Kaizen
1. Pengertian kaizen
Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna "perbaikan
berkesinambungan. Filsafat kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya fokus
pada upaya perbaikan terus-menerus.
Kai (perbaikan)
Zen (berkesinambungan)
Pada 1993, New Shorter Oxford English Dictionary merumuskan kaizen sebagai
perbaikan berkesinambungan dari penerapan cara kerja, efisiensi pribadi, dan sebagainya,
sebagai filosofi bisnis. Sehingga, kaizen pada akhirnya mendapatkan pengakuan dalam
perbendaharaan kata bahasa inggris. Dalam bahasa jepang, Kaizen berarti perbaikan
berkesinambungan. Istilah ini mencakup pengertian perbaikan yang melibatkan semua
orang, baik manajer dan karyawan, juga melibatkan biaya dalam jumlah tak seberapa.
Filsafat Kaizen berpandangan bahwa cara hidup kita apakah itu kehidupan
kerja atau kehidupan sosial maupun rumah tanggahendaknya berfokus pada upaya
perbaikan terus menerus. Perbaikan pada kaizen memang bersifat kecil dan berangsur,
namun jika proses ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama, mampu membawa hasil
yang dramatis.
2. Konsep kaizen
Manajemen harus belajar untuk menerapkan konsep dan sistem yang mendasar tertentu
dalam rangka mewujudkan strategi kaizen:
a. Kaizen dan manajemen
Dalam konsep ini, kaizen dan manajemen memiliki dua fungsi utama:
Pemeliharaan
disiplin.
Perbaikan
Perbaikan berkaitan dengan kegitan yang diarahkan pada meningkatkan standar
yang ada.
b. Proses vs Hasil
Kaizen adalah pola pikir yang berorientasi pada proses, karena proses harus
disempurnakan agar hasil dapat meningkat. Jika dutemukan sejumlah kegagalan yang
direncanakan, manajemen harus meneukan, mengenali dan memperbaiki kesalahan
pada proses tersebut. Kaizen berfokus pada upaya manusiaorientasi yang sangat
dengan
rencana.
Juga
memantau
kemajuan
perbaikan
yang
direncanakan.
Act, berkaitan dengan standarisasi prosedur baru, guna menghindari terjadinya
kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru untuk perbaikan
berikutnya.
harus dibarengi dengan pembuatan standar dengan SDCA. Jadi, SDCA menerapkan
standarisasi guna mencapai kestabilan proses, sedangkan PDCA menerapkan
perubahan guna meningkatkannya. SDCA berkaitan dengan fungsi pemeliharaan,
sedang PDCA merujuk pada fungsi perbaikan; dua hal inilah yang menjadi tanggung
jawab manajemen.
d. Mengutamakan kualitas
Tujuan utama dari kualitas, biaya, dan penyerahan (QCD) adalah menempatkan
kualitas pada prioritas tertinggi. Tidak jadi soal bagaimana menariknya harga dan
penyerahan yang ditawarkan pada konsumen, perusahaan ridak akan mampu bersaing
jika kualitas produk dan pelayanannya tidak memadai. Praktek mengutamakan
kualitas membutuhkan komitmen manajemen karena manajer seringkali berhadapan
dengan berbagai godaan untuk membuat kompromi berkenaan dengan persyaratan
penyerahan atau pemotongan biaya.
e. Berbicara dengan data
Kaizen adala proses pemecahan masalah. Agar suatu masalah dapat dipahami
secara benar dan dipecahkan, masalah itu harus ditemukan dan dikenali untuk
kemudian data yang relevan dikumpulkan serta ditelaah. Mencoba menyelesaikan
masalah tanpa data adalah pemecahan masalah berdasarkan selera, perasaan dan
sangat subjektif. Mengumpulkan data yang relevan, membantu anda untuk
memahami ke arah mana fokus diarahkan, hal ini menjadi langkah awal dalam upaya
perbaikan.
3. Tujuan Kaizen
Sasaran akhir kaizen adalah tercapainya Quality, Cost, Delivery (QCD) secara efektif dan
efisien.
B. 5 S
Bagi anda yang pernah berinteraksi dengan dunia pabrik tentunya tidak asing dengan istilah
5S. Pabrik yang menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur. Mereka berpikir
keadaan yang berantakan akan menyembunyikan masalah. Program 5S dipandang sebagai
usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi dari para pemecah masalah
(problem solver).
1. Pengertian 5S
5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif
yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara
ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja
perusahaan secara menyeluruh. Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan
penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S . Di Indonesia metode
ini dikenal dengan istilah 5R.
Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai
negara. Popularitas 5S ini tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini
memusatkan perhatiannya terhadap pengurangan segala pemborosan (waste). 5S adalah
landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit)
mengurangi pembororsan di tempat kerjanya.
Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan
kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan
(seiso), penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan
yang diperlukan untuk meghlaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke). Masingmasing S dalam 5S beserta penjelasannya dijelaskan di bawah ini.
Penerapan 5S atau 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin ) bisa juga
dikatakan sebagai penerapan Housekeeping dimana housekeeping merupakan prasarana
penting dalam pelaksanaan pekerjaan dan pencegahan kecelakaan kerja. Housekeeping
tentu tidak hanya menyangkut kebersihan. Namun, juga termasuk menjaga tempat kerja
agar selalu rapi dan teratur, memelihara lantai dan ruangan agar bebas dari bahaya
tergelincir serta memindahkan material berbahaya, kertas, dan bahan-bahan yang
memiliki potensi bahaya kebakaran dari tempat kerja.
1S Seiri
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang
berguna dan tidak berguna:
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai barangbarang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah
dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan
label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean)
tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin
efisien tempat kerja tersebut.
2S Seiton
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang
berguna agara mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi.
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan
barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau
penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar
pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses. Signboard
strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari
barang.
3S Seiso
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang
telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan
serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program
preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran
agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang
turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
4S Seiketsu
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu:
penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standar
kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus
distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke
seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur dan berkala.
5S Shitsuke
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja:
1. Disiplin terhadap standar
2. Saling menghormati
3. Malu melakukan pelanggaran
4. Senang melakukan perbaikan
Seiri
INGGRI
S
INDONESIA
5R
Ringk
5S
Sortir
Sisi
5P
5K
5S
Pemilahan
Ketertiban
Sort
as
2
S
Seiton
Rapi
Susun
Susu
n
Penataan
Kerapihan
Set in
Order
3
S
Seiso
Resik
Sapu
Sasa
p
Pembersih
an
Kebersiha
n
Shine
4
S
Seiket
su
Rawat
Standaris
asi
Soso
h
Penjagaan
Kelestaria
n
Standardi
ze
5
S
Shitsu
ke
Rajin
Swadisiplin
Sulu
h
Penyadara
n
Kedisiplin
an
Sustain