Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Konseling Kesehatan

Konseling untuk kesehatan terdiri dari frasa konseling dan kesehatan. Menurut Prayitno (2004),
konseling adalah proses menawarkan dukungan melalui konsultasi wawancara oleh seorang ahli
(disebut sebagai konselor) kepada seseorang yang memiliki masalah (disingkat sebagai klien),
dengan tujuan membantu klien dalam memecahkan masalah yang ada. Kata “kesehatan” itu
sendiri berasal dari keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap, bukan hanya
ketiadaan penyakit atau keadaan kelemahan tertentu, menurut WHO. (Siti Sundari, 2005).
Deskripsi ini memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang lingkaran dalam kondisi sehat,
dengan mempertimbangkan semua elemen yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa konseling kesehatan adalah proses dimana penasihat
memberikan bantuan psikologis untuk menasihat baik secara individu maupun dalam kelompok
untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan fisik dan psikologi sehingga
penasehat dapat beradaptasi dengan lingkungan dan lebih baik mengatur hidupnya.

Jenis-Jenis Konseling Kesehatan

1. Konseling Pranikah
Salah satu tujuan dari konseling pra-nikah adalah untuk membantu pasangan yang akan
menikah mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang mungkin muncul di rumah
mereka. Konseling pra-nikah juga berfungsi sebagai alat untuk membantu dua orang yang
berbeda berkomunikasi satu sama lain, mengatasi masalah, dan mengatasi konflik.
Keterampilan ini jelas sangat penting untuk kehidupan rumah tangga. Sebelum menikah,
pasangan muda sangat membutuhkan konseling, terutama untuk memperkuat hubungan
mereka dan menjelaskan apa yang mereka inginkan dari pernikahan mereka.
2. Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
Konseling kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah konseling yang bertujuan untuk
membantu remaja mengembangkan pengetahuan, kesadaran sikap, dan perilaku seksual
yang sesuai dengan usia mereka. Sekitar 30 persen dari jumlah penduduk Indonesia, atau
lebih dari 65 juta orang, adalah remaja. Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini
cenderung kurang mendukung pertumbuhan remaja yang baik. Angka aborsi remaja
sangat tinggi, dengan perkiraan sekitar 700 hingga 800 ribu kasus per tahun. Kelahiran di
masa remaja, juga dikenal sebagai kehamilan remaja, masih relatif tinggi, mencakup
sekitar 11% dari semua kelahiran yang terjadi.
Persentase remaja yang terjangkit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual (PMS)
cenderung meningkat. Selain itu, anemia di kalangan remaja masih sekitar 40 hingga 45
persen, yang merupakan tingkat yang sangat berbahaya bagi kehamilan dan proses
persalinan. Di Indonesia, masalah utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah
kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi, pergeseran perilaku seksual remaja,
pelayanan kesehatan yang buruk, dan perundang-undangan yang tidak mendukung.
3. Konseling Keluarga Berencana (KB)
Diharapkan bahwa klien yang mengikuti konseling kontrasepsi (KB) akan menerima
bantuan dalam memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai untuk mereka sendiri dan
menemukan solusi untuk berbagai masalah kesehatan reproduksi. Mereka juga akan
memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi tentang KB kepada wanita usia
subur lainnya.
4. Konseling HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS adalah komunikasi rahasia antara klien dan konselor. Tujuan
konselor adalah untuk membantu penderita stres menjadi lebih baik dalam membuat
keputusan yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), evaluasi risiko penularan HIV pada individu, upaya pencegahan perilaku, dan
evaluasi penyesuaian diri dilakukan setelah klien menerima hasil tes positif.
5. Psikosomatis
Pendiri kedokteran psikosomatis Flanders Dunbar memulai istilah psikosomatis pada
tahun 1943. Psikosomatik adalah gangguan fisik yang tidak memiliki penyebab organis
atau medis yang dapat ditemukan; namun, faktor-faktor psikologis dianggap sebagai pola
penyebabnya.
Karena tidak ditemukan kelainan fisik pada pemeriksaan penunjang dan keluhan tidak
membaik dengan berbagai obat, kecurigaan psikosomatis biasanya terjadi. Pada
umumnya kelainan psikosomatis disebabkan oleh aktivitas yang berlebih pada sistem
simpatis atau sistem parasimpatis.

Anda mungkin juga menyukai