Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI

THERBLIGHS

Disusun oleh :
Kelompok 6
Kelas : K3 2017 B
Anggota :

1. Firdaus Hanafi (0516040037)


2. Nadya Shintadevi (0517040034)
3. Farah Kartika Bias Arum (0517040037)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Kemajuan teknologi dan informasi tumbuh dan berkembang dengan
cepat, membuat berbagai negara dan industri saling berlomba untuk
meningkatkan kesejahteraan dengan menciptakan berbagai macam produk
(Sitohang, Tanpa Tahun). Suatu produksi barang terdapat proses perakitan
yang biasanya dilakukan oleh tenaga manusia ataupun tenaga robot
(automatic). Pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga robot akan jauh lebih
efektif daripada dikerjakan oleh tenaga manusia. Akan tetapi, proses perakitan
yang dilakukan oleh tenaga manusia akan sama efektifnya dengan proses yang
dilakukan oleh tenang robot dengan cara meningkatkan bagian dari proses-
proses perakitan yang efektif dan menghilangkan atau mengurangi bagian dari
proses yang tidak efektif. Guna diciptakannya proses perakitan yang efektif
adalah mencapai efisiensi proses perakitan dimana waktu yang digunakan
dalam satu siklus perakitan didapat seminimal mungkin.
Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk
mengurangi atau menghilangkan gerakan yang kurang efektif agar
mendapatkan gerakan yang cepat dan efektif (Erliana, 2017).
Pada praktikum kali ini, kami melakukan proses perakitan tamiya
sebagai simulasi proses perakitan yang dilakukan oleh tenaga manusia. Dalam
proses perakitan tamiya tersebut akan kami evaluasi gerakan-gerakan yang
efektif dan menghilangkan atau mengurangi bagian dari gerakan yang tidak
efektif. Dimana gerakan-gerakan yang akan dievaluasi adalah gerakan-gerakan
tangan kanan dan kiri sesuai elemen Therblig. Dengan adanya praktikum ini,
diharapkan kami dapat membuat peta kerja yang efektif dan efisien.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana membuat dan mem-breakdown elemen kerja ?
2. Bagaimana membuat peta tangan kanan dan tangan kiri ?
3. Bagaimana menghitung waktu standart, waktu standart line dan output
standar ?
4. Bagaimana merancang metode kerja baru yang lebih sistematis dan efisien?
5. Bagaimana memahami dan mampu melakukan perhitungan keseimbangan
lintasan terhadap metode kerja baru untuk memperbaiki waktu produksi ?

1.3. Tujuan
1. Mampu membuat dan mem-breakdown elemen kerja
2. Mampu membuat peta tangan kanan dan tangan kiri
3. Mampu menghitung waktu standart, waktu standart line dan output standar.
4. Mampu merancang metode kerja baru yang lebih sistematis dan efisien
5. Memahami dan mampu melakukan perhitungan keseimbangan lintasan
terhadap metode kerja baru untuk memperbaiki waktu produksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prinsip Ekonomi Gerakan


Dalam perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik, salah satu prinsip
dasar yang perlu diperhatikan adalah perencanaan stasiun kerja. Setiap operasi
harus dirancang secara rinci dengan menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dan
ekonomi gerakan dalam pemindahan barang dari dan ke tempat kerja. Prinsip
dari ekonomi gerakan yaitu menganalisis dan mengevaluasi metode kerja guna
memperoleh metode kerja yang lebih efisien (Sutalaksana, Anggawisastra, &
Tjakraatmadja, 2006). Sehingga untuk dapat melakukannya diperlukan
prinsip-prinsip ekonomi gerakan sebagai berikut (Sutalaksana, 1979 dalam
Risma, 2008) :
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia
dan gerakan-gerakannya :
 Kedua tangan sebaiknya memulai dengan mengakhiri gerakan pada
saat yang sama.Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat
yang sama kecuali pada waktu istirahat.
 Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap yang
lainnya simetris dan berlawanan arah.
 Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat. Yaitu dengan
menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk
melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
 Sebaiknya pekerja dapat memanfaatkan momentum sehingga dapat
membantu pekerjaannya.
 Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan
memperlambat gerakan tersebut.
 Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan, dan lebih teliti
daripada gerakan yang dkendalikan.
 Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya, dan jika
memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah
bagi si pekerja.
 Usahakan sedikit menggunakan mata.
Gambar 2.1 Distribusi Beban Kegiatan Kerja antara Tangan dan Kaki Guna
Mengoperasikan Suatu Peralatan Kerja
(Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2008)

2. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata


letak tempat kerja :
 Sebaiknya diusahakan agar bahan dan peralatan mempunyai tempat
yang tetap.
 Tempatkan bahan-bahan dan peralatan di tempat yang mudah, cepat,
enak untuk dicapai.
 Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya
memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai
selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.
 Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang,
dirancang mekanismenya yang baik.
 Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan
terbaik.
 Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga
alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan
merupakan hal yang menyenangkan.
 Tipe tinggi kursi sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya
bersikap baik.
 Tata letak dan perancangan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan
peralatan :
 Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila
penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan
dengan kaki dapat ditingkatkan.
 Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa dan mempunyai
lebih dari satu kegunaan. Gambar 2.2
 Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemegangan.
 Bila setiap jari tangan melakukan gerakan gerakan sendiri-sendiri,
beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan
masing-masing jari.
 Roda tenaga, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu
sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga beban dapat
melayaninya dengan posisi yang baik dan dengan tenaga yang
minimum.

Gambar 2.2 Multiple Spindle Air Operated yang Mampu Mengencangkan 5 Buah Mur
Sekaligus dalam Satu Langkah Kerja
(Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2008)

2.2. Peta Kerja


Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat
komunikasi yang sistematis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal
sampai akhir. Dan melalui peta kerja ini kita dapat melihat semua urutan proses
kerja yang dialami oleh suatu benda kerja atau input dari saat mulai masuk ke
lokasi kegiatan/pabrik kemudian menggambarkan semua langkah-langkah
aktivitas yang dialaminya seperti: transportasi, operasi kerja, inspeksi,
menunggu (delay) dan menyimpan, sampai akhirnya menjadi suatu produk
akhir, baik produk setengah jadi maupun produk jadi (Wignjosoebroto, 2008,
pp. 123-124)

Apabila kita melakukan studi seksama terhadap suatu peta kerja, maka
pekerjaan untuk memperbaiki metode kerja akan mudah dilaksanakan.
Perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain (Wignjosoebroto, 2008, p. 124):

 Mengurangi jarak perpindahan operasi kerja dari suatu elemen kerja ke


elemen yang lain
 Mengurangi waktu-waktu yang tidak produktif seperti waktu menunggu
 Mengatur operasi kerja menurut langkah-langkah yang lebih efektif dan
efisien
 Menggabungkan suatu operasi kerja dengan operasi kerja lain apabila
mungkin
 Menghilangkan aktivitas handling yang tidak efisien
 Menemukan operasi kerja yang lebih efektif dengan maksud
mempermudah pelaksanaan
 Menunjukkan aktivitas-aktivitas inspeksi yang berlebihan

2.2.1. Lambang
Menurut Sutalaksana (2006), ASME (American Society of
Mechanical Engineering) telah membuat lambang – lambang
standar yang terdiri dari lima lambang seperti berikut ini:
Tabel 2.1 Lambang-lambang Peta Kerja

No Lambang Keterangan

1 Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda


kerja mengalami perubahan sifat, baik sifat
fisik maupun kimiawi. Operasi merupakan
kegiatan yang paling banyak terjadi dalam
suatu proses.
Contoh : pengukuran papan dan pemotongan
papan

2 Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila


benda kerja, pekerja atau perlengkapan
mengalami pemeriksaan baik untuk segi
kualitas maupun kuantitas.
3 Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila
benda kerja, pekerja atau perlengkapan
mengalami perpindahan tempat bukan
merupakan bagian dari suatu operasi.
Contoh : Perpindahan bahan baku dari gudang
bahan baku.
4 Proses menunggu terjadi apabila benda kerja,
pekerja atau perlengkapan tidak mengalami
kegiatan apa – apa selain menunggu.
Contoh : Papan menunggu sebelum masuk ke
departemen pemotongan dikarenakan
departemen tersebut sedang melakukan operasi
terhadap bahan lain.
No Lambang Keterangan

5 Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja


disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Contoh : Bahan baku yang telah menjadi
barang jadi disimpan dalam gudang barang
jadi.
6 Kegiatan aktivitas gabungan terjadi apabila
antara aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu
tempat kerja.

