Anda di halaman 1dari 10

BAB VII

PETA KERJA USULAN

7.1 Landasan Teori


Landasan teori adalah

7.1.1 Deskripsi Peta Kerja


Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas mulai dari awal sampai akhir proses. Didalam peta kerja
terdapat banyak informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja.
Fungsi peta kerja adalah untuk menganalisa suatu pekerjaan, sehingga dapat
mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja. Peta kerja dibedakan menjadi
dua yaitu peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat (wignjosoebroto, 2000)
Peta kerja keseluruhan merupakan suatu peta kerja yang didalamnya
melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat
produk yang bersangkutan. Macam-macam peta kerja keseluruhan menurut
kegunaanya terdiri dari peta proses operasi, peta aliran proses, peta proses
kelompok kerja, dan diagram alir (wignjosoebroto, 2000).
Peta kerja setempat merupakan suatu peta kerja yang didalamnya hanya
melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Macam-macam peta kerja
setempat menurut kegunaannya terdiri dari peta pekerja dan mesin, dan peta
tangan kiri tangan kanan.

7.1.2 lambang-lambang pada peta kerja


Pada tahun 1970 American Society of Mechanical Engineers (ASME)
membuat standar lambang-lambang yang terdiri dari lima macam lambang yang
merupakan modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh gilbert.
Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : (Sutalaksana, 2006)
(Operasi)
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat,
baik fisik maupun kimiawi. Mengambil informasi maupun memberikan informasi
pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang
paling banyak terjadi dalam suatu mesin atau sistem kerja.
(Pemeriksaan)
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami
pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang pemeriksaan
digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau
membandingkan objek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak
menjuruskan bahan kearah menjadi suatu barang jadi.
(Transportasi)
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan
mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi.
Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh
petugas pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung,
bukanlah merupakan transportasi.
(Menunggu)
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun perlengkapan tidak
mengalami kegiatan apaapa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian ini
menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk sementara waktu tanpa
pencatatan sampai diperlukan kembali.
(Penyimpanan)
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja di simpan untuk jangka waktu
yang cukup lama. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu objek yang
mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap
pengeluaran tanpa izin tertentu.

