Anda di halaman 1dari 4

Penerapan Konsep “5 S” Dalam Dunia Industri

Salah satu tool yang sangat terkenal dari continuous improvement adalah 5S, yang
merupakan dasar untuk sebuah perusahaan lean yang efektif. 5S terdiri dari 5 kata
dalam bahasa Jepang yaitu Seiri (Sort), Seiton (Straighten), Seiso (Sweep and Clean),
Seiketsu (Systemize), dan Shitsuke (Standardize). Konsep yang digarisbawahi dari 5S
ini adalah mencari waste kemudian mencoba untuk menguranginya. Waste dapat
berarti produk yang rusak karena lamanya waktu penyimpanan, space yang
“terbuang” untuk penyimpanan barang, hingga modal berbentuk produk jadi yang
“mengendap” di gudang. Kelima komponen “S” tersebut adalah:

1. Seiri (Ringkas)

Konsep pertama dari 5S adalah seiri, yang berarti ringkas. Menurut Hiroyuki Hirano
(2002:21), seiri adalah memisahkan barang menjadi dua golongan yaitu barang yang
diperlukan dan yang tidak diperlukan. Barang yang tidak diperlukan harus dipisahkan
dari area kerja, dimana mereka merupakan barang yang tidak/belum/jarang
digunakan saat ini. Untuk barang yang masih meragukan, maka diperlukan penilaian
(appraisal) terhadap nilai dari barang tersebut. Menurut Kristianto Jahja
(2000:12), seiri yaitu: “singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dari tempat
kerja”.

Contoh penerapan seiri pada PT. Sosro (2004:8) adalah:

1. membedakan dan memisahkan barang yang masih digunakan dan yang tidak.
2. menyingkirkan dan menempatkan barang yang mungkin akan diperlukan di
tempat terpisah.

2. Seiton (Rapi)

Seitonberarti menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang
benar, sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak. Menurut Kristianto
Jahja (2000), seiton berarti menempatkan barang sesuai dengan jenis, fungsi dan
volume penggunaannya.

Tujuan dari konsep seiton adalah menghilangkan kegiatan yang tidak perlu,
menghilangkan ketidakpastian peletakan barang dan mengurangi resiko kehilangan
atau kesalahan pengambilan. Langkah-langkah menuju konsep seiton adalah
pengelompokan barang, persiapan tempat, pemberian tanda batas antar tempat,
pemberian tanda pengenal atau identifikasi barang dan denah penempatan barang.
Faktor terpenting dalam penerapan seiton adalah bagaimana merancang sebuah
sistem yang nantinya dapat dimengerti oleh setiap orang dengan mudah dan jelas.
Untuk wilayah kerja tertentu, peralatan harus diberi tanda dan disusun sesuai
peruntukannya di area tersebut. Hal ini akan mempermudah untuk memindahkan
barang yang tidak memiliki label dari area tersebut. Menyusun segala sesuatu pada
tempatnya akan membuat peralatan mudah dicari dan mudah digunakan.

Contoh penerapan konsep seiton di PT. Sosro adalah:

1. Hindari kerja yang menghalalkan benda apa saja sebagai alat pengganti
(misal; palu diganti dengan batu, pengganjal mesin dari kayu, membuka botol
dengan botol, dsb.)
2. Setiap barang yang berada di tempat kerja mempunyai tempat yang pasti
3. Sedikit resiko kehilangan barang
4. Kemudahan pengontrolan
5. Merapikan tempat kerja tidaklah sulit, yang sulit adalah menyempatkan diri
untuk melakukannya

3. Seiso (Resik)

Seiso menurut Kristianto Jahja (2004:46) berarti membersihkan segala sesuatu yang
ada di tempat kerja, pada prinsipnya adalah melakukan pemeriksaan secara teratur.

Dapat diartikan sebagai upaya membersihkan. Area kerja harus terlihat rapi dan
bersih serta siap untuk digunakan oleh shift selanjutnya. Area kerja harus dipelihara
secara teratur (misal; harian/per shift). Setiap peralatan dan perlengkapan kerja harus
berada pada tempat yang benar dan tak ada yang hilang. Area kerja yang dijaga
dengan baik akan membuat lingkungan kerja yang sehat.

Jadi, pembersihan adalah sesuatu yang memiliki pengaruh besar atas produktivitas,
keamanan, semangat kerja dan setiap aspek operasi lain. Bagian ini memerlukan
perhatian penuh. Gerakan seiso berupaya untuk mencapai kotoran dan debu nihil
serta menghilangkan cacat dan kesalahan kecil sesuai dengan tujuan dilakukannya
pemeriksaan utama.

Contoh penerapan seiso di PT. Sosro (2004:9) adalah:

1. Menyediakan sarana kebersihan (alat kerja)


2. Pembersihan tempat kerja (melalui budaya kerja bakti)
3. Peremajaan tempat kerja, pelestarian seiso

4. Seiketsu (Rawat)
Konsep utama seiketsu adalah memelihara keadaan area kerja yang bersih dan rapi
dengan mengikuti disiplin 3S yang telah dilaksanakan. Perawatan yang dimaksudkan
disini adalah menjaga konsistensi pelaksanaan disiplin 3S (seiri, seiton, seiso) agar
tetap dapat berjalan dengan baik. Menurut Takashi Osada, seiketsu adalah “terus-
menerus dan secara berulang-ulang memelihara seiri, seiton, seiso baik secara
personal maupun menyangkut pekerjaan.”

Tujuan dari seiketsu adalah:

1. Terjaganya lingkungan dalam kondisi tetap baik


2. Menjaga agar alat kerja selalu siap pakai dan menjaga mutu hasil kerja
3. Lebih mudah melatih karyawan baru

Contoh penerapan seiketsu di PT. Sosro (2004:9) adalah:

1. Perancangan mekanisme pantau yang meliputi; perancangan kode fungsi alat,


perancangan garis tanda batas untuk area penempatan barang, perancangan
daftar periksa.
2. Melakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu inspeksi harian dan inspeksi
mingguan.

5. Shitsuke (Rajin)

Shitsuke merupakan upaya pembiasaan. Artinya, semua kegiatan 4S diatas tidak


mungkin bertahan lama, bahkan mungkin tidak akan pernah terlaksana, tanpa
membuat semua orang melakukannya berulang-ulang secara benar dan
mempertahankan 3S yang pertama. Shitsuke juga merupakan akuntabilitas
manajemen untuk melatih orang agar mengikuti peraturan perawatan ruangan.
Manajemen harus mengimplementasikan aturan tersebut dan mempraktekkannya,
sehingga semua orang belajar darinya. Manajemen harus berjalan di lantai pabrik,
menjelaskan apa yang mereka mau dari para pekerja, memberi penghargaan
terhadap siapa yang mengikuti dan memberi peringatan kepada mereka yang tidak
mengikutinya.

Menurut Takashi Osada, shitsuke adalah “melakukan sesuatu yang benar sebagai
kebiasaan.” Konsep utama dari shitsuke adalah melakukan tugas/pekerjaan dengan
benar sesuai dengan prosedur yang berlaku. Menurut Kristianto Jahja
(2006:62), shitsuke berarti “lakukan apa yang harus dilakukan, dan jangan melakukan
apa yang tidak boleh dilakukan.”

Contoh penerapan shitsuke di PT. Sosro (2004:9) adalah:


1. Hargailah penerapan 5S di area kerja masing-masing
2. Ciptakan iklim/suasana kerja yang memacu pelaksanaan 5S
3. Tumbuhkan kesadaran agar 5S menjadi sikap/budaya kerja positif
4. Lakukan 5S sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari

Secara keseluruhan, 5S berarti perawatan ruang dan pengorganisasian tempat kerja


yang lebih baik. Tool Kaizen seperti 5S tak hanya digunakan untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan, namun juga membuat perusahaan dapat menunjukkan
potensi kekuatan dan kemampuan yang sebelumnya tersembunyi(Hirai, 2000 dalam
Abdullah, 2003). 5S merupakan budaya tentang bagaimana seorang memperlakukan
tempat kerjanya secara teratur. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka
kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan.

Sistem Lean menggunakan 5R untuk mendukung tercapainya sebuah proses yang


mengalir lancar sesuai waktu takt. 5R juga merupakan sebuah alat untuk membantu
mengungkapkan masalah dan bila digunakan secara canggih dapat menjadi bagian
dari proses pengendalian visual dari sebuah sistem Lean yang direncanakan dengan
baik (Hirano, 1995).

Anda mungkin juga menyukai