Anda di halaman 1dari 8

Nama : Febrianca Aisyah Dewimurti

NIM : 3301417071
Mata Kuliah : Kecerdasan Emosional dan Sosial
Dosen Pengampu :1. Moh. Aris Munandar, S. Sos., M. M.
2. Hafiz Rafi Uddin, S. Pd. I., S. H., M. H.

MERENCANAKAN PEMBANGUNAN SEKOLAH BERBASIS FISIK DAN


KESEHATAN MENTAL
Febrianca Aisyah
Abstrak
Kesehatan mental akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan dunia global. Bukan
hanya di Indonesia, namun diseluruh belahan dunia sedang mengalami krisis kesehatan
mental. Kesehatan mental merupakan suatu keadaan psikologis yang menunjukkan
kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian kepdaa dirinya sendiri terhadap
masalah-masalah yang ada dan sedang dihadapinya. Terlebih yang paling banyak menderita
adalah kaum reamaja dan peralihan menuju dewasa pada periode saat di sekolah. Kesehatan
mental tak jauh lebih penting bila dibandingkan dengan kesehatan fisik. Di dalam sekolah,
pendidik memiliki peran penting dalam keseimbangan kesehatan mental dan fisik seorang
peserta didik. Tak hanya itu, dibutuhkan keteladanan dan kesadaran untuk hidup secara sehat
baik secara fisik dan secara mental. Banyak permasalahan terkait remaja dalam kehidupan
sosialnya disekolah yang mempengaruhi kesehatan mentalnya yang dapat berarah untuk
mempengaruhi kesehatan fisiknya pula. Maka lebih dari seorang pendidik yang dapat
memahami apa itu kesehatan mental dan fisik, namun dalam tatanan sekolah perlu adanya
layanan yang bersifat komprehensif dari tiap komponen sekolah. Yang dimana program yang
diterapkan disekolah bukanlah tindakan yang dilakukan ketika sudah muncul masalah, namun
hal ini bersifat edukatif dan prefentif.
Kata kunci : kesehatan mental, sekolah, pendidikan
Mental health has lately been the subject of global discussion. Not only in Indonesia,
but throughout the world is experiencing a mental health crisis. Mental health is a
psychological state that shows a person's ability to make adjustments to himself to the
problems that exist and are being faced. Moreover, the ones who suffer the most are young
and the transition to adulthood during the period at school. Mental health is not much more
important than physical health. In schools, educators have an important role in the balance of
mental and physical health of a student. Not only that, it takes the example and awareness to
live healthy both physically and mentally. Many problems related to adolescents in their
social life at school affect their mental health which can lead to affect their physical health as
well. So more than an educator can understand what mental and physical health is, but in the
school setting there needs to be comprehensive services from each school component. Which
is where the program implemented at school is not an action taken when a problem has
arisen, but this is educational and prefentive.
Keywords : mental health, school, education
PENDAHULUAN
Kesehatan mental pada siswa sekolah merupakan salah satu daya jiwa yang melekat
pada diri siswa, yang perlu ditumbuhkembangkan. Tumbuh kembangnya kesehatan mental
siswa sangat dipengaruhi oleh keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh siswa, baik di
lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat. Pernyataan ini memberi petunjuk bahwa
semakin siswa melakukan aktivitas maka akan semakin terlihat situasi dan kondisi kesehatan
mentalnya. Banyak teori psikologi yang membahas perihal kesehatan mental. Secara
psikologis masing-masing aliran tersebut lebih mengedepankan pendekatan sendiri-sendidi,
meskipun berasal dari satu sumber, yaitu teori psikologi. Oleh karena itu harus pula dipahami
apabila masingmasing pendekatan ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Meski
demikian penelitian ini tidak akan membahas perihal kekurangan dan/atau kelebihan masing-
masing pendekatan di atas. Pembahasan tentang kesehatan mental siswa dalam penelitian ini
diarahkan pada bagaimana membentuk dan merencanakan sekolah yang berbasis fisik dan
kesehatan mental supaya menjadi upaya pencegahan pada kebanyakan masalah kesehatan
mental terutama yang kasusnya berada di sekolah.

Batasan kesehatan mental menurut padangan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam
Notosudirdjo (2002: 24) adalah lebih bersifat diarahkan secara konkriet, yaitu orang yang
sehat jiwanya. Selanjutnya (Notosudirdjo, 2002) menyatakan bahwa orang yang sehat
jiwanya adlaah individu yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor
(pembuat stres). Sedang Zakiah Daradjat (dalam Vitalis, 2003: 153) mengemukakan bahwa
kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsifungsi jiwa, dan mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema biasa
yang timbul atau yang terjadi, serta merasakan positif kebahagiaan serta kemampuan dirinya.
Pandangan lain sebagai kelengkapan referensi dikemukakan Frank, L.K. (dalam
Notosudirdjo, 2002: 25), menegaskan bahwa kesehatan mental adalah sebaga berikut:
“Individu yang sehat mental itu karena tumbuh dan berkembang secara positif. Individu
tersebut terus menerus tumbuh dan berkembang, matang dalam hidupnya, bersedia menerima
tanggung jawab, menemukan penyesuaian dalam berpartisipasi dalam meme-lihara aturan
sosial dan tindakan dalam budayanya.”

Keunggulan sekolah sebagai setting untuk promosi kesehatan mental antara lain: (1)
Sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja berdiri untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Keberhasilan program promosi kesehatan mental pada dasarnya dapat
dilihat dari kualitas impelementasinya (efektif atau tidak efektif) dan tingkat
keberlanjutannya (Adams, 2007). Berbagai kajian menunjukkan bahwa promosi kesehatan
berbasis sekolah efektif untuk meningkatkan kesehatan mental dan well-being (Clarke &
Barry, 2010; Weare, 2013), dan prestasi akademik (Dix, Slee, Lawson, & Keeves, 2012).
Keberlanjutannya sulit dicapai. Faktor utamanya antara lain upaya promosi kesehatan di
sekolah lebih banyak yang berbasis individu dengan memberikan tritmen tertentu pada siswa
yang bermasalah, atau berbasis kelas dengan menggunakan penyuluhan/ pendidikan
kesehatan selain itu pencapaian derajat kesehatan mental bukan menjadi bisnis utama sekolah
(Rowling, 2009).

Oleh karena itu promosi kesehatan mental berbasis sekolah sangat penting sebagai
strategi yang mengubah dari penanganan kesehatan mental yang bersifat individual ke
pendekatan organisasi, dengan demikian efektifitas dan keberlanjutan program promosi
kesehatan berbasis sekolah dapat ditingkatkan (Samdal & Rowling, 2010). Dalam konsep
WHO (2005) promosi kesehatan mental dengan menggunakan pendekatan sistem/organisasi
diistilahkan dengan whole school approach. Dalam hal ini promosi kesehatan mental di
sekolah bukan hanya menangani siswa yang mengalami masalah kesehatan mental dan
psikopatologi, namun meningkatkan kapasitas positif siswa dan seluruh guru dan staf sekolah
serta orang tua, dan melibatkan pihak-pihak terkait. Bukan hanya memberikan penanganan
pada siswa yang bermasalah namun juga menyusun kebijakan yang mampu memfasilitasi
seluruh komunitas sekolah untuk meningkatkan kesehatan mental mereka. Oleh karena itu,
sekolah perlu mempromosikan kesehatan mental dengan cara didisain sebagai “institusi
positif” yang mendorong tercapainya kesehatan mental dan well-being seluruh komunitas
sekolah.

1. Pendidikan Berbasis Kesehatan Mental

Secara awam, tentu sekolah tidak dimaksudkan untuk membiarkan para siswanya
tertekan atau stress. Sehingga ada sudut pandang filosofis yang mengatakan bahwa
sekolah adalah tempatnya individu untuk tumbuh menjadi manusia seutuhnya. Seringkali
juga kita dengar bahwa pendidikan adalah poses pembudayaan sehingga individu-individu
di Indonesia ini tidak kehilangan keIndonesiaannya dan tidak kehilangan dimensinya
sebagai manusia yang berpotensi unik atau berbeda satu sama lain. Sekolah yang
mempromosikan kesehatan memiliki karakteristik “healthy setting, for living, learning,
and working” Sekolah yang mempromosikan kesehatan merupakan sekolah yang
berkomitmen melakukan aksi untuk meningkatkan derajat kesehatan dan wellbing di
komunitas sekolah (WHO, 1998). Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut maka
sekolah perlu mengintegrasikan upaya promosi kesehatan melalui kurikulum,
pengembangan etos sekolah dan lingkungan yang mendukung kesehatan dengan
melibatkan orangtua siswa dan komunitas di sekitar sekolah (WHO, 1998). Dengan kata
lain, dalam HPS terdapat tiga elemen dasar yang saling berhubungan, yakni: (1)
organisasi, etos dan lingkungan sekolah; (2) Kurikulum, pengajaran, dan pembelajaran;
dan (3) kerjasama dan pelayanan.
Pendidikan sekolah merupakan salah satu sarana rawan tindakan permasalahan
kesehatan mental. Pada saat ini, HPS yang disebutkan diatas diselenggarakan dengan
diadakannya UKS atau Unit Kesehatan Sekolah. Guna meningkatkan kinerja UKS maka
pemerintah pada tahun 1984 mengeluarkan SKB empat kementerian, Pendidikan dan
Kebudayaan, Kesehatan, Agama, dan Dalam Negeri, yang mengatur tentang Pokok
Kebijaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Kemudian tahun
2003 diubah lagi dengan keluarnya SKB empat kementerian, tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Dalam SKB tersebut ditekankan bahwa Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat
kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

2. Sekolah Berbasis Fisik Dan Mental


Dalam sistem pendidikan di Indonesia yang memiliki peran penting terhadap tumbuh
kembangnya aspek fisik jasmani dan mental rohani pun merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam tujuan pendidikan disekolah formal. Mengembangkan kondisi fisik bukan
merupakan pekerjaan yang mudah, harus mempunyai pelatih fisik yang mempunyai
kualifikasi tertentu sehingga mampu membina pengembangan fisik secara baik. Selain
kegiatan olah raga, ada lider ship (kepemimpinan), life skill, dan kegiatan baris berbaris
diisi dengan materi baris berbaris dan kedisiplinan. Kegiatan fisik baris-berbaris bukan
hanya untuk memperkuat daya tahan tubuh siswa dengan berolahraga saja melainkan
menumbuhkan sikap disiplin siswa dalam menjalankan semua kegiatan baik di sekolah
maupun di lingkungannya. Baris berbaris merupakan bentuk kedisiplinan dan juga
merupakan latihan-latihan gerak dasar yang diwujudkan dalam rangka menanamkan sikap
yang baik agar dapat menumbuhkan sikap: disiplin pribadi maupun disiplin kelompok,
rasa tanggung jawab, kesatuan dan persatuan, kompak, kebersamaan, dan penampilan
pribadi yang baik secara perorangan maupun kelompok. Sama halnya dengan kondisi
kesehatan fisik sehat serta segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Dengan fisik
yang sehat, siswa akan mampu berpikir secara fokus.
Selain itu, bimbingan mental psikologi, meliputi kegiatan pendampingan perilaku
siswa dengan mengobrol atau bercerita tentang kegiatan sekolah dan nilai siswa maupun
di dalam dunia kerja. Kegiatan bimbingan mental psikologis dilakukan secara individu
atau kelompok. Kegiatan individu tersebut dibantu oleh pendamping dengan
mendiskusikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah atau kegiatan yang
bersifat individual. Kondisi individu yang terlihat gembira, sedih, bahkan sampai
hilangnya gairah semua tergantung pada kapasitas mental dan kejiwaannya. Mereka yang
tidak memiliki sistem pertahanan mental yang kuat dalam menghadapi segala
problematika kehidupan atau tidak memiliki sistem pertahanan diri yang kuat untuk
mengendalikan jiwanya, maka individu akan mengalami berbagai gangguan-gangguan
kejiwaan yang berpengaruh pada kondisi kepribadian yang mendorong pada perilaku-
perilaku. Untuk kegiatan kelompok, fokus kepada kehidupan pergaulan sehari-hari siswa,
baik di dalam atau di luar sekolah. Sedangkan, pelaksanaan bimbingan mental spiritual
meliputi kegiatan ceramah dari guru agama, apel jumat pagi, kegiatan shalat, dan
berjamaah.
Oleh karenanya, penting bagi sekolah untuk dapat menerapkan dan merancang
sekolah yang baik dalam perancangannya, peran semua aspek sekolah juga menentukan
keberhasilan. Termasuk stuktur organisasi yang ada disekolah. Mintzberg (1980)
mengemukakan bahwa cara pekerjaan dikoordinasi dan dikendalikan memberi pengaruh
penting dalam mencapai efektifitas organisasi. Minzberg mengemukakan terdapat 5
tipologi struktur organisasi: simple structure (struktur sederhana), machine bureaucracy
(birokrasi mekanis), professional bureaucracy (birokrasi professional), divisional form
(bentuk devisi), dan adhocracy. Kelima tipologi tersebut dibangun berdasarkan lima
elemen, yakni: 1) Lima bagian dasar organisasi : operating core; strategic apex; middle
line; technostructur; dan support staff 2) Lima mekanisme dasar koordinasi: penyesuan
mutual; pengawasan langsung; standardisasi proses kerja; outputs, dan keterampilan 3)
Rancangan parameter: spesifikasi pekerjaan; formalisasi perilaku, pelatihan dan
indoktrinasi; pengelompokan unit; ukuran unit; rencana tindakan dan sistem pengendalian
kinerja, perangkat hubungan (misalnya penginintegrasian manager, tim, taks force, dan
struktur matriks); desentralisasi vertical, dan desentralisasi horizontal. 4) Faktor
kontingensi: usia dan ukuran organisasi; sistem teknis, lingkungan, power (kekuasaan).
SIMPULAN
Dalam promosi kesehatan mental di sekolah, keberhasilannya banyak diletakkan pada
pendidik dan orang tua di sekolah yakni guru. Dengan demikian, guru-guru di sekolah yang
mempromosikan kesehatan perlu mendapat penguatan kapasitas agar profesional dalam
mengatasi hambatan belajar pada siswa sekaligus mempromosikan kesehatan mental, melalui
kurikulum yang diuraikan dalam tindakan/ kegiatan sehari-hari di sekolah. Kepala sekolah
dan wakil kepala sekolah perlu penguatan kapasitas dalam memahami konsep HPS,
kemampuan mengidentifikasikan masalah dan merancang program, kemampuan dan
keterampilan mengelola program, kemampuan memonitor dan mengevaluasi program,
pengalokasian anggaran; serta kemampuan kerjasama dengan pemangku kepentingan.
Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012).Pedoman dan Pembinaan Usaha Kesehatan


Sekolah.Direktorat Pendidikan Dasar: Jakarta.

Rifa’I Achmad, dan Anni Catharina. 2016. Psikologi Pendidikan. Semarang : UNNES
PRESS

Fattah Hanurawan. STRATEGI PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DI


LINGKUNGAN SEKOLAH. Universitas Negeri Malang.PSIKOPEDAGOGIA. Vol 1 (1).
2012

Firsta Faizah & Zaujatul Amna. BULLYING DAN KESEHATAN MENTAL PADA
REMAJA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANDA ACEH. Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Vol. 3, No. 1, Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai