Cellular Manufacturing (CM) adalah sebuah model perancangan dan pengaturan area
kerja, dimana peralatan, mesin dan workstation diatur dalam urutan yang efisien, sehingga
pergerakan orang, inventori dan material dapat berlangsung mulus dan lancar dari awal hingga
akhir satu aliran proses kerja (single process flow). Dengan keteraturan semacam ini, waste-
waste semacam transportasi, waktu tunggu, atau delay bisa lebih diminimalisir. CM adalah
komposisi penting dalam resep Lean Manufacturing.
Untuk menerapkan konsep pengaturan area kerja seperti Cellular Manufacturing, kita
harus mengetahui setiap komponen dari sebuah aliran proses atau single process flow. Kemudian
kita dapat mengatur komponen-komponen tersebut sedemikian rupa sehingga aliran proses bisa
berjalan lancar dan bebas waste. Untuk melakukan set up single process flow di pabrik, berbagai
macam mesin produksi yang berbeda, yang harus bekerja bersama-sama untuk memproduksi
suatu produk, harus diatur di satu area produksi.
Konsep ini kontras dengan metode “batch and antrian” tradisional, dimana hanya mesin-
mesin yang sama yang ditempatkan di satu area. Ketika pabrik masih menggunakan metode
“batch dan antrian”, produk yang masih berada dalam proses produksi harus dipindahkan ke area
mesin lain untuk menjalani proses selanjutnya. Di area baru, produk kembali mengantri untuk
diproses dalam batch-batch. Sistem seperti itu sering menimbulkan pemborosan transportasi dan
delay pada batching.
Dengan aturan single process flow, produk hanya ditransfer dari mesin ke mesin dalam
area yang sama, dengan posisi mesin-mesin yang diatur sedemikian rupa sehingga aliran proses
bisa berjalan lancar. Sistem ini merupakan sistem yang bebas pemborosan transportasi dan
batching delay.
Konsep lean
1. Seiri (Ringkas)
Maksud dari konsep Seiri adalah bagaimana dalam pekerjaan menyingkirkan hal yang tak perlu
selama proses berlangsung hingga laju material bisa lancar tanpa mengalami hambatan seperti
adanya penumpukan dalam suatu proses yang akan berdampak kepada sulitnya ditemukan
permasalahan yang terjadi karena tertumpuk oleh material-material lainnya.
Metode yang diterapkan pada konsep 5S untuk seiri (ringkas) adalah mendekatkan barang atau
alat-alat yang dibutuhkan dalam sebuah proses. Penerapan 5S Seiri berfungsi untuk mengurangi
pemborosan pencarian atau dalam arti lebih luas adalah penghematan waktu pencarian dan waktu
pengambilan alat/material yang dibutuhkan.
Tujuan:
Menyingkirkan atau membuang dari tempat kerja semua item yang tidak digunakan lagi dalam
pelaksanaan tugas atau aktivitas. Jika suatu item diragukan apakah masih digunakan atau tidak,
item tersebut perlu disingkirkan dari tempat kerja, dan disimpan digudang. Apabila tidak
digunakan lagi, item itudibuang. Implementasi Seiri dapat menggunakan “Red Tag System”,
yaitu metode untuk mengidentifikasi informasi dan barang-barang dalam area kerja yang tidak
diperlukan lagi dalam pekerjaan sehari-hari. Setiap red-tagged item dicatat tanggalnya dan
dipisahkan ke area penyimpanan atau gudang. Jika item itu tidak digunakan setelah periode
waktu tertentu, katakanlah antara satu sampai enam bulan, maka item itu dapat dibuang.
2. Seiton (Rapi)
Tujuan: Mengatur atau menyusun item-item yang diperlukan dalam area kerja, kemudian
mengidentifikasi dan memberikan label atau tanda, sehingga setiap orang dapat menemukan
item-item itu secara mudah dan cepat.
3. Seiso (Resik)
Maksud dari seiso (resik) di konsep 5S adalah membersihkan area tempat kerja setiap saat,
misalnya dengan melakukan pembersihan sisa fabrics, debu dan kotoran lain setiap awal 5 menit
sebelum kerja dan 5 menit sebelum pulang setiap hari. Penerapan metode 5S dengan konsep ini
berfungsi untuk memastikan rasa kepemilikan setiap karyawan terhadap kualitas produk yang
akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Tujuan: Menjaga atau memelihara agar area kerja tetap bersih dan rapih (bersinar).
4. Seiketsu (Rawat)
5. Shitsuke (Rajin)
Penerapan konsep shitsuke (rajin) adalah membuat agar kedisiplinan menjadi suatu kebiasaan
melalui mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.dalam perusahaan manufaktur di
tahap ini menyangkut akuntabilitas manajemen dalam melatih seseorang untuk mengikuti segala
peraturan yang berhubungan dengan aturan perusahaan yang menyangkut peningkatan
kebersihan dan kenyamanan tempat kerja.
Kondisi lingkungan pabrik yang tidak teratur dan tidak bersih akan menimbulkan pemborosan
(waste) terjadi dan kebanyakan perusahaan berpikir bahwa keadaan yang berantakan akan
menyembunyikan masalah. Oleh karena itu, program 5S dipandang sebagai usaha untuk
memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi dari para pemecah masalah, sehingga
penataan dan pemeliharaan wilayah kerja akan menjadi bersih dan rapih setelah menerapkan
program 5S tersebut.