weebo berasal dari internet yang dapat
dicari dengan mesin pencarian, kemudian diupload ulang oleh Weebo.
3. Silahkan subscribe youtube Weebo Corner dengan mengeklik link/gambar
pada halaman cover untuk mendukung program-program dari Weebo.
4. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
B. Identifikasi Masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar
belakang masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi atau kemampuan siswa dalam belajar Matematika masih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA.
2. Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah yang merupakan fokus dalam
pembelajaran Matematika khususnya pemecahan soal bentuk soal cerita masih
rendah.
3. Motivasi belajar siswa dalam pemecahan masalah yang merupakan fokus
dalam pembelajaran Matematika khususnya pemecahan soal bentuk soal cerita
masih kurang.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya keterbatasan peneliti antara lain waktu penelitian,
dana operasional, dan kompetensi diri peneliti, maka penelitian ini dibatasi hanya
dalam masalah tentang: kemampuan membaca, motivasi siswa pada pelajaran
Matematika dan kemampuan pemecahan soal matematika bentuk soal cerita siswa
kelas V Sekolah Dasar se-Kecamatan Kutowinangun.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh kemampuan membaca terhadap kemampuan
pemecahan soal cerita Matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Kutowinangun?
2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar pada pelajaran Matematika terhadap
kemampuan pemecahan soal cerita Matematika siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Kutowinangun?
3. Apakah ada pengaruh kemampuan membaca dan motivasi belajar siswa
pada pelajaran Matematika secara bersama-sama terhadap kemampuan
pemecahan soal cerita Matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Kutowinangun?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan membaca terhadap
kemampuan pemecahan soal cerita Matematika siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Kutowinangun.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa pada
pelajaran Matematika terhadap kemampuan pemecahan soal cerita
Matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan
Kutowinangun.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan membaca dan
motivasi belajar siswa pada pelajaran Matematika secara bersama-sama
terhadap kemampuan pemecahan soal cerita Matematika siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kutowinangun.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
maupun sebagai masukan dan wawasan bagi peneliti berikutnya serta
pada lembaga-lembaga pendidikan dalam meningkatkan efektivitas sistem
belajar mengajar di sekolah.
b. Sebagai informasi bagi para pengajar bahwa kemampuan membaca dan
motivasi siswa perlu mendapat stressing dalam hubungannya dengan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita Matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga pengajar, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
motivasi untuk mengembangkan kualitas SDM calon pendidik mengenai
pengaruh kemampuan membaca dan motivasi pada pelajaran Matematika
terhadap kemampuan pemecahan soal Matematika bentuk soal cerita di
Kelas V Sekolah Dasar.
b. Bagi LPTK, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
keilmuan tentang pengaruh kemampuan membaca dan motivasi terhadap
pelajaran Matematika terhadap kemampuan pemecahan soal Matematika
bentuk soal cerita di Kelas V Sekolah Dasar.
c. Bagi pendidik/calon pendidik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
sarana bimbingan dan pemberian layanan pendidikan yang proporsional
kaitannya dengan pengaruh kemampuan membaca dan motivasi siswa
pada pelajaran Matematika terhadap kemampuan pemecahan soal
Matematika bentuk soal cerita di Kelas V Sekolah Dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Pemecahan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Suryobroto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2008) mengatakan
bahwa: “Masa usia sekolah dianggap sebagai masa intelektual atau masa
keserasian sekolah”. Pada masa ini secara relatif anak-anak lebih mudah
dididik daripada masa sebelum dan sesudah masa sekolah” (hlm. 124).
Usia siswa kelas V termasuk pada rentang usia siswa kelas tinggi
yaitu antara 9 -12 tahun. Masa usia ini merupakan masa yang penting bagi
kehidupan seseorang. Pada masa ini merupakan masa yang perkembangan
yang baik untuk mengembangkan potensi kognitif, afektif, dan
psikomotor. Oleh karena itu, perlu perhatian dan pengarahan pada anak
agar potensi yang ada dalam diri anak dapat berkembang dengan baik dan
optimal.
Selanjutnya karakteristik anak sekolah dasar secara umum menurut
Bassett, Jacka dan Logan dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana,
2001) adalah sebagai berikut:
1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan
tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri;
2) Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira atau riang;
3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,
4) Mengeksplorasi suatu situasi dan mengcobakan usaha-usaha baru;
5) Mereka biasanya tergetar perasaanya dan terdorong untuk
berpretasi sebagai mana mereka tidak suka mengalami ketidak
puasan dan menolak kegagalan-kegagalan;
6) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan
situasi yang terjadi;
7) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif
dan mengajar anak-anak lainnya (hlm. 12)
Anak kelas V SD berusia antara 9-11 tahun. Pada usia ini anak
berada pada fase operasional konkrit. Anak aktif bergerak dan mempunyai
perhatian yang besar pada lingkungan. Piaget dalam Sri Esti Wuryani
(2006:72) mengemukakan fase perkembangan kognitif anak sebagai
berikut:
Fase Perkembangan Kognitif Anak
Umur Fase
0-2 tahun Sensorimotor
2-7 tahun Intuitif Praoperasional
7-11 tahun Operasional Konkrit
11-16 tahun Operasional Formal
b. Hakekat Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau
“manthenin”, yang artinya “mempelajari”. Selanjutnya menurut
Sumardyono dalam Masthoni, (2009:1) secara umum definisi
Matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
a) Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, Matematika
merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah
struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi
aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema.
b) Matematika sebagai alat (tool).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi
pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c) Matematika sebagai pola pikir deduktif.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir
deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam Matematika dapat
diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif
(umum).
d) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak
karena beberapa hal, seperti Matematika memuat cara pembuktian
yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat
penalaran Matematika yang sistematis.
e) Matematika sebagai bahasa artifisial.
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam Matematika.
Bahasa Matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang
baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
f) Matematika sebagai seni yang kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan
pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka Matematika sering
pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang
kreatif.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan
eksak, bilangan, fakta-fakta kuanitatif, dan sebagai bahasa yang
menjelaskan pola yang ditemukan melalui pikiran yang terbagi dalam
tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri dan sebagai alat untuk
memecahkan masalah seara deduktif dan dapat dibuktikan.
c. Soal Cerita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia soal cerita terdiri dari kata
soal dan cerita, soal yang mempunyai arti hal atau masalah yang harus
dipecahkan dan cerita artinya tuturan yang membentangkan bagaimana
terjadinya suatu hal yang dipecahkan. Dalam pengajaran Matematika,
pemecahan masalah sudah umumnya dalam bentuk soal cerita, biasanya
soal cerita disajikan dalam cerita pendek. Cerita yang diungkapkan
merupakan masalah kehidupan sehari-hari.
Soal cerita yang dimaksud pada penelitian ini adalah soal
Matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan.
Setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana sebagai berikut:
1) Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal tersebut.
2) Menuliskan kalimat Matematika yang menyatakan hubungan-
hubungan itu dalam bentuk operasi-operasi bilangan.
3) Menyelesaikan kalimat Matematika tersebut, artinya mencari bilangan
mana yang membuat kalimat Matematika itu menjadi benar
Menurut Sutawidjaja, (dalam Karmawati, 2009) soal cerita yang
erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari itu penting sekali
diberikan dalam pembelajaran Matematika SD karena pada umumnya soal
cerita dapat digunakan (sebagai cikal bakal) untuk melatih siswa dalam
menyelesaikan masalah.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan
penjelasan di atas bahwa soal cerita adalah hal atau masalah yang harus
dipecahkan yang erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari
dalam pembelajaran Matematika karena pada umumnya soal cerita dapat
digunakan untuk melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dan
dinyatakan dalam bentuk kalimat yang perlu diterjemahkan menjadi
bentuk kalimat.
d. Pemecahan
Pemecahan diartikan sebagai mengatasi atau menyelesaikan.
Berdasarkan hal tersebut jika dikaitkan dengan pengertian Matematika dan
soal cerita di atas, konsep memecahkan adalah bagaimana siswa dapat
mengakhiri pemecahan masalah dalam Matematika yang berupa aljabar,
analisis, dan geomteri yang diformulasikan dalam bentuk soal cerita.
e. Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang dijelaskan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) berarti “kuasa (bisa, sanggup)
melakukan sesuatu”. Dalam bahasa Inggris, kata kemampuan dimaknai
sama dengan ability dan competency.
Pengertian kemampuan identik dengan pengertian kreativitas, telah
banyak dikemukakan oleh para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda,
bahwa “setiap orang memiliki kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda”.
Supriadi (dalam Riduwan, 2008: 252). Tidak ada orang yang sama sekali
tidak memiliki kemampuan atau kreativitas, dan yang diperlukan adalah
bagaimanakah mengembangkan kreativitas (kemampuan) tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan merupakan suatu kesanggupan melalui
serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru yang dalam penelitian ini adalah
terkait dengan kecakapan, keterampilan, kesanggupan melakukan
penghitungan dalam pelajaran Matematika
2. Kemampuan Membaca
a. Membaca
Tarigan (2008) berpendapat membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan,
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis (hlm. 7).
Secara singkat pengertian membaca dijelaskan oleh Finochiaro dan
Bonomo dalam Tarigan (2008) yang menyatakan bahwa “reading is
bringing meaning to ag getting meaning from printed or written material”
(hlm. 9).
Membaca adalah proses berpikir, maksudnya adalah ketika
seseorang sedang membaca, maka seseorang tersebut akan mengenali kata
yang memerlukan interpresi dari simbol-simbal grafis. Untuk memahami
sebuah bacaan sepenuhnya, seseorang harus dapat menggunakan informasi
untuk membuat kesimpulan dan membaca dengan kritis dan kreatif agar
dapat mengerti bahasa kiasan, tujuan yang ditetapkan penulis,
mengevaluasi ide-ide yang dituliskan oleh penulis dan menggunakan ide-
ide tersebut pada situasi yang tepat. Keseluruhan proses ini merupakan
proses berpikir.
Berbagai definisi membaca yang telah dipaparkan di atas, dan
dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental, yang
menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan
dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar
pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi
sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas
dan pembelajaran sepenjang hayat (life-long learning).
b. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Dijelaskan oleh Tarigan (2008) bahwa secara khusus tujuan membaca
adalah :
d. Jenis Membaca
Ada tiga jenis membaca yaitu:
1) Membaca menurut obyek yang dibaca dibagi menajdi dua yaitu
membaca semesta dan membaca teks. Membaca semesta
merupakan membaca yang menggunakan alam semesta yang
menjadi objek pembacaan sedangkan membaca teks adalah
membaca yang menggunakan naskah.
2) Membaca berdasarkan tingkatan membaca digolongkan menjadi
membaca permulaan dan membaca lanjutan. Membaca permulaan
merupakan kegiatan membaca yang hanya terbatas pada
pembunyian lambang tertulis dan pelafalan kata, sedangkan
membaca lanjutan adalah kegiatan membaca yang sudah berusaha
untuk memahami bacaan yang dibaca.
3) Membaca berdasarkan tekniknya membaca digolongkan menjadi
membaca dengan teknik bersuara dan membaca tidak bersuara.
Membaca bersuara meliputi membaca teknik, membacakan dan
membaca indah. Selanjutnya, membaca tidak bersuara meliputi
membaca cepat, membaca bahasa, membaca cermat, membaca
kritis, membaca intensif, membaca apresiatif, dan membaca
pustaka (hlm. 5).
1) Tes Cloze
Tes Cloze merupakan salah satu tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan membaca, pertama kali diperkenalkan oleh
Taylor pada tahun 1953. Secara keseluruhan tes cloze
dimanfaatkan untuk: penilaian tingkat keterbacaan, dan tingkat
kesulitan teks, penilaian kemampuan membaca pemahaman,
menelaah kendala-kendala yang ada di dalam teks, penilaian
kelancaran berbahasa dn penilaian efektivitas pengajaran.
2) Menceritakan Kembali
Dapat dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan membaca
pemahaman (baik lisan maupun tulis). Kekurangan dari prosedur
ini terletak pada ketidakekonomisannya sebagai alat ukur, apalagi
jika testi diminta untuk menceritakan kembali dalam bentuk tulis.
Selain itu, tes meringkas kembali cenderung menjadi tes ingtaan,
dan penceritaan kembali cenderung mengaburkan kemampuan
testi yang sebenarnya.
3) Tes Mringkas
Tes ini digunakan untuk mengkur kemampuan pemahaman testi
yang bersifat global, sebab tes ini banyak melibatkan skemata
dalam teks. Tes ini menuntut banyak testi untuk dapat memahami
secara rinci dan mengungkapkan kembali pemahamannya secara
ringkas
4) Tes Subjektif
Tes ini anyak digunakan dalam mengukur kemampuan membaca.
Tes subjektif yang dimaksud adalah tes jawabannya berupa uraian,
dan penyekorannya dengan mempertimbangkan benar salahnya
uraian yang diberikan testi. Ciri penanda tes subjektif yaitu: (1)
jumlah soal yang disusun tidak terlalu banyak; (2) hasil yang
diperoleh kurang mewadahi karena jangkauan bahannya tidak
terlalu luas; (3) banyak dipengaruhi oleh faktor: bahasa yang
digunakan testi, kerapian tulisan yang dibuat oleh testi, sikap
penilai terhadap testi.
5) Tes Objektif
Merupakan tes yang banyak digunakan atau dipakai untuk
mengukur kemampuan membaca/kemampuan membaca. Tes
objektif memungkinkan testi untuk menjawab banyak pertanyaan
dalam waktu relatif singkat, sehingga bahan atau materi yang
diujikan dapat menjangkau sebagian besar bahan yang akan
diujikan. Tes objektif dengan berbagai ragamnyatampaknya kurang
mirip dengan kegiatan membaca yang sbenarnya. Namun
demikian, tes ini memudahkan testi untuk mengungkapkan
jawabannya. Artinya ia tidak perlu menyusun kalimat sendiri,
sehingga kemampuannya memahami teks tidak tersamar oleh
kemampuan lain.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi berasal dari kata
“motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif.”
Berelzon dan Steiner dalam Alex Sobur (2007:267),
mengemukakan bahwa: “is an inner state that energizer, activates, or
moves (hence ‘motivation’), and that directs or channels behavior toward
goals” (adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang
menggiatkan, atau yang menggerakan, sehingga disebut „penggerakan‟
atau „motivasi‟, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah
tujuan).
Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan
menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusunlah
kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Pengaruh Kemampuan membaca terhadap Kemampuan Menyelesaikan
Soal Cerita Matematika
KTSP 2006 atau yang lebih dikenal sebagai Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan mengamanatkan kepada setiap pelaku pembelajaran
Matematika, dalam hal ini guru dan siswa, agar senantiasa mengarahkan
aktivitas belajar Matematika di sekolah pada pencapaian standar-standar
kompetensi, yaitu meliputi: (1) memahami dan menerapkan konsep, prosedur,
prinsip, teorema, dan ide Matematika; (2) menyelesaikan masalah
Matematika (mathematical problem solving); (3) melakukan penalaran
Matematika (mathematical reasoning); (4) melakukan koneksi Matematika
(mathematical connection); dan (5) melakukan komunikasi Matematika
(mathematical communication).
Melakukan komunikasi Matematika merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran Matematika yang indikatornya sebagai berikut:
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
Matematika.
b. Menjelaskan idea, situasi dan relasi Matematika, secara lisan atau tulisan,
dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol Matematika.
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang Matematika.
Kemampuan mengemukakan ide Matematika dari suatu teks, baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan merupakan bagian penting dari standar
komunikasi Matematika yang perlu dimiliki siswa. Karena itu, untuk
memeriksa apakah siswa telah memiliki kemampuan membaca teks
Matematika secara bermakna, maka dapat diestimasi melalui kemampuan
siswa menyampaikan secara lisan atau menuliskan kembali ide Matematika
dengan bahasanya sendiri atau dalam hal ini adalah mampu menyelesaikan
pemecahan masalah dalam bentuk soal cerita.
Dengan demikian, semakin besar kemampuan siswa dalam
membaca, semakin mudah dalam menyelesaikan soal cerita Matematika.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan membacanya maka semakin sulit
dalam menyelesaikan soal cerita Matematika.
2. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Motivasi itu sendiri adalah keseluruhan daya penggerak baik dari
dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek itu dapat tercapai.
Dengan demikian jika motivasi belajar siswa pada pelajaran
Matematika tinggi maka siswa mampu menyelesaikan soal cerita Matematika
dengan baik. Sebaliknya, jika motivasi belajar siswa pada pelajaran
Matematika rendah maka siswa sulit menyelesaikan soal cerita Matematika
dengan baik.
3. Pengaruh Kemampuan Membaca dan Motivasi Belajar Siswa pada
Pelajaran Matematika terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
Matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah
terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian. Terkait dengan pemecahan masalah dalam Matematika, soal
cerita merupakan bentuk soal ranah kognitif yang diformulasikan untuk
mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya supaya dapat menyelesaikan masalah yang
diformulasikan dalam bentuk soal cerita dapat memperoleh hasil yang baik,
salah satu syaratnya adalah siswa tersebut harus terampil membaca. Dengan
kata lain untuk dapat mengerjakan soal bentuk cerita siswa diharuskan
memiliki kemampuan membaca yang baik. Keberhasilan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika bentuk cerita tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan membaca saja, akan tetapi motivasi siswa tersebut pada pelajaran
Matematika juga tidak bisa diabaikan. Siswa yang memiliki motivasi yang
tinggi terhadap pelajaran Matematika akan berusaha menaruh perhatian yang
lebih kepada kegiatan untuk mempelajari Matematika.
Atas dasar kerangka berfikir yang demikian, maka diduga kuat bahwa
keterampilan membaca dan motivasi belajar siswa pada pelajaran Matematika
berpengaruh secara signifikan dan mempunyai kontribusi secara sendiri-
sendiri maupun bersama-sama terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita
Matematika.
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori (tinjauan pustaka dan kerangka berfikir), maka
dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh kemampuan membaca terhadap kemampuan memecahkan soal
cerita Matematika di Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Kutowinangun.
2. Ada pengaruh motivasi belajar siswa pada pelajaran Matematika terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita Matematika di Kelas V Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Kutowinangun.
3. Ada pengaruh kemampuan membaca dan motivasi belajar siswa pada
pelajaran Matematika secara bersama-sama terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita Matematika di Kelas V Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Kutowinangun.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Persiapan penelitian
a. Mengurus perizinan
b. Koordinasi dengan Kepala
Sekolah
c. Menyusun angket dan tes
membaca serta tes
menyelasikan soal cerita
matematika
d. Penyusunan Instrumen
e. Uji Coba Instrumen
f. Pengambilan Data
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pelaksanaan pre tes
membaca dan penguran
motivasi belajar pada
pelajaran matematika
b. Pelaksanaan eksperimen
c. Pelaksanaan postes
d. Analisis data hasil
eksperimen
3. Penyusunan laporan/skripsi
a. Penyusunan draf
b. Pengetikan skripsi
4. Pelaksanaan ujian skripsi dan
revisi
B. Desain penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian sebagaimana telah dirumuskan di
muka, metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
inferensial dalam bentuk korelasional yang bersifat ex post facto. Metode
penelitian tersebut bertujuan untuk menerangkan sejauh mana dua atau lebih
variabel saling berhubungan berdasarkan koefisien korelasi (Suharsimi Arikunto,
2007: 248).
Bentuk hubungan atau korelasional yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah korelasional kausal antara kemampuan membaca dengan kemampuan
siswa pemecahan soal cerita matematika, korelasional kausal antara motivasi
belajar siswa pada pelajaran Matematika dengan kemampuan siswa pemecahan
soal cerita Matematika dan korelasional kausal kemampuan membaca dan
motivasi belajar siswa pada pelajaran Matematika secara bersaa-sama terhadap
kemampuan pemecahan soal cerita Matematika. Konstelasi hubungan kausal
tersebut dapat dilihat dalam desain penelitian berikut ini:
X1
Y
X2
M p - Mt p
rpbi
St q
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi point biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi butir yang
dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
∑σ b
2
k
r =[ ] [ 1- ]
(k - 1) σt
2
Keterangan:
r = koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ b = total varians butir
2
σ t = total varians
2
w w
DK L H
X 100%
n L
n H
Keterangan:
DK : Derajat Kesukaran
WL : Jumlah subjek kelompok bawah (27% bawah) yang menjawab
salah pada butir soal tersebut.
WH : Jumlah subjek kelompok atas (27% atas) yang menjawab salah
pada soal tersebut.
nl : Jumlah subjek pada kelompok bawah
nh : Jumlah subjek pada kelompok atas
Kriteria pengujian:
Soal dikatakan mudah jika derajat kesukarannya < 25%.
Soal dikatakan baik/sedang jika derajat kesukarannya berkisar antara 25%-
75%.
Soal dikatakan sulit jika derajat kesukarannya > 75%.
DB w w
L H
n
Keterangan:
DB : Daya beda soal
WL : Jumlah subjek kelompok bawah yang menjawab salah pada butir
soal tersebut.
WH : Jumlah subjek yang menjawab benar pada soal tersebut
n : Jumlah subjek pada kelompok bawah atau kelompok atas
Dengan keterangan: (1). -1.00 daya pembeda negatif; (2). 0,00 Daya
pembeda rendah; dan (3). 1,0 Daya pembeda tinggi.
Hasil penghitungan daya pembeda instrumen tes kemampuan
membaca dan kemampuan pemecahan soal cerita Matematika, menggunakan
bantuan program komputer microsoft office excel 2010 diketahui bahwa 4
item butir soal instrumen tes kemampuan membaca yang memiliki daya
pembeda rendah, sedangkan 31 item butir soal memiliki daya pembeda yang
tinggi. Selanjutnya untuk tes kemampuan pemecahan soal cerita Matematika
diketahui bahwa 2 item butir soal instrumen tes kemampuan menyelesaiakan
soal certa matematika memiliki daya pembeda negatif, 24 item butir soal
memiliki daya pembeda yang rendah, dan 4 item butir soal memiliki daya
pembeda tinggi.
G. Analisis Data
1. Analisis Instrumen Tes
a. Tes Kemampuan membaca
Berdasarkan hasil dari penghitungan validitas, reliablitas, daya
beda, dan taraf kesukaran untuk tes kemampuan membaca diperoleh 18
butir soal yang valid yaitu nomor 3, 5, 8, 11, 13, 14, 15, 19, 22, 23, 24,
26, 27, 31, 32, 33, 34, 35, sedangkan yang tidak valid sebanyak 17 butir
soal yaitu no 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 12, 16, 17, 18, 20, 21, 25, 28, 29, 30.
Selanjutnya adalah penghitungan daya beda, dari 18 butir soal
yang valid diketahui bahwa 1 butir soal yaitu butir nomor 5 termasuk
butir soal yang memiliki daya pembeda rendah sedangkan 17 butir soal
yaitu butir nomor 3, 8, 11, 13, 14, 15, 19, 22, 23, 24, 26, 27, 31, 32, 33,
34, 35 adalah butir soal yang memiliki daya pembeda tinggi.
Lebih lanjut yaitu hasil penghitungan taraf kesukaran dari 18 butir
soal valid diketahui proporsi soal baik/sedang sebanyak 11 butir soal
yaitu nomor 11, 13, 14, 15, 19, 23, 24, 26, 27, 33, 34, sedangkan soal
yang termasuk kategori mudah sebanyak 7 butir soal yaitu nomor 3, 5, 8,
22, 31, 35.
Analisis instrumen selanjutnya adalah penghitungan reliabilitas
dan dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan membaca sudah reliabel
karena diperoleh r hitung = 0.569, sedangkan rt (126:0.05 = 0.176).
Dari 18 butir soal yang valid secara keseluruhan dapat diketahui
paling sedikit 2 butir soal sudah mewakili indikator dari konstruk teori
kemampuan membaca. Dengan demikian instrumen tes kemampuan
membaca sudah layak dijadikan instrumen final untuk mengambil data
pada sampel penelitian.
Adapun kisi-kisi instrumen final tes kemampuan membaca
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.5. Kisi-kisi Final Instrument Tes Kemampuan membaca
Variabel Indikator Pertanyaan Jumlah
Kemampuan 1. Memahami Wacana 10, 22, 2
membaca Yang Dibacanya
2. Memahami isi bacaan 27, 31 2
3. menemukan pikiran 13,14,24 3
pokok/gagasan setiap
paragraph
4. menemukan ide atau 5, 15,19, 26, 4
pengertian pokok
wacana
5. menjawab pertanyaan 8,11, 23, 7
dengan benar 32,33,34,35,
berdasarkan bacaan .
Jumlah 18 18
b. Tes Kemampuan Pemecahan Soal Cerita Matematika
Berdasarkan hasil dari penghitungan validitas, reliablitas, daya
beda, dan taraf kesukaran untuk tes kemampuan pemecahan soal cerita
matematika diperoleh 21 butir soal yang valid yaitu no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 10, 11, 12,14, 16, 17, 18, 23, 24, 25, 26, 27, 28. Sedangkan yang tidak
valid sebanyak 9 butir soal yaitu no 9, 13, 15, 18, 20, 21, 22, 29, 30.
Selanjutnya untuk daya beda, dari 21 butir soal yang dinyatakan
valid diketahui bahwa 17 item butir soal yaitu nomor 1, 2, 4, 7, 10, 11,
12, 14, 16, 17, 18, 23, 24, 25, 26, 27, 28 instrumen tes kemampuan
pemecahan soal certa matematika memiliki daya pembeda rendah,
sedangkan 4 item butir soal memiliki daya pembeda tinggi yaitu nomor
3, 5, 6, 8.
Lebih lanjut yaitu hasil penghitungan taraf kesukarandari 21 butir
soal yang dinyatakan valid diketahui proporsi soal baik/sedang
sebanyak18 butir yaitu nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 17, 18, 23,
24, 25, 26, 27, 28, sedangkan soal yang termasuk kategori sulit sebanyak
3 butir soal yaitu nomor 1, 4, 16.
Analisis instrumen selanjutnya adalah penghitungan reliabilitas
dan dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan pemecahan soal cerita
matematika sudah reliabel r hitung > r tabel karena diperoleh r hitung = 0.569,
sedangkan rt (126:0.05 = 0.176).
Dari 21 butir soal yang valid secara keseluruhan dapat diketahui
paling sedikit 2 butir soal sudah mewakili indikator dari konstruk teori
kemampuan pemecahan soal cerita Matematika. Dengan demikian
instrumen tes kemampuan pemecahan soal cerita Matematika sudah
layak dijadikan instrumen final untuk mengambil data pada sampel
penelitian.
Adapun kisi-kisi instrumen final tes kemampuan pemecahan soal
cerita Matematika dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Final Tes Kemampuan Pemecahan Soal
Cerita Matematika
∑σ b
2
k
r =[ ] [ 1- ]
(k - 1) σt
2
Keterangan:
r = koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ b
2
= total varians butir
σt
2
= total varians
Dalam penghitungan reliabilitas angket peneliti menggunakan
bantuan program komputer microsoft excel 2010, setelah dilakukan
penghitungan diperoleh i koefisien reliabilitas (r) sebesar 0.889. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan, instrumen angket motivasi belajar
siswa pada pelajaran Matematika reliabel karena r empirik lebih besar dari
pada r teoritik pada taraf kepercayaan 5% (rh = 0,889 > rt (126; 0,05) = 0,176).
c. Analisis Instrumen Angket
Dari hasil penghitungan validitas diperoleh 43 butir valid yaitu
nomor soal 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 8, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42,
43, 44, 45 sedangkan yang droup/tidak valid yaitu nomor 4 dan 14.
Selanjutnya berdasarkan penghitungan reliabilitas dapat
disimpulkan bahwa angket motivasi belajar siswa pada pelajaran
Matematika reliabel, karena r empirik lebih besar yaitu 0.889 dari pada r
teoritik pada taraf kepercayaan 5% (rh = 0.889 > rt (126; 0,05) = 0.176).
Dari 43 butir soal yang valid secara keseluruhan dapat diketahui
paling sedikit 3 butir soal sudah mewakili indikator dari konstruk teori
motivasi belajar siswa pada pelajaran matematika, sehingga angket sudah
layak untuk mengambil data pada sampel penelitian.
Adapun kisi-kisi instrumen final motivasi belajar siswa pada
pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7. Kisi-kisi Instrumen Final Angket Motivasi belajar Siswa Pada
Pelajaran Matematika
PERNYATAAN
Jml
Indikator
Motivasi belajar Aspek Pelajaran Matematika Siswa Kelas V
Menghitung Mengukur Membandingkan