PENELITIAN KUANTITATIF
Dipersembahkan oleh:
Weebo
Website: Youtube:
TERM OF SERVICES, READMORE, AND RELATED LINKS
A. Terms of Services
1. Segala hak cipta penulisan skripsi ini adalah milik penulis asli skripsi. Weebo
hanya membagikan skripsi ini dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang
lain.
2. Sebagian besar skripsi yang diperoleh Weebo berasal dari internet yang dapat
dicari dengan mesin pencarian, kemudian diupload ulang oleh Weebo.
3. Silahkan subscribe youtube Weebo Corner dengan mengeklik link/gambar
pada halaman cover untuk mendukung program-program dari Weebo.
4. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi adanya beberapa masalah dalam Perbedaan Hasil Belajar
Matematika yaitu:
1. Metode yang digunakan kurang menarik perhatian sehingga hasil belajar
siswa dalam pelajaran Matematika rendah.
2. Minat dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Matematika kurang.
3. Guru kurang kreatif dalam memilih strategi belajar mengajar yang tepat dan
cenderung menyampaikan pembelajaran Matematika secara konvensional/
metode ceramah yang terlalu dominan.
4. Mata pelajaran Matematika yang identik dengan rumus-rumus rumit dan
membingungkan siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipelajari.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti maka
dalam penelitian ini peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Matematika yang dimaksud disini adalah pembelajaran proses
memberi suasana terjadinya perubahan perilaku individu (belajar) yang
terkait tujuan. Dalam penelitian ini pembelsjsrsn Matematika terfokus pada
pokok bahasan Operasi Bilangan Pecahan.
2. Metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam
membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif
dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang
akan dikaji adalah Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode
Pembelajaran Realistik atau Realistic Matemathict Education (RME).
3. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang baik
disadari maupun tidak untuk belajar dengan tujuan menguasi kemampuan
yang terkandung dalam tujuan pembelajaran.
4. Hasil belajar matematika didefinisikan sebagai penambahan, peningkatan,
dan penyempuraan perilaku serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa kelas V SD setelah menerima pengalaman belajar untuk memperoleh
ilmu tentang pecahan dalam penyelesaian masalah dengan cara berfikir secara
sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebaga berikut:
1. Adakah perbedaan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Se-Kecamatan
Buayan Tahun Ajaran 2011/2012 ditinjau dari penggunaan metode
pembelajaran?
2. Adakah perbedaan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Se-Kecamatan
Buayan Tahun Ajaran 2011/2012 ditinjau dari pemberian motivasi belajar?
3. Adakah perbedaan yang signifikan pada hasil belajar matematika siswa kelas
V SD Se-Kecamatan Buayan Tahun Ajaran 2011/2012 ditinjau dari
penggunaan metode pembelajaran dan pemberian motivasi belajar?
E. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar Matematika siswa
kelas V SD Se-Kecamatan Buayan Tahun Ajaran 2011/2012 dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Realistik atau Realistic Matemathict
Education (RME) dan Metode Pembelajaran Konvensional.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar Matematika siswa
kelas V SD Se-Kecamatan Buayan Tahun Ajaran 2011/2012 antara siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran
Realistik atau Realistic Matemathict Education (RME) dan motivasi belajar
secara bersama-sama terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Se-
Kecamatan Buayan Tahun Ajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Beberapa manfaat dari penelitian ini secara teoritis yaitu sebagai berikut :
1. Agar penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya
dalam hal pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
2. Agar guru kelas atau guru bidang studi bisa menggunakannya sebagai
alternatif yang lain dalam proses belajar mengajar Matematika
3. Agar kesulitan yang dialami siswa pada pembelajaran Matematika
dapat diatasi untuk perbaikan.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini juga terdapat manfaat praktis, yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Universitas Sebelas Maret
Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya, hasil
penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan
tentang pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran Realistik atau
Realistic Matemathict Education (RME )dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar.
b. Bagi Siswa.
1) Siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
2) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan.
3) Menciptakan suasana kompetisi antar siswa untuk berprestasi.
c. Bagi Guru
1) Terlatih melakukan penelitian.
2) Mendapatkan strategi pembelajaran yang tepat dalam
mengajarkan pembelajaran Matematika.
d. Bagi Sekolah
1) Menumbuhkan budaya meneliti pada siapapun.
2) Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran
Matematika.
3) Memberikan sumbangan positif khususnya dalam penghilangan
image mata pelajaran Matematika yang dianggap sulit.
4) Mendorong guru lain aktif melaksanakan pembelajaran inovatif.
e. Bagi Peneliti
1) Untuk mengukur seberapa besar hasil belajar Matematika yang
dicapai siswa dengan menggunakan Metode Pembelajaran
Realistik atau Realistic Matemathict Education (RME).
2) Memperoleh bukti bahwa Metode Pembelajaran Realistik lebih
efektif dibanding Metode Pembelajaran Konvensional dalam
pembelajaran Matematika siswa kelas V SD di Kecamatan
Buayan Tahun Ajaran 2011/2012.
f. Bagi Peneliti Lain
Menambah pengetahuan tentang Pendekatan Realistik atau Realistic
Matemathict Education (RME) dalam pembelajaran Matematika siswa
kelas V SD Negeri di Kecamatan Buayan Pokok Bahasan Pecahan
efektif dibanding Pendekatan Konvensional.
g. Bagi Pengambil kebijakan
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan dan
memperoleh kebijakan yang positif berkenaan dengan penelitian
kuantitatif.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Secara morfologi bahasa, kata siswa merupakan kata benda. Berdasarkan
KBBI Online (2009) definisi siswa adalah anak yang duduk pada tingkat sekolah
dasar dan menengah. Kata siswa memiliki persamaan secara semantik dengan
murid dan pelajar.
Dalam Wikipedia (2009) istilah siswa dikategorikan ke dalam sub istilah
peserta didik. Definisi peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan
baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan
dan jenis pendidikan tertentu. Istilah siswa dimaknai sebagai peserta didik pada
jenjang dasar dan menengah. Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa
siswa adalah peserta didik pada jalur pendidikan formal di tingkat pendidikan
dasar dan menengah.
Menurut Nasution dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002:89) masa usia
Sekolah Dasar sebagai masa kanak – kanak akhir yang berlangsung dari usia
empat tahun sampai kira – kira sebelas atau dua belas tahun. Para guru mengenal
masa ini sebagai masa sekolah, yaitu masa matang untuk belajar maupun masa
matang untuk sekolah. Siswa berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi
perkembangan aktivitas bermain hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan
pada waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri dan siswa sudah menginginkan
kecakapan – kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah.
Karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada usia sekitar 7 – 11
tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan
yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk meng
operasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang
bersifat konkret.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika
yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang
dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat
melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.
Masa usia sekolah menurut Suryosubroto dalam Syaiful Bahri Djamarah
(2002:90) sebagai masa intelektual bersekolah. Pada masa ini secara relatif anak –
anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan masa sesudahnya. Masa ini
diperinci menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah sekolah dasar (6 – 9 tahun)
dan masa kelas tinggi sekolah dasar (10 – 13 tahun).
Sifat khas anak pada masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu:
1. Adanya minat dalam kehidupan praktis sehari – hari yang konkret yang
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan –
pekerjaan praktis.
2. Amat kooperatif, ingin tahu, dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa, ada minat terhadap hal dan mata pelajaran khusus.
4. Sampai usia 11 siswa membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya.
5. Pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya.
b. Motivasi Belajar
1) Definisi Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh
terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering
dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud
dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari
kedua istilah tersebut. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sardiman dalam
bukunya Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip M. Ngalim
Purwanto : motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang.