2.2.2. Jenis-jenis Peta Kerja


Menurut Wignjosoebroto (2008) pada dasarnya peta – peta kerja
yang ada dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Peta – peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan


kerja keseluruhan, diantaranya adalah : peta proses operasi, peta
aliran proses, peta proses kelompok kerja, diagram alir.
2. Peta – peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan
kerja setempat, diantaranya adalah peta pekerja dan mesin serta
peta tangan kiri dan tangan kanan.
Peta kerja keseluruhan merupakan suatu peta kerja yang di
dalamnya melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang
diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan
peta kerja setempat merupakan suatu peta kerja yang di dalamnya
hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas.

Kedua peta kerja akan terlihat saling berhubungan erat apabila


untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja,
dimana satu sama lainnya saling berhubungan, misalnya suatu
perusahaan perakitan memiliki beberapa mesin produksi atau stasiun
kerja. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan
akan sangat tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja. Maka
untuk memperbaiki proses secara keseluruhan pertama-tama harus
memperbaiki atau menyempurnakan setiap sistem kerja yang ada
sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu urutan kerja yang paling
baik (Sukania, 2012).
2.3. Peta Tangan Kanan-Kiri
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah peta kerja setempat yang
bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia di dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan
semua gerakan maupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan
maupun kiri secara mendetail. Dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi
maka langkah-langkah perbaikan bisa diusulkan (Risma, 2008).
Pembuatan peta operator ini baru terasa bermanfaat apabila gerakan yang
dianalisa tersebut terjadi berulang-ulang (repetitive) dan dilakukan secara
manual. Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap
tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
(motion economy) bisa diusulkan untuk diperbaiki. Demikian pula akan
diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan
dan tangan kiri, sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam
ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mamapu memberikan delays
maupun operator fatique yang minimum (Risma, 2008).
Mengamati suatu pekerjaan yang sedang berlangsung, hal yang sudah pasti
terlihat adalah adanya suatu gerakan-gerakan yang membentuk kerja tersebut.
Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang pekerja adakalanya sudah tepat
atau sudah sesuai dengan gerakan-gerakan yang diperlukan, tetapi adakalanya
pula seorang pekerja melakukan gerakan yang tidak perlu / biasa disebut
gerakan-gerakan yang tidak efektif (Risma, 2008).
Dalam menganalisa gerakan kerja sering dijumpai kesulitan dalam
menentukan batas-batas suatu elemen Therbligh dengan elemen lainnya karena
waktu gerakan yang terlalu singkat. sehingga sangat sulit untuk diamati secara
visual. Perekaman atas gerakan-gerakan kerja dengan video dan segala
perlengkapannya akan dapat mengatasi persoalan ini. Disini hasil bisa diputar
ulang kalau perlu dengan kecepatan lambat sehingga analisa gerakan kerja bisa
dilakukan lebih teliti. Dengan bantuan sejenis jam khusus (micro
chronometer), maka waktu setiap elemen Therbligh maupun perpindahan dari
suatu elemen ke elemen lain dapat diukur (Risma, 2008).
Aktifitas micromotion study mengharuskan setiap gerakan yang ada secara
detail dan memberi kemungkinan-kemungkinan analisa setiap gerakan yang
ada setiap detail dan kemungkinan analisa setiap gerakan yang ada secara lebih
baik dibandingkan dengan visual motion study. Langkah-langkah yang
dikerjakan dalam micromotion study ini terdiri dari (Sritomo W, 1995 dalam
Risma, 2008) :
 Merekam gerakan-gerakan kerja dari suatu siklus kerja dengan menaruh
jam besar (micro chronometer) di belakang operator yang diamati.
 Gambar film akan menjadi rekaman yang permanen yang bisa dianalisa
setiap saat dan berulang-ulang sesuai dengan yang dikehendaki.
 Membuat kesimpulan dari analisa gerakan yang telah diamati dari
rekaman film dan menggambarkannya dalam peta SIMO (Simultaneous
Motion Chart) yang menunjukkan gerakan-gerakan tangan kanan dan
tangan kiri. Tujuan pokok penggambaran peta ini adalah mencoba
membuat keseimbangan gerak kerja antara lain tangan kanan atau
tangan kiri di dalam menyelesaikan suatu aktifitas (misalnya dalam
suatu proses merakit).
 Menetapkan alternatif gerakan kerja yang lebih baik dengan jalan
memperbaiki metode kerja yang ada sesuai dengan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan (motion economy).
Dengan demikian jelas bahwa dari aktifitas micromotion study diharapkan
akan mampu membantu di dalam usaha mencari alternatif metode kerja yang
lebih baik untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, sekaligus mengetahui waktu
dan tiap-tiap gerakan kerja tersebut.
Adapun kegunaan dari peta tangan kanan dan kiri adalah sebagai berikut
(Sukania, 2012) :
a. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
b. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien
dan tidak produktif, sehingga akan mempersingkat waktu kerja.
c. Sebagai alat untuk menganalisis tata letak sistem kerja.
d. Sebagai alat untuk melatih pekerja yang baru, dengan cara kerja yang
ideal
Sedangkan Prinsip-prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan kanan
adalah sebagai berikut (Sukania, 2012):
a. Berbeda dengan peta-peta yang lain, untuk membuat peta tangan kanan-
tangan kiri , lembaran kertas dibagi dalam tiga bagian.
b. Pada bagian kepala, dibaris paling atas ditulis ”PETA TANGAN
KANAN-TANGAN KIRI”.
c. Pada bagian yang membuat bagan, digambarkan sketsa dari sistem kerja
yang memperlihatkan skala, sesuai dengan tempat kerja sebenarnya.
d. Bagian badan dibagi dalam dua pihak, sebelah kiri kertas digunakan
untuk menggambar kegiatan yang dilakukan tangan kiri dan sebaliknya,
sebelah kanan kertas digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang
dilakukan tangan kanan pekerja.
e. Langkah selanjutnya, memperhatikan urutan-urutan gerakan yang
dilaksanakan operator.

2.4. Gerakan-Gerakan Therbligs


Untuk mempermudah penganalisaan terhadap gerakan-gerakan, maka
harus dipelajari terlebih dahulu gerakan-gerakan dasar yang membentuk kerja
tersebut. Guna melaksanakan maksud tersebut, Frank dan Lilian Gilberth telah
berhasil menciptakan simbol/kode dari gerakan-gerakan dasar kerja yang
dikenal dengan nama THERBLIGH. Therbligh menguraikan gerakan-gerakan
dasar kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligh. (Wignjosoebroto, 1995
dalam Risma, 2008).
Gambar 2.3 Lambang Gerakan Therblighs
(Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2008)

Meskipun Frank dan Lillian Gilberth telah menyatakan bahwa gerakan-


gerakan kerja manusia dilaksanakan dengan menggunakan 17 gerakan-gerakan
dasar Therblig. Akan tetapi dalam pembuatan peta operator akan lebih efektif
menggunakan hanya 8 gerakan-gerakan Therblig antara lain :
a. Reach (RE)/menjangkau adalah elemen gerakan tangan yang
menggambarkan gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban atau
hambatan baik gerakan menuju atau menjauhi obyek atau lokasi tujuan
lainnya dan berakhir segera disaat tangan berhenti bergerak setelah
mencapai obyek tujuannya. Elemen gerakan ini biasanya didahului oleh
gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang (grasp).
Elemen gerakan ini diklasifikasikan sebagai elemen gerakan Therblig
efektif yang sulit dihilangkan.
b. Grasp (G)/memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan
dengan menutup jari-jari tangan obyek yang dikehendaki dalam suatu
operasi kerja. Elemen Therblig ini biasanya didahului oleh gerakan
menjangkau (reach) dan dilanjutkan dengan gerakan membawa (move).
Elemen gerakan ini diklasifikasikan sebagai elemen gerakan Therblig
efektif yang biasanya dapat dihilangkan akan tetapi dalam beberapa hal
bisa diperbaiki.
c. Move (M)/membawa dengan beban (Transport Loaded) adalah gerakan
perpindahan tangan dalam kondisi membawa beban (obyek). Elemen
gerakan ini didahului dengan elemen gerakan memegang (grasp) dilanjut
gerakan melepas (release) atau mengarahkan (position). Elemen gerak
membawa dengan beban ini termasuk elemen Therblig yang efektif,
sehingga sulit untuk dihilangkan.
d. Position (P)/mengarahkan adalah elemen gerakan Therblig yang terdiri
dari menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini
biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan
merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak
tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi yang dituju
dan berakhir pada saat gerakan berakhit atau melepas/memakai dimulai.
Elemen gerak mengarahkan ini termasuk elemen Therblig tidak efektif,
sehingga diusahakan menghilangkannya.
e. Use (U)/memakai adalah elemen gerakan Therblig dimana salah satu atau
kedua tangan digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat/obyek
untuk tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung. Elemen kerja ini
merupakan elemen Therblig yang efektif yang tidak dapat dihilangkan
sama sekali tetapi dapat diperbaiki.
f. Release (RL)/melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan
kembali terhadap obyek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian
elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dari obyek
yang dibawa dan berakhir secara begitu semua jari jelas tidak menyentuh
atau memegang obyek lagi. Gerakan melepas ini biasanya didahului oleh
gerakan menjangkau (reach). Elemen gerakan melepas merupakan elemen
gerakan Therblig yang efektif dan bisa diperbaiki.
g. Delay (D) merupakan interupsi terhadap proses kerja yang sedang
berlangsung. Kondisi ini menimbulkan waktu menganggur selama siklus
kerja berlangsung. Keadaan ini hanya dapat dihilangkan/dikurangi dengan
cara melakukan perubahan/perbaikan terhadap proses kerja atau
melakukan tindakan-tindakan preventif lain dengan sebaik-baiknya.
h. Hold (H)/memegang untuk memakai adalah elemen gerakan tangan yang
terjadi bilamana tangan memegang obyek tanpa menggerakkan obyek
tersebut atau tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan
mengontrol obyek sedangkan tangan lainnya melakukan kerja terhadap
obyek tersebut.. Perbedaan dengan elemen memegang (grasp), tangan
memegang obyek dan dilanjutkan dengan gerakan membawa (move),
sedangkan memegang untuk memakai (hold) tidak demikian. Pada
aktivitas perakitan, gerakan ini sering dijumpai yaitu dimana satu tangan
memegang untuk memakai dan tangan lainnya melakukan pekerjaan
memasang. Elemen gerakan ini diklasifikasikan sebagai elemen gerakan
Therblig efektif yang bisa dihilangkan dengan cara memberi peralatan
pembantu untuk memegang obyek.

2.5. Pengukuran Waktu Kerja Tak Langsung : MTM dan MOST


Pengukuran kerja adalah metode keseimbangan antara kegiatan manusia
yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu
kerja berhubungan dengan usaha untuk menetapkan waktu baku yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku merupakan
waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat
kemampuan rata‐rata untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam mengukur waktu
kerja, terdapat beberapa metode yang biasa digunakan yaitu metode secara
langsung dan tidak langsung. Pada metode langsung peneliti berada di tempat
dimana pekerjaan berlangsung (metode stopwatch dan work sampling)
sedangkan metode tidak langsung peneliti tidak harus berada di tempat
pekerjaan berlangsung tetapi dengan cara membaca tabel yang tersedia asalkan
mengetahui jalannya gerakan pekerjaan melalui elemen pekerjaan atau gerakan
(Wignjosoebroto, 2003 dalam Febriana, 2013). Cara ini bisa dilakukan dalam
aktivitas data waktu baku dan data waktu gerakan. Metode yang termasuk
dalam pengukuran waktu kerja tidak langsung adalah Work Faktor (WF),
Motion Time Measurement (MTM), Basic Motion Time (BMT), Mynard
Operation Sequence Technique (MOST).
2.5.1. MTM (Methods-Time Measurement)
MTM atau Methods-Time Measurement adalah salah satu metode
untuk menganalisa pergerakan setiap tangan, kaki, maupun anggota
badan yang lain, dalam melakukan satu proses produksi. Sistem ini
didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap operasi
atau metode kerja (manual operation) ke dalam gerakan-gerakan dasar
yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut dan kemudian
menetapkan standart waktu dari masing-masing gerakan tersebut
berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing-masing
yang ada (Ridlo, 2012).
Pada tahapan pengolahan data methods time measurement, langkah
yang harus dilakukan antara lain (Febriana, 2013) :
1. Membuat peta tangan kanan dan tangan kiri
2. Membagi gerakan kerja atas elemen-elemen gerakan
3. Mengkoversikan ke dalam tabel data MTM
4. Mengakumulasikan unit satuan atau time measurement unit (TMU).
1 TMU = 0,036 detik
5. Melakukan perhitungan waktu normal
6. Melakukan perhitungan waktu baku.
Elemen gerakan kerja yang dimaksudkan adalah :
1. Menjangkau (reach),
2. Mengangkut (move),
3. Memutar (turn),
4. Memegang (grasp),
5. Mengarahkan (position),
6. Melepas (release),
7. Lepas rakit (disassemble),
8. Gerakan mata (eye monement),
9. Beberapa gerakan anggota badan lain.
2.5.2. MOST (Maynard Operation Sequence Technique)
Metode pengukuran kerja MOST (Maynard Operation Sequence
Technique) adalah salah satu teknik pengukuran kerja yang disusun
berdasarkan urutan sub-sub aktivitas atau gerakan. Konsep MOST
berdasarkan pada perpindahan objek. Dalam metode MOST objek
dipindahkan menurut dua cara (Ridlo, 2012), yaitu :
 Diambil dan dipindahkan secara bebas
 Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan
benda lain
Untuk tiap tipe kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-
beda. Oleh sebab itu dilakukan pemisahan model urutan kegiatan
dalam metode MOST. Pemisahan model urutan gerakan ini
dibedakan atas 3 urutan gerakan yang ketiga-tiganya
menggambarkan kerja manual.
1. Urutan Gerakan Umum (The general move sequence)
 Pemindahan objek secara manual dari satu tempat ke
tempat lain secara bebas.
 Dengan urutan kegiatan dalam gerakan umum :
– A : jarak gerakan (action distance), terutama dalam
arah horizontal
– B : gerakan badan (body motion), terutama dalam
arah vertikal
– G : proses pengendalian (gain control)
– P : penempatan (place)
2. Urutan gerakan terkendali (The controlled move sequence)
• A meliputi semua gerakan atau perpindahan jari,
tangan, kaki, dengan dengan pembebanan atau tidak.
• B gerakan badan
• G semua gerakan manual yang dilakukan untuk
mendapatkan pengendalian objek dan juga gerak
melepaskan pengendalian.
• P meluruskan objek, mengurut objek, sebelum
pengendalian objek dilepaskan
3. Urutan gerakan memakai alat (The tool use sequence)
 Tangan sebaiknya dapat dibedakan dari semua
pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu
atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki
dapatditingkatkan.
 Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian agar
mempunyai lebih dari satukegunaan.
 Peralatan sebaiknya sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalampemegangan dan
penyimpanannya.
 Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-
sendiri, misalnya sepertipekerjaan mengetik, beban
yang didistribusikan pada jari harus sesuai
dengankekuatan masing-masing jari.
 Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan
itu sebaiknya diatursedemikian sehingga badan dapat
melayaninya dengan posisi yang baik dandengan
tenaga yang minimum.
Pada tahapan pengolahan data maynard operation sequence
technique, langkah yang harus dilakukan antara lain (Febriana,
2013) :
1. Menentukan suatu model urutan dasar yaitu urutan gerakan
umum dan urutan gerakan terkendali
2. Menambahkan semua nilai indeks untuk parameter.
Mengkalikan nilai dengan mengkalikan 10
3. Mengubah nilai ke dalam TMU.
1 TMU = 0,036 detik
4. Melakukan perhitungan waktu normal
5. Melakukan perhitungan waktu baku

2.6. Perhitungan Waktu Standart, Waktu Standart Line dan Output


Standart
2.6.1. Perhitungan Waktu Standart
Waktu standard adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang
operator dengan kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Perhitungan waktu standart, waktu standart line dan
output standart yaitu dengan menggunakan metode pengukuran kerja
tidak langsung yaitu MTM dan MOST.

 Waktu Standard dirumuskan sebagai berikut :

100%
WS = Waktu Normal x ................................(i)
100%  % Allowance

 Allowance dirumuskan sebagai berikut :


Allowance
%𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒 = × 100%...............(ii)
(Allowance+ operasi+ mat.hand)

 Manfaat yang bisa kita ambil dari perhitungan waktu standard :


1. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja menjadi lebih akurat
2. Mampu mengestimasi biaya-biaya/ upah karyawan
3. Penjadwalan produksi dan penganggaran menjadi lebih mudah
diatur
4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan
/pekerja yang berprestasi menjadi lebih mudah dalam
pengukurannya
Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja
dapat diperhitungkan.

 Time Measurement Units (TMU) setara dengan 0,00001 jam. Konversi


untuk menghitung waktu standar (Ws) :
1 TMU = 0,00001 jam = 0,0006 menit = 0,036 detik
1 jam = 100.000 TMU, 1 menit= 1,667 TMU, 1 detik= 27,8 TMU
2.6.2. Perhitungan Waktu Standart Line
WS Line = Waktu terlama departemen yang bersifat paralel
(departemen 1 dan 2) + waktu departemen yang
bersifat seri (departemen 2)
Jika WS lama < WS baru, cek metode baru, berarti perlu diperbaiki
Menghitung Output standart :
1
𝑂𝑆 = 𝑊𝑆𝐿𝑖𝑛𝑒 .................................................................................(iii)
Bandingkan juga OS lama dan OS baru, ideal : OS baru > OS lama

(Modul Ajar Praktikum Ergonomi)


2.6.3. Perhitungan Output Standart
Output standard mempunyai hubungan yang berlawanan
dengan waktu standard, sehingga dapat dinyatakan :

1
𝑂𝑆 = 𝑊𝑆𝐿𝑖𝑛𝑒 .................................................................................(iv)

2.7. Line Balancing


Salah satu aplikasi atau pemanfaatan dari ditemukannya waktu baku/
standard adalah guna menyeimbangkan lintasan produksi (The Balancing of
Production Lines). Proses keseimbangan lintasan pada dasarnya merupakan
suatu hal yang tidak pernah mencapai kesempurnaan. Disini sedikit waktu lebih
(extra time) yang lebih dikenal dengan istilah “balancing delay” (Sritomo
W.,2008, h.289). Keseimbangan lintasan (Line Balancing) adalah upaya untuk
meminimumkan ketidakseimbangan diantara mesin-mesin atau personil untuk
mendapatkan waktu yang sama di setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan
produksi yang di inginkan. Secara teknis keseimbangan lintasan dilakukan
dengan jalan mendistribusikan setiap elemen kerja ke stasiun kerja dengan
acuan waktu siklus / cycle time (CT) (Purnomo H, 2004, h.119). Tujuan akhir
pada line balancing adalah memaksimalisasi kecepatan di setiap stasiun kerja
sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di setiap stasiun kerja (Kusuma,
2001 dalam Casban, 2016).
2.7.1. Metode Line Balancing
Menurut ahlinya (Halim, 2003), metode untuk line balancing
terdiri dari metode-metode :
1. Simulasi
Metode simulasi berdasarkan pengalaman (kualitatif). Simulasi
sendiri adalah duplikasi dari persoalan dalam kehidupan nyata
kedalam suatu model-model matematika yang biasanya dilakukan
dengan memakai komputer. Yang termasuk kedalam metode
simulasi adalah :
 COMSOAL
 CACB
 ALBACA
2. Heuristic
Metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi atau aturan-aturan
empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi
yang telah dicapai sebelumnya. Yang termasuk kedalam metode
heuristic adalah :
 Ranked Positional Weigt (RPW); Langkah yang dilakukan
dalam metode ini adalah membuat jaringan kerja sesuai
urutan operasi, membuat matrik posisi setiap operasi dalam
jaringan kerja, menyusun urutan sesuai rangking bobot
posisinya dari yang paling besar nilainya sampai yang
paling kecil dan menempatkan operasi kedalam stasiun
kerja (Biegel, 1992 dalam Casban, 2016).
 Region Approach (RA); Metode ini dilakukan
pengelompokan task-task ke dalam sejumlah kelompok
yang mempunyai tingkat keterhubungan yang sama.
3. Analitik
Metode penggambaran dunia nyata melalui simbol-simbol
matematis berupa persamaan dan pertidaksamaan. (Branch and
Bound Method). Purnomo, 2003 menyatakan bahwa line balancing
dapat dilakukan dengan metode :
 Killbridge-wester heuristic
 Helgeson-birnie
 Moodie Young
 Immediate Updater First-Fit Heuristic
 Rank and Assign Heuristic

2.8. Prinsip-Prinsip Pembuatan Jobsheet Dan Pem-breakdown-nan Elemen


Kerja

Dalam melakukan pengukuran kerja, pada umumnya yang terlebih dahulu


dilakukan adalah membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja dan
mengukur masing-masing elemen kerjatersebut. Pemecahan operasi menjadi
elemen-elemen kerja, perludilakukan dengan alas an sebagai berikut :
1. Dapat membagi ke dalam elemen-elemen yang lebih detail dan mampu
untuk diukur dengan mudah secara terpisah.
2. Dapat mengetahui waktu yang berlebihan/yang terlalu singkat untuk
setiap elemen kerja.
3. Dapat mengaplikasikan performance rating untuk setiap elemen kerja.
Terdapat tiga aturan yang harus diikuti untuk membagi suatu operasi
kerja ke dalam elemen-elemen kerja yaitu sebagai berikut :

a. Elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi masih
mudah untuk diukur waktunya dengan teliti.
b. Handling time seperti loading dan unloading harus dipisahkan dari
machine time.
c. Elemen kerja yang konstan (yang bebas dari pengaruh ukuran, panjang,
berat ataupun dari benda kerja yang dibuat). harus dipisahkan dengan
elemen kerja yang variabel.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir


Berikut Gambar 3.1 yang menggambarkan tentang tahapan-tahapan
pada pelaksanaan praktikum Peta Tangan Kanan dan Kiri pada perakitan
tamiya

Persiapan Praktikum

Memulai Perakitan Tamiya

Mengambil video proses perakitan tamiya

Mengamati hasil video tersebut

Mengambil data dari hasil video tersebut

Pengolahan Data

Mengambil Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Perakitan Tamiya


3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam modul praktikum ini adalah :
1. Video perakitan Tamiya
2. Observation sheet
3. Tabel gerakan therbligs
4. Tamiya rakitan/kabel olor
5. Obeng

3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum


 Pada praktikum ini semua kelompok kecil (beranggotakan 3 praktikan)
yang ada dibagi menjadi beberapa kelompok besar, masing-masing
kelompok besar ini berisikan 3 kelompok kecil
 Masing-masing kelompok besar bertanggung jawab atas pengambilan
data satu line assembley penuh. Satu line assembley terdiri dari 3
departemen, yaitu :
- Departemen sasis (rangka)
- Departemen perakitan dinamo
- Departemen akhir (bodi)
Misal :
Kelompok besar 1, dengan anggota :
1. Kelompok 1 bertugas mengamati dan mencatat departemen sasis
2. Kelompok 2 bertugas mengamati dan mencatat departemen
perakitan dynamo
3. Kelompok 3 bertugas mengamati dan mencatat departemen akhir
(bodi)

Pada saat laporan resmi setiap kelompok wajib melampirkan atau


mengolah semua data semua departemen dengan cara menukarkan
data antar departemen lain tapi hanya dalam kelompok besar saja.
- Membuat video perakitan tamiya tersebut
- Mengamati hasil dari video tersebut
- Membagi operasi kerja dan elemen-elemen kerja per departemen
- Membuat peta kerja tangan kanan dan kiri sesuai video yang
sudah diamati
- Merancang metode kerja yang baru yang lebih sistemetis, efisien
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang anda anggap kurang efektif
pada peta kerja tangan kanan dan kiri
- Membuat analisis dan kesimpulan maupun saran
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2003. Analisis Investasi. Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta
Casban dan Lien Herliani Kusumah. 2016. Analisis Keseimbangan Lintasan Untuk
Menciptakan Proses Produksi Pump Packaging Systems Yang Efisien di PT.
Bumi Cahaya Unggul. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Erliana, Cut Ita., Razif. 2017. Implementasi Desain Ergonomi Mobil Mesin
Penggilingan Padi. Jurnal Teknik Industri Vol. 6 No. 2. ISSN : 2302-934x
Febriana, Nevi Viliyanti, dkk. 2013. Analisis Pengukuran Waktu Kerja dengan
Metode Pengukuran Kerja Secara Tidak Langsung Pada Bagian
Pengemasan di PT. JAPFA COMFEED Indonesia Tbk. Malang : Universitas
Brawijaya.
Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ridlo, Balya Rosyid. 2012. Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Pengukuran
Tidak Langsung Studi Kasus Pengrajin Sarung Tenun Ikat di Wedani Gresik.
Surabaya : ITATS.
Risma, Simanjuntak dan Dian Hernita. 2008. Usulan Perbaikan Metode Kerja
Berdasarkan Micromotion Study dan Penerapan Metode 5S Untuk
Meningkatkan Produktifitas. Yogyakarta : Institut Sains dan Teknologi
AKPRIND.
Sitohang, Ericfrans Pangihutan., Defi Norita. -. Analisa Gerak dan Waktu Kerja,
Sampel Inkubasi Teh Botol Sosro Kemasan Kotak. Jurnal PASTI Vol IX No.
1. Teknik Industri : Universitas Mercubuana
Sukania, Wayan, dkk. 2012. Perbaikan Metode Perakitan Steker Melalui Peta
Tangan Kiri dan Tangan Kanan. Universitas Tarumanegara.
Sutalaksana, I., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. (2006). Teknik
Perancangan Sistem Kerja. Bandung: Penerbit ITB.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai