Anda di halaman 1dari 43

BAB I

5S SEBAGAI BUDAYA KERJA JEPANG

Orang Jepang selama ini digambarkan sebagai pekerja giat yang pantang menyerah.
Bahkan semboyan seorang samurai yang mereka idolakan adalah, “lebih baik mati daripada
berkalang malu.” Kemudian ada lagi istilah Makato yang berarti, “bekerja dengan giat,
semangat, jujur, serta tulus.” Semangat kerja tersebut kemudian diturunkan ke dalam
beberapa prinsip sederhana yang sering diterapkan ke dalam manajemen pabrik, yakni 5S:
Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. 5S adalah hal kecil tapi akan memberikan dampak
besar, terutama dalam proses produksi manufaktur yang memerlukan ketelitian alat, keadaan
mesin yang prima, serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman.

Barang-barang dan peralatan pabrik yang centang-perentang umumnya akan


mengganggu pandangan mata. Bukan itu saja. Suasana yang porak-poranda juga akan
membuat orang tidak lagi peka atau tanggap terhadap hal-hal berbahaya yang tertutup oleh
barang yang tidak beraturan. Hal demikian sangat riskan bagi lingkungan kerja pabrik yang
mengandalkan pada permesinan sebagai salah satu alat produksi.

Sementara itu pabrik yang berhasil menerapkan prinsip 5S umumnya akan kelihatan
lebih bersih dan bersinar. Dalam prinsip 5S diyakini bahwa keadaan pabrik yang berantakan
dapat menyembunyikan masalah. Penerapan prinsip 5S diharapkan mampu memunculkan
masalah yang selama ini tersembunyi.
Melihat keberhasilan industri Jepang, akhirnya program 5S diadopsi oleh berbagai
industri di berbagai negara. Popularitas 5S tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang
selama ini memusatkan perhatiannya pada pengurangan segala pemborosan (waste). 5S
adalah landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit)
mengurangi pemborosan di tempat kerjanya.

Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad
untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan
kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke). Masing-masing S dalam 5S beserta
penjelasannya dijelaskan di bawah ini.

1. Seiri

Seiri merupakan langkah awal dari implementasi 5S, yaitu pemilahan barang yang
berguna dari barang yang tidak lagi berguna. Barang yang berguna diisimpan. Barang yang
tidak lagi digunakan disingkirkan/dibuang.

Dalam langkah awal ini dikenal istilah red tag strategy, yaitu menandai barang-barang
yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan
barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian
disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang
tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.
Dalam seiri dikenal istilah manajemen stratifikasi. Ada berbagai teori tentang bagaimana
memilah pekerjaan, tetapi langkah awal semua teori itu adalah membagi segala sesuatu ke
dalam kelompok sesuai dengan urutan kepentingannya.

Langkah pertama adalah menciptakan tingkat kepentingan dan menerapkan manajemen


stratifikasi. Membuat prioritas, membuat daftar persediaan barang, bagaimana cara menyusun
barang, mana yang penting dan mana yang sangat penting, kemudian pilah berdasarkan
urutan kepentingan. Membuang barang persediaan yang kurang laku atau membuat
perubahan berkala sesuai permintaan, ini merupakan cara lain untuk memindahkan atau
menyingkirkan barang yang kurang diperlukan. Dengan demikian karyawan dapat
berkonsentrasi terhadap barang yang benar-benar penting dan memerlukan perhatian.
2. Seiton

Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna agar
mudah dicari, aman, serta diberi indikasi/penjelasan.

Dalam langkah kedua ini dikenal istilah signboard strategy, yaitu menempatkan barang-
barang berguna secara rapi dan teratur kemudian diberikan penjelasan tentang tempat, nama
barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan dapat mudah dan
cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-
mandir mencari barang.

Prinsip penataan berlaku tidak hanya di pabrik tetapi di segala aspek kehidupan. Prinsip
ini ditemukan dalam sistem kartu katalog perpustakaan, tempat parkir suatu gedung, dalam
sistem pemesanan karcis pesawat, dalam analisis perencanaan, cara pengaturan barang di
gudang, cara mengatur meja rias dan lemari rumah, bahkan cara menyimpan sesuatu di
dompet.

Penataan diawali dengan studi efisiensi secara intensif dan terperinci. Dimulai dengan
stratifikasi organisasi, prinsip penataan berusaha memformulasikan peraturan yang
mengendalikan stratifikasi. Seringkali dimulai dengan memutuskan berapa kali menggunakan
segala sesuatu, dan dari situ:

 Barang yang tidak dipergunakan dibuang


 Barang-barang yang tidak dipergunakan tetapi ingin dipergunakan seandainya
diperlukan disimpan sebagai sesuatu untuk keadaan tidak terduga.
 Barang-barang yang dipergunakan hanya sewaktu-waktu saja disimpan sejauh
mungkin.
 Barang-barang yang kadang-kadang dipergunakan disimpan di tempat kerja.
 Barang-barang yang sering dipergunakan disimpan di tempat kerja atau disimpan
sendiri oleh para pekerja.
 Penyimpanan juga harus didasarkan pada kuantitas/seberapa banyak yang ditangani
dan seberapa cepat harus ditemukan sewaktu diperlukan.

3. Seiso
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu pembersihan barang yang telah ditata
secara rapi agar tidak kotor. Umumnya, istilah ini berarti membersihkan barang-barang dari
segala debu. Dalam istilah 5S, pembersihan juga berarti membuang sampah, kotoran dan
benda-benda asing. Pembersihan juga mencakup tempat kerja, lingkungan kerja, serta mesin-
mesin. Pembersihan terhadap mesin, dilakukan baik yang sedang diistirahatkan maupun
dalam rangka pemeliharaan.

Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar sehat
dan nyaman. Hal ini bertujuan untuk mencegah merosotnya motivasi kerja akibat tempat
kerja kotor dan berantakan.

Pembersihan juga merupakan salah satu bentuk dari pemeriksaan. Sambil membersihkan
juga memeriksa apakah ada peralatan yang rusak/tidak dalam kondisi prima. Selain itu juga
sebagai pemeriksaan terhadap kebersihan dan penciptaan tempat kerja agar tidak memiliki
cacad dan cela.

Walaupun tampaknya sepele, membersihkan peralatan yang kecil-kecil. Tapi ini


memengaruhi presisi alat. Dengan mutu yang lebih tinggi, ketepatan yang lebih tinggi, dan
teknologi pemrosesan yang lebih halus, hal-hal terkecil pun masih terbagi-bagi lagi. Itulah
sebabnya Anda tidak boleh mudah menyerah dalam mengadakan pembersihan secara tuntas.

4. Seiketsu

Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: penjagaan.
Keindahan di pabrik harus teru dijaga. Lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih harus
menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso
harus distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami oleh karyawan,
diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur dan berkala.

5. Shitsuke.
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja:

1) Disiplin terhadap standar,


2) Saling menghormati,
3) Malu melakukan pelanggaran,
4) Senang melakukan perbaikan.

Suksesnya 5S terletak pada sejauh mana orang melakukan 5S sebagai suatu kebiasaan
(habit) bukan sebagai paksaan, sehingga inisiatif perbaikan akan muncul dengan sendirinya.
Hal-hal penting untuk pelaksanaan program 5S adalah sebagai berikut.

1) Membutuhkan keterlibatan/partisipasi semua orang dalam organisasi dari level atas


sampai level bawah.
2) Membutuhkan komitmen manajemen untuk memastikan kegiatan 5S dilakukan setiap
hari dan dianggap sebagai prioritas.
3) Mengubah perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekadar
program kebersihan maupun housekeeping management.
4) Menerapkan 5S secara konsisten untuk mengubah budaya.
Menggunakan sistem visual display untuk mengomunikasikan  aktivitas 5S secara
efektif.
5) Melakukan audit 5S secara teratur (mingguan, bulanan, dan surprise audit) untuk
menilai kinerja.
6) Membutuhkan edukasi tentang konsep  dan keuntungan aktivitas 5S.

Prinsip 5S tidak sulit untuk dipahami, tapi sangat sulit dilaksanakan secara benar, 5S
memerlukan kegigihan, kebulatan tekad, dan memerlukan usaha yang terus menerus.

5S mungkin tidak akan memberikan hasil yang dramatis. Namun 5S membuat pekerjaan
lebih mudah. 5S akan mengurangi pemborosan waktu kerja. 5S akan membuat karyawan
bangga atas pekerjaannya. 5S akan meningkatkan produktivitas kerja dan mutu yang lebih
baik, sedikit demi sedikit, tapi berkelanjutan.
BAB II

FESTIVAL JEPANG

2.1 Pengertian festival di Jepang


Di Negara Jepang, ada banyak sekali tradisional “matsuri” yang berarti JEPANG
FESTIVAL. Festival-festival nya sangat beragam dan berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Biasanya sebuah matsuri disponsor oleh local shrine/ temple dan
diorganisasi oleh komunitas/ masyarakat daerah setempat. Matsuri kadang-kadang diartikan
sebagai acara adat yang sudah terbiasa dilaksanakan oleh masyarakat local. Itu merupakan
sebuah tradisi yang harus diselenggarakan setiap tahunnya.
2.2 Macam – macam festival di Jepang
2.2.1 Musim Semi
A. Bulan April

a) Hanami (Menikmati mekarnya bunga sakura)

Ketika pohon sakura berbunga, banyak rombongan orang yang mengunjungi taman-taman
yang terkenal dengan bunga sakura, seperti Taman Ueno di Tokyo. Mereka datang tidak
hanya untuk mengagumi mekarnya bunga tetapi juga untuk berkumpul di bawah cabangnya
untuk makan, minum dan untuk menikmati waktu yang menyenangkan (dan ribut), hiburan
orang Jepang yang umum selama musim ini.

B. Bulan Mei

a) Golden Week

Pada bulan Mei di Jepang, ada hari libur resmi selama 3 hari berturut-turut, yaitu tanggal 3
Mei, diperingati sebagai hari konstitusi (Kenpo Kinenbi), kemudian tanggal 4 Mei, diperingati
sebagai hari lingkungan hidup (Midori no Hi), dan selanjutnya tanggal 5 Mei, diperingati
sebagai hari anak (Kodomo no Hi). Akan tetapi, jika pada tanggal 29 April yang diperingati
sebagai hari Showa (Showa no Hi) diikuti hari sabtu dan hari minggu yang memang hari libur,
maka akan menjadi hari libur yang sangat panjang yang dimulai dari tanggal 29 April sampai
tanggal 5 Mei. Itulah Golden Week di Jepang. Pada saat itu, lalu lintas, kereta, dan pesawat
menjadi padat karena banyak orang yang pergi melancong atau pulang kampung.

b) Tanggal 14 dan 15 Festival Musim Semi Takayama, di Kuil Hie, Takayama, Propinsi Gifu

empat suci yang dapat dibawa dan selusin atau lebih kereta hias diarak oleh peserta
berkeliling kota. Kereta hias dihiasi kerajinan emas dan pahatan yang sangat indah, juga
karya seni yang mengagumkan seperti bendera yang di bordir, semuanya menunjukkan
keahlian para pekerja di daerah Hida.

c) Tanggal 3 dan 4 Festival Hataka dan Dontaku, di Fukuoka, Propinsi Fukuoka

Mungkin festival terbaik di Fukuoka, kota terbesar di Kyushu. Para peserta berdandan
dengan berbagai jenis kostum yang menarik, dan berparade di sekeliling kota sambil
membuat keributan dengan memukul Shamoji (sendok besar kayu yang digunakan untuk
menyendok nasi). Ada tarian tradisional di daerah umum yang terbuka di kota

d) perayaan Anak Laki-Laki (Tango no Sekku), Tanggal 5 Mei

perayaan tahunan untuk mendoakan kebahagiaan anak laki-laki. Kalau cucu pertama yang
lahir adalah anak laki-laki, maka kakek nenek atau orang tuanya memberi hadiah berupa
umbul-umbul yang bergambar ikan karper yang dibuat dari kain atau kertas (Koinobori) dan
mengibarkannya di area sekitar rumah untuk menyambut perayaan Tango no Sekku. Selain
itu, mereka juga memajang setelan baju besi dan tutup kepala atau kabuto di rumahnya.
e) Tanggal 15 Festival Aoi, berpusat di Kuil Kamigamo dan Shimogamo di Kyoto, Propinsi
Kyoto.

Festival Aoi, yang berkisar di sekeliling dua kuil Shinto di Kyoto, telah dirayakan selama lebih
dari seribu tahun. Pada tanggal 15 Mei setiap tahun, lebih dari 500 orang mengenakan
kostum tradisional dari jaman Heian (794-1185) berangkat dari Istana Kaisar Kyoto dengan
menaiki kuda, dengan kereta yang ditarik oleh lembu, dan memikul tempat suci yang dapat
dibawa. Mereka berparade di sepanjang jalan-jalan dan mengunjungi dua tempat suci,
Shimogamo dan Kamigamo.

f) Hari Jumat sampai Minggu pertama setelah tanggal 15 Festival Sanja, di Kuil Asakusa,
Taitoku, Tokyo

Diselenggarakan di kota pada distrik Asakusa, yang dikenal sebagai bekas daerah kelas
pekerja tradisional. Mungkin festival di Tokyo yang paling menyenangkan, sekumpulan orang
berparade sambil memikul tempat suci yang dapat dibawa.

C. Bulan Juni

a) Hari Sabtu danMinggu pertama , Festival Weston di Kamikochi

Walter Weston adalah misionari dan pendaki gunung alpen dari Inggris. Festival ini untuk
menghormati kesuksesannya dalam memperkenalkan Pegunungan Alpen Jepang kepada
dunia melalui tulisannya. Festival ini juga merayakan dimulainya musim mendaki gunung di
musim panas. Diselenggarakan di Kamikochi, di Propinsi Nagano. Jalan kecil di gunung yang
dimulai dari sini menuju beberapa dari pendakian terbaik di Pegunungan Alpen Jepang.

b) Tanggal 10, Festival Jam Air di Kuil Omi, Otsu, Propinsi Shiga

Di Jepang, jam air pertama dibuat sekitar 1.300 tahun yang lalu sesuai permintaan dari
Kaisar Tenchi. Festival ini yang merayakan tanggal pertama kalinya jam tersebut digunakan,
dan diadakan pada hari ini, disebut Toki no Kinen bi (Hari untuk memperingati waktu).
Festival kuil ini mengingat Kaisar Tenchi, yang mendirikan ibukotanya di daerah ini.

c) Akhir Mei sampai akhir Juni ,Festival Iris Suigo Itako


Kota Itako terletak di daerah yang lebih rendah dari Sungai Tone. Daerah ini mempunyai
jaringan anak sungai yang sempit, dan daerah pinggir sungainya dihiasi dengan bunga iris
yang mulai mekar pada akhir bulan Mei. Bunga iris berwarna ungu, kuning dan putih. Sekitar
1 juta tanaman dalam 500 jenis, tahan terhadap cuaca yang panas dan lembab di musim
hujan dan menciptakan pemandangan seperti di kartu pos dengan kelopak bunga yang
seringkali dipenuhi dengan titik-titik air hujan
2.2.2 Musim Panas
A. Bulan Juli

a) Tanabata, Tanggal 7 Juli


Dua kekasih di langit malam hari, sebenarnya, dua bintang yang dinamakan Hiko boshi
(Altair) dan Princess Ori hime (Vega), dapat menyeberangi Bimasakti hanya sekali dalam
setahun untuk menghabiskan malam bersama, pada hari ke-7 di bulan ke-7. Atau begitulah,
setidaknya, menurut legenda Cina kuno yang masuk ke Jepang pada jaman dahulu dan
menjadi tercampur dengan cerita rakyat Jepang. Pertemuan di waktu malam sepasang
kekasih ini adalah sebuah kesempatan untuk membuat beberapa permintaan ke surga.
Permintaan di tulis pada bendera kertas warna warni dan diikat pada cabang bambu, yang
kemudian dipasang vertikal untuk hiasan.

b) Tanggal 1 sampai 15, Festival Hakata Gion Yamagasa, di Fukuoka, Propinsi Fukuoka
Festival diadakan di sekitar Kuil Kushida di distrik Hakata dekat Fukuoka tengah. Di hari
terakhir festival ini, para pria yang bersemangat mengenakan jaket happi berdesakan di jalan
sambil mengusung kereta hias yang besar, memberikan banyak kesenangan pada
masyarakat. Para penonton di sepanjang jalan memberikan dukungan dan semangat mereka
dengan menyiramkan air pada para peserta. Di bagian lain kota, anda dapat melihat kereta
hias dengan patung besar (tingginya 12 sampai 13 meter!) yang menggambarkan karakter
mulai dari cerita anak-anak dan pengetahuan militer.

c) Tanggal 14, Festival Api Nachi no Hi, di Nachi Katsuuracho, Propinsi Wakayama
Festival api yang spektakuler ini diadakan di Kuil Kumano Nachi, yang terdaftar sebagai Situs
Warisan Dunia pada tahun 2004. Obor kayu pinus yang besar, masing-masing mempunyai
berat sekitar 50 kg, menerangi jalan kecil menuju kuil.

d) Tanggal 19 (kira-kira), Doyo no Ushi no Hi, sekitar hari terpanas dalam setahun
Pada kalender tradisional, Doyo no Ushi no Hi terjadi di sekitar periode terpanas dalam
setahun. Kelembaban juga tinggi di pertengahan bulan Juli ini. Ini adalah saat untuk
memelihara kesehatan secara khusus dengan makan makanan bergizi

e) Hari Sabtu terakhir bulan Juli , Festival Kembang Api Sungai Sumida, di Sumida-ku, Tokyo
Malam musim panas di Jepang adalah saat untuk kembang api. Festival Kembang Api Sungai
Sumida, yang diselenggarakan pada hari Sabtu terakhir bulan Juli di sebuah distrik
pemukiman tua dekat pusat Tokyo

f) Obon, Tanggal 15 Agustus

Festival ini diadakan pada tanggal 15 Agustus dengan tujuan menjemput datangnya arwah
para leluhur untuk tinggal bersama selama beberapa hari. Keluarga pun berkumpul dan
menyiapkan segala sesuatu seperti makanan atau sesajen.

g) Hari Sabtu terakhir bulan Juli , Festival Kembang Api Sungai Sumida, di Sumida-ku, Tokyo
Malam musim panas di Jepang adalah saat untuk kembang api. Festival Kembang Api Sungai
Sumida, yang diselenggarakan pada hari Sabtu terakhir bulan Juli di sebuah distrik
pemukiman tua dekat pusat Tokyo

B. Bulan Agustus

a) Tanggal 2 sampai 7, Festival Nebuta Aomori, di Aomori, Propinsi Aomori dan lokasi lainnya

Kereta hias sampai seberat 4 ton melewati jalan-jalan, memamerkan nebuta besar
bercahaya, yang merupakan gambar yang terbuat dari kertas Jepang. Para penari yang
bersemangat yang disebut haneto bergoyang seperti ombak di sekeliling kereta.
Kegembiraan yang disebabkan oleh kereta dan haneto,terdapat sampai 200.000 penari di
sepanjang karnaval selama enam hari.

b) Tanggal 5 sampai 7, Festival Lentera Akita Kanto, di Akita, Propinsi Akita


Beratus-ratus lentera kertas choochin direntangkan di sepanjang struktur bambu panjang
yang tingginya lebih dari 10 meter dipamerkan melalui kota di malam hari. Para pria
menyeimbangkannya di paha atau bahu mereka adalah pemandangan yang benar-benar
harus dilihat.

c) Tanggal 9 sampai 12, Festival Yosakoi, di Kochi, Propinsi Kochi


Festival Yosakoi pertama kali diadakan di Kochi tahun 1954 untuk menolong kota ini keluar
dari resesi dan merangsang ekonomi lokal. Kini, festival yang serupa diadakan di banyak
bagian negeri ini. Di Kochi, sekumpulan anak muda yang bergabung, membuat festival ini
menjadi karnaval rock and roll, samba dan kegembiraan lainnya.

2.2.3 Musim Gugur


a) Tsukimi (Memandang Bulan), Pertengahan Bulan September
Pada tanggal 15 Agustus diadakan perayaan menikmati bulan purnama sebagai
rasa syukur atas panen di musim gugur. Pada perayaan itu biasanya warga Jepang
memajang Susuki (alang-alang) dan Dango (kue bola).

b) Kouyou (Daun-Daun Kuning Kemerahan), Sekitar Bulan November

Musim semi identik dengan bunga sakura, sedangkan musim gugur identik dengan Kouyou.
Warna daun pohon maple atau Momiji akan berubah menjadi kuning kemerahan terlebih
dahulu sebelum berguguran. Di daerah pinggiran kota Tokyo, tepatnya di
Kamakura,  pemandangan momiji ini sangat terkenal. Selain itu, Anda juga bisa menikmati
keindahan momiji di kuil Meiji Jingu yang berada di Tokyo.

c) Shichi-go-san, Bulan November

Perayaan ini ditujukan untuk mendoakan pertumbuhan anak-anak, yaitu anak perempuan
yang berusia 3 tahun dan 7 tahun serta anak laki-lakin yang berusia 5 tahun. Pada hari itu,
mereka dipakaikan baju terbagusnya kemudian diajak pergi mengunjungi kuil dan didoakan
untuk kesehatan dan pertumbuhannya.

Anak-anak yang sedang merayakan shici-go-san menerima sebuah chitoseame atau permen
dengan harapan agar bisa berumur panjang. Kantong tempat chitoseame atau permen
tersebut bergambar Tsuru-Kame (burung bangau-penyu) dan Shou-chiku-bai (pinus-bambu-
prem) yang dipercaya sebagai jimat yang bisa mendatangkan keberuntungan atau
kemujuran.

2.2.4 Musim Dingin


a) Hari Natal, Tanggal 24-25 Desesember

Agama kristen tidak begitu melekat di Jepang, tetapi sama seperti negara-negara lain pada
umumnya, hari natal menjadi suatu perayaan yang cukup besar. Bagi orang Jepang,
perayaan natal ini lebih cenderung pada berpesta dan berkumpul dengan teman atau
berkencan dengan pacar daripada berkumpul bersama keluarga atau mengadakan pesta
keluarga

b) Toshikoshi Oshogatsu (Tahun Baru) , 31 Desember-3Januari

Yang dimaksud Toshikoshi Soba adalah memakan soba dengan harapan bisa berumur
panjang seperti halnya wujud mie yang panjang. Selama tiga hari mulai tanggal 1 Januari
sampai tanggal 3 Januari merupakan hari libur. Masakan keunggulan tahun baru adalah
Ozoni dan Osechi

Pada hari pertama di tahun baru, orang Jepang mendatangi kuil (kuil Shinto), bersyukur atas
satu tahun yang telah berlalu, dan berdoa supaya dapat melewati satu tahun ke depan
dengan tenang dan damai. Itulah namanya "Hatsumoude"

c) Seijin no Hi (Hari Kedewasaan), Senin Kedua di Bulan Januari

Meskipun perayaan tahun baru sudah selesai, namun perayaan di bulan Januari belum habis.
Masih ada hari kedewasaan. Perempuan mengenakan kimono Furisode, sedangkan laki laki
mengenakan Hakama atau setelan jas, kemudian pergi mengikuti upacara orang dewasa.
Orang muda yang mencapai usia 20 tahun berkumpul di aula atau gedung pertemuan
daerahnya masing-masing untuk upacara kedewasaan.

d) Setsubun, Tanggal 3 Februari

sebelum hari pertama musim semi, ada sebuah tradisi untuk membuang kejahatan dengan
cara menaburkan kacang kedelai sambil meneriakkan "oni wa soto, fuku wa uchi" (kejahatan
ke luar, kebahagiaan ke dalam). Biasanya orang-orang juga makan kacang kedelai dalam
jumlah yang sama dengan usianya. Selain itu, ada juga tradisi makan sushi Ehouo-maki. Sushi
Ehou-maki biasanya dimakan sambil menghadap ke arah mata angin tempat
bersemayamnya dewa. Tiap tahun arahnya berbeda. Saat makan tidak boleh berbicara, jika
berbicara konon keberuntungannya akan menjauh.

e) Valentine Day, Tanggal 14 Februari

Perayaan Valentine Day telah menyebar di seluruh dunia. Pada perayaan ini, di Jepang ada
tradisi perempuan memberikan coklat kepada laki-laki. Namun, tidak hanya kepada pacar,
tetapi bisa juga kepada seorang teman atau kepada orang kantor.

f) Hinamatsuri, Tanggal 3 Maret

Hinamatsuri artinya festival boneka Hina, yaitu festival yang ditujukan kepada anak
perempuan dan mendoakan anak perempuan agar bisa tumbuh dengan baik dan hidup
bahagia. Festival ini disebut juga festival tahunan bunga Momo. Pada perayaan ini,
orang-orang memajang boneka Hina dan merayakannya dengan makan masakan seperti
sup kerang besar atau Chirashi-zushi.

g) Wisuda, Bulan Maret

Bulan maret, musimnya upacara kelulusan atau wisuda. Jadwal wisuda berbeda-beda
tergantung universitas atau sekolah yang bersangkutan. Akan tetapi umumnya wisuda
dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret. Dalam pelaksanaanya pun tiap-tiap daerah
memiliki cara yang berbeda, ada yang mengenakan seragam SMP bagi murid SD yang
mengikuti upacara kelulusan, dan sebagainya. Selain itu ada juga lagu kenangan wisuda
yang berbeda tiap tahunnya.

h) White Day (Hari Putih), Tanggal 14 Maret

Perayaan White Day dicetuskan oleh negeri sakura, Jepang, namun sekarang perayaan
ini sudah menyebar di jajaran Asia. Pada perayaan Valentine Day yang diselenggarakan
pada tanggal 14 Februari, laki-laki menerima coklat dari perempuan, sedangkan pada
White Day ini, laki-laki memberi kue atau permen atau hadiah sebagai balasan kepada
perempuan yang memberinya coklat.
BAB III
Rumah Tradisional Jepang

Rumah tradisional Jepang merupakan salah satu rumah tradisional paling digemari di
dunia. Bahkan gaya ini sudah populer di dunia barat sebagai gaya arsitektur “Zen” yang dapat
dengan mudah dikombinasikan dengan gaya minimalis. Hampir semua material rumah
jepang menggunakan kayu, dan dibuat sederhana serta tidak terlalu banyak barang. Rumah
jepang sengaja didesain seperti ini agar tidak mengakibatkan kerusakan parah saat terjadi
gempa. Biasanya rumah jepang dibuat seperti rumah panggung yang ditinggikan sekitar 10
cm dari tanah lalu ditutup dengan balok kayu untuk lantai, hal ini bertujuan untuk
menghindari embun dari tanah. Yuk kita simak apa saja keistimewaan rumah ini!
1.Washitsu (和室)
Keistimewaan pertama yaitu rumah tradisional Jepang memiliki ruang unik yang tidak
dapat ditemukan di negara lain. Ruang unik dan serba guna yang beralaskan tatami ini
disebut Washitsu. Washitsu dapat bermanfaat sebagai ruang keluarga, ruang belajar, dan
waktu malam berubah menjadi kamar tidur (bayangin saja kamarnya nobita dan doraemon).
Orang Jepang tidak biasa menggunakan kursi di ruangan beralasan tatami ini, mereka biasa
duduk dengan beralasan tatami atau menggunakan bantal tipis yang disebut zabuton. Nah, di
ruangan ini juga terdapat “oshiire”, yaitu lemari besar berpintu geser tempat menyimpan
barang-barang (kasurnya doraemon).
Washitsu Oshiire

2. Tatami (畳)
Keistimewaan kedua yaitu tatami sejenis tikar tebal yang dibuat dari jerami, sudah
dipakai di rumah Jepang sejak sekitar 600 tahun yang lalu. Tatami berasal dari kata kerja
tatamu(畳む)yang artinya menumpuk dengan kata lain tatami adalah pelapis lantai rumah
yang terbuat dari ikatan jerami yang dijadikan satu dengan papan kayu, dan biasanya di
dalam (interior) rumah tradisional Jepang, tatami ini di jadikan sebagai lantai dan juga
digunakan sebagai pembatas antara ruangan dalam dengan ruangan luar. Ukuran kamar juga
didasarkan pada jumlah tatami. Lantai tatami terasa sejuk pada musim panas dan hangat pada
musim dingin, dan tetap lebih segar daripada karpet selama bulan-bulan. Pada saat tatami
pertama kali dipasang, tatami ini berwarna hijau, tetapi ketika lama-kelamaan akibat terkena
sinar cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, tatami ini berubah warna menjadi
kuning. Cara membersihkan tatami sangatlah mudah hanya dilap dengan kain yang diberi
sedikit air atau dengan penyedot debu (vacuum cleaner).

Tatami Hijau Tatami Kuning


3. Fusuma (ふすま)
Keistimewaan ketiga yaitu dengan adanya Fusuma atau pintu geser yang dibungkus
dengan kertas atau kain tebal tembus pandang di atas bingkai petak-petak kayu yang
digunakan untuk memisah-misahkan ruangan (sebagai penyekat atau pembatas antar ruangan
dalam rumah). Tinggi pintu ruangan pada rumah tradisional Jepang ini biasanya berkisar 6
kaki. Biasanya kertas atau kain tersebut digambari dengan gambar pemandangan alam pada
satu atau kedua sisinya. Fusuma biasanya dapat dibongkar atau di pindahkan untuk
memperbesar ruangan atau membatasi ruangan. Dengan arti lain fusuma adalah sebuah
dinding yang dapat dipindah-pindahkan dan dapat digeser.

Fusuma

4. Shoji (障子)
Keistimewaan  rumah Jepang selain fusuma adalah Shoji. Shoji tersebut adalah pintu
geser yang dibungkus dengan kertas tipis yang direkatkan pada petak-petak kayu dan bingkai
pintu. Kayu tersebut biasanya tidak diamplas. Shoji berasal dari Cina. Tinggi shoji pada
rumah tradisional Jepang biasanya berkisar enam kaki, normalnya dibagi menjadi empat
bingkai (frame). Yang paling utama dari fungsi shoji ini adalah sebagai sekat atau untuk
memisahkan ruangan dalam dengan ruangan luar atau teras. Di dalam rumah modern, shoji
digunakan sebagai pemisah ruangan dimana sandal rumah dipakai ataupun tidak dipakai.
Shoji kadang-kadang dibelah menjadi dua, bagian atas dapat berfungsi sebagai jendela dan
bagian bawah dapat berfungsi sebagai pintu. Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah
fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya.

Shoji
5. Ranma (欄間)
Ranma atau jendela kecil di atas pintu yang memiliki ukiran yang berada di atas
dinding dan digunakan di antara shoji dan plafon untuk memberikan sirkulasi udara dan
cahaya. Ranma dibuat dalam berbagai macam variasi ukuran. Di daerah barat ranma
digunakan sebagai ventilasi dan dekorasi dinding. Ranma dapat ditempatkan sebagai shoji,
dalam dinding atau dengan cahaya dibelakang dekorasi tersebut. Cahaya dapat ditempatkan
di belakang ranma untuk menerangi sebuah desain bangunan. Ranma dapat dikatakan sebagai
kusen.
Ranma

6. Toko no ma (床の間)
Tokonoma adalah suatu ruangan yang berukuran lebih kecil dari ruangan yang ada di
dalam rumah. Letaknya berada di dalam kamar dengan posisinya lebih tinggi beberapa inchi
dari lantai tatami (gaya ruangan masyarakat Jepang). Alasan mengapa tokonoma dibuat satu
tingkat lebih tinggi dari lantai sebuah ruangan (tatami) adalah karena pada zaman dahulu
sebelum pengaruh agama Budha masuk ke Jepang, bangsa Jepang telah mengalami sistem
kepercayaan dinamisme yaitu percaya bahwa alam adalah segalanya dan dapat dikatakan
sebagai dewa bagi mereka. Mereka juga percaya bahwa kesucian orang Jepang berasal dari
alam dan kemudian menciptakan manusia sebagai bagian dari alam. Maka mereka sering
melakukan persembahan kepada dewa-dewa mereka di dalam sebuah ruangan yang
dilengkapi dengan segala yang berbau alam seperti: ikebana dan dupa. Lantai pada ruangan
persembahan ini sengaja dibuat satu tingkat lebih dari ruangan tatami dengan alasan bahwa
lantai atas pada ruangan pemujaan ini diilustrasikan sebaga dewa, sedangkan lantai bawah
(tatami) diilustrasikan sebagai manusia. Pada akhirnya setelah pengaruh agama Budha mulai
masuk ke Jepang maka ruangan persembahan ini pun telah berubah menjadi sebuah bangunan
yang dinamakan Butsudan (altar bagi agama Budha). Seiring dengan berjalannya waktu maka
Butsudan ini telah berubah menjadi sebuah bangunan yang dinamakan tokonoma.
Toko no Ma

6. Genkan (玄関)
Genkan adalah koridor tempat penghuni rumah atau tamu masuk dan melepas sandal
mereka. Memang orang Jepang punya kebiasaan unik melepas sandal sebelum masuk rumah.
Tujuannya adalah supaya tidak mengotori tatami mereka (Seperti sinchan yang sering
dimarahin mamanya karena lupa melepas sandal).

Genkan
7. Roka
Di pinggir rumah terdapat lorong dengan lantai kayu yang disebut “roka”.
Rokka

8. Toilet (和式トイレ)
Toilet tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset
Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna toilet di
Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di belakang toilet
pada gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset yang
berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang ditinggikan sekitar
30 cm Yang terakhir ini lebih mudah digunakan bagi aboi-aboi untuk buang air kecil sambil
berdiri.
Washiki Cara Pakai

8. Kamar Mandi
Umumnya rumah tradisional Jepang jarang memiliki kamar mandi. Bukan karena
orang jepang jarang mandi tetapi karena mereka lebih senang mandi di tempat pemandian
umum (sento atau onsen). Biasanya tempat pemandian tersebut dipisah antara cewek dan
cowok, tetapi ada juga pemandian campuran. Waw buat para cowok pastinya kesenengan ada
tontonan gratis.

Sento

9. Dapur
Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan
yang kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar.
Dapur Kayu Bakar

Dapur di Gantung

10. Taman
Taman bergaya Jepang juga unik. Taman Jepang umumnya asimetris dan memiliki
tiga unsur utama, yaitu air (melambangkan kesucian dan kehidupan), tanaman
(melambangkan keabadian), dan batu (melambangkan alam).
Taman
BAB IV
Etika Makan

Table Manner di Jepang


Table manner atau tata cara di meja makan menurut Jepang sangat berbeda dengan
di Tanah Air. Perbedaan budaya ini berpotensi menyebabkan Anda tak sengaja melanggar
budaya lokal dan dianggap tak sopan. Meski sebenarnya Anda hanya lapar dan memang tak
tahu.

Memang, warga lokal bisa memaklumi jika Anda ‘salah’ melakukan sesuatu. Namun
tak ada salahnya mengetahui hal-hal yang mereka anggap penting. Sehingga, Anda akan
mendapatkan poin plus di mata mereka dan dihormati. Berikut sepuluh table manner di
Jepang yang patut Anda ketahui.

4.2 Etika Posisi Duduk Saat Makan Bersama


Kata Seiza sendiri memiliki arti yaitu “duduk tepat”. Untuk duduk secara seiza anda
harus meletakan lutut anda di lantai sehingga melipat kaki anda kebelakang dan istirahatkan
bokong anda di atas kaki Anda. Bagian atas kaki anda harus rata di lantai. Seiza adalah cara
tradisional untuk duduk di lantai tatami Jepang. Ini dianggap sebagai cara yang tepat untuk
duduk dalam acara formal seperti menghadiri acara ritual di Kuil Shinto. Budaya ini juga
banyak diterapkan di dalam seni bela diri Jepang dimana postur tubuh dapat dikoreksi
dengan ketat. Kebanyakan orang begitu juga masyarakat Jepang menyatakan bila cara duduk
seiza adalah hal yang sulit dilakukan untuk jangka panjang, sehingga biasanya orang yang
belum terbiasa maupun orang tua tidak akan bertahan lama dengan posisi duduk ini tetapi
biasanya orang Jepang akan memaklumi hal ini.

4.3 Peralatan Makan Di Jepang


1) Chawan

Alat makan ini adalah mangkuk yang digunakan sebagai wadah nasi. Biasanya nasi yang
disajikan dalam Chawan adalah nasi putih biasa, sebagai makanan poko bersama hidangan lain.

2) Sumpit

Sumpit selalu ada dalam perjamuan makan ala Jepang. Berbeda dengan perjamuan ala barat
yang akan dengan mudah kita menjumpai sendok, pisau, dan garpu, dalam perjamuan ala
Jepang kita akan sulit menjumpai ketiganya. Namun, jangan ragu untuk memintanya pada
pelayan.

3) Hashi-oki
Ini adalah tempat meletakkan sumpit ketika akan dan selesai digunakan. Meletakkan
sumpit pada Hashi-oki menandakan Anda masih ingin menikmati hidangan. Namun, jika Anda
meletakkan sumpit di atas piring atau meja, berarti Anda sudah selesai makan.

4) Shiru-wan

Alat makan ini berupa mangkuk yang biasanya disajikan bersama tutup. Mangkuk ini
digunakan untuk menyajikan sup. Mangkuk biasanya dipernis dan memiliki desain yang cantik,
seperti desain bunga.

5) Yakimono-zara
Alat makan ini adalah piring datar yang digunakan untuk menyajikan makanan panggang.
Ada beragam ukuran Yakimono-zara, dan biasanya berbentuk persegi panjang.

6) Chuzara dan Kozara

set alat makan ini digunakan untuk menyantap makanan seperti Sashimi. Chuzara memiliki
ukuran yang lebih besar dibandingkan Kozara.

7) Kobachi

Alat makan ini berupa mangkuk kecil yang digunakan untuk meletakkan Sunomono, cuka
atau Chimmi, hidangan khusus.

8) Donburi-bachi

Alat makan ini berupa mangkuk besar, yang digunakan untuk menyajikan Soba atau Udon.
Namun, terkadang mangkuk ini juga digunakan untuk hidangan seperti Donburimono, olahan
nasi.

9) Nimono-wan

Alat makan berupa mangkuk dengan bermulut lebar ini, biasanya digunakan untuk
menyantap hidangan yang direbus
10) Yunomi-jawan

Kurang lengkap rasanya menyantap hidangan Jepang tanpa minum segelas teh hijau. Untuk
menikmati teh hijau, digunakan Yunomi-jawan, cangkir untuk teh hijau. Cangkir ini memiliki
beragam ukuran, tergantung kesempatan penggunaan cangkir, dalam acara formal atau non
formal

Handuk Hangat (Oshibori)

Oshibori atau handuk untuk membersihkan tangan, disediakan sebelum kita menyantap
makanan.Etikanya, oshibori hanya digunakan untuk tangan. Dan tidak baik bila kamu menggunakan
Oshibori untuk membersihkan anggota badan lainnya. Setelah oshibori digunakan, kamu harus
lipatkan kembali dan simpan ditempat semula.

Bersulang (Kanpai)

Kanpai atau bersulang digunakan dibudaya Jepang, namun sangat tidak lazim bila seseorang
menyeduhkan minuman ke gelasnya sendiri, hal ini dianggap kurang sopan.Bila kamu ingin
menuangkan minuman, kamu harus pegang botol tersebut dengan kedua tangan kamu lalu
tuangkan, dimulai pada orang yang lebih tua dulu, kemudian orang-orang sekitarnya, dan yang
terakhir untuk diri sendiri. Bagi kamu yang kebagian dituangkan minuman, kamu harus memegang
air tersebut dengan kedua tangan sebagai tanda terima kasih. Namun bila kamu ingin dituangkan
minuman, kamu bisa mengangkat gelas dengan kedua tangan kamu sambil memintanya. Setelah
semua orang sudah terisi minuman, barulah “Kanpaiiii”

Ucapan sebelum makan

Katakan “itadakimasu” (いただきます)yang artinya “Selamat makan” sebelium menyantap


hidangan di meja. Dan katakan “gochisousamadeshita!” (ごちそうさまでした) yang artinya “
Terima kasih untuk makanannya!” pada saat semua hidangan telah selesai di santap.
4.4 Cara Menggunakan Sumpit yang Salah

4.5 Etika Makan yang Salah di Jepang


1) Jangan gigit makanan setengah lalu taruh kembali di piring
Mungkin di banyak tempat dianggap lazim, tetapi tidak di Jepang. Usahakan untuk menyantap
makanan dalam satu kali gigitan. Jika potongan terlalu besar, potong dengan sendok atau
garpu. Jika harus menyantap makanan dalam ukuran besar, tutupi mulut saat mengunyah.
2) Jangan menangkupkan tangan kiri untuk mencegah makanan jatuh
Ada kalanya menangkupkan tangan kiri di bawah mulut, untuk mencegah makanan jatuh dari
mulut. Di Jepang perilaku ini disebut tezara dan dianggap tidak sopan
3) Jangan taruh sisa makanan di piring kosong
Ketika disajikan hidangan laut seperti kerang atau kepiting, jangan menaruh cangkang bekas di
piring kosong. Hal yang harus dilakukan adalah menarih cangkang kosong di piring makanan
tersebut disajikan.
4) Jangan Ambil Sumpit Sebelum Memegang Mangkuk
Jadi yang tepat adalah ambil dulu mangkuk nasi dan cengkram. Kemudian baru ambil sumpit.
Jika ingin mengganti mangkuk, misalnya ke mangkuk sup langkah awal turunkan sumpit, taruh
mangkuk nasi baru ambil mangkuk sup.
5) Jangan “toel” makanan dengan sumpit
Jika tidak yakin mau makan lauk yang mana terlebih dahulu, jangan pernah "menoel" lauk
dengan sumpit. Juga jangan memaju-mundurkan sumpit di depan makanan. Di Jepang
keraguan mengambil ini disebut mayoibashi alias "sumpit ragu-ragu". Lebih baik berhenti dulu
makan nasi, taruh mangkuk dan sumpit untuk mengamati lauk yang ingin disantap selanjutnya
6) Jangan taruh sumpit diatas mangkuk
Banyak dilakukan di Indonesia, menaruh sumpit untuk jeda makan atau selesai makan di atas
mangkuk. Di Jepang ini dianggap tidak sopan. Sumpit harus ditaruh di tempat sumpit, jika tidak
ada bisa di nampan atau benda lain yang mirip di meja.
7) Jangan mengangkat makanan lebih dari mulut
Hindari mengangkat makanan lebih dari mulut karena dianggap tidak sopan di Jepang.
BAB V
Pakaian Tradisional Jepang

Pakaian Tradisional Jepang

Pakaian tradisional Jepang selalu menjadi subjek dari keingintahuan dan minat di
kalangan penggemar etnis dan budaya, termasuk wisatawan. Kimono adalah yang paling
populer dari pakaian tradisional Jepang, tetapi ada pakaian lain juga selain Kimono yang akan
kita sebutkan disini.

Cara orang-orang tradisional di Jepang berpakaian telah menjadi sebuah topik yang
menarik dalam waktu yang lama. Dengan berbagai jenis kimono untuk setiap kesempatan,
baik itu formal maupun kasual, pakaian tradisional Jepang sangat menarik.
Kimono Jepang dan yukata adalah dua dari pakaian yang paling sering dipakai di negara ini.
Berikut adalah kompilasi dari potongan-potongan bervariasi dan aksesoris yang berhubungan
dengan kimono.
Kimono

Sebuah kimono (\ kə-mo- (ˌ) tidak ada, -nə \) adalah jubah panjang penuh yang terbuat dari
sutra, dipakai oleh pria dan wanita. Sedangkan pria memiliki kimono hitam atau coklat
berwarna sederhana, ada desain yang berbeda dari ini untuk perempuan. Secara tradisional,
perempuan yang tidak menikah mengenakan furisode (berayun lengan) kimono, yang
memiliki lengan panjang (110 cm). Dari 9 sampai 10 gaya yang berbeda dari kimono,
seorang wanita memilih satu tergantung pada berbagai faktor, seperti usia dan status
perkawinan, jenis dan warna pakaian yang digunakan, simbolisme, dan jenis. Selama musim
dingin, kimono yang di pakai terbuat lebih sering adalah kimono dari kain wol. Untuk
pemakaman, kimono hitam dikenakan oleh kedua jenis kelamin.

Yukata

Yukata ini juga merupakan bagian dari pakaian tradisional Jepang, dan dapat
dianggap sebagai versi santai kimono. Orang umumnya memakai yukata setelah mandi, yang
merupakan pemandangan umum di penginapan tradisional Jepang. Pakaian ini dimaksudkan
untuk mendinginkan tubuh, terbuat dari kain seperti kapas.
Nagajuban

Ini adalah jubah yang mengambil bentuk kimono, dan dikenakan di bawahnya.
Kimono biasanya terbuat dari sutra, dan karena mereka sulit untuk di bersihkan, nagajuban
dikenakan untuk menghindari kontak langsung antara sutra dan kulit. Hanya tepi kerah
nagajuban yang terlihat dari luar pakaian utama, yaitu, kimono. Seringkali, kerah nagajuban
ditutupi atau dibungkus dengan haneri untuk tujuan dekoratif atau kebersihan.

Haori

Haori adalah Pakaian longgar, Seperti mantel, selutut


garmen. Mantel resmi ini awalnya hanya dikenakan oleh
laki-laki, tetapi saat ini, telah menjadi populer di kalangan
wanita juga. Hal ini juga umumnya digunakan sebagai
mantel untuk menjaga kimono bersih.
Haori Himo

Haori Himo adalah jenis tie-up, biasanya string tenun, yang menggabungkan dengan
haori bersama. Warna formal ini dari aksesoris ini adalah putih.

Hakama

Hakama adalah Rok lebar, rok kaki-panjang. Memiliki 7 pleats dalam semua, 5 di
bagian depan dan 2 di belakang. Rok ini selalu dikenakan di atas kimono dan dapat dibagi
(umanori) atau terbagi (andon bakama). Secara tradisional, hakama sebuah diikatkan di
pinggang, dan lebih obi (ikat pinggang), dengan pita. Pada zaman kuno, hakama yang
dikenakan oleh samurai sehingga lawan tidak akan bisa melihat gerak kaki mereka. Hari ini,
kedua jenis kelamin mengenakan pakaian ini, tetapi pada hari-hari sebelumnya, hakama itu
hanya dikenakan oleh laki-laki.

Tabi

Tabi sebenarnya kaus kaki tradisional Jepang yang dipakai oleh laki-laki maupun
perempuan. Mereka umumnya pergelangan kaki-tinggi, dan memiliki pemisahan antara
jempol kaki dan sisa jari-jari kaki (kaus kaki dibagi-dengan jempol kaki). tabi sering dipakai
oleh pekerja, karena ini terbuat dari bahan yang tahan lama.
Zori

Ini merupakan bagian utama dari pakaian tradisional Jepang. Mereka seperti sandal
yang memiliki permukaan datar sering dipakai dengan kimono. Mereka dapat dibuat dari
kain, serat tanaman, jerami padi, atau kulit. Geta adalah sandal open-toe yang dijelaskan
terbaik sebagai slip-ons atau sandal jepit. Mereka terbuat dari kulit atau kain, dan sebagian
besar digunakan untuk acara-acara resmi, dan dikenakan dengan yukata.

Obi
Obi itu dikenakan dengan berbagai jenis pakaian tradisional, seperti kimono. Ini
adalah semacam sabuk yang digunakan oleh kedua jenis kelamin. Hal ini dapat
menyembunyikan beberapa ikat pinggang lain yang dipakai di bawah. Obi bisa diikat dengan
berbagai simpul (musubi), masing-masing memiliki makna yang pasti. Pada masa lalu,
simpul diyakini untuk menjaga roh-roh jahat untuk pergi. Satu juga dapat melihat obi
dikenakan dengan seragam bela diri-seni. Warna obi menunjukkan peringkat individu.

Obiage

Sebuah bantal disebut obimakura digunakan untuk mendukung simpul obi. Sebuah
obiage adalah sepotong pakaian yang menutupi obimakura tersebut. Obiage adalah signifikan
dalam mengetahui status perkawinan seorang wanita. Seorang wanita yang belum menikah
selalu membuat obiage dia memakai dan dapat dilihat oleh orang lain, Seorang wanita yang
sudah menikah akan menyembunyikan Obiage yang ia kenakan atau bisa disebut semi-
discretely.
Obijime

Obijime adalah string yang diikat dalam simpul pada obi. String dapat dibuat dari
berbagai bahan seperti sutra, satin, atau bahkan dapat ditenun. Umumnya, sebuah obi sekitar
150-160 cm, dengan simpul yang berbeda dan bahan yang digunakan untuk setiap
kesempatan. Obidome adalah perhiasan ditempatkan di atas obijime untuk dekorasi.
Biasanya, setiap kali obijime dan obidome diterapkan bersama-sama. Yang biasa tersedia
dalam lebar bervariasi dan panjang.
Kanzashi

Dikenakan biasanya oleh perempuan, ini adalah jenis jepit rambut yang digunakan
untuk menahan tatanan rambut wanita. Penampilan, sifat dan warna ini perubahan hiasan
rambut yang sesuai dengan bulan atau musim tahun. Hal ini biasanya dipakai oleh geisha dan
maikos, karena mereka memakainya lebih sering.

Pakaian Jepang dikenal dengan pekerjaan yang sangat-rinci, diberikan status


perkawinan wanita dan posisi dalam masyarakat yang bersangkutan. Bahkan jika ada cacat
sedikit di saat pembuatan atau pilihan pakaian dianggap sebuah penghinaan atau tanda tidak
hormat.
BAB VI
Sejarah Huruf Jepang

Di awal abad ke-3 masehi, dua orang utusan dari Baekje yang bernama Achiki dan
Wani datang ke Kerajaan Jepang dan konon mengajarkan huruf Tionghoa bagi putra kaisar.
Hal tersebut dianggap sebagai awal sejarah tulisan jepang meskipun sebenarnya orang Jepang
telah mengenal huruf Tionghoa sejak abad ke-1 Masehi.

Dokumen tertua berisi tulisan jepang ditulis oleh keturunan dari Tiongkok yang
bekerja di istana sebagai juru tulis. Mereka menuliskan bahasa Jepang kuno yang disebut
dengan yamato kotoba dalam bahasa Tionghoa. Selain itu, mereka juga menuliskan berbagai
kejadian dan peristiwa penting di Jepang.

Pada zaman pra-sejarah bahasa Jepang, di sana tidak mengenal tulisan yang dikenal
seperti saat ini, yakni tulisan yang dikenal rumit dengan huruf kanjinya. Sebelum huruf kanji
dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Kemudian informasi
itu ditulis oleh utusan kerajaan yang berasal dari Tiongkok, ditulis dan dilapalkan menurut
cara bahasa Tionghoa.

Sistem kanbun merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa Tionghoa
yang dilengkapi tanda diakritik. Sewaktu dibaca, tanda diakritik membantu penutur bahasa
Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah partikel, dan infleksi sesuai aturan tata
bahasa Jepang.

Kemudian berkembanglah sistem penulisan man’yougana yang memakai huruf


Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang. Tulisan ini dipakai dalam karya sastra
Jepang klasik dalam antalogi puisi.

Dengan berkembangnya karya sastra Jepang pada jaman Heian, penggunaan huruf
Kanji dianggap sebagai penghalang karena karakternya yang sulit untuk dimengerti. Maka
timbullah pemikiran baru untuk membuat huruf kana (hiragana dan katakana) untuk
menggantikan man’yougana.

Huruf kana ini dibuat dari bagian huruf kanji atau penyederhanaan dari huruf kanji.
Pada gambar di bawah ini dijelaskan mengenai pengembangan dari man’yougana. Bagian
atas menunjukkan karakter kanji pada umumnya, bagian merah menunjukan man’yougana
yang ditulis pada naskah kuno, sedangkan bagian bawah merupakan penyederhanaan ke
hiragana.

Sedangkan gambar di bawah ini menunjukkan perubahan man’yougana ke


bentuk katakana.

Meskipun begitu, tidak semua huruf kana berasal dari penyederhanaan huruf kanji, ada juga
yang berasal dari cara pengucapan kanji.

Perbedaan Fungsi Huruf Jepang

Huruf Jepang terdiri atas tiga huruf, yaitu kanji, hiragana dan katakana. Lalu, apakah
perbedaan dan kegunaan dari huruf-huruf tersebut? Huruf-huruf tersebut mempunyai fungsi
masing-masing dalam bahasa Jepang. Sekarang akan saya jabarkan dari masing-masing
fungsinya.

1. Kanji

Huruf kanji digunakan untuk menulis kata-kata dari bahasa Tiongkok atau Jepang
yang dapat ditulis dengan huruf Kanji. Penulisan ini cukup menyulitkan bagi siswa dan
mahasiswa yang belajar bahasa Jepang dikarenakan huruf kanji itu banyak dan juga
bentuknya yang dianggap rumit.
Namun seiring berjalannya waktu dengan rentang yang cukup panjang, faktor bahasa
Jepang dan masyarakatnya pun ikut serta dalam perubahan terhadap kanji yang kini dikenal
dengan On’yomi  dan Kun’yomi. On’yomi  merupakan kanji yang dilapalkan berdasarkan
cara baca baca kanji Tionghoa sedangkan Kun’yomi cara baca kanji berdasarkan kata asli
bahasa Jepang.

Kanji disebut dengan hyooi moji atau Ideographic. Setiap kanji memiliki makna


tersendiri, karena kanji dibuat sebagai ungkapan ide simbolis terhadap kata yang dimaksud.
Kanji dibagi dalam tiga bagian, yaitu bentuk, bunyi dan arti/ makna. Dalam bebrapa kanji
pun bisa terdapat cara baca atau arti yang sama namun berbeda makna. Hal tersebut juga
yang membuat kanji dianggap sulit.

2. Hiragana

Konon huruf hiragana ini diciptakan oleh Kobodashi. Pada zaman Heian huruf
hiragana ini sering digunakan oleh wanita. Huruf hiragana juga dikenal dengan onna de (女
手 ) atau ‘tulisan wanita’ karena biasa digunakan oleh kaum wanita untuk membuat karya
sastra klasik.

Huruf hiragana merupakan bentuk tulisan yang digunakan sehari-hari dalam bahasa
Jepang yang digunakan secara bersamaan dengan huruf kanji. Kegunaan huruf hiragana
diantaranya adalah :

 Untuk mendampingi huruf kanji.


 Menulis akhiran kata okurigana.
 Untuk menulis kata keterangan.
 Untuk bacaan anak-anak seperti buku teks, animasi dan komik.
 Sebagai furigana, yakni tulisan kecil yang biasanya berada di atas huruf kanji sebagai
penanda cara membaca suatu kanji.
 Sebagai partikel.

3. Katakana

Berbeda dengan hiragana, katakana konon diciptakan oleh Kibinomakibi. Dan pada


zaman dahulu huruf ini digunakan oleh laki-laki, mungkin dikarenakan karakter hurufnya
sendiri yang terlihat tegas dan kaku. Namun kini huruf katakana tidak digunakan hanya oleh
laki-laki, tapi digunakan untuk:

 Menulis kata-kata serapan bahasa asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Jepang
atau bisa disebut dengan 外 来 語 (gairaigo). Seperti nama negara asing, nama
binatang, nama orang asing, nama tumbuhan dan juga kota-kota di luar negeri.
 Digunakan pada bahasa-bahasa telegram.
 Sebagai penulisan lambang bunyi atau pengucapan.
 Sebagai tulisan bahasa rahasia dan bahasa slang.
 Digunakan juga pada surat-surat atau buku-buku yang berhubungan dengan
perusahaan.

Selain tiga tulisan yang telah dipaparkan tadi, ada pula huruf romaji. Huruf ini merupakan
huruf latin yang melambangkan bunyi, namun tidak memiliki arti seperti huruf-huruf kanji.
Huruf ini melambangkan sebuah fonem.

Saat ini romaji digunakan sebagai salah satu sistem pengajaran bahasa Jepang secara
umum. Hal ini pun digunakan di Indonesia dalam pengajaran bahasa Jepang khususnya
pengajaran pada sekolah menengah atas (SMA).

Penggunaan Dalam Nama Jepang

Huruf kanji, hiragana, dan katakana juga diimplementasikan dalam penulisan nama
orang Jepang. Orang Jepang biasanya menuliskan nama mereka dengan huruf kanji yang
memiliki perbedaan pelapalan meskipun bentuknya sama. Namun untuk menghindari salah
pengucapan, para orang tua biasanya menuliskan nama anak mereka yang baru lahir dengan
huruf hiragana atau katakana.

Sistem penamaan di Jepang sendiri biasanya menempatkan nama keluarga di depan


kemudian diikuti dengan nama panggilan di belakangnya. Jarang sekali ada orang Jepang
yang menggunakan nama tengah seperti yang banyak digunakan oleh orang Eropa.

Dikutip dari Wikipedia, nama keluarga yang paling banyak digunakan di Jepang adalah
Satō ( 佐 藤 ), Suzuki ( 鈴 木 ) danTakahashi ( 高 橋 ). Sedangkan untuk nama belakang yang
paling keren dan populer saat ini adalah Yuina (結菜) untuk perempuan dan Hiroto (大翔)
untuk laki-laki. Berikut adalah daftar lengkap beserta penulisannya dalam huruf Jepang:
 Perempuan
1. Yuina (結菜)
2. Hina (陽菜)
3. Aoi (葵)
4. Yua (結愛)
5. Yui (結衣)
6. Rin (凛)
7. Airi (愛莉)
8. Koharu (心春)
9. Airi (愛梨)
10. Mei (芽依)

 Laki-laki
1. Hiroto (大翔)
2. Ren (蓮)
3. Yuuma (悠真)
4. Minato (湊)
5. Haruto (陽斗)
6. Shota (翔太)
7. Yuuto (悠斗)
8. Haruto (陽翔)
9. Souma (颯真)
10. Sota (颯太)

Anda mungkin juga menyukai