7.1.3 Metode 5R atau 5S


Metode 5S merupakan pendekatan yang mengatur lingkungan kerja untuk
mengurangi waste-waste yang seringkali terjadi di dalam perusahaan sehingga
terciptanya lingkungan kerja yang efektif, efisien dan produktif (Osada dalam
Putra, 2014). Terciptanya budaya 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke)
dalam perusahaan dapat meningkatkan layanan bagi konsumen, serta penataan
tempat kerja yang teratur dapat memperbaiki produktivitas kerja dalam
perusahaan (Heizer & Render, 2014).
Seiri (Pemilahan)
Seiri adalah kegiatan membedakan antara barang yang masih diperlukan dan yang
tidak diperlukan, serta membuang barang yang sudah tidak diperlukan lagi.
Kegiatan ini juga dapat dilakukan dengan memutuskan mana barang yang lebih
penting dan mana yang kurang penting, kemudian menetapkan barang
berdasarkan prioritas. Misalnya, barang A lebih sering diminati daripada barang
B, maka barang A lebih diprioritaskan untuk dilakukan penataan, penyimpanan
barang yang lebih diminati disimpan didekat kita sedangkan barang yang jarang
diminati disimpan lebih jauh. Selain memisahkan barang sesuai prioritas,
diperlukan juga kesadaran untuk membuang barang yang sudah rusak atau cacat.
Seiton (Penataan)
Dalam penerapan 5S Seiton yang berarti menyimpan barang pada tempat yang
benar atau tata letak yang sesuai, sehingga saat diperlukan secara mendadak dapat
digunakan dengan mudah. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengelompokan barang. Salah satu kegiatan ini dapat menghilangkan pemborosan
waktu dalam proses pencarian. Sasaran dari kegiatan Seiton ini diharapkan dapat
menghasilkan tempat kerja yang rapi, tata letak dan penempatan lebih efisien
sehingga terjaganya kemanan dan mutu, menghilangkan pemborosan waktu dalam
proses pencarian. Dalam melakukan kegiatan Seiton agar berjalan dengan baik,
dibutuhkan adanya aturan agar tidak sulit dalam melakukannya. Tentukan Tempat
Barang yang Tepat. Menentukan tempat untuk menyimpan barang barang secara
tepat yang mudah terjangkau. Selanjutnya Tentukan Bagaimana Menyimpan
Barang. Menentukan penyimpanan barang agar mudah ditemukan dan di ambil
saat barang dibutuhkan. Sehingga tidak membuang waktu proses pencarian. Dan
Taati Aturan Penyimpanan. Mentaati peraturan untuk selalu menyimpan kembali
barang yang diambil ke tempatnya semula. Budaya ini mudah untuk dilakukan,
tetapi untuk mempertahankannya harus dibiasakan untuk selalu taat peraturan.
Seiso (Pembersihan)
Istilah Seiso secara umum yang berarti membersihkan barang-barang sehingga
menjadi bersih. Pembersihan yang dilakukan dapat menjadi pemeriksaan pada
kebersihan dan menciptakan lingkungan yang nyaman tanpa cacat cela (Osada,
2002), sehingga kegiatan seperti membuang sampah dan membersihkan kotoran
menjadi hal yang semakin penting. Sasaran yang dari kegiatan Seiso diharapkan
dapat mencapai tingkat kebersihan yang diharapkan. Kotoran mencapai angka nol,
dapat menemukan permasalahan melalui pengawasan kebersihan, menumbuhkan
pemahaman bahwa kegiatan pembersihan juga menjadi kegiatan pemeriksaan.
Dalam melakukan kegiatan Seiso ada tiga macam tingkat pembersihan, pertama
yaitu tingkat makro dengan membersihkan segala sesuatu dan menemukan
penyelesaian dari penyebab yang berkaitan. Kedua, tingkat individual, melakukan
pembersihan pada tempat kerja dan mesin. Ketiga, tingkat mikro, melakukan
pembersihan pada persediaan dan peralatan, mencari dan memperbaiki penyebab
kotoran. Dalam melakukan pembersihan tempat kerja Osada mengemukakan 4
langkah prosedur yang harus diikuti, sebagai berikut: Bagi daerah menjadi
beberapa bagian dan mengalokasikan tanggung jawab untuk tiap bagian; Tentukan
apa yang harus dibersihkan,urutan, dan pengerjaan. Untuk melakukan
pembersihan, tiap orang harus paham pentingnya dari pembersihan agar dapat
menemukan sumber permasalahan; Melakukan revisi cara melakukan
pembersihan agar bagian yang sulit dibersihkan kedepannya lebih mudah
dibersihkan; dan Menentukan standard kebersihan agar tingkat kebersihan barang
sesuai dengan yang diinginkan.
Seiketsu (Pemantapan)
Pemantapan pada 5S dapat diartikan terus-menerus dan secara berulangulang
dalam melakukan kegiatan 5S yang sebelumnya yaitu pemilahan, penataan, dan
pembersihan. Yang berarti kegiatan pemantapan ini adalah melakukan
pengulangan kembali kegiatan pemilahan, penataan, dan pembersihan untuk
memastikan keadaan aktivitas 5S terpelihara dengan baik. Kegiatan pemantapan
ini ditargetkan dapat menciptakan pemeliharaan atau konsistensi dari pemilahan,
penataan, dan pembersihan yang baik. Melalui kegiatan pemantapan yang
dilakukan dengan teratur akan menampakan keadaan yang tidak normal secara
visual dan dapat melatih ketrampilan untuk menciptakan dan memelihara kontrol
visual. Menemukan keadaan tidak normal secara visual biasanya akan ditemukan
keadaan yang tidak sesuai dengan standard, misal seperti barang cacat. Untuk
menemukan ketidak normalan dalam melakukan aktivitas dibutuhkan seseorang
yang penuh perhatian dalam menemukan permasalahan, maka dibutuhkan
pelatihan ketrampilan yang dapat memicu kewaspadaan dalam menciptakan
kontrol visual yang baik. Untuk membantu memperlancar proses kontrol visual,
biasanya diberikan alat kontrol visual yang mudah dipahami dengan memberi
gambaran dari peragaan kontrol visual, contohnya :Peragaan membuang sampah
pada tempatnya; Waspada terhadap bahaya; Indikasi peletakan barang; dan
Peringatan berhati-hati dalam pengoperasian. Dalam pembuatan alat kontrol
visual, ada hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Osada, (2002): Alat kontrol
visual mudah dilihat dari jarak jauh; Memasang peragaan pada barang yang
bersangkutan; Setiap orang dapat mengerti apa yang benar dan apa yang salah;
Setiap orang dapat menggunakannya dengan mudah; Setiap orang dapat
melakukannya dan mudah untuk melakukan koreksi; Usahakan supaya saat
melaksanakan kontrol visual dapat membuat tempat kerja menjadi lebih teratur.
Shitsuke (Pembiasaan)
Kegiatan 5S tidak akan berhasil tanpa adanya pembiasaan. Kegiatan yang
dilakukan dengan benar berulang-ulang, secara alami akan membentuk
pembiasaan yang baik (Osada, 2002). Adanya kegiatan pembiasaan ini dapat
melatih potensi karyawan untuk melaksanakan tugasnya dengan lebih maksimal
daripada sebelumnya. Untuk menciptakan kebiasaan yang baik dapat dilakukan
dengan memberi pelatihan pada karyawan, apa yang harus dilakukan, dan
memberi perintah pada karyawan. Menciptakan peraturan tegas dalam perusahaan
akan membantu pendisiplinan karyawan dalam melatih pembiasaan diri, setelah
melalui pendisiplinan yang dilakukan berulang-ulang, maka kebiasaan buruk pada
karyawan akan tergantikan dengan kebiasaan baik yang dibentuk selama kegiatan
pembiasaan.

7.1.4 Gerakan Dasar Gilbert


Gilbreth membagi elemen gerakan dasar menjadi tujuh belas elemen
gerakan yang disebut Therblig. Ketujuh belas elemen Therblig tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi Therblig efektif dan Therblig inefektif. Therblig efektif
adalah semua elemen dasar yang berkaitan langsung dengan aktivitas kerja.
Therblig ini sulit untuk dihilangkan, tetapi waktu gerakannya dapat diperpendek.
Therblig tidak efektif adalah elemen therblig yang tidak berkaitan dengan
aktivitas penyelesaian pekerjaan secara langsung dan seharusnya dihilangkan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar analisa operasi kerja dan ekonomi
gerakan.(Sutalaksana, 1979).
A. Therblig Efektif
1. Menjangkau (Reach) Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat
tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini
biasanya didahului oleh gerakan melepas (Release) dan diikuti oleh gerakan
memegang (Grasp). Therblig ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan
berakhir pada saat tangan sudah berhenti.
2. Memegang (Grasp) Therblig ini adalah gerakan untuk memegang objek,
biasanya didahului oleh gerakan menjangkau (Reach) dan dilanjutkan oleh
gerakan membawa (Move). Gerakan ini merupakan gerak yang efektif yang sulit
untuk dihilangkan meskipun masih dapat dikurangi dalam beberapa keadaan.
3. Membawa (Move) Gerakan ini merupakan gerakan perpindahan tangan dalam
keadaan dibebani oleh suatu benda. Gerakan membawa biasanya didahului oleh
gerakan memegang (Grasp) dan dilanjutkan oleh melepas (Release) atau dapat
juga oleh gerakan mengarahkan (Position).
4. Melepas (Release Load) Gerakan ini terjadi bila seorang pekerja melepaskan
objek tang dipegangnya. Gerakan ini merupakan gerakan yang terjadi relatife
singkat dibandingkan gerakan Therblig lainnya. Therblig ini dimulai pada saat
pekerja mulai melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya
sudah tidak menyentuh objek lagi.
5. Mengarahkan sementara (Pre-position) Mengarahkan sementara adalah gerakan
mengarahkan objek pada suatu tempat secara sementara. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pemegangan apabila objek tersebut akan dipakai kembali.
6. Memakai (Use) Gerakan memakai terjadi bila satu atau kedua tangan dipakai
untuk menggunakan alat. Lamanya waktu yang digunakan untuk gerak ini
tergantung dari jenis pekerjaan dan keterampilan dari pekerjanya.
7. Merakit (Assembly) Merakit adalah gerakan menggabungkan suatu objek
dengan objek lain sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului
oleh Therblig membawa (Move) atau mengarahkan (Position) dan dilanjutkan
oleh Therblig melepas (Release).
8. Lepas Rakit (Disassembly) Therblig ini merupakan kebalikan dari Therblig
merakit (Assembly), yaitu gerakan melepaskan dua bagian objek dari satu
kesatuan.
B. Therblig Tidak Efektif
1. Mencari (Search) Mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja
untuk menemukan lokasi suatu objek. Biasanya yang banyak
bekerja dalam gerakan ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada
saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah
ditemukan.
2. Memilih (Select) Memilih adalah gerakan untuk menemukan
suatu objek yang tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian
badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. Therblig
ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih, dan
berakhir bila objek sudah ditemukan.
3. Mengarahkan (Position) Gerakan ini mengarahkan suatu objek
pada suatu lokasi tertentu. Mengarahkan biasanya didahului oleh
gerakan membawa (Move) dan diikuti oleh gerakan merakit
(Assembly). Gerakan ini dimulai sejak tangan mengendalikan
objek dan berakhir pada saat gerakan merakit (Assembly) atau
memakai (Use) dimulai.
4. Memeriksa (Inspection) Gerakan ini merupakan gerakan
memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah
memenuhi syarat-syarat tertentu.
5. Merencanakan (Plan) Merencanakan merupakan proses mental,
dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan
diambil selanjutnya. Biasanya gerakan ini terjadi pada seorang
pekerja baru.
6. Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable Delay)
Keterlambatan ini diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar
kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul karena
ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan
mengangur sedangkan tangan lain bekerja.
7. Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay)
Keterlambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan
sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya baik disengaja maupun
tidak disengaja. Misalnya pekerja merokok ketika sedang
bekerja.
8. Istirahat untuk menghilangkan lelah (Rest to Overcome Fatigue)
Hal ini terjadi secara periodik pada setiap siklus kerja. Waktunya
tergantung kepada jenis pekerjaan dan individu pekerjanya.
9. Memegang untuk memakai (Hold) Gerakan ini memegang objek
tanpa menggerakkan objek tersebut. Pada gerakan memegang
(Grasp), gerakan dilanjutkan dengan membawa (Move),
sedangkan pada gerakan ini tidak demikian.

7.1.5 Dot and Check Technique


Dot and check technique merupakan cara analisis peta kerja dengan
mengajukan lima pertanyaan pada setiap peta kerja (Sutalaksana, 1979)
Tabel 7.1 Dot and chech Technique
No Pertanyaan Berikutnya Tindakan yang Mungkin Dilakukan
1 Apa tujuannya? Mengapa? Menghilangkan aktivitas yang tidak perlu
Menggabungkan atau mengubah tempat
2 Dimana dikerjakan? Mengapa?
kerja
Menggabungkan/merubah waktu/urutan
3 Kapan dikerjakan? Mengapa?
proses
Menggabungkan atau mengubah jumlah
4 Siapa yang mengerjakan? Mengapa?
orang
5 Bagaimana Mengapa? Menyederhanakan atau memperbaiki
mengerjakannya? metode
Analisis subjektif dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan
perubahan terhadap keluhan-keluhan yang dirasakan oleh operator antara metode
kerja lama dengan baru. Kegiatan analisis menggunakan dot and check technique
(Sutalaksana, 1979).

7.2 Hasil dan Pembahasan


Hasil adalah sesuatu yang didapatkan dari pengamatan tentang penurunan konsep
sedangkan pembahasan adalah memaparkan hasil dari pengamatan yang telah
dilakukan oleh seseorang. Berikut ini merupakan hasil dan pembahasan peta kerja
usulan

7.2.1 Daftar Peryantaan dan Perbaikan


Daftar pertanyaan perbaikan merupakan faktor yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi proses kerja. Daftar masalah perbaikan ini diusulkan
untuk memungkinkan penulis memiliki bahan untuk memperbaiki dan
menganalisis diagram kerja yang akan dijelaskan. Daftar masalah pemeliharaan
akan disusun berdasarkan faktor-faktor seperti operasi, inspeksi, transportasi,
menunggu, bahan, peralatan, mesin, peralatan, pekerja, dan lingkungan kerja.
Berikut adalah daftar pertanyaan pada peta kerja usulan proses pembuatan tempat
penyimpanan parfum konsep terpilih.
Tabel 7.2 Tabel Perbaikan Peta Kerja
Operas
No Peta Hubungan Pertanyaan Mengapa? Alasan
i
Tujuan dari operasi ini yaitu
Apa sesungguhnya ukuran yang sesuai dengan yang
tujuan dari operasi diinginkan. Operasi ini dapat
1, 2, 3, ini? Adakah cara
1. PPO Operasi mengganti alat menjadi
4, 5 lain untuk mencapai
tujuan ini? menggunakan meja fabrikasi
sehingga dapat mempersingkat
waktu.
Ya terdapat perbaikan, karena
Adakah perbaikan dapat mempermudah pekerja
16, 17, diperoleh jika
2. PPO Operasi dalam proses perakitan dan
18, 19 urutan-urutan
operasi diubah? mempersingkat waktu
penyelesaian pembuatan produk.
3. PPO - Operasi Apakah hasil Kegiatan mengecat dan
pengemasan dibutuhkan karena
operasi ini betul-
produk dapat bertahan lama,
betul dibutuhkan?
sedangkan pengemasan dapat
Jika ada, mengapa
melindungi produk dan dapat
dibutuhkan?
menambah nilai jual dari produk.
Jarak dari stasiun penghalusan
Dapatkah jarak
menuju stasiun perakitan
perpindahan
Transportas dikurangi sehingga dapat
4. PAP - dikurangi dengan
i mempersingkat waktu
mengubah susunan
penyelesaian serta mengurangi
tempat kerja?
waktu menganggur.
Dapatkah sejumlah
persiapan mesin
Ya, dengan mengganti amplas
dikurangi dengan
5. PPO - Mesin kertas menjadi mesin amplas pada
jalan mengadakan
proses penghalusan
persediaan yang
tepat?

7.2.2.1 Peta kerja Usulan

Anda mungkin juga menyukai