Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 12

KESEHATAN MENTAL

PENGEMBANGAN PEUANG KERJA UNTUK KONSELOR MENTAL KESEHATAN


PROFESIONAL

Dosen Pengampu:

Drs. Yusri, M.Pd., Kons.

Fauziah Auliyah
19006078

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PENGEMBANGAN PEUANG KERJA UNTUK KONSELOR MENTAL KESEHATAN
PROFESIONAL

A. Setting pelayanan konselor Kesehatan Mental


Konselor merupakan suatu profesi yang menjanjikan di masa depan. Menurut Dirjen
Dikti Depdiknas (2004:5) profesi merupakan pekerjaan atau karir yang bersifat pelayanan
bantuan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pengguna berdasarkan
norma-norma yang berlaku. Kekuatan dan eksistensi profesi muncul sebagai akibat interaksi
timbal balik antara kinerja tenaga profesional dengan kepercayaan publik (public trust).
1. Setting Sekolah

Konseling kesehatan mental sekolah adalah suatu upaya pemberian bantuan


(pelayanan) psikis yang dilakukan oleh guru pembimbing atau konselor berkaitan dengan
kesehatan klien di sekolah (siswa) untuk mencapai hidup sehat yaitu kondisi sejahtera,
baik secara fisik, mental, maupun sosial yang bermuara pada tercapainya tujuan akhir
dari konseling yaitu dari KES-T menjadi KES.
Soekidjo, Anwar, Ella dan Tri (2012: 71) menjelaskan pelayanan kesehatan
mental di sekolah harus dipusatkan pada pencegahan dan intervensi dini sehingga siswa
dapat memelihara kesehatan mereka. Pelayanan kesehatan di sekolah harus dapat
menolong dalam menghadapi isu-isu kesehatan dasar. Para siswa harus mendapat akses
terhadap palayanan yang tidak hanya mencakup penilaian kesehatan saja, tapi juga
menajemen dan investasinya untuk mengerangi perilaku beresiko, termasuk kekerasan,
pencegahan kecelakaan, dan sebagainya.Kesehatan mental siswa di sekolah oleh WHO
(dalam Soekidjo, Anwar, Ella dan Tri, 2012) bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatn peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah dengan cara membantu
sekolah untuk memobilisasi dan meningkatkan kegiatan kesehatan dan pendidikan baik
pada tingkat local, nasiaonal, regional maupun global.
Layanan yang dapat diberikan konselor kepada siswa berkaitan dengan konseling
kesehatan adalah:

a. Layanan informasi

Prayitno dan Erman Amti (2004: 259) menjelaskan layanan informasi


bermaksud memberikan pemahaman kepada individu- individu yang
berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu
tugas atau kegiatan, atau untuk melakukan arah suatu tujuan atau rencana yang
dikehendaki. Meteri materi di atas dapat diberikan oleh konselor melalui
layanan informasi.
b. Bimbingan kelompok

Materi tentang konseling kesehatan dapat diberikan oleh konselor kepada


siswa melalui bimbingan kelompok. Gazda (dalam Prayitno dan Erman Amti,
2004) menjelaskan bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan
informasi kepada sekelompok siswa untuk membentu mereka menyusun
rencana dan keputusan yang tepat. Dalam bimbingan kelompok siswa akan
mengemukakan pendapatnya tentang pentingnya menjaga kesehatan.
2. Setting Dunia Kesehatan (medis)

Dalam bidang kesehatan/medis konseling berfungsi:

1) Preventif

Konseling berfungsi memberikan informasi untuk mencegah perilaku


yang tidak sehat atau mencegah timbulnya masalah misal mencegah masalah
dalam pernikahan.
2) Kuratif

Konseling berfungsi menyembuhkan keluhan fisik yang diakibatkan


masalah psikis/psikososial (psikosomatis) atau pada. Selain itu juga untuk
mengurangi depresi atau pada kecemasan pada penderita penyakit stadium
akhir (terminal ill) atau penyakit yang sulit disembuhkan.
3) Promotif
Konseling berfungsi membantu meningkatkan derajat kesehatan pasien.
Konseling Kesehatan mental dalam dunia medis dapat berfungsi diberbagai kondisi
diantaranya :
1) Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
Merupakan konseling untuk membantu remaja agar memiliki
pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku seksual yang bertanggung jawab,
jumlah remaja di Indonesia yaitu mereka yang berusia 10-19 tahun adalah sekitar
30 persen dari jumlah penduduk atau lebih kurang 65 juta jiwa. Perilaku
kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya
remaja berkualitas. Angka aborsi dikalangan remaja tergolong tinggi,
diperkirakan sekitar 700 sampai 800 ribu kasus per tahun. Tingkat kelahiran
dimasa remaja (adolescence pregnancy) juga masih relatif tinggi yaitu sekitar 11
persen dari seluruh kelahiran yang terjadi. Persentase remaja yang terjangkit
penyakit menular seksual (PMS) serta HIV/AIDS cenderung meningkat.
Disamping itu tingkat anemia di kalangan remaja masih sekitar 40-45
persen, padahal anemia sangat berbahaya bagi kehamilan dan proses persalinan.
Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia kurangnya
informasi mengenai kesehatan repoduksi, masalah pergeseran perilaku seksual
remaja, pelayanan kesehatan yang kurang baik serta perundang-undangan yang
belum mendukung.
2) Konseling Keluarga Berencana (KB)
Konseling KB bertujuan membantu klien membuat pilihan metoda
kontrasepsi yang tepat bagi diri sendiri dan mendapatkan solusi berbagai masalah
Kesehatan reproduksi. Klien juga diharapkan untuk dapat membagi informasi
mengenai KB kepada wanita usia subur lainnya.

3) Konseling HIV/AIDS

Konseling HIV/AIDS merupakan komunikasi yang bersifat rahasia antara


klien dan konselor. Konseling bertujuan meningkatkan kemampuan penderita
penderita stres dan mengambil setiap keputusan berkaitan dengan penyakit
HIV/AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal penularan HIV,
fasilitasi pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketika klien
menghadapi hasil tes positif (WHO).
Tujuan konseling HIV/AIDS adalah sebagai berikut.

a. Menyediakan dukungan psikologis, misalnya: dukungan yang berkaitan


dengan kesejahteraan emosi, psikologis, sosial dan spiritual seseorang yang
mengidap virus HIV atau virus lainnya.
b. Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi tentang
perilaku berisiko (seperti seks aman atau penggunaan jarum bersama) dan
membantu orang dalam mengembangkan keterampilan pribadi yang diperlukan
untuk pe¬mbahan perilaku dan negosiasi praktek lebih aman. Memastikan
efektivitas rujukan kesehatan, terapi, dan perawatan melalui pemecahan
masalah kepatuhan berobat.
4) Psikosomatis

Istilah psikosomatis dipelopori oleh seorang pionir kedokteran


psikosomatis, yaitu Flanders Dunbar pada tahun 1943. Psikosomatis merupakan
gangguan yang bersilat fisik tapi tidak dapat ditemukan sebab-sebab organis atau
medisnya, namun faktor-faktor psikologis yang diduga kuat sebagai pola
penyebabnya. Kecurigaan psikosomatis biasanya karena tidak ditemukan
kelainan baik fisik maupun pada pemeriksaan penunjang, selain itu keluhan tidak
membaik dengan berbagai obat- obatan yang sudah diberikan. Pada umumnya
kelainan psikosomatis disebabkan oleh aktivitas yang berlebih pada sistem
simpatis atau sistem parasimpatis.
Diagnostik pasti psikosomatis memerlukan hal-hal berikut:

a) Ada gejala bangkitan otonomik, misal : palpitasi, berkeringat, tremor,


muka merah;
b) Ada gejala subyektif tambahan : mengacu sistim organ tertentu;

c) Preokupasi dengan distress(sering tidak begitu khas);

d) Tidak terbukti gangguan bermakna pada struktur dan fungsi organ yang
dimaksud (hasil pemeriksaan organdaiam batas normal).
3. Komunitas/Masyarakat

Dimasyarakat Kesehatan mental merupakan proses bantuan psikis yang dilakukan


seorang konselor berkaitan dengan kesehatan klien di masyarakat untuk mencapai sehat
yaitu kondisi sejahtera, baik secara fisik, mental, maupun sosial yang bermuara pada
tercapainya tujuan akhir dari konseling yaitu KES ataupun KES-T. Materi yang dapat
konselor berikan yaitu:
a. Menjadi keluarga yang sehat dan bahagia

b.Pentingnya menjaga kesehatan

c. Dampak pribadi yang tidak sehat

4. Dunia Usaha/Industri

Kondisi kerja masyarakat modern yang dirasakan makin memberikan stress


menimbulkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan mental untuk menanganinya.
Diperlukan perhatian terhadap kesejahteraan fisik dan mental karyawan, yang pada
akhirnya akan mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi dan perolehan profit yang
lebih besar bagi perusahaan, sekaligus sebagai wujud tanggung jawab perusahaan secara
hukum dan etika. Bagi karyawan sendiri tercapainya kesejahteraan fisik dan mental
merupakan salah satu hal yang diinginkan dalam hidupnya. Maka jasa konseling
merupakan salah satu penawaran sebagai tindakan pencegahan atau antisipasi resiko dari
stress kerja.
Pada awalnya konseling perusahaan lebih banyak menangani masalah hubungan antar
manusia dalam lingkup perusahaan (1913). Kemudian pada tahun 1940 jasa konseling
lebih dimaksudkan sebagai salah satu usaha pendidikan kesehatan di tempat kerja yang
bertujuan untuk membantu karyawan dalam menangani kesejahteraan fisik dan mental,
seperti alkohol, merokok, manajemen stress, menjaga kesehatan jantung, dll. Penanganan
terhadap masalah kecanduan alkohol dilakukan secara interdisipliner, yakni oleh ex-
alcoholics, psikiater, social workers, occupational & industrial psychologist, dan staf
personalia. Mulai tahun 1960 counsellors & counselling psychologist merupakan tim
kesehatan mental, di mana konseling individu menjadi bagian dari pelayanan Employee
Assistance Programme (EAP), yang terkait dengan kinerja karyawan, terapan manajemen
dan kepemimpinan, pelatihan supervisor, dan dukungan terhadap seluruh level karyawan,
termasuk pelatihan yang membantu individu dan organisasi dalam menghadapi
perubahan. Konseling dalam hal ini bersifat preventif, dengan fungsi antara lain:
1. Mendukung karyawan dalam menghadapi perubahan organisasi
2. Sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan mental
3. Meningkatkan nilai Sumber Daya Insani sebagai asset organisasi
4. Konseling/psikoterapi tidak hanya bertindak secara kuratif Yakni
penanganan kasus yang sudah terlanjur terjadi, melainkan juga menangani
secara preventif dalam bentuk pemberian latihan dan pendidikan untuk
mencegah sakit mental, sehingga biaya jangka panjang akan lebih murah.
5. Sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility)
6. Sebagai sumber perubahan organisasi Konseling membantu membawa
nilai, energi perubahan, vitalitas penerimaan, realisasi penerimaan, dan
perkembangan diri menuju situasi kerja yang dinamis. Konseling
mempengaruhi budaya organisasi, sehingga menjadi kuat dan adaptif.

Cooper (1995) membagi alasan pemilik perusahaan mengadakan


konseling di organisasi menjadi 3 kategori, yakni:
1. Sebagai fasilitas pelayanan kesejahteraan
2. Sebagai sarana untuk menolong klien menghadapi perubahan situasi
kerja
3. Sebagai alat untuk mengatasi stress

Dengan demikian dapat dimengerti mengapa diperlukan konseling perusahaan,


mengingat bahwa ¼ dari waktu hidup manusia dihabiskan di tempat kerja, identitas
pribadi seringkali dihubungkan dengan kerja, dan adanya keterkaitan antara kehidupan
pribadi dan profesional. Satu hal yang pasti, diberikan kebebasan dan keluwesan untuk
menyesuaikan konseling perusahaan dengan tuntutan dan kebutuhan masing- masing
organisasi.

Empat tuntutan yang harus dipenuhi seorang konselor dalam o rganisasi, yakni:
1. Melakukan konseling terhadap klien dengan menggunakan
pendekatan tertentu
2. Menjadi anggota dari organisasi

3. Tuntutan dari klien untuk bersekutu (kolusi) pada sisi yang negatif

4. Memihak pada klien bila terdapat tuntutan yang tidak masuk akal dari
pihak organisasi
B. Konselor Kesehatan Mental Pada Praktik Private

Konseling kesehatan mental dibentuk pada tahun 1970-an. Konseling ini dibangun
terutama karena inisiatif legislatif, khususnya Community Mental Health Centers Act 1963, yang
mendorong didirikannya pusat kesehatan mental secara nasional. Para konselor tingkat master
adalah penggagas utama dibalik pendirian American Mental Health Conselors Association
(AMHCA). Melalui AMHCA, mereka berafiliasi dengan American Counseling Association.
Kekhususan mereka dalam konseling kesehatan mental mendapat akreditasi tingkat master oleh
CACREP.

Konseling kesehatan mental adalah suatu bidang antar disiplin baik dalam sejarahnya,
lingkungan praktik, pengetahuan/skil yang dimainkan (Spruill & Fong, 1990,p.19). Konselor
kesehatan mental bekerja dalam berbagai lingkungan termasuk pusat kesehatan mental, lembaga
komunitas, rumah sakit psikiatris, organisasi yang menangani kesehatan mental (HMi Os)
program bantuan kerja (EAPs) program peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (HWPs)
mereka memberi konseling pada berbagai kelompok klien, termasuk korban pemerkosaan,
keluarga yang depresi, orang-orang yang berpotensi atau cenderung untuk bunuh diri, mereka
memberi konsultasi, mendidik, dan kadang-kadang juga mengerjakan tugas ( Hosie, West, &
Mackey, 1988; West,Hosie mackey, 1987)Konselor kesehatan mental mempunyai keahlian
konseling dasar selain keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi
tertentu atau masalah tertentu.

Fungsi dan Teori Konseling kesehatan mental difokuskan pada dua masalah utama yang
memiliki dampak teoritis sebagai berikut:
1) Pencegahan dan peningkatan kesehatan mental
2) Perawatan kelainan dan disfungsi.

Kedua topik akan terus menarik perhatian karena mempertimbangkan tugas utama
konselor kesehatan mental.
DAFTAR PUSTAKA
Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia
Diniati, Amirah. 2013. Peluang dan Tantangan Pelayanan Konseling Pada Setting Masyarakat
Indonesia (Perspektif Dari Perkembangan Konseling Setting Masyarakat di Amerika).
Jurnal Konseling dan Pendidikan Volume 1 Nomor 1, Februari 2013.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. (2007). Rambu-
rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Departemen Pendidikan Nasional

Moh. As’ad. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai