Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR

DI JAWA TENGAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Bahasa Indonesia

Oleh:
Sri Wahyuni Mulia

PEROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA (STKINDO)
WIRAUTAMA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mental merupakan salah satu macam kesehatan yang dibutuhkan


manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Secara etimologis kata mental berasal dari
kata latin, yaitu mens atau mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh dan
semangat.Dan secara etimologis juga, disebut mental hygiene yaitu nama dewi
kesehatan yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus masalah kesehatan manusia
didunia. Dan munculnya kata hygiene untuk menunjukan suatu kegiatan yang
bertujuan mencapai kesehatan.Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan
untuk menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagian dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang dimaksud diatas
ialah seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup, harus
dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat menjauhkan orang lain dari perasaan
ragu dan bimbang.(Salma Matla Lipaj,2020).

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri kesehatan mental yang dikemukakan oleh


Maslow dan Mittelman (dalam Kartini Kartono, 2009: 6) dan organisasi kesehatan
dunia (WHO), (dalam Yahya Jaya, 2004: 141), maka kesehatan mental yang dimaksud
adalah kesehatan mental di kelas yang merupakan kondisi kelas yang meliputi bebas
dalam berekspresi, penerimaan yang baik, penghargaan diri, dan rasa terlindungi di
kelas. Untuk mendalami hal-hal tersebut, ditelusuri berbagai fenomena yang terjadi
terkait. Masalah kesehatan mental dan motivasi belajar.(Achmad Badaruddin,2016)

Salah satunya Suranto (2009) menemukan 39,7% siswa SMA Negeri di


Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga berada pada kategori motivasi belajar
yang rendah, 23,8% siswa SMA Negeri di Kecamatan Purbalingga berada pada
kategori tinggi, dan 36,5% siswa SMA Negeri di Kecamatan Purbalingga berada pada
kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa SMA Negeri di Kecamatan
Purbalingga berada pada kategori motivasi belajar yang rendah.(Achmad
Badaruddin,2016).

Sedangkan Rina Yulitri (2011: 63) menemukan motivasi belajar siswa yang
rendah terlihat dari banyaknya perilaku siswa yang tidak mengulang kembali
pelajaran matematika di rumah, siswa hanya mengerjakan tugas-tugas matematika
yang mudah saja sementara tugas yang sulit ditinggalkan saja, tidak ada belajar ketika
akan menghadapi ujian matematika, dan tidak suka membaca buku-buku yang
berhubungan dengan matematika. Kemudian Irmayanti (2013: 77) mendapatkan hasil
penelitian, yaitu 95% siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Pekanbaru memiliki motivasi
belajar yang rendah. Selanjutnya Aulia Rahmi (2012: 78) menemukan bahwa motivasi
belajar siswa membolos di SMP Laboratorium UNP sebanyak 15,5% berada pada
mutu tinggi, 69,2% berada pada mutu sedang dan 15,5% berada pada mutu rendah.
(Achmad Badaruddin,2016).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana hubungan kesehatan mental dengan motivasi belajar?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Umum
Sejalan dengan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kesehatan mental dengan motivasi belajar.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui distribusi frekuensi kesehatan mental
b. Mengetahui
c. Mengetahui

1.4 Manfaat
a. Menjadikan penambahan khazanah keilmuan yang berkaitan dengan hubungan
kesehatan dengan hasil belajar siswa.
b. Untuk memberikan informasi dan motivasi orang tua, anak didik, sekolah dan
tenaga yang terkait dalam pengelolaan pendidikan agar tercapainya hasil belajar
yang optimal.
c. Untuk memberikan informasi dan pengarahan kepada guru bagaimana memahami
kondisi peserta didiknya.
d. Bagi Lembaga
Sebagai informasi tentang pentingnya pengaruh kesehatan mental siswa dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar peserta didik.
d. Bagi sekolah/guru
Untuk memberikan wawasan akan pengaruh kesehatan mental siswa dan.
Motivasi belajar terhadap hasil belajar peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Kesehatan Mental dengan Motivasi Belajar

Hubungan antara kesehatan mental dan motivasi belajar adalah topik yang
kompleks dan penting dalam konteks pendidikan dan kesejahteraan siswa. Kesehatan
mental merujuk pada kondisi emosional, psikologis, dan sosial seseorang, sedangkan
motivasi belajar adalah dorongan internal yang mendorong seseorang untuk belajar
dan mencapai tujuan akademik. Kesehatan mental yang baik sangat penting bagi
siswa karena dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar, berinteraksi
dengan orang lain, dan mengatasi tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa dengan kesehatan mental yang buruk mungkin mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian, mengingat informasi, atau mengelola emosi mereka. Ini dapat
berdampak negatif pada motivasi mereka untuk belajar.

Motivasi belajar, di sisi lain, adalah faktor penting dalam keberhasilan


akademik siswa. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi cenderung lebih
bersemangat, tekun, dan berdedikasi dalam belajar. Mereka memiliki tujuan yang
jelas, minat yang kuat, dan keyakinan diri yang tinggi dalam kemampuan mereka
untuk mencapai hasil yang baik. Motivasi belajar yang tinggi juga dapat
meningkatkan ketahanan siswa terhadap stres.

Hubungan antara kesehatan mental dan motivasi belajar merupakan aspek


penting dalam pemahaman perilaku dan prestasi siswa. Kesehatan mental dan
motivasi belajar saling terkait dan dapat memengaruhi satu sama lain secara
signifikan. Berikut adalah penjelasan secara rinci mengenai hubungan ini:

1. Kesehatan Mental:
- Definisi: Kesehatan mental merujuk pada keadaan kesehatan psikologis seseorang.
Ini mencakup kestabilan emosional, kemampuan untuk mengatasi tekanan, dan
keseimbangan mental yang memadai.
- Faktor-faktor Kesehatan Mental: Beberapa faktor yang dapat memengaruhi
kesehatan mental termasuk genetika, lingkungan sosial, pengalaman hidup, dan
ketahanan terhadap stres.

2. Motivasi Belajar:
- Definisi: Motivasi belajar adalah dorongan internal atau eksternal yang mendorong
individu untuk belajar dan mencapai tujuan pendidikan. Motivasi ini dapat berasal
dari rasa minat, keinginan untuk mencapai keberhasilan, atau harapan untuk
mendapatkan penghargaan.

3. Hubungan Kesehatan Mental dengan Motivasi Belajar:


a). Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Motivasi Belajar:
- Individu dengan kesehatan mental yang baik cenderung lebih mampu
fokus, belajar dengan efektif, dan mengatasi tantangan akademis.
- Sebaliknya, masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan
dapat mengurangi motivasi belajar karena mereka dapat menyebabkan
kelelahan, kurangnya minat, dan kesulitan berkonsentrasi.
b). Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Kesehatan Mental:
- Motivasi belajar yang tinggi dapat memberikan dampak positif pada
kesehatan mental karena individu merasa terlibat, memiliki tujuan yang
jelas, dan merasakan pencapaian.
- Sebaliknya, kurangnya motivasi belajar atau kegagalan mencapai tujuan
belajar dapat menyebabkan stres dan perasaan rendah diri, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan mental.

4. Intervensi dan Pendekatan:


- Pentingnya Pengenalan Dini: Mendeteksi masalah kesehatan mental atau motivasi
belajar secara dini dapat memungkinkan intervensi yang lebih efektif.
- Peran Pendidikan dan Dukungan Psikologis: Institusi pendidikan dapat
memberikan dukungan psikologis, menyediakan sumber daya kesehatan mental,
dan mengembangkan program motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan siswa.

5. Penelitian dan Pengembangan:


- Studi Longitudinal: Penelitian jangka panjang dapat memberikan wawasan tentang
bagaimana perubahan dalam kesehatan mental dapat memengaruhi motivasi belajar
seiring waktu.
- Pengembangan Program Holistik: Pendekatan holistik yang mengintegrasikan
aspek kesehatan mental dan motivasi belajar dapat membantu menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung perkembangan siswa.

Melalui pemahaman mendalam tentang hubungan ini, pendidik, ahli kesehatan


mental, dan pengambil kebijakan dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan
pendidikan yang mendukung kesejahteraan siswa dan meningkatkan motivasi belajar
mereka.

B. Distribusi Frekuensi Kesehatan Mental

Distribusi frekuensi kesehatan mental dengan motivasi belajar dapat


memberikan wawasan tentang hubungan antara kesehatan mental dan motivasi belajar
dalam populasi tertentu. Namun, untuk memberikan informasi yang lebih spesifik,
diperlukan data yang lebih rinci dan konteks yang lebih jelas. Dalam penelitian
tentang distribusi frekuensi kesehatan mental dengan motivasi belajar, beberapa
variabel yang dapat diperhatikan antara lain:

1. Kesehatan Mental: Kesehatan mental dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
seperti kuesioner atau skala yang dirancang untuk mengidentifikasi gejala dan
masalah kesehatan mental. Contoh alat ukur yang umum digunakan adalah
Kuesioner Kesehatan Mental (KKM) atau Kuesioner Gangguan Kesehatan Jiwa
(K-GKJ).
2. Motivasi Belajar: Motivasi belajar dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
seperti skala motivasi belajar yang mengukur tingkat motivasi, minat, dan
komitmen siswa terhadap proses belajar. Contoh alat ukur yang umum digunakan
adalah Skala Motivasi Belajar (SMB) atau Skala Kemandirian Belajar (SKB).
Dalam analisis distribusi frekuensi, data dapat dikelompokkan ke dalam
kategori-kategori tertentu, seperti tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian, frekuensi
masing-masing kategori dapat dihitung dan diwakili dalam bentuk diagram atau
grafik.
Namun, penting untuk diingat bahwa distribusi frekuensi hanya
memberikan gambaran umum tentang hubungan antara kesehatan mental dan
motivasi belajar dalam populasi tertentu. Untuk memahami hubungan tersebut
secara lebih mendalam, diperlukan analisis statistik yang lebih lanjut, seperti uji
korelasi atau regresi, untuk menentukan apakah ada hubungan yang signifikan
antara variabel-variabel tersebut.

C. Aturan dan Hukum Kesehatan Mental dengan Motivasi Belajar


Aturan dan hukum kesehatan mental adalah kerangka hukum yang mengatur
perlindungan dan perawatan individu yang mengalami masalah kesehatan mental.
Tujuan utama dari aturan dan hukum ini adalah untuk memastikan bahwa individu
dengan masalah kesehatan mental mendapatkan perawatan yang tepat, dihormati, dan
adil, serta melindungi hak-hak mereka.
Aspek penting dari aturan dan hukum kesehatan mental:
1. Hak-hak individu: Aturan dan hukum kesehatan mental menjamin hak-hak
individu yang mengalami masalah kesehatan mental. Ini termasuk hak untuk
mendapatkan perawatan yang layak, hak untuk menjaga privasi dan kerahasiaan
informasi pribadi mereka, hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat
tentang kondisi mereka, dan hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang perawatan mereka.
2. Evaluasi dan diagnosis: Aturan dan hukum kesehatan mental mengatur proses
evaluasi dan diagnosis masalah kesehatan mental. Ini melibatkan penggunaan
standar dan prosedur yang jelas untuk menentukan apakah seseorang mengalami
masalah kesehatan mental dan jenis perawatan yang paling sesuai untuk mereka.
3. Perawatan dan rehabilitasi: Aturan dan hukum kesehatan mental menetapkan
standar untuk perawatan dan rehabilitasi individu dengan masalah kesehatan
mental. Ini mencakup akses yang setara terhadap perawatan yang berkualitas,
penggunaan terapi yang efektif, dan dukungan yang memadai untuk pemulihan
dan reintegrasi sosial.
4. Perlindungan dari diskriminasi: Aturan dan hukum kesehatan mental melindungi
individu dengan masalah kesehatan mental dari diskriminasi. Ini termasuk
melarang diskriminasi dalam pekerjaan, pendidikan, perumahan, dan layanan
publik berdasarkan status kesehatan mental seseorang.
5. Perlindungan dari penyalahgunaan dan penelantaran: Aturan dan hukum kesehatan
mental juga bertujuan untuk melindungi individu dengan masalah kesehatan
mental dari penyalahgunaan dan penelantaran. Ini melibatkan pencegahan dan
penanganan kasus penyalahgunaan atau penelantaran yang melibatkan individu
dengan masalah kesehatan mental.
Motivasi belajar juga merupakan faktor penting dalam aturan dan hukum
kesehatan mental. Pendidikan dan pemahaman yang baik tentang masalah kesehatan
mental dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat, mengurangi stigma,
dan mendorong individu untuk mencari bantuan jika mereka mengalami masalah
kesehatan mental. Oleh karena itu, aturan dan hukum kesehatan mental juga dapat
mencakup inisiatif pendidikan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman
tentang kesehatan mental dan mengurangi stigma yang terkait dengannya.
Penting untuk dicatat bahwa aturan dan hukum kesehatan mental dapat
bervariasi antara negara dan yurisdiksi. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari
hukum kesehatan mental yang berlaku di wilayah Anda untuk memahami hak-hak dan
perlindungan yang tersedia bagi individu dengan masalah kesehatan mental.

Anda mungkin juga menyukai