Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, tujuan
praktikum, fungsi alat dan bahan pada praktikum perancangan sistem kerja dan
ergonomi modul perancangan sistem kerja.
1.1 Latar Belakang
Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik
dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang
bersangkutan. Selain pengertian tersebut, definisi perancangan sistem kerja dapat
dilihat berdasarkan unsur kata penyusunnya yaitu perancangan dalam kamus
umum Bahasa Indonesia, kata perancangan diartikan sebagai proses, cara,
perbuatan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak, mengerjakan, atau
melakukan segala sesuatu, merencanakan.
Sistem kaitannya dengan keilmuan teknik industri, sistem merupakan
sekumpulan komponen atau elemen-elemen yang saling berinteraksi dan bersama-
sama melakukan aksi untuk mencapai suatu tujuan. Elemen-elemen yang
dimaksud yakni man, method, machine, money, method, environment, energy, and
information.
Kata kerja merupakan suatu aktivitas untuk melakukan sesuatu. Barnes
menyatakan bahwa berdasarkan sejarah dan perkembangannya, perancangan
sistem kerja didapatkan berawal dari penelitian studi waktu time study yang
dilakukan oleh F.W. Taylor dan studi gerakan motion study yang dilakukan oleh
F.B. Gilbreth, yang kemudian digabungkan menjadi time and motion study. Selain
itu, perancangan sistem kerja dapat disebut juga sebagai methods engineering,
work design, work study atau job design. Sehingga perancangan sistem kerja
kaitannya dengan perancangan metode kerja.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
perancangan sistem kerja adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengetahui peran ergonomi dalam sistem kerja dan mengetahui
pengertian dari peta kerja.

1
2. Mahasiswa mengetahui penggunaan peta-peta kerja dalam
mengidentifikasikan permasalahan yang ada.
3. Mahasiswa dapat membedakan jenis peta kerja antara peta kerja analisa
setempat dan peta kerja analisa keseluruhan.
1.3 Fungsi Alat dan Bahan
Berikut adalah alat yang digunakan pada praktikum perancangan sistem
kerja dan ergonomi modul perancangan sistem kerja:
1. Gergaji, merupakan alat yang digunakan untuk memotong balok kayu yang
sudah disediakan.
2. Stopwatch digital, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur waktu
pada saat pemotongan.
3. Meteran, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lego kursi anak
TK.
4. Amplas, merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaan
kayu yang sudah dipotong.
5. Lego kursi anak TK, alat yang digunakan untuk perakitan pembutan kursi.
Berikut adalah bahan yang digunakan pada praktikum perancangan sistem
kerja dan ergonomi modul perancangan sistem kerja:
1. Rangka Besi, bahan yang digunakan untuk membuat rangka kursi.
2. Papan kayu, bahan yang digunakan untuk alas dudukan kursi.

2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab kajian pustaka dan dasar teori ini akan membahas tentang
pengertian ergonomi, perancangan kerja, definisi peta kerja, simbol-simbol
standard pembuatan peta kerja, macam-macam peta kerja, pengukuran waktu
kerja, performance rating dan allowance praktikum perancangan sistem kerja dan
ergonomi modul perancangan sistem kerja.
2.1 Ergonomi
Menurut Masniar (2021), ergonomi merupakan salah satu dari
persyaratan untuk mencapai desain yang qualified, certifieddan customer
need. Dan seberapa jauh sebuah desain telah memenuhi aspek teknis
fungsional, kualitas estetis dan ekonomis, maka dalam hal ini diperlukan
evaluasi yang menggunakan tolak ukur tertentu. Ergonomi diperlukan
untuk evaluasi produk. Selain fungsional, desain juga harus mampu
memberikankeselamatan, kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi manusia
pada saat memakai dan mengoperasionalkan hasil produk desain tersebut.
2.2 Perancangan Kerja
Menurut Putra (2020), perancangan sistem kerja merupakan suatu metode
atau cara yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-pripsip untuk mendapatkan
rancangan terbaik dari sistem kerja yang berhubungan dengan kenyamanan
lingkungan kerja maupun kenyamanan pada sebuah produk yang dihasilkan dan
digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Teknik-teknik dan
prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja
dengan manusia yang terdiri dengan sifat dan kemampuannya, peralatan kerja,
bahan serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas
dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan serta aman, sehat dan nyaman bagi
pekerja. Agar terciptanya sebuah kondisi kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat,
efisien (ENASE) dapat diwujudkan.
2.3 Definisi Peta Kerja
Menurut Putra (2020), peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan
kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat

3
semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai
masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti: transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan
perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau
merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Dengan peta ini juga didapatkan
informasi - informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja, seperti
benda kerja yang harus dibuat, operasi untuk menyelesaikan kerja, kapasitas
mesin atau kapasitas kerja lainnya, dan urutan prosedur kerja yang dialami oleh
suatu benda kerja. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk
menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan
perbaikan kerja.
2.4 Simbol – Simbol Standar Pembuatan Peta Kerja
Menurut Putra (2020), peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan
oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth
mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada tahun berikutnya jumlah
lambang tersebut disederhanakan sehingga hanya tinggal 4 macam saja. Namun
pada tahun 1947 American Society of Mechanical Engineers (ASME) membuat
standar lambang-lambang yang terdiri atas 5 macam lambang yang merupakan
modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth. Lambang-
lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.4 Simbol-Simbol ASME.
Simbol Keterangan
Simbol operasi, suatu kegiatan operasi terjadi apabila
benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun
kimiawi. Mengambil informasi maupun menberikan
informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi.
Simbol pemeriksaan, suatu kegiatan pemeriksaan terjadi
apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan
baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Simbol ini
digunakan jika kita melakukan pemeriksaan 16 terhadap
suatu objek atau membandingkan objek tertentu dengan
suatu standar.

4
Tabel 2.4 Simbol-Simbol ASME Lanjutan…
Simbol transportasi, suatu kegiatan transportasi terjadi
apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan
mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan
bagian dari suatu operasi.
Simbol menunggu atau delay, proses menunggu terjadi
apabila benda kerja, pekerja ataupun perlengkapan tidak
mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya
sebentar).
Simbol penyimpanan, proses penyimpanan terjadi
apabila benda kerja di simpan untuk jangka waktu yang
cukup lama. Simbol ini digunakan untuk menyatakan
suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen,
yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa
izin tertentu.
Simbol aktivitas gabungan, kegiatan ini terjadi apabila
antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan
bersamaan pada suatu tempat kerja.
Sumber: Putra, 2020

2.5 Macam – Macam Peta Kerja


Menurut Suhadri (2008), pendekatan tradisional yang sering digunakan
untuk menganalisis metode kerja adalah peta kerja. Peta kerja merupakan suatu
alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Dengan peta
kerja kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda
kerja dari mulai masuk proses sampai menjadi produk. Beberapa peta kerja yang
sering digunakan untuk analisis metode kerja, yaitu: peta tangan kiri dan tangan
kanan, peta aliran proses, dan peta regu kerja.
2.5.1 Peta Kerja Keseluruhan

5
Menurut Putra (2020), suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan
apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang
diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Berikut peta-peta yang
termasuk peta keseluruhan:
a. Peta Proses Operasi
Menurut Putra (2020), peta proses operasi merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami bahan baku mengenai urut-
urutan operasi dan pemeriksaan, sejak dari awal sampai menjadi produk jadi
secara utuh.
b. Peta Aliran Proses
Menurut Putra (2020), peta aliran proses adalah suatu diagram yang
menunjukkan urut-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan
penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung.
c. Diagram Alir
Menurut Putra (2020), diagram aliran proses adalah suatu gambaran
menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari
semua aktivitas yang terjadi.
2.5.2 Peta Kerja Setempat
Menurut Dewanti (2020), Peta kerja guna menganalisa proses kerja
setempat akan digunakan untuk menganalisa dan memperbaiki proses kerja yang
ada dalam suatu stasiun kerja, sehingga dicapai suatu keadaan ideal untuk bekerja.
Peta Kerja ini terdiri dari Peta Pekerja dan mesin (Man and Machine Process
Chart), Peta kelompok Kerja (Gang Process Chart) dan Peta tangan kiri dan
tangan kanan (Left and Right Process Chart) atau Peta Operator (Operator
Process Chart).
a. Peta Kerja Manusia-Mesin
Menurut Putra (2020), peta pekerja dan mesin adalah suatu diagram yang
menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari
kombinasi antara pekerja dan mesin.
b. Peta Proses Kelompok Kerja
Menurut Putra (2020), peta proses kelompok kerja adalah suatu diagram
yang menjelaskan prosentase aktivitas kerja dalam satu kelompok atau regu kerja.

6
Peta kerja ini akan memberikan gambaran mana pekerja yang produktif dan
kurang produktif.
c. Peta Tangan Kiri Dan Kanan
Menurut Putra (2020), peta tangan kiri dan tangan kanan adalah suatu
diagram yang menggambarkan aktivitas gerakan tangan dari seorang operator,
mengingat keseimbangan penggunaan kedua tangan sangat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja seorang pekerja.
2.6 Pengukuran Waktu Kerja
Menurut Rahayu (2020), pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati
dan mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan
menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Tujuan dari pengukuran waktu ini
untuk memperoleh berbagai macam rangcangan sistem kerja sehingga dapat
diperoleh rancangan kerja terbaik. Pengukuran waktu kerja berhubungan dengan
usaha untuk menetapkan waktu baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Pengukuran waktu kerja dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Yang dimaksud pengukuran langsung adalah pengamat mengukur dan
mencatat langsung waktu yang diperlukan oleh operator dalam melakukan
pekerjaannyadi tempat operator tersebut bekerja, sedangkan pengukuran tidak
langsung pengamat tidak harus selalu mengamati suatu pekerjaan langsung di
tempat operator bekerja karena telah dikondisikan.
2.6.1 Uji Kecukupan Data
Menurut Putra (2020), uji kecukupan data adalah suatu pengukuran yang
berguna untuk memastikan secara objektif bahwa data yang dikumpulkan telah
cukup. Apabila ditemukan bahwa data belum mencukupi, maka perlu ditambah
sesuai dengan jumlah kekurangannya, jumlah penambahan ini bisa diketahui
secara manual mengunakan suatu rumus. Berikut ini adalah rumusnya:
'
N =¿ ¿2 ..........................................................................Rumus (1)
Sumber: Putra, 2020
Keterangan:
K = Tingkat Kepercayaan
Tingkat kepercayaan 99%, sehingga k = 2,58 ≈ 3
Tingkat kepercayaan 95%, sehingga k = 1,96 ≈ 2

7
Tingkat kepercayaan 68%, sehingga k ≈ 1
S = Derajat Ketelitian 5 % (0,05)
N = Jumlah Data Pengamatan
N’= Jumlah Data Teoritis
Apabila N’ < N, maka data dinyatakan cukup
2.6.2 Uji Keseragaman Data
Menurut Putra (2020), pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang didapat telah seragam dan tidak melebihi dari batas kontrol atas BKA
dan batas kontrol bawah BKB yang telah ditentukan. Bila dari keseragaman data
terdapat data yang tidak seragam maka data tersebut dibuang. Rumusnya sebagai
berikut:
BKA = X + 2.σ
BKB = X – 2.σ ……………………………………………………….…Rumus (2)
Sumber: Putra, 2020
Perhitungan Standar Deviasi

σ=
√ ( x i−x̅ )²
n−1
………………………………………………………....Rumus (3)

Sumber: Putra, 2020


Keterangan :
BKA = Batas Kelas Atas
BKB = Batas Kelas Bawah
𝜎 = Standar deviasi
N = Banyaknya data
n = Jumlah pengamatan
2.7 Performance Rating
Menurut Suhardi (2008), peringkat kinerja (performance rating) pekerja
yang bersangkutan, lalu hitung waktu normal (normal time) dengan menggunakan
rumus, sebagai berikut:
PR
NT = x . …………………………………………………………………………………………….Rumus
100
(4)

Sumber: Bambang, 2008

8
PR = peringkat kinerja (dalam persen)
Menurut Suhardi (2008), peringkat kinerja diperlukan untuk penyesuaian
waktu yang diperoleh dari pengamatan terhadap satu orang pekerja menjadi waktu
normal yang berlaku bagi seluruh pekerja. Peringkat kinerja untuk rata-rata
pekerja sebesar 100%. Pekerja yang memiliki keterampilan atau kecakapan lebih
dari rata-rata pekerja lainnya memiliki peringkat kinerja di atas 100%. Pekerja
yang keterampilannya di bawah rata-rata memiliki peringkat kinerja di bawah
100%. Peringkat kinerja ini hanya berlaku untuk satu jenis kegiatan, tidak
diberlakukan secara umum. Dengan demikian, bisa saja untuk satu jenis kegiatan,
seorang pekerja mempunyai peringkat kinerja di bawah rata-rata karyawan lain,
tetapi untuk jenis kegiatan yang lain peringkatnya di atas rata-rata. Waktu normal
diartikan sebagai waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja yang
berpengalaman untuk menyelesaikan elemen-elemen tugas yang penting, dan
bekerja pada kecepatan normal.
2.8 Allowance
Menurut Suhardi (2008), kelonggaran (allowance) adalah waktu yang
ditambahkan pada waktu normal untuk mendapatkan waktu standar yang realistis,
dapat diterapkan dan dapat dicapai. Di dalam praktek banyak terjadi penentuan
waktu bakau dilakukan hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan
menghitung rata-ratanya. Tetapkan faktor kelonggaran (allowance factor). Faktor
kelonggaran diperlukan untuk mencakup interupsi atau penundaan yang terjadi
karena keperluan pribadi pekerja (untuk minum, ke kamar kecil atau istirahat
karena letih) atau penundaan yang tidak bisa dihindari (seperti mesin atau
peralatan rusak, material terhambat, atau gangguan listrik). Untuk faktor
kelonggaran yang dinyatakan sebagai persentase dari waktu tugas:
AF = 1 + A…………………………………………………………..….Rumus (5)
Sumber: Suhadri, 2008
Dimana: A = toleransi kelonggaran (dalam persen)
Untuk faktor kelonggaran yang dinyatakan sebagai persentase dari waktu kerja:
1
AF = ………………………………………………………..………Rumus (6)
( A)
Sumber: Suhadri, 2008

9
BAB 3
PENGUMPULAN DATA

Pada bab pengumpulan data ini akan membahas tentang data pengamatan
dan langkah kerja pada praktikum perancangan siatem kerja dan ergonomi modul
perancangan sistem kerja.
3.1 Data Hasil Pengamatan
Dalam data pengamatan ini yang berisi pengukuran berapa lama waktu yang
diperlukan untuk memotong balok kayu yang menggunakan gergaji tangan.
Berikut adalah data hasil pengamatan dari praktikum perancangan sistem kerja
dan ergonomi modul perancangan sistem kerja.
Tabel 3.1 Data Pengamatan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi.
Waktu (Menit)
Pengukuran Pemotongan Penghalusan Perakitan

Pengamatan Rangka Rangka Rangka


Dudukan Dudukan DuduKan
Besi Besi Besi

1 0,47 0,50 3,28 2,23 3,12 2,45 7,7


2 0,49 0,57 3,48 2,36 3,31 2,33 8,8
3 0,50 0,48 2,50 3,07 2,58 2,49 6,6
Jumlah 1,46 1,55 9,26 7,66 9,01 7,27 23,1

Untuk melakukan perhitungan untuk mendapatkan data pada tabel 3.1


digunakan performance rating, allowance, confidence level dan degree of accuary
yaitu:

70
1. Performance rating = = 1,17
60
3 menit
2. Sholat = x 100 % = 3 %
100 menit
2 menit
BAB/BAK = x 100 % = 2 %
100 menit
5,25 menit
Makan = x 100 % = 5,25 %
100 menit

10
1,50 menit
Fatigue = x 100 % = 1,50 %
100 menit
Allowance = 11,75%
3. Confident leve = 95% k=2
4. Degree of Accuracy = 5% s = 0,05
3.2 Langkah kerja
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum perancangan sistem kerja dan
ergonomi modul perancangan sistem kerja balok kayu dan besi.
Balok kayu :
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktek.
2. Balok kayu sebelumnya diberi garis sebanyak 3 untuk acuan memotong.
3. Potong balok kayu menggunakan gergaji dan jangan lupa untuk menghitung
waktu untuk memotong kayu menggunakan stopwatch digital.
4. Setelah dipotong haluskan permukaan menggunakan amplas sampai
permukaan balok kayu halus dan jangan lupa untuk menghitung lama waktu
pengamplasan mengguanakan stopwatch digital kemudian catat pada lembar
catatan.
5. Lakukan langkah 3 dan 4 sebanyak 3 kali percobaan dan catat hasil
pengamatannnya.
6. Setalah melakukan percobaan diatas, kita akan melakukan pengukuran
rangka-rangka kursi dengan menggunakan meteran dan menghitung waktu
yang diperlukan dalam proses pengukuran menggunakan stopwatch digital
dan lakukan langkah ini sebanyak 3 kali percobaan.
7. Setelah semua selesai kita akan merakit kursi hingga menjadi bentuk kursi
yang sempurna. Lama proses perakitan ini juga dihitung menggunakan
stopwatch digital dan lakukan sebanyak 3 kali percobaan.
8. Setelah semua data sudah terkumpul dan masih berbentuk satuan detik maka
akan dirubah dalam bentuk satuan menit.
Besi :
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktek.
2. Besi sebelumnya diberi garis sebanyak 3 untuk acuan memotong.

11
3. Potong besi menggunakan gergaji dan jangan lupa untuk menghitung waktu
untuk memotong kayu menggunakan stopwatch digital.
4. Setelah dipotong haluskan permukaan menggunakan amplas sampai
permukaan balok kayu halus dan jangan lupa untuk menghitung lama waktu
pengamplasan mengguanakan stopwatch digital kemudian catat pada lembar
catatan.
5. Lakukan langkah 3 dan 4 sebanyak 3 kali percobaan dan catat hasil
pengamatannnya.
6. Setalah melakukan percobaan diatas, kita akan melakukan pengukuran
rangka-rangka kursi dengan menggunakan meteran dan menghitung waktu
yang diperlukan dalam proses pengukuran menggunakan stopwatch digital
dan lakukan langkah ini sebanyak 3 kali percobaan.
7. Setelah semua selesai kita akan merakit kursi hingga menjadi bentuk kursi
yang sempurna. Lama proses perakitan ini juga dihitung menggunakan
stopwatch digital dan lakukan sebanyak 3 kali percobaan.
8. Setelah semua data sudah terkumpul dan masih berbentuk satuan detik maka
akan dirubah dalam bentuk satuan menit.

12
BAB 4
PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan membahas tentang pengolahan data dan analisis data yang
diperoleh pada praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
perancangan sistem kerja.
4.1 Pengolahan Data
Pada pengolahan data ini akan menghitung uji kecukupan data, standar
deviasi, uji keseragaman data, waktu siklus, waktu normal, waktu baku, output
standar dari proses pengukuran, pemotongan, penghalusan, dan perakitan kursi
multifungsi.
4.1.1 Perhitungan Pada Proses Pengukuran Rangka Besi dan Dudukan Kayu
Berikut ini adalah data perhitungan proses pengukuran rangka besi dan
dudukan kayu dalam berberapa kali percobaan yang dilakukan. Dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Pengukuran Rangka Besi.
Waktu Pengukuran
Pengamatan (menit)
Rangka Besi
1 0,47
2 0,49
3 0,50
∑x 1,46

(∑ x )2 2,13

∑ x2 0,71
x̅ 0,49
Berikut merupakan perhitungan waktu pada pengukuran rangka besi yang
meliputi uji kecukupan data, standar deviasi, uji keseragaman data, waktu siklus,
waktu normal, waktu baku dan output standar.
a. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses pengukuran
rangka besi.

13
'
N = ¿ ¿2

' 2/0,05 √3 . 0,71−2,13 2


N = [ ¿
1,46
' 40 √ 2, 13−2,40 2
N = [ ¿
1,46
40 √ 0,002 2
N' = [ ¿
1,46
' 40 . 0,044 2
N = [
1,46 ¿
1,76 2
N
'
= [ ¿
1,46
'
N = [1,20¿2
'
N = 1,05
Karena hasil N’¿ n, maka data dikatakan cukup.
b. Standar Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standar deviasi pada proses pengukuran
rangka besi.
σ =√ ∑¿ ¿ ¿
σ =√∑ ¿ ¿ ¿ ¿
σ = √ ∑¿ ¿ ¿

σ =
√ ∑ ( 0,0004 ) + ( 0 ) +(0,0001)
2

σ =
√ 0,0005
2
σ = √ 0,00025
σ = 0,02
c. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah perhitungan uji keseragaman data pada proses
pengukuran rangka besi.
BKA = x̅ + K . σ
BKA = 0,48 + 2 . 0,02
BKA = 0,48 + 0,04
BKA = 0,52

14
BKB = x̅ – K . σ
BKB = 0,48 - 2 . 0,02
BKB = 0,48 – 0,04
BKB = 0,46
BKA = 0,52
x̅ = 0,48
BKB = 0,46
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada data ekstrim
didalam proses pengukuran rangka besi.
d. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pengukuran rangka
besi.
∑x
Ws =
n
1,46
Ws =
3
Ws = 0,57 menit
e. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pengukuran
rangka besi.
Wn =Ws . Pr
Wn = 0,48 . 1,17
Wn = 1,74 menit
f. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pengukuran rangka
besi.
100 %
Wb = Wn ×
100 %−allowance
100 %
Wb = 1,74 ×
100 %−11,75%
100 %
Wb = 1,74 ×
88,25 %
Wb = 1,74 × 1,13
Wb = 0,63 menit

15
Wb = 0,01 jam
g. Output Standar
Berikut ini adalah perhitungan output standar pada proses pengukuran
rangka besi.
1
Os =
Wb
1
Os =
3,26
Os = 94,49 unit/jam
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Pengukuran Dudukan Kayu.

Pengamatan Waktu Pengukuran Dudukan kayu

1 0,50
2 0,57
3 0,48
∑x 1,51
(∑ x )2 2,40

∑x
2
0,80
x̅ 0,52

1. Pengukuran Dudukan Kayu


Berikut merupakan perhitungan waktu pada pengukuran dudukan kayu yang
meliputi uji kecukupan data, standar deviasi, uji keseragaman data, waktu siklus,
waktu normal, waktu baku dan output standar.
a. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses pengukuran
dudukan kayu.
N' = ¿ ¿2

' 2/0,05 √3 . 0,80−2,40 2


N = [ ¿
1,55
' 40 √ 2, 41−2,40 2
N = [ ¿
1,55
' 40 √ 0,013 2
N = [ ¿
1,55

16
' 40 . 0,11 2
N = [
1,55 ¿
4,56 2
N
'
= [ ¿
1,55
'
N = [2,94¿2
N' = 8,92
Karena hasil N’ > n, maka dikatakan data tidak cukup.
b. Standar Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standar deviasi pada proses pengukuran
dudukan kayu.
σ =√ ∑ ¿ ¿ ¿

σ =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿
σ = √∑¿¿ ¿

σ =
√ ∑ ( 0,0049 )+ ( 0 ) +(0,0081)
2

σ =
√ 0,013
2
σ = √ 0,0065
σ = 0,05
c. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah perhitungan uji keseragaman data pada proses
pengukuran dudukan kayu.
BKA = x̅ + K . σ
BKA = 0,51 + 2 . 0,08
BKA = 0,51 + 0,16
BKA = 0,61
BKB = x̅ – K . σ
BKB = 0,51 - 2 . 0,08
BKB = 0,51 – 0,16
BKB = 0,42
BKA = 0,61
x̅ = 0,51
BKB = 0,42

17
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada data ekstrim
didalam proses pengukuran dudukan kayu.
d. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pengukuran
dudukan kayu.
∑x
Ws =
n
1,55
Ws =
3
Ws = 0,52 menit
e. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pengukuran
dudukan kayu.
Wn =Ws . Pr
Wn = 0,51 . 1,17
Wn = 0,60 menit
f. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pengukuran dudukan
kayu.
100 %
Wb = Wn ×
100 %−allowance
100 %
Wb = 0,59 ×
100 %−11,75%
100 %
Wb = 0,59 ×
88,25 %
Wb = 0,59 × 1,13
Wb = 0,67 menit
Wb = 0,1 jam
g. Output Standar
1
Os =
Wb
1
Os =
1,1
Os = 89,01 unit/jam

18
4.1.2 Perhitungan Pada Proses Pemotongan Rangka Besi dan Dudukan Kayu
Berikut ini adalah data perhitungan proses pemotongan rangka besi dan
dudukan kayu dalam berberapa kali percobaan yang dilakukan. Dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pemotongan Rangka Besi.
Waktu Pemotongan
Pengamatan (menit)
Rangka Besi
1 3,28
2 3,48
3 2,50
∑x 9,26
(∑ x )2 85,75

∑x
2
29,12
x̅ 3,09

Berikut merupakan perhitungan waktu pada pemotongan rangka besi yang


meliputi uji kecukupan data, standar deviasi, uji keseragaman data, waktu siklus,
waktu normal, waktu baku dan output standar.
a. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses pemotongan
rangka besi.
'
N = ¿ ¿2
2/0,05 √3 . 29,12−85,75 2
N' = [ ¿
9,26
' 40 √ 87,36−85,75 2
N = [ ¿
9,26
40 √ 1,61 2
N' = [ ¿
9,26
' 40 . 1,26 2
N = [
9,26 ¿
50,4 2
N
'
= [ ¿
9,26
'
N = [5,44¿2

19
'
N = 30,02
Karena hasil N’ > n, maka dikatakan data tidak cukup.
b. Standar Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standar deviasi pada proses pemotongan
rangka besi.
σ =√ ∑¿ ¿ ¿
σ =√∑ ¿ ¿ ¿ ¿
σ = √ ∑¿ ¿ ¿
(
√) ( )
σ = ∑ 0,04 + 0 +(0,9604)
2


σ = 1,0004
2
σ = √ 0,5002
σ = 0,52
c. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah perhitungan uji keseragaman data pada proses
pemotongan rangka besi.
BKA = x̅ + K . σ
BKA = 3,09 + 2 . 0,52
BKA = 3,09 + 1,4
BKA = 4,12
BKB = x̅ – K . σ
BKB = 3,09 - 2 . 0,52
BKB = 3,09 - 1,4
BKB = 2,05
BKA = 4,12
x̅ = 3,09
BKB = 2,05
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada data ekstrim
didalam proses pemotongan rangka besi.
d. Waktu Siklus

20
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pemotongan
rangka besi.
∑x
Ws =
n
9,62
Ws =
3
Ws = 3,09 menit
e. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pemotongan
rangka besi.
Wn =Ws . Pr
Wn = 3,09 . 1,17
Wn = 3,60 menit
f. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pemotongan rangka
besi.
100 %
Wb = Wn ×
100 %−allowance
100 %
Wb = 3,60 ×
100 %−11,75%
100 %
Wb = 3,60 ×
88,25 %
Wb = 3,60 × 1,13
Wb = 4,03 menit
Wb = 0,07 jam
g. Output Standar
Berikut ini adalah perhitungan output standar pada proses pemotongan
rangka besi.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,07
Os = 14,90 unit/jam
Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Pemotongan Dudukan Kayu.

21
Waktu Pemotongan
Pengamatan (menit)
Dudukan Kayu
1 2,23
2 2,36
3 3,07
∑x 7,66
(∑ x )2 58,68

∑x
2
19,9
x̅ 2,55

Berikut merupakan perhitungan waktu pada pemotongan dudukan kayu


yang meliputi uji kecukupan data, standar deviasi, uji keseragaman data, waktu
siklus, waktu normal, waktu baku dan output standar.
a. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses pemotongan
dudukan kayu.
'
N = ¿ ¿2

' 2/0,05 √ 3 . 19,96−58,67 2


N = [ ¿
7,66
' 40 √ 59,88−58,67 2
N = [ ¿
7,66
' 40 √ 1,21 2
N = [ ¿
7,66
' 40 . 1,1 2
N = [
7,66 ¿
44 2
N
'
= [ ¿
7,66
N' = [5,74¿2
'
N = 33,45
Karena hasil N’ < n, maka dikatakan data tidak cukup.
b. Standar Deviasi

22
Berikut ini adalah perhitungan standar deviasi pada proses pemotongan
dudukan kayu.
σ =√ ∑ ¿ ¿ ¿
σ =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿
σ = √∑¿¿ ¿

σ =
√ ∑ ( 0,0169 )+ ( 0 ) +(0,5041)
2

σ =
√ 0,521
2
σ = √ 0,2605
σ = 0,45
c. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah perhitungan uji keseragaman data pada proses
pemotongan dudukan kayu.
BKA = x̅ + K . σ
BKA = 2,55 + 2 . 0,51
BKA = 2,55 + 1,02
BKA = 3,46
BKB = x̅ – K . σ
BKB = 2,55 - 2 . 0,51
BKB = 2,55 – 1,02
BKB =1,65
BKA = 3,46
x̅ = 2,55
BKB = 1,65
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada data ekstrim
didalam proses pemotongan dudukan kayu.
d. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pemotongan
dudukan kayu.
∑x
Ws =
n

23
7 ,66
Ws =
3
Ws = 2,55 menit
e. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pemotongan
dudukan kayu.
Wn =Ws . Pr
Wn = 2,55 . 1,17
Wn = 2,98 menit
f. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pemotongan
dudukan kayu.
100 %
Wb = Wn ×
100 %−allowance
100 %
Wb = 2,98 ×
100 %−11,75%
100 %
Wb = 2,98 ×
88,25 %
Wb = 2,98 × 1,13
Wb = 3,33 menit
Wb = 0,06 jam
g. Output Standar
Berikut ini adalah perhitungan output standar pada proses pemotongan
dudukan kayu.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,6
Os = 18,01 unit/jam
4.1.3 Perhitungan Pada Proses Penghalusan Rangka Besi dan Dudukan Kayu
Berikut ini adalah data perhitungan proses penghalusan rangka besi dan
dudukan kayu dalam berberapa kali percobaan yang dilakukan. Dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Penghalusan Rangka Besi.

24
Waktu Penghalusan
Pengamatan (menit)
Rangka Besi
1 3,12
2 3,31
Tabel Lanjutan 4.5 Data Hasil Pengamatan Penghalusan Rangka Besi
3 2,58
∑x 9,01
(∑ x )2 81,18

∑x
2
27,35
x̅ 3,00

1. Penghalusan Rangka
Berikut merupakan perhitungan waktu pada penghalusan rangka besi yang
meliputi uji kecukupan data, standar deviasi, uji keseragaman data, waktu siklus,
waktu normal, waktu baku dan output standar.
a. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses penghalusan
rangka besi.
N' = ¿ ¿2

' 2/0,05 √3 . 27,34−81,18 2


N = [ ¿
9,01
' 40 √ 82,02−81,18 2
N = [ ¿
9,01
' 40 √ 0,84 2
N = [ ¿
9,01
' 40 . 0,91 2
N = [
9,01 ¿
36,4 2
N' = [ ¿
9,01
N' = [4,03¿2
'
N = 16,96
Karena hasil N’ > n, maka dikatakan data tidak cukup.
b. Standar Deviasi

25
Berikut ini adalah perhitungan standar deviasi pada proses penghalusan
rangka besi.
σ =√ ∑ ¿ ¿ ¿
σ =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿
σ = √∑¿¿ ¿

σ =
√ ∑ ( 0,0361 )+ ( 0 )+(0,5329)
2

σ =
√ 0,569
2
σ = √ 0,2845
σ = 0,38
c. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah perhitungan uji keseragaman data pada proses
penghalusan rangka besi.
BKA = x̅ + K . σ
BKA = 3,00 + 2 . 0,53
BKA = 3,00 + 1,06
BKA = 3,76
BKB = x̅ – K . σ
BKB = 3,00 - 2 . 0,53
BKB = 3,00 – 1,06
BKB = 2.75
BKA = 3,76
x̅ = 3,00
BKB = 2,75
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada data ekstrim
didalam proses penghalusan rangka besi.
d. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses penghalusan rangka
besi.
∑x
Ws =
n

26
9,01
Ws =
3
Ws = 3,00 menit
e. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses penghalusan
rangka besi.
Wn =Ws . Pr
Wn = 3,00 . 1,17
Wn = 3,50 menit
f. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pengahalusan rangka
besi.
100 %
Wb = Wn ×
100 %−allowance
100 %
Wb = 3,51 ×
100 %−11,75%
100 %
Wb = 3,51 ×
88,25 %
Wb = 3,51 × 1,13
Wb = 3,92 menit
Wb = 0,07 jam
g. Output Standar
Berikut ini adalah perhitungan output standar pada proses penghalusan
rangka besi.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,07
Os = 15,31 unit/jam
Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Penghalusan Dudukan Kayu.
Waktu Penghalusan
Pengamatan (menit)
Dudukan Kayu
1 2,45
2 2,33

27
3 2,49
∑x 7,27

(∑ x )
2
52,85

∑ x2 17,63
x̅ 2,42

2. Penghalusan Dudukan Kayu


Berikut merupakan perhitungan waktu pada penghalusan dudukan kayu
yang meliputi uji kecukupan data, standar deviasi, uji keseragaman data, waktu
siklus, waktu normal, waktu baku dan output standar.
a. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses penghalusan
dudukan kayu.
N' = ¿ ¿2

' 2/0,05 √3 . 17,63−5 2,85 2


N = [ ¿
7,27
40 √ 52,89−52,85 2
N' = [ ¿
7,27
' 40 √ 0,04 2
N = [ ¿
7,27
40 . 0,2 2
N' = [
7,27 ¿
8 2
N' = [ ¿
7,27
N' = [1,10¿2
'
N = 1,26
Karena hasil N’¿ n, maka data dikatakan cukup.
b. Standar Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standar deviasi pada proses penghalusan
dudukan kayu.
σ =√ ∑¿ ¿ ¿
σ =√∑ ¿ ¿ ¿ ¿
σ = √ ∑¿ ¿ ¿

28

( ) ( )
σ = ∑ 0,0144 + 0 +(0,0256)
2


σ = 0,04
2
σ = √ 0,2
σ = 0,08
c. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah perhitungan uji keseragaman data pada proses
penghalusan dudukan kayu.
BKA = x̅ + K . σ
BKA = 2,24 + 2 . 0,44
BKA = 2,24 + 0,88
BKA = 2,59
BKB = x̅ – K . σ
BKB = 2,24 - 2 . 0,44
BKB = 2,24 - 0,88
BKB = 2,26
BKA = 2,59
x̅ = 2,24
BKB = 2,26
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada data ekstrim
didalam proses penghalusan dudukan kayu.
d. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses penghalusan
dudukan kayu.
∑x
Ws =
n
7,27
Ws =
3
Ws = 2,42 menit
e. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses penghalusan
dudukan kayu.

29
Wn =Ws . Pr
Wn = 2,42 . 1,17
Wn = 2,83 menit
f. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses penghalusan
dudukan kayu.
100 %
Wb = Wn ×
100 %−allowance
100 %
Wb = 2,83 ×
100 %−11,75%
100 %
Wb = 2,83 ×
88,25 %
Wb = 2,83 × 1,13
Wb = 3,16 menit
Wb = jam
g. Output Standar
Berikut ini adalah perhitungan output standar pada proses penghalusan
dudukan kayu.
1
Os =
Wb
1
Os =
5,31
Os = 18,98 unit/jam
4.1.4 Perhitungan Pada Proses Perakitan
Berikut ini adalah data pengamatan proses perakitan kursi multifungsi dalam
berberapa kali percobaan yang dilakukan. Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Perakitan Kursi Kayu
Waktu Perakitan
Pengamatan (menit)
Rangka
1 7,70
2 8,80
3 6,60
∑x 23,10

(∑ x )2 533,61

30
∑x
2
180,29
x̅ 7,70

Berikut merupakan perhitungan waktu pada perakitan lego kursi


multifungsi. yang meliputi uji kecukupan data, standar deviasi, uji keseragaman
data, waktu siklus, waktu normal, waktu baku dan output standar.
a. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses perakitan
lego kursi multifungsi.
N' = ¿ ¿2

' 2/0,05 √3 . 180,29−5 33,61 2


N = [ ¿
23,10
' 40 √ 5 40,87−533,61 2
N = [ ¿
23,10
' 40 √ 7 , 62 2
N = [ ¿
23,1
' 40 . 2,76 2
N = [
23,1 ¿
110,4 2
N' = [ ¿
23,1
N' = [4,77¿2
'
N = 21,71
Karena hasil N’ > n, maka dikatakan data tidak cukup.
b. Standar Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standar deviasi pada proses perakitan kursi
multifungsi.
σ =√ ∑¿ ¿ ¿
σ =√∑ ¿ ¿ ¿ ¿
σ = √ ∑¿ ¿ ¿
(
√) ( )
σ = ∑ 1,21 + 0 +(4,84)
2

σ = 6,05
2 √
31
σ = √ 3,025
σ = 1,10

c. Uji Keseragaman Data


Berikut ini adalah perhitungan uji keseragaman data pada proses perakitan
kursi multifungsi.
BKA = x̅ + K . σ
BKA = 7,7 + 2 . 1,73
BKA = 7,7 + 3,46
BKA = 9,90
BKB = x̅ – K . σ
BKB = 7,7 - 2 . 1,73
BKB = 7,7 - 3,46
BKB = 5,50
BKA = 9.90
x̅ = 7,70
BKB = 5,50
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada data ekstrim
didalam proses perakitan kursi multifungsi.
d. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses perakitan kursi
multifungsi.
∑x
Ws =
n
23,1
Ws =
3
Ws = 7,70 menit
e. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses kursi multifungsi.
Wn =Ws . Pr
Wn = 7,70 . 1,17
Wn = 8,98 menit
f. Waktu Baku

32
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses perakitan kursi
multifungsi.
100 %
Wb = Wn ×
100 %−allowance
100 %
Wb = 9 ×
100 %−11,75%
100 %
Wb =9×
88,25 %
Wb = 9 × 1,13
Wb = 10,05 menit
Wb = 16,95 jam
g. Output Standar
Berikut ini adalah perhitungan output standar pada proses perakitan kursi
multifungsi.
1
Os =
Wb
1
Os =
16,95
Os = 0,18 unit/jam
4.2 Analisa Data
Berikut ini adalah analisa data dari perhitungan pengukuran, pemotongan,
penghalusan dan perakitan kursi multifungsi.
Tabel 4.8 Analisa Data.
Nilai
Waktu Waktu Waktu
N Analis Pengukuran Pemotongan Penghalusan Waktu
o a Data Rangk Duduka Rangk Duduka Rangk Duduka Perakitan
a Besi n Kayu a Besi n Kayu a Besi n Kayu
1 N’ 1,44 8,64 29,59 32.94 16,24 1,21 22,75
2 σ 0,02 0,08 0,70 0,51 0,53 0,44 1,73
3 BKA 0,52 0,67 4,12 3,57 4,06 3,12 11,16
4 BKB 0,44 0,35 2,05 1,53 1,97 1,36 4,24
5 Ws 0,48 0,51 3,09 2,55 3.00 2,42 7,70
6 Wn 1,74 0,59 3,61 2,98 3,51 2,83 9.00
7 Wb 3,26 1,10 6,78 5,6 6,6 5,31 16,95
8 Os 94,49 89,01 14,90 18,01 15,31 18,98 0,18

33
Sehingga didapat analisis dari tabel diatas sebagai berikut :
1. Kecukupan data N’ nilai yang terbesar terdapat pada waktu pemotongan
rangka besi sebesar 29,59 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu
penghalusan dudukan kayu sebesar 1,21.
2. Standar deviasi (σ ) nilai yang terbesar terdapat pada waktu perakitan
sebesar 1,73 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu pengukuran
rangka besi sebesar 0,02.
3. Batas Kendali Atas (BKA) nilai yang terbesar terdapat pada waktu
perakitan sebesar 11,16 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu
pengukuran rangka besi sebesar 0,52.
4. Batas Kendali Bawah (BKB) nilai yang terbesar terdapat pada waktu
perakitan sebesar 4,24 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu
pengukuran dudukan kayu sebesar 0,35.
5. Waktu siklus (Ws) nilai yang terbesar terdapat pada waktu perakitan
sebesar 7,7 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu pengukuran rangka
besi sebesar 0,48.
6. Waktu normal (Wn) nilai yang terbesar terdapat pada waktu peralitan
sebesar 9 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu pengukuran dudukan
kayu sebesar 0,59.
7. Waktu baku (Wb) nilai yang terbesar terdapat pada waktu perakitan besi
sebesar 16,95 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu pengukuran
dudukan kayu sebesar 1,1.
8. Output standar (Os) nilai yang terbesar terdapat pada waktu pengukuran
dudukan kayu sebesar 0,90 dan nilai yang terkecil terdapat pada waktu
perakitan sebesar 0,05.

34
4.3 Peta Proses Aliran Kerja

G
ambar 4.1 Peta Aliran Proses.

35
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dan saran pada praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi modul perancangan sistem kerja.
5.1 Kesimpulan
1. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka, ergonomic juga berperan sangat
penting dalam sistem kerja untuk menciptakan kondisi kerja yang efektif,
nyaman, aman, sehat dan efisiensi (ENASE). Peta kerja adalah suatu alat
yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Lewat
peta-peta Ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami
oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik hingga menjadi produk
jadi.
2. Peta kerja digunakan untuk mendapatkan informasi - informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki metode kerja, seperti benda kerja yang
harus dibuat, operasi untuk menyelesaikan kerja, kapasitas mesin atau
kapasitas kerja lainnya, dan urutan prosedur kerja yang dialami oleh suatu
benda kerja. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk
menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan
perbaikan kerja.
3. Pengertian peta kerja setempat dan keseluruhan adalah kegiatan kerja yang
melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk
membuat produk yang bersangkutan.
5.2 Saran
Menurut kami asisten labolatorium sudah menjelaskan materi dengan baik
dan sangat jelas, sehingga para praktikan mudah memahami materi. Saran dari
kelompok kami sebaiknya penambahan jumlah alat-alat paraktikum agar
mahasiswa atau peserta praktikum dapat memegang alat satu per satu. Demikian
saran atau masukkan yang dapat kelompok kami berikan. Semoga dapat menjadi
masukkan yang membangun dan menjadikan kegiatan praktikum lebih baik di
masa mendatang.

36
DAFTAR PUSTAKA

Masniar, Bambang Supriadi Rusli. 2021.”Analisa Perancangan Papan Landasan


Ergonomis Untuk Aktivitas Di Kolong Mobil” Metode Jurnal Teknik
Industri Vol. 7, No. 2, Hal. 68 -78.
Putra, Boy Isma dan Ribangun Bamban Jakaria. 2020. “Perancangan Sistem
Kerja”.
Suhadri, Bambang. 2008. “Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Industri Jilid 1”.
Rahayu, Monita dan Sutresna Juhara 2020. “Pengukuran Waktu Bakau Perakitan
Pena dengan menggunakan Waktu Jam Henti Saat Praktikum Analisa
Perancangan Kerja”. Jurnal Pendidikan dan Aplikasi Industri (UNISTEK).
Vol.7, No. 2, Hal. 93-97.
Dewanti, Galuh Trisna. 2020. “Analisa Metode Kerja Perakitan Kipas Angin
Menggunakan Peta Tangan Kiri Dan Tangan Kanan”. STRING (Satuan
Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi). Vol. 5, No. 1, Hal 11-19.

37
Lampiran

38

Anda mungkin juga menyukai