Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS

MENSTRUASI PADA MAHASISWI POLITEKNIK PERKAPALAN


NEGERI SURABAYA

BAB I
LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dalam rentang kehidupan pada manusia,
dimana individu tumbuh dari kanak-kanak menjadi individu yang memiliki
kematangan. Perubahan fisik remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran,
tetapi juga mengalami perkembangan secara fungsional, terutama pada organ-
organ reproduksi. Masa remaja sering disebut dengan masa puberstas
(Andriana, 2018).
Indikator kematangan seksual yang terjadi pada masa pubertas wanita
berupa menstruasi, perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut disekitar
alat kelamin. Menstruasi adalah peristiwa pengeluaran darah secara periodik
dan siklik yang berasal dari mukosa uterus atau rahim akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus (Novita, 2018).
Pada perempuan, menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap
terjadinya gangguan. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus
haid, atau jumlah dan lamanya menstruasi. Hal ini dibuktikan dengan data
WHO (2010), bahwa terdapat 75% remaja yang mengalami gangguan
menstruasi dan ini merupakan alasan terbanyak seorang remaja putri
mengunjungi dokter spesialis kandungan (Milla, et al., 2018). Sistem
reproduksi wanita dipengaruhi berbagai macam faktor, sehingga gangguan pun
bisa muncul. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah status gizi.
Pada usia remaja, kebutuhan gizi meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan masa remaja. Namun masalah gizi pada remaja masih saja
terabaikan. Bila konsumsi nutrisi kurang dari kecukupan maka dapat menjadi
gangguan selama siklus menstruasi, yang mana artinya bahwa mengkonsumsi
makanan seimbang sangat dibutuhkan saat menstruasi (Nurlaily, 2016 dalam
Novita 2018). Selama ini diketahui bahwa wanita dengan status gizi kurang
memiliki resiko terjadinya gangguan siklus menstruasi, namun wanita yang
mengalami obesitas pun juga dapat mengalami gangguan. Data Global
Nutrition Report (2014) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki permasalahan gizi. Data Riskesdas tahun 2013
menunjukkan bahwa, prevalensi gizi lebih pada remaja umur 16-18 tahun
mengalami peningkatan dari tahun 2007 yang semula hanya 1,4% menjadi
7,3%, sedangkan berdasarkan data Riskesdas 2010, secara nasional obesitas
didominasi oleh perempuan.
Mengingat hingga saat ini kondisi kesehatan mengenai menstruasi pada
remaja masih dipandang sebelah mata, maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui nagaimanakah hubungan antara status gizi dengan
siklus menstruasi pada remaja putri di PPNS.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana siklus menstruasi yang dialami oelh mahasiswi Politeknik
perkapalan Negeri Surabaya?
2. Bagaimana keadaan status gizi mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya?
3. Bagaimana hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada mahasiswa
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui siklus menstruasi yang dialami oelh mahasiswi Politeknik


perkapalan Negeri Surabaya
2. Mengetahui keadaan status gizi mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya
3. Mengetahui hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada mahasiswa
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Menstruasi


Haid atau menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan
yang terjadi secara berkala dan siklik, biasanya terjadi setip bulan antara
menarche dan menopause dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi
(Kusmiyati, et al., 2016). Menstruasi didefinisikan dengan adanya perdarahan
vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya mensturasi periode berikutnya. Kisaran normal untuk siklus
menstruasi adalah antara 21 dan 35 hari. Sementara sebagian besar periode
terakhir dari 3 hingga 5 hari, durasi aliran menstruasi biasanya berkisar dari 2
hingga 7 hari (Omidvar, et al., 2018). Siklus menstruasi normal bergantung
pada tindakan dan interaksi hormon yang dilepaskan dari hipotalamus-
hipofisis-ovarium dan efeknya pada endometrium.

2.2. Gangguan Menstruasi


Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari
hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi
berikutnya). Namun, pada kenyataannya tidak sedikit perempuan yang
mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. Gangguan menstruasi dapat
berupa gangguan lama dan jumlah darah haid, gangguan siklus haid, gangguan
perdarahan di luar siklus haid dan gangguan lain yang berhubungan dengan
haid (Novita, 2018). Gangguan siklus haid merupakan masalah yang terjadi
pada pola siklus menstruasi wanita yang meliputi polimenorrhea (35 hari),
oligomenorrhea (>35 hari) dan amenorrhea (>3 bulan) (Sitoayu, et al., 2017).
Pada gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi dapat berupa
dismenorea dan premenstrual syndrome (PMS) (Novita, 2018).

Penelitian Cakir M et al tahun 2017 menunjukkan bahwa gangguan


menstruasi dengan prevalensi terbesar yaitu dismenorea sebesar 89,5%,
dilanjutkan dengan ketidakteraturan menstruasi sebesar 31,2%, dan
perpanjangan durasi menstruasi sebesar 5,3%. Durasi menstruasi antar wanita
disebabkan karena ketidakseimbangan hormon LH, FSH, estrogen dan
progesteron, karena status gizi, stress serta suatu penyakit (Felicia, et al., 2015).

2.3. Status Gizi


Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi
di dalam tubuh (Felicia, et al., 2015). Kebutuhan gizi berhubungan erat dengan
masa pertumbuhan, jika asupan gizi terpenuhi maka pertumbuhan akan
optimal. Kebutuhan gizi yang harus terpenuhi berasal dari karbohidrat, lemak,
dan protein. Selama ini telah diketahui bahwa wanita dengan status gizi kurang
maupun lebih berisiko terjadinya gangguan siklus menstruasi (Sitoayu, et al.,
2017). Selain itu kelebihan dan kekurangan gizi secara umum berdampak pada
penurunan fungsi hipotalamus memberikan ransangan impuls ke Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Kedua hormon
ini berperan penting dalam mengatur siklus menstruasi (Wahyuni & Dewi,
2018). Salah satu cara untuk menilai status gizi seseorang adalah dengan
mengukur Indeks massa tubuh (IMT).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA

References
Andriana, 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi pada
mahasiswi di Universitas. Jurnal Maternity and Neonatal Vol 2 No 5.

Felicia, Hutagol, E. & Kundre, R., 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Siklus
Menstruasi Pada Remaja Putri di PSIK FK UNSRAT Manado. ejournal
Keperawatan, 3(1).

Kusmiyati, Merta, I. W. & Bahri, S., 2016. Studi Pengetahuan Tentang Menstruasi
Dengan Upaya Penanganan Dismenore Pada Mahasiswa Pendidikan Biologi.
Jurnal Pijar MIPA, IX(1), pp. 47-50.

Milla, S. Y., Mudayatiningsih, S. & Dewi, N., 2018. Hubungan Obesitas Dengan
Gangguan Menstruasi Pada Remaja Putri di Kelurahan Tlogomas. Nursing News ,
1(1).

Novita, R., 2018. Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada Remaja
Putri di SMA Al-Azhar Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat DOI :
10.2473/amnt.v2i2, pp. 172-181.

Omidvar, S., Amiri, N. F., Bakhtiari, A. & Begum, K., 2018. A Study on
Menstruation of Indian Adolescent Girls in an Urban Area of South India. Journal
of Family Medicine and Primary Care , 7(4), pp. 698-702.

Sitoayu, L., Pertiwi, D. A. & Mulyani, E. Y., 2017. Kecukupan Zat Gizi Makro,
Status Gizi, Stres, dan Siklus Menstruasi Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 13(3), pp. 121-128.

Wahyuni, Y. & Dewi, R., 2018. Gangguan Siklus Menstruasi Kaitannya Dengan
Asupan Zat Gizi Pada Remaja Vegetarian. Jurnal Gizi Indonesia, 6(2).

Anda mungkin juga menyukai