Anda di halaman 1dari 7

Nama : yulia apio

Nim : SNR22226104
Tugas : Riview jurnal
A. Latar Belekang
United State Department of Health and Human Services (2010) mengemukakan
bahwa premenstrual syndrome didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang
dialami wanita 1-2 minggu menjelang menstruasi dan berakhir setelah perdarahan
mentruasi berhenti (Kusumawardani & Adi, 2017). Sedangkan menurut Nugroho
& Utama (2014) premenstrual syndrome merupakan suatu keadaan dimana
sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi,
gejala biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika
menstruasi dimulai. Gejala yang muncul antar individu berbeda seperti rasa
tertekan, sifat lekas marah, suasana hati gelisah, dan badan terasa bengkak
(Amelia, 2014). Premenstrual Syndrome (PMS) yang terjadi dapat
mengakibatkan banyak dampak, bahkan dampak serius juga dapat terjadi
(Alvionita, 2016). Premenstrual syndrome bisa mengakibatkan depresi yang
terkadang dapat memunculkan keinginan untuk bunuh diri bahkan keinginan
untuk melakukan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain (Wijayanti, 2015).
Sebanyak 3-8% penderita premenstrual syndrome dapat mengalami gangguan
yang lebih berat (Mufida, 2015).
Prevalensi penderita Premenstrual Syndrome pada mahasiswa keperawatan di
Libanon sebesar 54,6% dan di Srilanka sebesar 65,7% (Fatimah et al., 2016).
Sedangkan prevalensi Premenstrual Syndrome di Iran sebesar 98,2%, di Brazil
sebesar 39%, di Australia sebesar 44% (Andiarna, 2018), dan di Jepang sebesar
34% (Alvionita, 2016). Berdasarkan data jurnal Archieves of Internal Medicine,
studi yang dilakukan terhadap 3000 wanita didapatkan hasil sekitar 90%
perempuan mengalami Premenstrual Syndrome sebelum menstruasi (Susanti,
Ilmiasih, & Arvianti, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia
yang di sponsori oleh WHO didapatkan hasil bahwa gejala premenstrual
syndrome dialami 23% oleh remaja di Indonesia (Haryanti, 2016). Masa remaja
merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Saerang et al., 2014).
Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Marmi, 2015). Masa remaja
atau masa aldolescence adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu (Susanti, Ilmiasih, Arvianti, et al., 2017). Menurut
WHO (2015) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 sampai 19 tahun.
Pada remaja putri terjadi berbagai perubahan fisik yang ditandai dengan
pertumbuhan seks sekunder dan seks primer (menstruasi) (Marmi, 2015).
Menstruasi yang terjadi terkadang diikuti dengan gangguan-gangguan seperti
gangguan siklus, dysmenorrhea, dan sindrom premenstruasi (Premenstrual
Syndrome) (Pratiwi, 2014). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
American College of Obstetricians and Gynecologist bahwa sedikitnya 85% dari
wanita menstruasi mengalami minimal satu dari gejala premenstrual syndrome
dan umumnya terjadi pada wanita usia 14-50 tahun dengan gejala yang bervariasi
pada tiap wanita (Rudiyanti & Nurchairina, 2015). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Retissu, dkk (2010) terhadap 40 mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman, menunjukkan terdapat 24 orang (60,0%)
mengalami premenstrual syndrome (Namsa et al., 2015).
B. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu pre mestruasi?
Untuk mengetahui apa tanda dan gejala pre menstruasi?

C. Profile peneliti
1. Judul Penelitian nasional
a. Hubungan antara Kecemasan dan Kadar Kortisol terhadap Kejadian
Premenstrual Syndrom
b. Faktor Dominan Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi (Studi Pada
Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia)
c. Tingkat Stres Berhubungan Dengan Premenstrual Syndrome Pada Siswi Smk
Islam
2. Pengarang penelitian
a. Dia Rianti
b. 1) Ayatun Fil Ilmi
2) Diah Mulyawati Utari
c. 1) Wiwin Eva Nuvitasari
2) Susilaningsih
3) Agnis Sabat Kristiana
3. Sumber junal
a. diarianti@gmail.com
b. ayatunilmi@gmail.com
c. Wiwin07.novita@gmail.com
4. Keyword
a. kecemasan; Kortisol; Premenstrual Syndrom
b. asupan gizi mikro, status gizi, aktivitas fisik, premenstrual syndrome, pola
tidur, tingkat stresremaja, premenstrual syndrome, stress
5. abstrack
a. Pendahuluan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami
oleh wanita dan merupakan masalah utama dalam masyarakat adalah
gangguan menstruasi. Gangguan ini sering merupakan sumber kecemasan
bagi wanita. Gangguan yang sering terjadi antara lain siklus menstruasi yang
tidak teratur, gangguan volume menstruasi baik perdarahan yang lama atau
abnormal, gangguan nyeri atau dismenorrhea, atau sindroma
pramenstruasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis Tingkat kecemasan dan
Kadar Kortisol pada wanita usia reproduksi sehat terhadap kejadian
Premenstrual Syndrom pada mahasiswi DIV Kebidanan STIKes Mega Rezky
Makassar
Metode penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan
cross-sectional study. Pengambilan Sampel sebanyak 40 responden dengan
teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner, wawancara dan observasi. Penelitian dilaksanakan pada
01 Juni sampai dengan 14 Juli 2017 di STIKes Mega Rezky Makassar untuk
mendapatkan data PMS dan Cemasnya sedangkan untuk data kortisolnya di
Laboratorium Universitas Hasanuddin Makassar Hasil
penelitian menunjukan bahwa Kecemasan dan kadar kortisol
mempengaruhi terjadinya Pre menstrual Syndrom dengan nilai Sig Model
0.00 < 0.05, dari kedua variabel tersebut kortisol merupakan penyebab
langsung terjadinya Pre menstrual syndrom dengan nilai OR 2.530 yang
berarti kortisol yang tidak normal memiliki kecenderungan 2.5 kali lipat
mengalami Pre menstrual syndrom dibanding kortisol yang normal.
Kesimpulan kecemasan dan kadar kortisol mempengaruhi terjadinya
premenstrual syndrome, dari kedua variabel tersebut kortisol merupakan
penyebab langsung terjadinya premenstrual syndrome. Perlunya pendidikan
kesehatan tentang pre menstrual syndrome pada mahasiswi melalui
pendekatan teori ataupun praktek yang lebih komprhensif selain itu
penelitian ini memiliki beberapa keterbatasn dalam pelaksanaannya, tidak
ditemukannya hubungan yang positif antara kecemasan yang dialami subjek
penelitian dengan premenstrual syndrome.
b. Latar belakang. Premenstrual syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala
fisik, psikologis, dan emosi, yang dialami wanita pada 7-14 hari sebelum
mentruasi akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus
ovulasi. Gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi
atau otot, dan nyeri perut. PMS pada remaja putri dapat mengganggu
aktivitas dan konsentrasi belajar.
Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan yang
berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome pada mahasiswi
Universitas Indonesia.
Metode. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan
consecutive sampling technique. Sampel penelitian berjumlah 130
mahasiswi yang berasal dari S1 reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat dan
Departemen Arsitek Fakultas Teknik angkatan 2015/2016. Variabel yang
diteliti terdiri dari gejala premenstrual syndrome, tingkat stres, aktivitas
fisik, asupan gizi mikro (piridoksin, vitamin D, kalsium dan magnesium), pola
tidur, dan status gizi. Hasil. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 36,9
persen mahasiswi mengalami gejala PMS sedang hingga berat. Terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat stres (p=0,001), asupan piridoksin
(p=0,003), asupan magnesium (p=0,044), pola tidur (p=0,006) dengan gejala
premenstrual syndrome. Faktor yang paling dominan mempengaruhi gejala
PMS adalah pola tidur (OR=3,580). Mahasiswi dengan pola tidur yang buruk
berisiko mengalami premenstrual syndrome 3,580 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki pola tidur yang baik.
Kesimpulan. Disarankan pihak kampus dapat memberikan promosi
kesehatan yang berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome, penti
ngnya pola tidur yang baik dan cukup, pengendalian stres, dan pentingnya
asupan gizi mikro.
c. Gejala premenstrual syndrome dialami 23% remaja putri di Indonesia.
Premenstrual syndrome timbul pada siswi oleh beberapa faktor, salah
satunya yaitu meningkatnya stres atau tekanan yang dipengaruhi oleh usia,
kelas, dan gaya hidup. Stres adalah reaksi tubuh terhadap tuntutan atau
beban yang bersifat non spesifik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat stres dengan premenstrual syndrome pada
siswi SMK Islam. Penelitian ini menggunakan desain korelasional study
dengan pendekatan case control. Populasi penelitian ini adalah siswi SMK
Islam yang berjumlah 64 siswi. Sampel yang diambil yaitu berjumlah 40
responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisa bivariat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji spearman. Hasil analisis
menggunakan software menunjukkan nilai ρ = 0,0001 dimana nilai ρ < α =
0,05, artinya bahwa Hα diterima. Nilai koefisien korelasi 0,681 menurut
tabel inteprestasi korelasi yaitu tingkat hubungan kuat dan arah korelasi
positif. Kesimpulan yang diperoleh adalah ada hubungan positif antara
tingkat stres dengan premenstrual syndrome, yaitu semakin basar nilai
tingkat stres maka semakin besar pula nilai premenstrual syndrome.
6. Tanggal dan tahun publis
a. Tahun 2019
b. Desember 2018
c. Tahun 2020
D. Deskripsi penelitian
1) Judul penelitian
a) Hubungan antara Kecemasan dan Kadar Kortisol terhadap Kejadian
Premenstrual Syndrom
b) Faktor Dominan Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi (Studi Pada
Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia)
c) Tingkat Stres Berhubungan Dengan Premenstrual Syndrome Pada Siswi
Smk Islam
2) Desain penelitian
a) penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan cross-
sectional study.
b) Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan
consecutive sampling technique
c) menggunakan teknik purposive sampling. Analisa bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji spearman
3) populasi sampel
a) 40 responden
b) Sampel penelitian berjumlah 130 mahasiswi
c) berjumlah 40 responden
4) variable penelitian
5) istrumen penelitian
a) kuesioner
b) kuesioner
c) kuesioner
6) hasil penelitian
a) penelitian menunjukan bahwa Kecemasan dan kadar kortisol
mempengaruhi terjadinya Pre menstrual Syndrom dengan nilai Sig
Model 0.00 < 0.05, dari kedua variabel tersebut kortisol merupakan
penyebab langsung terjadinya Pre menstrual syndrom dengan nilai OR
2.530 yang berarti kortisol yang tidak normal memiliki kecenderungan
2.5 kali lipat mengalami Pre menstrual syndrom dibanding kortisol yang
normal.
b) Hasil penelitian menunjukan sebanyak 36,9 persen mahasiswi
mengalami gejala PMS sedang hingga berat. Terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat stres (p=0,001), asupan piridoksin, asupan
magnesium (p=0,044), pola tidur (p=0,006) dengan gejala premenstrual
syndrome. Faktor yang paling dominan mempengaruhi gejala PMS
adalah pola tidur (OR=3,580). Mahasiswi dengan pola tidur yang buruk
berisiko mengalami premenstrual syndrome 3,580 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki pola tidur yang baik.
c) Hasil analisis menggunakan software menunjukkan nilai ρ = 0,0001
dimana nilai ρ < α = 0,05, artinya bahwa Hα diterima. Nilai koefisien
korelasi 0,681 menurut tabel inteprestasi korelasi yaitu tingkat
hubungan kuat dan arah korelasi positif. Kesimpulan yang diperoleh
adalah ada hubungan positif antara tingkat stres dengan premenstrual
syndrome, yaitu semakin basar nilai tingkat stres maka semakin besar
pula nilai premenstrual syndrome.
7) Kesimpulan
a) kecemasan dan kadar kortisol mempengaruhi terjadinya premenstrual
syndrome, dari kedua variabel tersebut kortisol merupakan penyebab
langsung terjadinya premenstrual syndrome. Perlunya pendidikan
kesehatan tentang pre menstrual syndrome pada mahasiswi melalui
pendekatan teori ataupun praktek yang lebih komprhensif selain itu
penelitian ini memiliki beberapa keterbatasn dalam pelaksanaannya,
tidak ditemukannya hubungan yang positif antara kecemasan yang
dialami subjek penelitian dengan premenstrual syndrome.
b) Disarankan pihak kampus dapat memberikan promosi kesehatan yang
berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome, pentingnya pola
tidur yang baik dan cukup, pengendalian stres, dan pentingnya asupan
gizi mikro.
c) Tingkat stres dapat mempengaruhi kejadian premenstrual syndrome
pada siswi, dimana jika tingkat stres yang dialami siswi semakin
meningkat maka dapat meningkatkan dan memperberat kejadian
premenstrual syndrome. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian ini, yaitu
terdapat hubungan antara tingkat stres dengan premenstrual syndrome
pada siswi SMK Islam.
8) Kelebihan dan kelemahan peneliti
E. Uraian ringkas jurnal

Anda mungkin juga menyukai