Disusun oleh :
Kelas 4B Keperawatan
Kelompok 4
2023/2024
1
Nama : Yayu anggriani ishak
Nirm : 2101040
Jurnal
Pertanyaan 1. Kata kunci : : remaja, premenstrual syndrome, stres
a. Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
(Marmi, 2015).
b. premenstrual syndrome didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang
dialami wanita 1-2 minggu menjelang menstruasi dan berakhir setelah
perdarahan mentruasi berhenti (Kusumawardani & Adi, 2017).
Sedangkan menurut Nugroho & Utama (2014) premenstrual syndrome
merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi secara rutin
dan berhubungan dengan siklus menstruasi, gejala biasanya timbul 7-10
hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai.
c. Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang
menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-
hari (Priyoto, 2014). Sedangkan menurut Kartikawati & Sari (2017),
stress adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan
beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari
manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan meng
2
dengan premenstrual syndrome pada siswi SMK Islam
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain korelasional study dengan pendekatan
case control. Populasi penelitian ini adalah siswi SMK Islam yang
berjumlah 64 siswi. Sampel yang diambil yaitu berjumlah 40 responden
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisa bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji spearman.
4. Saran dari hasil penelitian
Teknik dalam memanajemen stres terdiri dari pencegahan terhadap
stres, strategi memecahkan stres, dan memperhatikan kesehatan secara
intensif (Patimah, 2016). Manajemen stres yang dapat dilakukan yaitu
penggunaan mekanisme koping yang baik misalnya dengan mengatur
diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, berolahraga (mengadakan senam
yang dilakukan minimal 2 minggu sekali guna merelaksasi tubuh dan
pikiran siswi), mengatur berat badan, dan lainnya (Setiawati, 2015).
5. Hal –hal baru yang di daptkan dari artikel
a. Berat tidaknya tingkat stres mempengaruhi premenstrual
syndrome dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain usia, kelas,
usia haid pertama, lamanya pengalaman mengalami menstruasi,
dan gaya hidup di sekolah itu sendiri.
b. Tingkat stres dapat mempengaruhi kejadian premenstrual
syndrome pada siswi, dimana jika tingkat stres yang dialami
siswi semakin meningkat maka dapat meningkatkan dan
memperberat kejadian premenstrual syndrome.
c. Ketika seseorang mengalami stres yang berkelanjutan akan
terjadi penurunan serotonin, apabila kadar serotonin dalam
keadaan rendah dapat memicu pergeseran pola hormon estrogen
dan progesteron yang dapat menimbulkan beberapa gejala fisik
premenstrual syndrome seperti nyeri payudara dan
kembung(Ritung & Olivia, 2018).
3
Kedokteran Brawijaya, 28(2), 152–154. Andiarna, F. (2018). Korelasi
Tingkat Stres dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Mahasiswi.
Journal of Health Science and Prevention, 2(1), 8–13. Faiqah, S., &
Sopiatun, R. (2015). Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Pre menstrual
Syndrome pada Mahasiswa TK II Semester III Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Mataram. Jurnal Kesehatan Prima, 9(2), 1486–1494.
Fatimah, A., Prabandari, Y. S., & Emilia, O. (2016). Stres dan Kejadian
Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa di Asrama Sekolah. BKM Journal
of Community Medicine and Public Health, 32(1), 7– 12. Finurina, I., &
Susiyadi. (2016). Pengaruh Sindrom Premenstruasi Terhadap Kecemasan
Mahasiswi. Psycho Idea, 14(1), 12–20. Hartanto, S. S., Astuti, W.,
Nugrahati, T., Sutomo, H., & Nada, S. K. (2018). Hubungan Antara Tingkat
Strss dengan Kejadian Premenstruasi Syndrome pada Mahasiswi di Asrama
Putri Stikes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Well Being, 3(1), 12–
19. Haryanti, Y. (2016). Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII
dan VIII tentang Pre Menstruasi Syndrome (PMS). Wawasan Kesehatan,
3(1), 59–67. Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan (D. Sjabana (ed.)).
Salemba Medika. Kartikawati, S. L., & Sari, A. I. (2017). Hubungan
Tingkat Stres dengan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat III (Remaja Akhir Usia 18-
21 Tahun) di Stikes Bhakti Kencana Bandung Tahun 2016. Dinamika
Kesehatan, 8(1), 55–63. ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulia.a
c.id/index.php/dksm/article/download/... /173 Kusumawardani, E. F., &
Adi, A. C. (2017). Aktivitas Fisik dan Konsumsi Kedelai pada Remaja Putri
yang Mengalami Premenstrual Syndrome di SMKN 10 Surabaya. Media
Gizi Indonesia, 12(1), 54–63. Marmi. (2015). Kesehatan Reproduksi.
Pustaka Pelajar. Mufida, E. (2015). Faktor yang Meningkatkan Risiko
Premenstrual Syndrome pada Mahasiswi. Jurnal Biometrika Dan
Kependidikan, 4(1), 7–13. Musradinur. (2016). Stres dan Cara
Mengatasinya dalam Perspektif Psikologi. Jurnal Edukasi, 2(2), 183– 200.
Namsa, A. M., Palandeng, H., & Kallo, V. D. (2015). Hubungan Status Gizi
dengan Sindrom Premenstruasi pada Remaja Putri di SMA Frater Don
Bosco Manado. E-Journal Keperawatan (EKp), 3(3), 1–7. Nugroho, T., &
4
Utama, B. I. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Nuha Medika.
Patimah, S. (2016). Manajemen Stres Perspektif Pendidikan Islam.
Alfabeta, cv. Pratiwi, A. M. (2014). Aktivitas Olahraga dengan Kejadian
Sindrom Premenstruasi pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS.
Journal Ners and Midwifery Indonesia, 2(2), 76–80. Priyoto. (2014).
Konsep Manajemen Stres. Nuha Medika. Ramadani, M. (2013).
Premenstrual Syndrome (PMS). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 21–25.
Ritung, D. C., & Olivia, S. (2018). Hubungan Stres terhadap Premenstrual
Syndrome (PMS) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara Angkatan 2011. Tarumanagara Medical Journal, 1(1), 59–
62. Rodiani, & Rusfiana, A. (2016). Hubungan Premenstrual Syndrome
(PMS) terhadap Faktor Psikologis pada Remaja. Majority, 5(1), 18–22.
Rudiyanti, N., & Nurchairina. (2015). Hubungan Status Gizi dan Stress
dengan Kejadian Pre Menstrual Syndrome pada Mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang. Jurnal Keperawatan, XI(1), 41–46.
Saerang, A., Suparman, E., & Lengkong, R. A. (2014). Hubungan Antara
Stres dengan Pola Menstruasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado Angkatan 2010. Jurnal E-Clinic (ECl),
2(3). Saryono, & Sejati, W. (2009). Sindrom Premenstruasi (A. Setiawan
(ed.)). Nuha Medika. Setiawati, S. E. (2015). Pengaruh Stres terhadap
Siklus Mentruasi pada Remaja. Journal Majority, 4(1), 94–98. Soviana, E.,
& Putri, A. R. (2017). Hubungan Asupan Vitamin B6 dan Kalsium dengan
Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Siswi Di SMA N Colomadu. The 5th
Urecol Proceeding, February, 1588–1594. Susanti, H. D., Ilmiasih, R., &
Arvianti, A. (2017). Hubungan Antara Tingkat Keparahan PMS dengan
Tingkat Kecemasan dan Kualitas Tidur pada Remaja Putri. J.K.
Mesencephalo, 3(1), 23–31. Wijayanti, Y. T. (2015). Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Premenstrual Syndrome pada Remaja Putri.
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, VIII(2), 1–7
5
Judul Artikel Tingkat Depresi Lansia Yang Tinggal Dipanti Sosial
6
sepanjang hidupnya telah dicapai. Namun, kenyataan yang dihadapi
lansia justru sebaliknya (Johana., 2014). Rasa sepi yang secara terus
menerus dirasakan oleh lansia mengakibatkan beberapa dampak bagi
kesehatan lansia baik secara fisik maupun psikologis. Keadaan tidak
tertanganinya masalah kesepian pada lansia dapat memperparah tingkat
depresi dan mengganggu kualitas hidup lansia itu sendiri. Hal tersebut
diatas dibuktikan oleh penelitian bahwa lansia yang mengalami depresi
sangat rentan terhadap masalah lain seperti meningkatkan tekanan darah
5. Hal –hal baru yang didapatkan dari artikel
a. lansia yang menderita penyakit jantung koroner, gangguan
fungsional dan peristiwa kehidupan penuh tekanan atau stres juga
dapat meningkatkan risiko terkena depresi (Suardiman, 2011)
b. Pada umumnya depresi pada lansia laki-laki sama dengan lansia
perempuan, namun seringkali depresi pada laki-laki lebih sulit
diketahui karena sejumlah lansia laki-laki yang tidak mencari atau
menerima bantuan dan karena itu depresi pada mereka tetap tidak
terdiagnosis dan tidak terobati (Octavianti, 2013).
c. Berkaitan dengan status pernikahan, proporsi lansia yang banyak
mengalami depresi adalah lansia yang tidak memiliki pasangan.
Referensi Anik Supriani (2011) Tingkat Depresi Lansia Ditinjau Dari Tipe
Kepribadian Dan Dukungan Sosial [Surakarta]. Universitas Sebelas Maret.
Azizah., L. M. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. 1st edn. Yogyakarta:
Graha Ilmu. JA, K. H. S. B. G. (2010) Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. 1st edn. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Johana.
(2014) ‘Aspek Sosio-Psikologis Usia Lanjut Di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan’, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, No. 21
(4). Kartika, S. (2012) ‘Gambaran tingkat depresi pada lanjut usia (lansia)
di panti sosial tresna wredha budi mulia 01 dan 03 Jakarta Timur’,
Universitas Indonesia., pp. 2012:1– 74. Kemenkes RI (2018) ‘Hasil Utama
Riskesdas 2018’, Kemenkes RI: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Lindia Prabhaswari, N. L. P. A. (2015) ‘Gambaran kejadian
depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Petang I Kabupaten
Badung Bali’, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, 7 No. 1(ISSN: 2089- 9084). Livana, P. H., Susanti,
7
Y., Darwati, L. E., & Anggraeni, R. (2018). Gambaran Tingkat Depresi
Lansia. Nurscope. Jurnal Keperawatan Pemikiran Ilmiah, 4(4), 80- 93.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jnm/ar ticle/view/3936. Mahendra
Dwi Darmawan (2016) ‘Gambaran tingkat depresi pada lansia yang tinggal
di Panti Griya Sehat Bahagia [Karanganyar]’, Naskah Publikasi UMS,
Vol.19(2), pp. 1– 11. doi: 10.1017/S10416102. Maslim, R. (2013) Buku
Saku Diagnosisi Gangguan Jiwa Rujukan Ringks dari PPDGJIII dan DSM-
5. Jakarta.: Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmaja. Nailil, Arwani, & P.
(2013) ‘Hubungan antara karakteristik dengan kejadian depresi pada lansia
di panti werda pelkris pengayoman [Semarang]’, Stikes Telogorejo, Vol 2,
pp. 1-9. Octavianti, M. M. (2013) ‘Gambaran Depresi Pada Lanjut Usia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya Tahun
2012’, Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 1(1). Pae, K.
(2017) ‘Perbedaan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di Panti Werdha
dan yang tinggal di rumah bersama keluarga [Surabaya]’, Jurnal Ners
LENTERA, Vol 5 No 1, pp. 21–32. Sari, K. (2012) Gambaran tingkat
depresi pada lanjut usia (lansia) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
01 dan 03 [Jakarta Timur]. Universitas Indonesia. doi:
10.7454/jki.v19i2.464. Suardiman (2011) Psikologi Usia Lanjut.
Yogyakarta.
Nirm : 2101018
8
Judul Artikel METODE STIMULASI DAN METODE MODELING
TERHADAP CARA MENGGOSOK GIGI YANG BENAR
PADA ANAK PRASEKOLAH
Penulis Anis Rosatil Jannah*, Husnul Khotimah, Sri Astutik Andayani.
Kholisotin, Abdul Hamid
Nama jurnal Jurnal Keperawatan Jiwa
Nomor dan Volume Volume 8 No 2, Hal 139 - 146, Mei 2020
Jurnal
Pertanyaan 1. Tuliskan kata kunci dan carilah definisi dari kata kunci
tersebut!
modeling, menggosok gigi, stimulasi
a. teknik modeling adalah suatu komponen dari suatu strategi
dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah
laku yang menjadi tujuan
b. menggosok gigi untuk membersihkan gigi dari kotoran
terutama plak sisa-sisa makanan, mencegah gigi berlubang dan
terhindar dari sakit gigi serta menghilangkan bau mulut dan
menjaga gigi agar tetap sehat Friedman, 2003)
c. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
2. Tuliskan Tujuan Penelitian!
untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang kebersihan gigi
dan mulut melalui metode stimulasi dan modeling terhadap cara
menggosok gigi yang benar pada anak prasekolah di TK Bina Ana
Prasa.
3. Tuliskan dan jelaskan metode penilitian yang digunakan!
penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment dengan
pendekatan two group prepost test design. Dan untuk mengetahui
perubahan rata-rata sikap dan keterampilan pre-post test
responden yaitu menggunakan uji wilcoxon dan mann-whitney.
Wilcoxon untuk mengetahui perubahan sebelum dan sesudah
diberi penyuluhan, mann-whitney untuk membandingkan 2
variabel atau kelompok, lebih efektif yang mana
4. Tuliskan hal yang menjadi saran dari hasil penelitian!
Hasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syarifah, dkk
(2015), pada anak usia 8-11 tahun. Terdapat perubahan rata-rata
pengetahuan anak tentang gingivitis pada usia 8-11 tahun sebelum
dan sesudah diberikan penyuluhan dengan metode stimulasi
(Syarifah Nur Laili Siyam, Arlina Nurhapsari, 2015).
5. Tuliskan hal baru yang baru kalian dapatkan dari artikel
tersebut!
a. Penyakit gigi dapat mempengaruhi kesehatan tubuh, jika
dibiarkan akan berdampak pada penyakit yang lebih berbahaya,
seperti: serangan jantung, stroke, diabetes, infeksi pernafasan,
9
gastrointestinal dll (Larasati, 2013).
b. Riskesdas 2013 ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia
menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore,
(76,6%).
10
Kanak-Kanak Di Kelurahan Kemayoran
Kecamatan Krembangan , Kota Surabaya
Rumiani, N. W., Suarni, N. K., Arum, D., &
Metra, W. (2014). Melalui Konseling
Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Kelas Viii 6 Smpn 2
Singaraja Tahun Pelajaran 2013 / 2014
Universitas Pendidikan Ganesha. Ejournal
Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume 1
Santosa, E. P. H. S. A. B. (2011). Hubungan
Peran Orang Tua Dengan Kebiasaan
Mencuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di
Taman Kanak-Kanak Siwi Peni Guntur
Demak, jurnal keperawatan 4(2), 106–120.
Saputra, N. (2011). Perbedaan Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Hiv/Aids Dengan
Metode Curah Pendapat Dan
Menggunakan Media Audio Visual
Terhadap Pengetahuan Siswa Sman 4
Tangerang Selatan.
Setiawan, F., & Maftukhah, A. (2016).
Pengetahuan Ibu Tentang Menggosok Gigi,
jurnal AKP 7(1), 30–35.
Srihartini, D. (2012). Peningkatan Keterampilan
Membaca Puisi Melalui Metode Modeling
Pada Siswa Kelas II SDN 2 Tegowanu
Kulon Kecamatan Tegowanu Kabupaten
Grobogan.
Syarifah Nur Laili Siyam, Arlina Nurhapsari, B.
B. (2015). Pengaruh Stimulasi Permainan
Ular Tangga Tentang Gingivitis Terhadap
Pengetahuan Anak Usia 8-11 Tahun,
ODONTO Dental Journal. Volume 2, 25–
28.
Talibo, R. S., Mulyadi, M., & Bataha, Y. (2016).
Hubungan Frekuensi konsumsi Makanan
Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi
Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Siswa
Kelas III SDN 1 & 2 Sonuo. E-Journal
Keperawatan, 4.
Triska, Damajanti H C, D. (2014). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Anak di TK
Tunas Bhakti Manado. Jurnal E-GiGi (eG),
Volume 2, Nomor 2, 2, 7–10.
11
Friedman, M. . (2003). family nursing : reseacrh,
theory and practice.
Febrina Suci Hati, P. L. (2016). Pengaruh
Pemberian Stimulasi pada Perkembangan
Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan
Sedayu, Bantul, 4(1), 44–48.
Yuli Yusuf, Sefty Rompas, A. B. (2016).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Pendekatan Modelling Terhadap
Pengetahuan Ibu Dalam Menstimulasi
Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan Di
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Tomalou Kota Tidore Kepulauan, 4.
12