Anda di halaman 1dari 29

7

BAB 3
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknik Tata Cara
Kerja
Teknik Tata Cara Kerja adalah suatu ilmu yang
mempelajari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk
mendapatkan suatu rancangan sistem kerja terbaik.
Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk
mengatur komponen-komponen sistem kerja yang terdiri
dari manusia dengan sifat dan kemampuan-
kemampuannya,
bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta
lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai
tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi yang
diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang
dipakai serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis
yang ditimbulkannya (Sutalaksana dkk, 2006).
Ruang lingkup Teknik Tata Cara Kerja dapat dibagi
kedalam dua bagian besar yaitu perancangan dan
pengaturan lingkungan kerja serta pengukuran kerja.
Kegiatan perancangan dan pengaturan lingkungan kerja
dilaksanakan berdasarkan prinsip faktor manusia
(ergonomi), pengunaan peta kerja dan alat identifikasi
masalah serta studi gerakan dan prinsip ekonomi
gerakan. Kegiatan pengukuran kerja melibatkan
pengukuran waktu, pengukuran tenaga, pengukuran
psikologis dan pengukuran sosiologis.
Beberapa literature menampilkan peta proses regu
kerja dalam format yang berbeda-beda. Barnes (1980)
menampilkan peta proses regu kerja dengan simbol
operasi, transportasi, dan menunggu yang ditampilkan
menurun untuk tiap pekerja. Tampilan ini hanya
menampilkan unit-unit pekerjaan dan tidak menunjukkan
pergerakan waktu. Tampilan ini dapat dilihat pada
gambar 3.2. Sutalaksana dkk (2006) mengadopsi dan
mengembangkan format peta proses regu kerja tersebut
dengan menampilkan peta proses regu kerja dengan
format
seperti pada gambar 3.3. Format ini menampilkan simbol
seperti pada format peta proses regu sebelumnya yang
penyusunannya manyamping. Format ini juga dilengkapi
dengan waktu tiap unit pekerjaan. Format berbeda
menurut Niebel (2003) dapat dilihat pada gambar 3.4.

Study gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap


beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Seorang tokoh yang telah
meneliti gerakan - gerakan dasar secara mendalam adalah
Frank B. Gilberth beserta istrinya yang menguraikan
gerakan ke dalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan
yang dinamai Therblig (Sutalaksana, 1979)
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1995), terdapat dua
metode yang termasuk dalam penetapan waktu baku
dengan data waktu gerakan (predetermined motion time
system) yaitu sistem faktor kerja (work-factor system) dan
metode pengukuran waktu (methods-time measurement).
a. Work - factor system

Sistem faktor kerja merupakan salah satu sistem dari


Predetermined time system yang paling awal dan secara
luas diaplikasikan Sistem ini memungkinkan untuk
menetapkan waktu untuk pekerjaan-pekerjaan manual
dengan menggunakan data waktu gerakan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah yang
diambil di sini pertama kali adalah membuat analisa detail
setiap langkah kerja yang ada berdasarkan 4 variabel yang
merupakan dasar utama pelaksanaan kerja (anggota
tubuh, kerja perpidahan gerakan, manual kontrol dan
berat/hambatan yang ada) dan mengunakan data faktor
kerja sebagai unit pengukurnya. Langkah berikutnya
adalah menentukan waktu baku yang diperoleh dari Tabel
data waktu baku gerakan (Wignjosoebroto, 1995).
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon
yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti hukum alam dan dapat didefinisikan
sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi,
enginerring, manajemen dan desain/perancangan.
Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di
rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi
dibutuhkan studi tentang sistem dimana
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya
(Nurmianto, 2005).
Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip bahwa
pekerjaanlah yang harus disesuaikan
dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh
manusia (fitting the job to the
man). Ini berarti dalam merancang suatu jenis pekerjaan,
perlu diperhitungkan faktorfaktor
apa saja yang menjadi kelebihan dan keterbatasan
manusia sebagai pelaku kerja.
Salah satu faktor keterbatasan manusia yang harus
dipertimbangkan adalah keterbatasan
dalam ukuran dimensi tubuh. (Wignjosoebroto, 2001).

Proses telaah/analisis metode kerja pada prinsipnya akan


menitik-beratkan pada studi tentang gerakan-gerakan
kerja yang dilakukan oleh oekerja untuk menyelesaikan
pekerjaan. Dari hasil studi ini diharapkan akan
menghasilkan gerakan-gerakan standar untuk
menyelesaikan pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan kerja
yang efektif dan efisien. Untuk mencapai maksud ini
terlebih dahulu haruslah diperoleh kondisi pekerjaan yang
memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan secara
ekonomis. Hal ini selanjutnya disebut Studi Ekonomi
Gerakan.
Pada studi ekonomi gerakan ketika menganalisa dan
mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode
kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan
prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip ekonomi
gerakan ini dapat dipergunakan untuk menganalisa
gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam
sebuah proses kerja dan juga untuk kegiatan kerja yang
berlangsung secara menyeluruh dari satu proses ke proses
kerja yang lainnya.
1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan
penggunaan anggota tubuh manusia:
a. Sebaiknya kedua tangan harus memulai dan mengakhiri
gerakannya dalam waktu yang bersamaan.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat
yang sama kecuali pada waktu istirahat.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap
lainnya simetris dan berlawanan arah.
d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu
hanya menggerakkan bagian badan yang diperlukan saja
untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
e. Hindari gerakan yang menyebabkan perubahan arah
karena akan menghabiskan
waktu yang lebih banyak.
f. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak
mata terbatas pada satu bidang tanpa perlu mengubah
fokus.

2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat


kerja berlangsung:
a. Sebaiknya badan dan peralatan mempunyai tempat
yang tetap.
b. Tempatkan bahan-bahan dan fasilitas kerja ditempat
yang mudah dan cepat untuk dicapai.
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan
sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga
bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat yang
dekat untuk diambil.
d. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang
sudah selesai dirancang.
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan
teratur sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat
dilakukan dengan urutan terbaik.

f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya dirancang


sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri atau duduk
dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang
menyenangkan.
g. Tipe tinggi kursi harus dirancang sedemikian rupa
sehingga yang mendudukinya memiliki postur yang baik
dan nyaman.
h. Tata letak fasilitas kerja sebaiknya diatur sedemikian
rupa sehingga dapat membentuk kondisi kerja yang baik.

3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain


peralatan kerja yang dipergunakan:
a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua
pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau
alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar
mempunyai lebih dari satu kegunaan.
c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa
sehingga memudahkan dalam pemegangan dan
penyimpanan.
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-
sendiri, misalnya seperti pekerjaan mengetik, beban yang
didistribusikan pada jari harus sesuaidengan kekuatan
masing-masing jari.

4.4 Penutup
4.4.1 Bahan Diskusi dan Tugas
1. Uraikan gerakan therligh yang digunakan ketika
merakit komponen pulpen
2. Jelaskan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

Sutalaksana et.al (1979) Teknik Tata Cara Kerja


(Methods Engineering) adalah suatu ilmu yang terdiri dari
beberapa teknik dan prinsip untuk mendapatkan
rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Teknik dan
prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen sistem
kerja yang terdiri dari : 1) manusia dengan segala sifat
dan keterbatasannya, 2) Bahan, 3) Perlengkapan dan
Peralatan kerja, 4) Lingkungan kerja sehingga dicapai
tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi.

Pengukuran Waktu Kerja


Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan
lama kerja yang dibutuhkan oleh operator terlatih dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat
kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja
yang terbaik. Pengukuran kerja dapat diartikan sebagai
teknik untuk menyeimbangkan kegiatan manusia yang
dilakukan dengan unit output yang dihasilkan.
Pengukuran waktu kerja dibagi menjadi dua bagian yaitu
pengukuran waktu kerja secara langsung dan pengukuran
waktu kerja secara tidak langsung. Pengukuran waktu
kerja secara langsung adalah sebuah kegiatan pengamatan
dimana data yang diperoleh secara langsung dari suatu
tempat yang diamati. Pengukuran waktu kerja secara tidak
langsung adalah sebuah kegiatan pengamatan dengan
tidak melakukan perhitungan secara langsung dan
mengamati langsung tempat kerjanya melainkan hanya
membaca tabel waktu yang ada dan mengerti jalannya
pekerjaan melalui elem-elemen gerakan.
(Wignjosoebroto, Sritomo 2003)
2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Langsung

Pengukuran waktu kerja secara langsung adalah sebuah


kegiatan pengamatan dimana data yang diperoleh secara
langsung dari suatu tempat yang diamati. Dalam
pengukuran waktu kerja langsung terdapat dua cara, yaitu
dengan teknik sampling kerja atau memakai jam henti
(Stop watch).
2.1.1.1 Pengukuran Waktu dengan Jam Henti (Stop
Watch Time Study)

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti merupakan


suatu metode yang dapat optimal jika diaplikasikan pada
pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang
(repititive). Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu
yang dapat dipertanggungjawabkan maka tidaklah cukup
sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan
menggunakan
jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar
akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk jumlah
pengukuran dan lain-lain. Secara garis besar pelaksanaan
metode ini adalah sebagai berikut:
1. Penetapan tujuan pengukuran yaitu menetapkan
maksud dan tujuan kepada operator tersebut.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
3. Memilih operator merupakan kegiatan untuk memilih
jenis pekerjaan yang akan diukur dan siapa operator yang
bersangkutan yang akan diukur.
4. Melatih operator (kondisi atau cara kerja yang tidak
biasa)
5. Mengurangi pekerjaan atas elemen pekerjaan
6. Menyiapkan alat-alat pengukuran yang diperlukan
7. Mengamati waktu kerja operator
8. Menentukan siklus kerja yang akan diamati dengan
penentuan tingkat ketelitian dan keyakinan
9. Menentukan Penyesuaian dan kelonggaran operator
rate performance ini ditetapkan untuk semua elemen kerja
yang ada.
10. Menghitung waktu baku

(Wignjosoebroto 2000)
2.1.1.2 Sampling Pekerjaan (Work Sampling)
Sampling kerja adalah metode yang digunakan untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap
aktivitas kerja dari operator. Ratio delay study atau
random observation method, penggunaannya di dalam
sampling kerja pengamatan terhadap suatu objek yang
ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh,
dapat dilaksanakan dengan pengambilan sampel secara
acak. Banyaknya pengamatan dalam kegiatan sampling
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu tingkat ketelitian dan
tingkat kepercayaan. Aplikasi work sampling adalah
penetapan waktu baku, penetapan waktu tunggu, dan
disiplin kerja.
(Sritomo, 1989) Laporan Praktikum Perancangan Sistem
Kerja Dan Ergonomi Modul 3 – Stopwatch Time Study
Kelompok 1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
2015 6
2.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Tidak Langsung

Pengukuran waktu kerja tidak langsung merupakan suatu


kegiatan pengamatan dengan tidak melakukan
perhitungan secara langsung dan mengamati langsung
tempat kerjanya melainkan hanya membaca tabel waktu
yang ada dan mengerti jalannya pekerjaan melalui
elemen-elemen gerakan. Pengukuran waktu kerja tidak
langsung meliputi tentang metode standar data / formula,
metode analisa regresi, predetermined motion time
system.
2.1.2.1 Pengukuran Kerja dengan Metode Standar
Data Formula

Pengukuran waktu kerja dengan metode standard data


formula merupakan pengukuran kerja sering dilakukan
hanya untuk satu jenis operasi atau suatu pekerjaan
tertentu saja, sehingga tidak akan dapat dimanfaatkan
untuk operasi kerja lainnya. Metode ini dikhususkan
untuk diaplikasikan pada elemen kegiatan konstan seperti
set-up, loading/unloading, handling machine, dan
sebagainya. Kelebihan metode ini adalah dapat
mempercepat proses yang diperlukan untuk penetapan
waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian
pekerjaan serta dapat mengurangi aktivitas pengukuran
kerja tertentu.
2.1.2.2 Pengukuran Kerja dengan Metode Analisa
Regresi

Pengukuran Kerja dengan Metode Analisa Regresi adalah


metode analisa regresi berguna untuk menyederhanakan
pengukuran waktu dengan metode standar data yang
dibutuhkan apabila elemen kerja yang diukur tidak berupa
variabel tertentu. Kasus-kasus yang sering terjadi dimana
elemen kerja tidak berupa variabel-variabel yang sama
dengan yang telah didefinisikan dalam formula.
2.1.2.3 Penetapan Waktu Baku dengan Data Waktu
Gerakan

Penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan


merupakan suatu sistem gerak yang telah dikerjakan yang
terdiri dari suatu kumpulan data waktu dan prosedur
sistematik dengan menganalisa dan membagi-bagi setiap
operasi kerja(manual) yang dilaksanakan oleh operator ke
dalam gerakan-gerakan kerja, gerakan-gerakan anggota
tubuh (body movements) ataupun elemen-elemen gerakan
manual lainnya dan kemudian menetapkan Laporan
Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3 – Stopwatch Time Study Kelompok 1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
2015 7
nilai waktu masing-masing berdasarkan waktu yang ada.
Aplikasi sistem gerak yang telah dikerjakan tersebut,
mengharuskan membagi-bagi secara detail operasi kerja
yang akan diukur dalam gerakan-gerakan dasar (basic
motion) sesuai dengan siatem yang akan dipakainya nanti.
(Sritomo, 1989)
2.2 Gerakan Fundamental (Therblig’s)

Gerakan fundamental atau Therblig’s adalah suatu


gambar yang menunjukan simbol-simbol yang ditujukan
untuk keadaan operator pada saat melakukan
pekerjaannya. Sebagian besar dari elemen-elemen dasar
Therblig’s merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi
apabila suatu pekerjaan sedang dilaksanakan, dimana
lebih sering bersifat manual. Terdapat gerakan-gerakan
dasar kerja kedalam 17 gerakan dasar therblig’s. Berikut
ini masing-masing therbilig;s tersebut di definisikan
sebagai:
Gambar 2.1 Gerakan Fundamental Laporan Praktikum
Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Modul 3 –
Stopwatch Time Study Kelompok 1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
2015 8
Elemen Therblig’s diklasifikasikan menjadi efektif dan
inefektif:
Effective Therblig
Physical Basic Divisions
Menjangkau (reach)
Membawa (move)
Melepas (release)
Memegang (grasp)
Mengarahkan awal (Pre-position)
Objective Basic Divisions
Memakai (use)
Merakit (Assamble)
Melepas rakitan (diassemble)
Ineffective Therblig
Mental atau Semi Mental Basic Divisions
Mencari (search)
Memilih (select)
Mengarahkan (position)
Memeriksa (inspect)
Merencakan (plan)
Delay
Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable
delay)
Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)
Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome
fatigue)
Memegang untuk memakai (hold)
Secara garis besar masing-masing Therbligh tersebut
dapat didefinisikan sebagai berikut:
Mencari (search)

Gerakan elemen pekerja untuk menentukan lokasi suatu


objek Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan
Ergonomi Modul 3 – Stopwatch Time Study Kelompok 1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
2015 9
Memilih (select)

Gerakan kerja untuk menemukan suatu objek diantara dua


atau lebih obbjek yang sama lainnya.
Memegang (Grasp)

Elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup


jari-jari tangan objek yang dikehendaki dalam suatu
operasi kerja.
Menjangkau / Membawa tanpa beban (Transport
Empty)

Gerakan kerja tang yang menggambarkan berpindah


posisi tanpa beban atau hambatan
Membawa dengan beban (Transport Loaded)

Gerakan perpindahan tangan dengan tangan bergerak


dalam kondisi membawa beban (obyek).
Memegang untuk memakai (Hold)

Gerakan yang tangan memegang objeknya tetapi tangan


tidak bergerak
Melepas (release load)

Gerakan melepas yang terjadi pada tangan operator


melepaskan kembali terhadap obyek yang dipegang
sebelumnya.
Mengarahkan (Position)

Gerakan yang terdiri dari menempatkan obyek pada


lokasi yang dituju secara tepat
Mengarahkan awal (Pre-Position)

Elemen kerja yang mengarahkan obyek pada suatu tempat


sementara sehingga pada saat kerja mengarahkan obyek
benar-benar dilakukan maka obyek tersebut degan mudah
akan bisa dipegang dan dibawa kearah tujuan yang
diinginkan
Memeriksa (Inspection)

Elemen yang langka yaitu untuk menjamin bahwa obyek


telah memenuhi syarat kualitas yang ditetapkan
Merakit (assemble)

Elemen garakan untuk menghubungkan antara dua obyek


atau lebih menjadi satu kesatuan Laporan Praktikum
Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Modul 3 –
Stopwatch Time Study Kelompok 1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
2015 10
Mengurai rakit (Dissembly)

Elemen gerak yang berupa kebalikan dari merakit


(assemble)
Memakai (use)

Elemen gerakan yang salah satu atau kedua tangan


digunakan untuk memakai suatu alat atau obyek untuk
tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung.
Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable
Delay)

Kondisi keterlambatan kerja yang diakibatkan dnegan


faktor diluar control dari operator dan merupakan
interupsi terhadap proses kerja yang sedang berlangsung
Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)

Setiap waktu menganggur yang terjadi pada siklus kerja


yang berlangsunb merupakan tanggung jawab operator
baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
Merencanakan (plan)

Proses dimana operator berhenti sejenak bekerja dan


memikir untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang
harus dikerjakan selanjutnya
Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome
fatique)
Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja tetapi
berlangsung secara periodik.
(Wignjosoebroto, 1995)
2.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Ekonomi gerakan merupakan prinsip yang digunakan


pada badan pekerja saat melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang dapat diatur dengan prinsip ekonomi gerakan dan
menjadikan gerakan-gerakan yang ekonomis.
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan tersebut adalah sebagai
berikut:
Eleminasi Kegiatan
1. Eleminasi semua kegiatan yang memungkinkan,
langkah atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak
berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan,
tangan).
2. Eliminasi kegiatan yang tidak beraturan dalam setiap
kegiatan. Tempatkan
3. Eliminasi pada penggunaan tangan
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan
Ergonomi Modul 3 – Stopwatch Time Study Kelompok 1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
2015 11
4. Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak sebharusnya
5. Eliminasi waktu menganggur atau idle time
Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja
1. Mengamati gerakan-gerakan kerja yang berlangsung
pendek dan terputus-putus.
2. Kombinasikan beberapa aktifitas yang mampu
ditangani oleh peralatan kerja yang membuat desain yg
multi purpose
3. Sebaiknya distribusikan kegiatan dengan membuat
keseimbangan kerja diantara kedua tangan.
Penyederhanaan Kegiatan
1. Mengurangi kegiatan pada kegiatan mencari-cari objek
2. Menempatkan benda kerja pada jangkauan tangan yang
normal
3. Melakukan kegiatan dengan prinsip kebutuhan energi
otot yang digunakan minimal.

Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan


tubuh manusia dan gerakannya:
1. Tangan kanan dan tangan kiri tidak menganggur pada
saat bekerja, kecuali pada saat istirahat
2. Tangan kanan dan tangan kiri saat memulai dan
mengakhiri gerakan pada saat yang sama di saat bekerja
3. Gerakan kedua tangan harus bersifat simetris
4. Kurangi gerakan patah-patah, sebab akan terjadi
kelambatan pada saat bekerja
5. Sebelumnya harus mempersiapkan rancangan kerja
yang mudah

Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan


pengaturan tata letak tempat kerja:
1. Bahan dan alat ditempatkan pada tempat yang tidak
berpindah-pindah
2. Bahan dan alat ditempatkan pada tempat yang mudah
dijangkau

Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan


desain peralatan kerja yang digunakan: Laporan
Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3 – Stopwatch Time Study Kelompok 1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
2015 12
1. Sebisa mungkin untuk menggunakan peralatan kerja
yang dapat melaksanakan berbagai pekerjaan sekaligus
2. Kurangi aktivitas pekerjaan yang bersifat manual

(Wignjosoebroto, 2003)
2.4 Melakukan Pengukuran Waktu
2.4.1 Waktu siklus

Waktu siklus merupakan waktu penyelesaian satu satuan


produksi mulai dari bahan baku hingga proses di tempat
kerja sehingga menghasilkan produk yang merupakan
jumlah dari tiap elemen kerja. Waktu yang diperlukan
untuk melakukan elemen-elemen kerja pada dasarnya
akan sangat berbeda dari suatu siklus ke siklus kerja yang
lainnya, walaupun tenaga kerja berkerja pada kecepatan
normal dan uniform. Waktu siklus dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
X=Σ ………………………………….(2.1)
Dimana:
X = Waktu Siklus
x = Waktu Pengamatan
n = Jumlah pengamatan yang akan dilakukan
(Sritomo,1989)
2.4.2 Performance Rating dengan Metode Westing
House dan Waktu Normal
Westing House
Perfomance rating menurut Westing House mencakup
antara lain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang
dinyatakan oleh Bedeaux sebagai faktor yang
mempengaruhi perfomansi manusia, lalu Westing House
menambahkan faktor kondisi kerja (working condition)
dan konsistensi (concistency) dari operator dalam
melakukan kerja. Untuk mendukung ini Westing House
membuat suatu tabel performance rating yang berisi nilai
berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing
faktor tersebut. Laporan Praktikum Perancangan Sistem
Kerja Dan Ergonomi Modul 3 – Stopwatch Time Study
Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA
Sutalaksana, Iftikar, dkk, (1979), Teknik Tata Cara Kerja,
Departemen Teknik
Industri – ITB, Bandung.
Wignjosoebroto, Sritomo, (2003), Ergonomi Studi Gerak
dan Waktu, Cetakan
Ketiga, Guna Widya, Jakarta.
Wetik, J., L, (1976), Penelitian Kerja dan Pengukuran
Kerja, Edisi Revisi,
Erlangga, Jakarta.
International Labour Office, (1983), Penelitian Kerja dan
pengukuran Kerja,
Catatan Kedua, Erlangga, Jakarta.
Salim Ridwan, Agus, (1991), Analisis Jabatan dan
Administrasi Perupahan,
Diktat Perkuliahan, Bandung.
Ruky S Achmad, (2002), Manajemen Pengupahan dan
Penggajian Untuk
Karyawan Perusahaan, Bagaimana Merencanakan dan
Merancang Upah
Perangsang, Gramedia, Jakarta.

Kroemer and Kroemer. 2001. Ergonomics, How To


Design For Ease And Efficiency. Prentice Hall
International Series in Industrial and Systems
Engineering. W.J. Fabrycky & J.H. Mize, New Jersey,
USA.
Huchingson. 1981. New Horizons For Human Factors in
Design. Mc-Graw-Hill. USA
Anjuran (A):
Chaffin and Anderson. 1991. Occupational
Biomechanics. John Wiley and Sons, Inc. New York.
USA.
Astrand and Rodahl. 1986. TextBook of Work Physiology,
Physiological Bases of Exercise. Mc-Graw-Hill. USA.
Sanders and McCormick. 1993. Human Factors in
Engineering and Design. McGraw-Hill Singapore.
Philips, C.A.P. 2000. Human Factors Engineering. John
Wiley and Sons. USA.
4.5 Daftar Pustaka
1. Barnes, Ralph M. Motion and Time Study Design and
Measurement of Work. 9th edition. John Willey & Sons.
NY. 1980
2. Niebel., Benjamin. Methods, Standards, And Work
Design 11th edition. McGraw-Hill 2003
3. Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. ITB.
Bandung. 1979.
4. Wignjosoebroto, Sritomo S. Ergonomi, Studi Gerak
dan Waktu: Teknik Analisis Untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja. Jakarta. 1995
DAFTAR PUSTAKA
Ing, S., “Studi Perabot Pada Taman Kanak-kanak Negeri
Pembina Kelompok B Di Surabaya”,
http://dewey.petra.ac.id/dgt_search_simple.php. 2004
Liliana, Y. P., dkk “Pertimbangan Ergonomi Pada
Pendisainan ”, Journal sekolah Teknologi
Nuklir, Batan. 2007.
Nurmianto, E., “Ergonomi, Konsep Dasar dan
Aplikasinya”, Surabaya. 1996.
Sutalaksana, I. Z., “Teknik Tata Cara Kerja”, MTI ITB,
Bandung. 1979.
Setiyani, I., “Manajemen Kurikulum Anak Usia Dini”,
Journal. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2009.
Soeryana, H., “Kerangka Dasar Kurikulum Paud”,
http://hidayatsoeryana. wordpress.com. 2008.
Widodo, I., “Perencanaan dan Pengembangan Produk”,
UII Press, Jogyakarta. 2005.
Wignjosoebroto, S., “Ergonomi, Studi Gerakan dan
Waktu”, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya. 1995.

Kroemer and Kroemer. 2001. Ergonomics, How To


Design For Ease And Efficiency. Prentice Hall
International Series in Industrial and Systems
Engineering. W.J. Fabrycky & J.H. Mize, New Jersey,
USA.
Huchingson. 1981. New Horizons For Human Factors in
Design. Mc-Graw-Hill. USA
Anjuran (A):
Chaffin and Anderson. 1991. Occupational
Biomechanics. John Wiley and Sons, Inc. New York.
USA.
Astrand and Rodahl. 1986. TextBook of Work Physiology,
Physiological Bases of Exercise. Mc-Graw-Hill. USA.
Sanders and McCormick. 1993. Human Factors in
Engineering and Design. McGraw-Hill Singapore.
Philips, C.A.P. 2000. Human Factors Engineering. John
Wiley and Sons. USA.

Secara garis besar masing - masing gerakan Therblig


dapat didefinisikan sebagai berikut (Wignjosoebroto,
1995):
1. Mencari.
Mencari adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk
menentukan lokasi suatu obyek. Gerakan dimulai pada
saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir jika obyek
telah ditemukan. Mencari ini termasuk dalam gerakan
Therblig yang tidak efektif.
2. Memilih.

Memilih merupakan elemen gerakan Therblig untuk


menemukan atau memilih suatu obyek diantara dua atau
lebih obyek lainnya yang sama. Memilih ini termasuk
dalam elemen gerakan Therblig yang tidak efektif.

Anda mungkin juga menyukai