Sedangkan S. Nasution, motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari
dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu.
Adapun pengartian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang
baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan
tujuan tertentu.
Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah :
M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah
laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.
WS Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif,
motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan atau dihayati. Selanjutnya, M. Ngalim Purwanto mengemukakan
bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu.
Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa
motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi
sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi
terkandung tiga unsur penting, yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam system “neurophysiological” yang
2. ada pada organisme manusia.Motivasi ditandai dengan munculnya rasa
“feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai.
2. Pembelajaran Matematika
a. Matematika
Kata "matematika" berasal dari kata μάθημα (máthema) dalam bahasa
Yunani diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga
μαθηματικός (mathematikós) yang diartikan "suka belajar" (Whandi, 2008).
Abdul Halim Fathoni (2009) menuliskan matematika dapat digunakan
dalam dunia nyata, sebagai contoh: (1) dalam bidang pengukuran lahan dan
bangunan (geometri), (2) menghitung banyaknya barang dan nilai uang logam
dalam dunia bisnis dan perdagangan (bilangan), (3) menaksir dan mengukur
ketinggian pohon dan bukit (trigonometri), (4) menghitung kecepatan gerak benda
angkasa (kalkulus), (5) mengetahui peluang dalam undian (probabilitas), (6)
program sensus dan data kependudukan (statistika), dan sebagainya.
Masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari tersebut dapat dinotasikan
dalam bahasa matematika yang membutuhkan pemodelan matematika untuk
pemecahannya. Melalui pemodelan matematika, masalah nyata diabstraksikan
menjadi model matematika yang dapat dianalisis dan diidentifikasi cara
pemecahannya. Kemampuan berfikir logis dituntut dalam proses ini, sebagaimana
dikatakan Wittegenstein (dalam Abdul Halim Fathoni, 2009), bahwa matematika
itu sendiri merupakan metode berpikir yang logis.
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar (1995: 44) yang dimaksud dengan
matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian
matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan
dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ini berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat
dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika dua ciri penting
dari matematika adalah (1) memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola
pikir deduktif dan konsisten.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah pola dari struktur, perubahan, dan ruang mengenai bilangan
dan angka yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah guna
menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif.
2. Hakikat Belajar
Belajar artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapatkan
suatu panduan (Kamus Umum Bahasa Indonesia). Sedangkan dalam Wittaker
(1970:215) yang dikutip Westy Soemanto (dalam Fatah 2007:12) menyebutkan
bahwa : belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (learning may be
defined as the proscess by which behavior originates or as altered through training
or experience).
Menurut Fontana (dalam Tim MKPMB, 2001:8), pengertian belajar adalah
proses perubahan tingkah laku individual yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Selanjutnya Arifin dalam (Hartini dalam Fatah, 2007:12)
memberikan definisi sebagai berikut : Belajar adalah suatu kegiatan peserta didik
dalam menerima, menenggapi, serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang
disajikan oleh para guru yang berakhir pada kemampuan anak, menguasai bahan
pelajaran yang disajikan itu. Dengan kata lain, belajar adalah suatu rangkaian
proses kegiatan respons yang terjadi dalam suatu rangkaian belajar mengajar yang
berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku, baik jasmaniah maupun
rohaniah akibat pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
secara keseluruhan baik dalam hal pengetahuan (kognitif), nilai sikap (afektif),
maupun keterampilan (psikomotor) yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman
dalam interaksi aktif dengan lingkungan
e. Pembelajaran Matematika
Berdasarkan definisi operasional matematika, hakikat pembelajaran
matematika, ruang lingkup matematika, dan matematika operasi bilangan
pecahan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu
kegiatan menyampaikan dan mewariskan pesan matematika mengenai benda
sebagian dari sesuatu yang utuh berupa pengetahuan, keterampilan, dan
kebudayaan yang dimiliki guru, sehingga timbul perilaku siswa sesuai dengan
pembelajaran yang diperoleh serta penanaman sikap-sikap tertentu untuk
membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari khususnya dalam
memecahkan masalah yang berhubungan dengan benda sebagian dari sesuatu
yang utuh.
3. Hasil Belajar
Joh M. Keller (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 38) memandang hasil
belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang
berupa informasi. Sedangkan Mulyono Abdurrahman (2003: 37) berpendapat
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.
Dari dua pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang diperoleh anak sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan
berbagai masukan yang berupa informasi setelah melalui kegiatan belajar.
M. Alisuf Sabri dan Muhibbinsyah, mengenai belajar ada berbagai faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, secara garis
besarnya dapat dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu :
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi keadaan kondisi
jasmani (fisiologis), dan kondisi rohani (psikologis)
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan,
baik sosial dan non sosial dan faktor instrumental.
Adapun yang tergolong faktor internal adalah :
1. Faktor Fisiologis
Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan
memberikan hasil belajar yang baik..
2. Faktor Psikologis
Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah intelegensi, perhatian, minat,
motivasi dan bakat yang ada dalam diri siswa.
Adapun yang termasuk golongan faktor eksternal adalah :
1. Faktor Sosial, yang terdiri dari :
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat
2. Faktor Non Sosial
Gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya,
alat - alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Sedangkan menurut Muhibbinsyah, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisijasmani
atau rohani siswa
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar
siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah
sifatnya relativ, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena hasil
belajar siswa berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor
tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, tinggi rendahnya hasil belajar yang
dicapai siswa di sekolah didukung oleh faktor internal dan eksternal.
Dalam hal penelitian kuantitatif ini, hasil belajar matematika diwujudkan
dalam bentuk nilai tes matematika siswa dan diperoleh dari hasil menjawab soal –
soal yang diujikan oleh peneliti.
b. Metode Konvensional
1. Pengertian Metode Konvensional
Freire (1999) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai
suatu penyelenggaraan pendidikan ber-“gaya bank” (banking concept of
education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas
pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan
dihafal. Proses ini lebih jauh akan berimplikasi pada terjadinya hubungan yang
bersifat antagonisme di antara guru dan siswa. Guru sebagai subjek yang aktif dan
siswa sebagai objek yang pasif dan diperlakukan tidak menjadi bagian dari realita
dunia yang diajarkan kepada mereka.
Menurut Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan pembelajaran
konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan
pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut
untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui
kuis atau tes terstandar.
Berdasarkan definisi tersebut, pembelajaran konvensional merupakan
sebuah praktik yang berupa pemberian informasi. Dalam model ini, peran guru
adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa.
Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan
aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan.
C. Kerangka Berpikir
Secara umum hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep matematika masih berada dalam tataran rendah. Untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap
konsep dasar matematika guru diharapkan mampu berkreasi dengan menerapkan
model ataupun pendekatan dalam pembelajaran matematika yang cocok.
Salah satu pendekatan yang membawa alam pikiran siswa ke dalam
pembelajaran dan melibatkan siswa secara aktif adalah metode Realistic
Mathematic Education (RME). Metode Realistic Mathematic Education (RME)
adalah suatu pendekatan yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika formalnya melalui masalah-
masalah realitas yang ada. Dengan metode ini siswa tidak hanya mudah
menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak cepat lupa dengan apa
yang telah diperolehnya tersebut. Metode ini pula tepat diterapkan dalam
mengajarkan konsep-konsep dasar dan diharapkan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa maka metode ini dapat
dikatakan efektif. Dengan kata lain proses belajar matematika dengan
menggunakan Metode Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dari
pada pembelajaran dengan menggunakan Metode Konvensional.
D. Hipotesis
Berpedoman pada kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
”pembelajaran matematika dengan menggunakan Metode Realistic Mathematic
Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika
tanpa menggunakan Metode Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan Operasi Bilangan Pecahan di Kelas V SD se-Kecamatan Buayan”.
H0 : m1 = m2 lawan H1 : m1 > m2
Pengajuan
Proposal dan
Revisi
Perijinan
Penyusunan
Instrumen
Uji Coba
Instrumen
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penulisan
Laporan
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah45 SD.
Dalam rangka menjaga kesamaan karakteristik dari responden penelitian maka
peneliti menentukan kriteria karakteristik responden sebagai berikut:
(1) Siswa tersebut terdaftar sebagai siswa SD di Kecamatan Buayan,
(2) Masih aktif duduk di kelas 5.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian ini adalah 4 SD. Hal ini
didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 134) yang menyatakan
bahwa jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 % - 15 %. Maka
peneliti mengambil sampel penelitian sebesar 10 % dari populasi, 10 % dari 45
SD yaitu 4,5 SD dibulatkan menjadi 4 SD dan untuk memudahkan penelitian dan
pengolahan data penelitian.
3. Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah multi stages
random sampling dengan mempertimbangkan keterwakilan dari daerah-daerah
geografis yang ada. Tulus Winarsunu (2007: 15) melaporkan bahwa teknik
sampling ini disebut juga dengan teknik sampel area. Teknik sampel area disebut
juga dengan teknik wilayah atau daerah. Prosedur yang dilakukan adalah dengan
jalan membagi daerah-daerah besar menjadi beberapa daerah kecil dan mungkin
daerah-daerah kecil itu akan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil lagi.
Besar sampel ditentukan secara intensional hanya mengambil beberapa
daerah atau kelompok kunci dengan alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana
sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari UPT Dinas
Dikpora Kecamatan Buayan, di Kecamatan Buayan terdapat 45 Sekolah Dasar.
Dengan demikian tahap pengambilan sampelnya adalah (1). Diambil 2 SD untuk
mewakili SD di dataran rendah; (2). Diambil 2 SD untuk mewakili SD di
pegunungan; dan (3). Dari kempat SD tersebut diambil siswa secara acak
(random)sebanyak 100 untuk dijadikan sampel.
C. Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah sebuah rencana, sebuah garis besar tentang
“bagaimana peneliti akan memahami” bentuk hubungan antara variabel yang ia
teliti (M. Toha Anggoro, 2007: 3.17).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi experiment) karena peneliti tidak mungkin melakukan kontrol atau
manipulasi semua variabel yang relevan, kecuali variabel yang diteliti. Menurut
Budiyono (2003:82) tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
Menurut Moh. Nazir (2005: 63) penelitian eksperimental adalah penelitian
yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta
adanya kontrol. Penelitian eksperimen yang sederhana mengandung 3 ciri pokok,
yaitu (1) adanya variabel bebas yang dimanipulasi, (2) adanya pengendalian/
pengontrolan semua variabel lain kecuali variabel bebas, (3) adanya pengamatan/
pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek variabel bebas (Nana Sudjana
dan Ibrahim, 2001: 19).
Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan model Posttest only
control group design dengan satu macam perlakuan. Penggunaan desain model ini
berdasarkan alasan bahwa sampel yang digunakan dalam kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol diambil secara acak yang diasumsikan benar-benar
sebanding. Kelompok eksperimen diberi sentuhan yaitu pembelajaran dengan
menggunakan Metode Realistik (RME)sedangkan kelompok kontrol tidak diberi
sentuhan dengan kata lain menggunakan Metode Konvensional.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Perbedaan penggunaan
Metode Konvensional dan Metode Realistik atau Realistic Matemathict Education
(RME) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika.
Menurut Fred N. Kerlinger (2006: 533) desain penelitian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
E X Y
R
C -X Y
Keterangan:
R : menandakan bahwa subjek-subjek yang dimasukkan dalam kedua
kelompok tersebut dilakukan dengan cara acak (random)
E : simbol kelompok kontrol/pembanding
C : simbol kelompok kontrol
X : treatment/dikenai perlakuan pembelajaran dengan Pendekatan
Realistik atau Realistic Matemathict Education (RME)
-X : tidak dikenai perlakuan pembelajaran dengan Pendekatan Realistik
atau Realistic Matemathict Education (RME)/ dikenai pembelajaran
dengan Pendekatan Konvensional
Y : post-test
X
1
Y
X
2
Gambar 1. Rancangan Penelitian
Keterangan:
X2 : motivasi belajar
1. Teknik Tes
Jumlah 10 soal
1
- Melaksanakan Motivasi pada awal pembelajaran 1,2,3
1
4,5,6
-Melaksanakan motivasi pada kegiatan
1
7.8.9
inti pembelajaran
- Melaksanakan motivasi pada akhir pembelajaran
2. Pengelolaan kelas
- Menggunakan motivasi positif 3 10,11,12
- Menggunakan motivasi negatif 3 13,14,15
3. Teknik pemberian motivasi
- Melaksanakan motivasi verbal 3 16,17
- Melaksanakan motivasi non verbal 3 18,19,20
4. Manfaat Pemberian motivasi 2
1) Meningkatkan perhatian dalam belajar 3
2) Membangkitkan perilaku siswa 1
3) Memelihara perilaku siswa 2
4) Menumbuhkan rasa percaya diri siswa 1
5) Memelihara iklim belajar yang Kondusif 1 21,22
6) Keinginan belajar 1 23,24
7) Senang mengikuti pelajaran 1 25,26
8) Selalu menyelesaikan tugas 27,28
1
9) Ingin mendapat perhatian
1
10) Ingin mendapat pujian
29,30
11) Ingin mendapat penghargaan / hadiah dari guru
atau sekolah 1
12) Mengembangkan bakat 1
13) Meningkatkan pengetahuan 1
E. Analisis Instrumen
1. AnalisisInstrumenTes
a. ValiditasButirSoal (Test Validity)
Validitas tes adalah tingkat suatu tes mampu mengukur apa yang hendak
diukur (Suharsimi Arikunto, 2007: 170). Pengujian validitas butir digunakan teknik
korelasi Product Moment dari Pearson yaitu sebagai berikut.
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rxy = koefisien korelaasi Product Moment
∑y = jumlah nilai variabel Y
∑x = jumlah nilai variabel X
n = jumlah mapel
∑y2 = jumlah nilai kuadrat variabel Y
∑x2 = jumlah nilai kuadrat variabel X
∑xy = jumlah perkalian antara variabel X dengan nilai variabel Y
b. ReliabilitasTes (Reliability)
Reliabilitas tes merupakan uji coba instrumen tes untuk mengetahui bahwa
instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008: 173).
Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mencari koefisien
reliabilitas di antaranya adalah rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan
Richardson, yaitu K-R.20 dan K-R.21
n M (n – M) n S2 - pq
r11 = ( --- ) ( ------------- ) r11 = ( ----- ) ( ------------ )
2
n–1 S n–1 nSt2
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
Keterangan:
Indeks kesukaran butir soal atau p dinyatakan dengan angka yang berada
antara 0,00 sampai dengan 1,00. Klasifikasi indeks/tingkat kesukaran butir
soal menurut Depdikbud (1987) adalah: p = 0,21 – 0,40 , kategori butir soal
sukar; p = 0,41 – 0,70 , kategori butir soal sedang; dan p = 0,71 – 0,90 ,
kategori butir soal mudah.
Bb atau niR = banyak penjawab butir soal benar dari kelompok rendah/bawah
- 1, 00 0,00 1,00
Daya pembeda Daya pembeda Daya pembeda
negatif rendah tinggi
b. ReliabilitasAngket
Menurut Suhartono (2003) Rumus untuk menghitung koefisien
reliabilitas instrumen angket adalah sebagai berikut:
∑σ b
2
k
r =[ ] [ 1- ]
(k - 1) σt
2
Keterangan:
r = koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ b
2
= total varians butir
σt
2
= total varians
F. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian dalam penelitian ini diuji dengan
analisis varian. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 151) analisis varian
digunakan untuk menguji hipotesis yang berkenaan dengan perbedaan dua mean
atau lebih. Indeks perbedaan menggunakan variansi melalui –F rasio. Hipotesis
yang diuji melalui F rasio dirumuskan sebagai berikut:
Ho : A = B
H1 : A ≠ B
Tolak Ho dan terima H 1 apabila nilai Frasio ≥ dari F tabel pada taraf nyata
dan derajat bebas tertentu.
a. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui distribusi data penelitian ini normal atau tidak digunakan
teknik Chi kuadrat, berikut rumus dan tahapan analisisnya:
1) merangkum semua data seluruh variabel,
2) menentukan jumlah kelas interval,
3) menentukan panjang kelas interval,
4) menyusun data ke tabel penolong untuk menghitung harga Chi kuadrat,
presentase luas tiap bidang kurve normal degan jumlah anggota sampel,
6) memasukan harga-harga f H
ke kolom tabel f H
sekaligus menghitung
harga-harga f f
o H
f H
harga
f o f H adalah merupakan harga Chi kuadrat (
2
2
) hitung,
f XH
H
7) membandingkan harga Chi Kuadrat Hitung dengan Chi Kuadrat Tabel, bila
harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat
tabel maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar ( > )
dinyatakan tidak normal Sugiyono (2008: 242-243).
b. Uji Homogenitas
Tulus Winarsunu (2007: 99) menyatakan bahwa “dalam setiap penghitungan
statistik yang menggunakan anava harus disertai landasan bahwa harga-harga
varian dalam kelompok bersifat homogen atau relatif sejenis.”
Rumus yang digunakan untuk menguji homogenitas varian adalah:
X
2
X 2
Var .Tertinggi 2 N
F MAX = Var.Terendah Varian ( SD ) =
N 1
c. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3 (anava
faktorial 2 jalur), perhitungan yang digunakan yaitu:
a. Menghitung jumlah kuadrat (sum of squares) total (J ), antar A (Jk a) antar B (Jk
b) interaksi A x B (Jk ab) dan dalam kelompok (Jk d)
b. Menghitung derajat kebebasan total (db t), antar A (dbA ) antar B (dbB ) interaksi A x
B (dbAB )
1) db t = N – 1
2) dbA = K – 1
3) dbB = K – 1
4) dbAB = dbA x dbB
5) dbd = db t - (dbA + dbB + dbAB)
Dimana N = Jumlah Subjek, K = Jumlah Kelompok
c. Menghitung rata-rata kuadrat antar A (RkA) antar B (RkB), interaksi A x B (RkAB)
dan Dalam Kelompok (RkD)
1) RkA = Jk A : dbA
2) RkB = Jk B : dbB
3) RkAB = Jk AB : dbAB
4) RkD = Jk D : dbD
d. Menghitung Rasio FA, FB dan FAB
1) FA = Rk A : Rkd
2) FB = Rk B : RkB
3) FAB = Rk AB : Rkd
e. Melakukan interpretasi dan uji signifikansi pada semua rasio F yang di peroleh (F
hitung) dengan F teoritik yang terdapat dalam tabel nilai-nilai F (F tabel). Jika F
hitung lebih besar dari pada F tabel maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat
perbedaan signifikan pada hasil belajar matematika siswa setelalah dilakukan
pengajaran dengan metode berbeda.
G. Hipotesis Statistik
Dari rumusan masalah yang telah diterapkan, maka dapat dibuat hipotesis
statistik sebagai berikut:
1.a. H o 1 2
H1 1 2
b. H o 1 2
H 1 1 2
2.a. H o 1 2
H1 1 2
b. H o 1 2
H 1 1 2
3.a. H o 1 2 3 4 5 6